Bab 01 Etika Dan Bisnis
Bab 01 Etika Dan Bisnis
1.1 Pendahuluan
Salah satu dampak globalisasi adalah adanya persaingan bisnis yang semakin ketat,
yang ditandai oleh kegiatan bisnis yang kini tumbuh dan berkembang melewati apa
yang pernah diprediksikan dan di'visi'kan sebelumnya. Pelakunya terbuai dengan visi
dan, misinya, terjebak di antara harapan dan kenyataan. Bangkitnya negara
berkembang dengan industri labour intensive seperti Korea Selatan dan Taiwan pada
tahun 1980-an dan setelah runtuhnya rezim komunis 1990, mulailah dikenal Bisnis
Global yang berbasis pada efisiensi yang diperkirakan akan terus berlangsung sampai
tahun 2020 dan bahkan lebih.
Ketika mendengar kata ‘bisnis’ apa yang tersirat dalam pikiran Anda? Apakah yang
tersirat tersebut adalah perusahaan besar? Atau sebuah organisasi besar? Atau
perusahaan/organisasi biasa-biasa saja? Atau sebuah bisnis industry perumahan
(Home Industry)?
Bisnis bisa dijalankan dengan cara berbeda antara suatu negara atau organisasi atau
perusahaan baik dari sisi budaya, politik, hukum, ekonomi, perilaku maupun sudut
pandang. Bisnis sudah tak mengenal ruang dan waktu, dari bisnis yang hanya
mempertukarkan barang dengan barang (barter) sampai dengan bisnis dengan
menggunakan sarana teknologi dan informasi. Transaksi bisnis kini dapat diwujudkan
tanpa harus adanya pertemuan fisik pembeli dan penjual. Mereka bisa tinggal
dimana saja, dan kapan saja dapat menyelenggarakan aktivitas bisnisnya. Teknologi
dan Informasi (komunikasi) telah mengubah dunia yang begitu luas menjadi semakin
kecil, kini dunia seakan telah menjadi sebuah kampung besar yang dengan mudah
dijangkau manusia.
Bisnis merupakan suatu keinginan yang murni dalam membantu orang lain. Kejujuran
yang ekstrim, kemampuan untuk menganalisis batas-batas kompetisi seseorang,
kemampuan untuk mengakui kesalahan dan belajar dari kegagalan. Kompetisi inilah
yang harus memanas belakangan ini. Kata itu mengisyaratkan sebuah konsep bahwa
mereka yang berhasil adalah yang mahir menghancurkan musuh-musuhnya. Banyak
yang mengatakan kompetisi lambang ketamakan. Padahal perdagangan dunia yang
lebih bebas di masa mendatang justru mempromosikan kompetisi yang juga lebih
bebas.
Lewat ilmu kompetisi kita dapat merenungkan, membayangkan eksportir kita yang
ditantang untuk terjun karena baru yaitu pasar bebas di masa mendatang.
Kemampuan berkompetisi seharusnya sama sekali tidak ditentukan oleh ukuran besar
kecilnya sebuah perusahaan. Inilah yang sering dikonsepkan berbeda oleh sudut
pandang pemerintah atau bahkan si pelaku bisnis itu sendiri.
Jika kita ingin mencapai target di tahun 2020, sudah saatnya dunia bisnis kita
mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang terlihat
perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara golongan menengah ke
bawah dan pengusaha golongan atas.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada bcberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan
jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan
yang berkelanjutan, menghindari sikap 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi,
Kolusi, dan Komisi) mampu mengatakan yang benar itu benar, dll.
Kebutuhan dan keinginan manusia dengan bantuan ilmu dan teknologi kini semakin
mudah untuk dipenuhi. Peran dunia bisnis semakin terasa bagi kehidupan dan
pemenuhan kebutuhan manusia itu. Karena ada banyak peluang yang
menguntungkan, saat ini orang yang terlibat dalam kegiatan dan profesi bisnispun
semakin banyak pula. Kecenderungan manusia untuk menggantungkan hidup pada
sektor bisnis semakin meningkat dari waktu ke waktu. Semua orang yang hidup di
dunia tidak dapat melepaskan diri dari berbagai pengaruh bisnis. Perilaku dunia
bisnis dapat membuat manusia lebih bahagia dan juga sebaliknya dapat menjadikan
manusia sengsara dan jauh dari kesejahteraannya. Semuanya terpulang kepada
itikad, perilaku para pebisnis dan pemangku kepentingannya. Tanpa etika, dunia
bisnis menjadi kejam dan beringas. Bisnis bagaikan suatu pertempuran sengit tanpa
kasih sayang dan rasa kemanusiaan. Yang satu berusaha dengan segala cara untuk
mematikan yang lainnya. Pada hal dalam pertempuran dan peperangan juga ada
etika. Di sana ada kode etik pertempuran dan peperangan.
Aktivitas bisnis adalah pekerjaan mulia, karena dapat memberikan sesuatu yang
bermakna bagi kehidupan manusia. Persaingan dalam bisnis adalah wajar dan
dibenarkan, tetapi tidak harus identik dengan pertempuran dan peperangan.
Persaingan yang baik dalam bisnis adalah persaingan damai. Damai dalam sebuah
dinamika persaingan dan bersaing dalam suasana perdamaian. Dalam bisnis beretika
persaingan hanyalah sarana untuk memperbaiki citra produk dan perusahaan di mata
pelanggannya. Di samping itu persaingan juga dapat menjadi instrumen untuk
memperbaiki kinerja organisasional. Justru itu makna persaingan dalam ranah bisnis
harus diluruskan, demikian juga pandangan terhadap bisnis itu sendiri.
Bisnis yang baik adalah bisnis bermoral, yakni suatu bisnis yang tidak saja
menempatkan dan mementingkan pribadi pelakunya semata. Bisnis tidak melarang
keuntungan yang besar bagi suatu perusahaan. Hanya saja semakin besar keuntungan
yang diperoleh, maka semakin besar pula tanggung jawab etika dan sosialnya kepada
masyarakat. Dalam ajaran etika, selain untuk membahagiakan dirinya, pelaku bisnis
juga mengemban amanah dan kewajiban untuk membahagiakan orang lain dan
masyarakat sekitarnya. Memelihara alam dengan segala sumber dayanya adalah juga
tanggung jawab kita semua, dan pelaku bisnis harus berada di barisan depannya.
Untuk melaksanakan tanggung jawab moral, diperlukan suatu panduan yang
mengandung prinsip-prinsip, norma-norma dan standar, sehingga didapatkan
kebenaran moral dalam sikap dan perilakunya. Kesemuanya itu telah dikemas oleh
para ahli dan filosof dalam bingkai etika. Aplikasi semua nilai-nilai etika dalam
kerangka bisnis disebut dengan etika bisnis. Dengan panduan etika bisnis, pelaku
usaha dan partisipan organisasi bisnis harus berlaku manusiawi dengan
menempatkan manusia di atas segalanya. Sebagai mana dirinya, pebisnis seyogianya
menyadari bahwa setiap manusia itu mempunyai hak yang mendasar dan dilindungi,
yakni hak asasi manusia. Sayangnya hak-hak manusia ini sering diremehkan,
diabaikan dan dilecehkan banyak usahawan (pelaku bisnis) saat ini. Trend pelecehan
2) Etika Teleologi
Istilah teleologi berasal dari kata Yunani telos yang berarti tujuan, sasaran atau hasii
dan logos yang berarti ilmu atau teori. Etika ini mengukur baik buruknya suatu
tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tin-dakan itu, atau
berdasarkan konsekuensi yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan dinilai
baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu yang baik, atau kalau konsekuensi yang
ditimbulkannya baik dan berguna. Bila kita akan memutuskan apa yang benar, kita
tidak hanya melihat konsekuensi keputusan tersebut dari sudut pandang kepentingan
kita sendiri. Tantangan yang sering dihadapi dalam penggunaan teori ini adalah bila
kita bisa kesulitan dalam mendapatkan seluruh informasi yang dibutuhkan dalam
mengevaluasi semua kemungkinan konsekuensi dari keputusan yang diambil.
4) Etika Keutamaan
Etika keutamaan tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, tidak mendasarkan
penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal seperti kedua teori
sebelumnya. Etika ini lebih mengutamakan pembangunan karakter moral pada diri
setiap orang. Nilai moral bukan muncul dalam bentuk adanya aturan berupa larangan
atau perintah, namun dalam bentuk teladan moral yang nyata dipraktikkan oleh
tokoh-tokoh tertentu dalam masyarakat. Di dalam etika karakter lebih banyak
dibentuk oleh komunitasnya. Pendekatan ini terutama berguna dalam menentukan
etika individu yang bekerja dalam sebuah komunitas profesional yang telah
mengembangkan norma dan standar yang cukup baik. Keuntungan teori ini bahwa
para pengambil keputusan dapat dengan mudah mencocokkan dengan standar etika
komunitas tertentu untuk menentukan sesuatu itu benar atau salah tanpa ia harus
menentukan kriteria terlebih dahulu (dengan asumsi telah ada kode perilaku).
Indikator Etika (Ethics) merupakan kemampuan individu untuk memutuskan hal-hal
yang berhubungan dengan issue etika dan moral, baik dan buruk, salah dan benar
(Forsyth, 1980; Kohlberg, 1981; Velasques, 2005):
1. Karena untuk menghindari hukuman;
2. Melakukan hal yang baik jika mendapat imbalan;
3. Sesuai dengan pendapatteman;
4. Mentaati hukum dan Peraturan;
5. Memenuhi kontrak sosial; dan
6. Kesadaran individu, memenuhi tuntutan moral dan menerapkan dengan
konsisten