Fisiologi Lanjut 2 & 5
Fisiologi Lanjut 2 & 5
Jawab :
2. a. Stimulus bawah ambang (Subminimal/subliminal) : rangsangan yang diberikan tetapi
belum ada satu motor unit yang bereaksi terhadap rangsangan tersebut dalam bentuk
potensial aksi.
Stimulus ambang : rangsangan yang diberikan dan mulai terjadi reaksi dari satu motor unit
dan menyebabkan kontraksi pertama kali.
Stimulus atas ambang (Supraminimal/Supralaminal) : rangsangan yang menyebabkan
terjadinya kontraksi yang lebih besar daripada liminal.
Stimulus maksimal : rangsangan yang mengakibatkan semua motor unit memberikan
reaksi dan menghasilkan kontraksi paling tinggi.
b. Depolarisasi merupakan suatu peristiwa dimana membran potensial mengalami
pengurangan dalam besarnya jumlah ion negatif dalam sel. Hal ini dikarenakan
terbukanya sejumlah saluran ion dengan tipe tertentu (saluran Na+). Dengan terbukanya
saluran ion Na+ maka jumlah ion Na+ yang masuk ke dalam sel semakin banyak dan
menyebabkan sel tersebut menjadi lebih positif.
Repolarisasi merupakan suatu peristiwa dimana membran kembali ke potensial
istirahatnya setelah mengalami depolarisasi.
Hiperpolarisasi merupakan suatu peristiwa dimana membran potensial
mengalami peningkatan dalam besarnya jumlah ion negatif dalam sel. Hal ini
dikarenakan terbukanya sejumlah saluran ion dengan tipe tertentu (Saluran K+). Dengan
terbukanya saluran ion K+ maka jumlah ion K+ yang masuk ke dalam sel semakin
banyak dan menyebabkan sel tersebut menjadi lebih negatif.
c.
Potensi istirahat. Potensi istirahat menggambarkan keadaan neuron yang tidak
terangsan dan tidak terdepolarisasi
Potensi bertingkat. Potensi bertingkat adalah perubahan pada potensi istirahat membran
sel sebagai tanggapan terhadap rangsangan. Potensi bertingkat terjadi setelah
rangsangan menyebabkan pintu saluran Na+ atau K+ terbuka. Jika saluran Na+
terbuka, ion Na+ masuk dan membran terdepolarisasi (menjadi lebih positif). Jika
rangsangan membuka saluran K+, maka ion K+ keluar disepanjang membran dan
membran menjadi hiperpolarisasi (menjadi lebih negatif). Potensi bertingkat adalah
sebuah peristiwa lokal yang tidak berpindah jauh dari asalnya. Potensi bertingkat terjadi
dalam sel dan dendrit.
Potensi aksi. Tidak seperti potensi bertingkat. Potensi aksi dapat berpindah dalam jarak
yang jauh. Jika potensi aksi dapat terpolarisasi cukup besar , saluran Na+ pada zona
pemicu terbuka akibatnya Na dibagianluar membran menjadi terpolarisasi. Jika
rangsangan cukup kuat yaitu jika diatas amabng tertentu maka pintu Na+ yang lain
terbuka , meningkatkan aliran Na+ lebih banyak lagi menyebabkan terjadinya potensi
aksi atau depolarisasi sempurna yang pada gilirannya menyebabkan pintu Na+ yang
berada lebih jauh dari akson terbuka.
Untuk dapat memulai suatu potensial aksi diperlukan suatu kejadian yang memicu depolarisasi
pada membran. Depolarisasi hanya bisa terjadi jika mencapai suatu tingkat potensial tertentu
yang disebut potensial ambang (threshold potential) berkisar antara -50 mV sampai -55 mV.
Pada saat membran mengalami depolarisasi potensial membrannya akan naik tajam sampai
mencapai potensial puncak. Setelah mencapai potensial puncak dengan cepat potensial akan
turun kembali ke arah potensial istirahat. Perubahan ini dikenal dengan repolarisasi
membran. Repolarisasi biasanya akan mendorong terlalu jauh, sehingga menyebabkan
hiperpolarisasi.
5. Teori pergeseran filament menyatakan bahwa kontraksi didasarkan adanya dua set filamen
di dalam sel otot kontraktil yang berupa filamen aktin dan filamen miosin. Rangsangan yang
diterima oleh asetilkolin menyebabkan aktomiosin mengerut (kontraksi). Kontraksi ini
memerlukan energi. Pada waktu kontraksi, filamen aktin meluncur diantara miosin ke dalam
zona H (zona H adalah bagian terang di antara dua pita gelap). Dengan demikian serabut otot
menjadi memendek yang tetap panjangnya adalah ban A (pita gelap), sedangkan ban I (pita
terang) dan zona H bertambah pendek waktu kontraksi. Ujung miosin dapat mengikat ATP dan
menghidrolisisnya menjadi ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan cara memotong
pemindahan ATP ke miosin yang berubah bentuk ke konfigurasi energi tinggi. Miosin yang
berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri dengan kedudukan khusus pada aktin
membentuk jembatan silang. Kemudian simpanan energi miosin dilepaskan, dan ujung miosin
lalu beristirahat dengan energi rendah, pada saat inilah terjadi relaksasi. Relaksasi ini,
mengubah sudut perlekatan ujung miosin menjadi miosin ekor. Ikatan antara miosin energi
rendah dan aktin terpecah ketika molekul baru ATP bergabung dengan ujung miosin.
Kemudian siklus tersebut berulang lagi.
Berikut adalah gambaran kontraksi otot menurut teori filament sliding.