Anda di halaman 1dari 10

PEMBUATAN BRIKET DARI CAMPURAN LIMBAH

PLASTIK LDPE, TEMPURUNG KELAPA DAN


CANGKANG SAWIT
Faisol Asip*, Tiara Anggun, Nurzeni Fitri
*Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang, 30139
e-mail : tianurriset@gmail.com

Abstrak

Low Density Poly Ethylene (LDPE) merupakan jenis plastik yang sering kita jumpai berakhir sebagai
limbah rumah tangga, misalnya kantong plastik dan plastik wrap. Plastik jenis ini memiliki nilai kalor
yang sangat tinggi, yaitu 11.172 kalori/gram; namun akan cepat habis jika dibakar karena kadar volatile
matter-nya yang mencapai 99%. Pencampuran limbah plastik LDPE dengan arang bahan biomassa seperti
cangkang sawit dan tempurung kelapa yang dikenal memiliki nilai kalor tinggi dan kadar volatile matter
cukup rendah dinilai sangat berpotensi untuk dijadikan sumber energi alternatif; yaitu briket; dengan
kualitas yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan komposisi campuran (plastik
LDPE:cangkang sawit:tempurung kelapa) dan karakteristik briket terbaik berdasarkan standar briket yang
ada. Cangkang kelapa sawit yang digunakan merupakan hasil karbonisasi pada temperatur yang
divariasikan mulai dari 4000C, 4500C, hingga 5000C. Briket dicetak dengan menggunakan perekat kanji
sebanyak 2% lalu dikeringkan pada temperatur 40 0 C selama 48 jam. Briket terbaik diperoleh pada
komposisi 10% massa limbah plastik LDPE, 50% massa Cangkang Sawit temperatur karbonisasi 500 0C,
dan 40 % massa Tempurung Kelapa dengan nilai kalor 7.508 kalori/gram, kadar air 4,30%, volatil matter
26,78%, dan Fixed carbon 64,97%. Briket terbaik yang dihasilkan telah memenuhi standar briket
PERMEN no. 47 Th. 2006 dan standar Jepang.

Kata kunci : briket, plastik LDPE, cangkang sawit, tempurung kelapa

Abstract
Low Density Poly Ethylene (LDPE) is one of the most common plastic that we can find ended as
domestic waste, i.e plastic bag and plastic wrap. LDPE has a high heating value of 11.172 cal/gr, but
being burnt fast by its high volatile matter which is about 99 %. The mixing of LDPE waste with biomass
char such as palm shell and coconut shell that have been known have a high heating value and a low
volatile matter is so potential to be used as alternative energy source; that is briquettes; with a good
quality. The aim of this research is to obtain the best composition and characteristics of the briquettes
based on the standard used. In this research, the briquettes made by mixing the LDPE plastic waste, palm
shell, and coconut shell in various composition. Palm shell char used in this research was resulted by
carbonisation in temperature ranged from 4000C, 4500C, to 5000C. The Briquettes molded using tapioca
powder as adhesive then dried in temperatur of 400C for 48 hours. Best briquette obtained in composition
10% weight of LDPE, 50% palm shell carbonized in 5000C, and 40% coconut shell with heating value of
7.508 cal/gr, moisture content 4,30%, volatil matter 26,78%, and Fixed carbon 64,97%. This values have
been fulfilled PERMEN No. 47 Th. 2006 and Japan’s standard.

Keyword : briquettes, LDPE, palm shell, coconut shell.

Padahal sebagai sumber energi yang tak


1. PENDAHULUAN terbarukan, ketersediaanya di alam semakin
langka. Dalam talkshow “Indonesia menuju
Seiring dengan kemajuan zaman, Energi Hijau” yang diadakan di auditorium
kebutuhan bahan bakar fosil sebagai sumber Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
energi utama penyokong berbagai aktifitas (BPPT) Jakarta tanggal 3 Juli 2013, kepala
hidup manusia juga semakin meningkat. BPPT menyatakan bahwa cadangan batubara

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 45


Indonesia saat ini adalah 21 milyar ton yang moisture), kadar abu (ash content), kadar zat
akan habis dalam 59,8 tahun, gas sebanyak terbang (volatile matter), kadar karbon
104,72 TSCF (Triliun standard cubic feed) atau tertambat (fixed carbon); dan nilai kalor?
sekitar 30,8 tahun, dan minyak 4,2 milyar barel 2. Manakah komposisi briket dari campuran
atau sekitar 12,8 tahun. Hal ini dapat juga limbah plastik LDPE, tempurung kelapa,
diartikan bahwa saat ini Indonesia telah dan cangkang kelapa sawit yang terbaik
memasuki masa-masa krisis energi sehingga sesuai dengan standar mutu briket.
dituntut agar mampu menemukan sumber energi 3. Apakah briket dengan komposisi terbaik dari
alternatif yang baru, salah satunya adalah campuran limbah plastik LDPE, tempurung
mengkonversi energi potensial dalam suatu kelapa, dan cangkang kelapa sawit sudah
material menjadi briket. sesuai dengan standar mutu briket.
Low density poli-etilena (LDPE) adalah
salah satu jenis plastik yang banyak kita jumpai Briket
sehari-hari dalam berbagai aplikasi dan sering Briket merupakan sumber energi
kali berakhir sebagai sampah, misalnya kantong alternatif sebagai pengganti bahan bakar yang
plastik dan plastik wrap. Plastik jenis ini sangat terbuat dari batu bara, limbah organik, limbah
berpotensi untuk dijadikan briket karena pabrik maupun dari limbah perkotaan dengan
memiliki nilai kalor yang sangat tinggi; yaitu cara mengkonversi bahan baku padat menjadi
11.758 Kal/gram (Putri dalam Fiza Amelia dkk. suatu bentuk hasil kompaksi yang lebih efektif,
2010). Namun sayangnya kadar zat terbang efisien dan mudah untuk digunakan (Marlianti,
yang mencapai 98,53 % membuatnya memiliki 2013).
kecenderungan untuk lebih cepat habis jika Pada prinsipnya, pembuatan briket
dibakar sehingga diperlukan pencampuran dilakukan dengan mencampurkan bahan baku
dengan material lainnya yang telah dikenal yang telah dihaluskan dengan perekat kemudian
memiki kualitas yang cukup baik untuk dikempa pada tekanan yang diinginkan dan
dijadikan briket untuk mengatasi hal ini, dikeringkan hingga terbentuk padatan kompak
misalnya tempurung kelapa dan cangkang sawit. yang akan menyala apabila dibakar.
Tempurung kelapa merupakan bagian keras Briket banyak dimanfaatkan sebagai
yang melindungi daging buah kelapa dengan bahan bakar untuk memasak menggantikan
ketebalan 3 – 5 mm dan bobot 19 – 20 % dari bahan bakar minyak dan gas. Berikut
massa kelapa itu sendiri (Child, 1974). keunggulan penggunaan briket :
Tempurung kelapa banyak dimanfaatkan - lebih ekonomis (murah),
sebagai briket dengan kualitas yang cukup baik - tidak berasa dan berbau,
dan nilai kalor 5.780 kalori per gram (Siti - panas nyala bara tinggi,
Jamilatun, 2008), kecuali kadar zat terbangnya - tidak beracun,
yang juga cukup tinggi sehingga menyebabkan - ramah lingkungan
banyak asap yang dihasilkan saat dibakar. - tidak cepat menjadi abu, dan
Dengan menjamurnya industri dan - bahan baku untuk membuat briket mudah
perkebunan kelapa sawit di Indonesia, maka didapat.
cangkang kelapa sawit juga menjadi limbah Pada umumnya briket dapat
biomassa yang ketersediaannya melimpah. Nilai dikelompokkan berdasarkan Jenis
kalor cangkang sawit adalah 20.093 kilojoule (perlakuannya), bentuk, dan bahan baku
per kilogram (Ma et al, 2004) atau sekitar 4800 penyusunnya :
kalori dan setelah menjadi briket akan  Menurut jenisnya (perlakuannya):
menghasilkan nyala yang konstan karena kadar a. Briket non karbonisasi
zat terbangnya rendah. b. Briket karbonisasi (diarangkan).
Dengan meninjau karakteristik dari  Menurut bentuknya:
ketiga material di atas maka dirasa perlu Briket dibentuk sesuai dengan kebutuhan
dilakukan penelitian untuk mengetahui pemakai, sehingga terdapat berbagai
komposisi briket yang paling baik sesuai dengan macam briket berdasarkan bentuknya,
standar yang ada sehingga dapat digunakan yaitu bentuk telur, bentuk bantal, bentuk
sebagai sumber energi alternatif. dom, bentuk elipse, bentuk kenari, bentuk
Adapun permasalahan yang mendasari biji jengkol, bentuk sarang tawon /segi
penelitian ini antara lain : enam, bentuk kubus, bentuk bulat silindris,
1. Bagaimana pengaruh komposisi briket dari dan lain sebagainya.
limbah plastik LDPE, tempurung kelapa,  Menurut bahan baku:
dan cangkang kelapa sawit terhadap analisa Ada berbagai macam briket berdasarkan
proksimat; yaitu: kandungan air (inherent bahan bakunya, contohnya seperti berikut:

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 46


a. Briket Batu Bara - ASTM (American Society for Testing and
b. Biobatubara (biocoal) Materials).
c. Briket Biomassa - ISO (International Organizaation for
Standarisation).
Pembuatan Briket - BS (British Standards).
Briket merupakan salah satu pilihan - AS (Australia Standards), dan lain
pengganti bahan bakar alternatif. Briket dapat sebagainya.
berasal dari satu atau beberapa jenis bahan yang Metoda–metoda di atas juga digunakan
memiliki nilai kalor tinggi. Sebagai sebagai panduan untuk menentukan kualitas dan
perbandingan nilai kalor standar yaitu batu bara, klasifikasi dari briket, khususnya metoda ASTM
nilai kalor minimum batu bara yaitu 4.400 Kal/g yang paling populer.
(PERMEN ESDM No. 047 Th. 2006).
Secara garis besar ada 5 tahapan dalam 1. Analisa Nilai Kalor (Heating value)
proses pembuatan briket, yaitu : Nilai kalor menunjukkan jumlah panas
1. Tahap pendahuluan (Pre-treatment) yang akan didilepaskan ke lingkungan ketika
2. Pengarangan (karbonisasi) briket dibakar. Nilai kalor mempengaruhi
3. Penyeragaman ukuran partikel efisiensi pembakaran briket sehingga bahan
4. Pencampuran (homogenisasi) dan makanan lebih cepat matang dan proses
Pencetakan dengan menggunakan atau tanpa pemasakan atau pembakaran menjadi lebih
perekat (perekat organik atau perekat singkat. Semakin tinggi nilai kalor, maka
anorganik) semakin baik kualitas briket tersebut dan
5. Pengeringan semakin sedikit jumlah briket yang dibutuhkan
selama proses pemasakan. Analisa nilai kalor
Karakteristik Briket dapat dilakukan dengan metoda ASTM-2015
Suatu briket dengan kualitas yang baik dan ASTM D-5885-03 menggunakan alat
harus memiliki karakteristik briket yang baik Calorimeter Bomb.
dan memenuhi standar kualitas briket yang telah
ada. Berikut merupakan karakteristik briket 2. Analisa Kandungan Air (Moisture)
yang baik : Moisture (air) terkandung dalam
1. Nilai kalornya tinggi batubara sebagai inhenrent moisture, surface
2. Mudah dinyalakan atau free moisture, air terikat di mineral matter
3. Menghasilkan bara api yang baik dan dekomposisi moisture. Inherent moisture
4. Tidak berasap merupakan kadar air yang terikat dalam pori-
5. Tidak menimbulkan bau yang tidak enak pori suatu material. Surface atau free moisture
6. Tidak mudah pecah (kompak) merupakan air yang terdapat bebas di
7. Kadar abu rendah permukaan material. Air yang terikat di mineral
8. Tidak cepat habis terbakar matter merupakan air yang terikat secara kimia
9. Emisi gas COx, NOx, dan SOx rendah pada bahan-bahan mineral dalam
10. Dapat disimpan dalam jangka waktu yang batubara/briket. Sedangkan decomposition
lama moisture merupakan air yang dihasilkan pada
saat terjadi dekomposisi senyawa-senyawa
Untuk briket biomassa, standar kualitas dalam batubara/briket.
briket mengacu pada standar kualitas briket Pada umumnya kadar air yang
arang yang merupakan jenis briket biomassa dianalisa pada suatu sampel briket adalah kadar
pertama yang dikembangkan.: inherent moisture-nya (IM). Salah satu metoda
analisa IM adalah ASTM D-3173, yaitu
Analisa Kualitas Briket memanaskan sampel briket dalam oven bersuhu
Sebagai bahan bakar alternatif yang o

disandingkan dengan batubara, maka analisa 105 C selama 1 jam.


kualitas briket juga merujuk pada analisa Kadar air yang tinggi dapat
kualitas batubara. Diantaranya adalah analisis menurunkan nilai kalor dalam briket,
nilai kalor dan analisis proksimat yang meliputi menyulitkan penyalaan karena meningkatkan
kandungan air (Inherent moisture), zat terbang jumlah energi yang diperlukan untuk memulai
(Volatile matter), kadar abu (Ash Content) dan pembakaran, dan menimbulkan asap.
Karbon terikat (fixed carbon).
Menurut Irlanda Palupi (2012), metoda 3. Zat Terbang (Volatile Matter)
standar dalam perdagangan batubara pada Zat terbang atau volatile matter
umumnya, yaitu merupakan senyawa-senyawa mudah menguap

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 47


yang dihasilkan melalui pembakaran pada Plastik LDPE
temperatur tertentu dalam kondisi miskin Polietilena berdensitas rendah (low
oksigen. Volatile matter yang dihasilkan dari density polyethylene, LDPE) adalah
proses dekomposisi senyawa-senyawa termoplastik yang terbuat dari minyak bumi.
hidrokarbon pada umumnya terdiri dari gas-gas Pertama kali diproduksi oleh Imperial Chemical
yang mudah terbakar, seperti hidrokarbon rantai Industries (ICI) pada tahun 1933 menggunakan
pendek metana dan etana, serta senyawa tekanan tinggi dan polimerisasi radikal bebas.
lainnya semisal H2O, oksida-oksida karbon, LDPE dicirikan dengan densitas antara 0.910 -
hidrogen, hidrogen sulfida, tar, oksida-oksida 0.940 g/cm3 dan tidak reaktif pada temperatur
sulfur, nitrogen, dan hydrogen sulfida. kamar, kecuali oleh oksidator kuat dan beberapa
Kandungan zat terbang yang tinggi jenis pelarut dapat menyebabkan kerusakan.
menyebabkan briket lebih mudah dinyalakan LDPE dapat bertahan pada temperatur 90 oC
dan nyala api yang terbentuk panjang dengan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Titik leleh
waktu penyalaan yang lama namun briket akan plastik ini adalah 248°F atau 120°C dengan
lebih cepat habis terbakar dan mengeluarkan kekuatan tensile 1700 psi dan specific gravity-
asap yang banyak. nya 0.92
Pada proses analisa zat terbang LDPE memiliki percabangan yang
menggunakan metode ASTM digunakan Cawan banyak, lebih banyak dari pada HDPE sehingga
Platina atau Crucible Silika untuk metode gaya antar molekulnya rendah.
bedasarkan ISO serta dilakukan dalam furnace Ketahanan LDPE terhadap bahan kimia
pada temperature 900oC selama 7 menit. Kadar diantaranya:
zat terbang diperoleh setelah mengurangkan - Tak ada kerusakan dari asam, basa,
nilai yang didapat dengan nilai analisa kadar air alkohol, dan ester.
sampel tersebut. - Kerusakan kecil dari keton, aldehida, dan
minyak tumbuh-tumbuhan.
4. Kadar Abu (Ash Content) - Kerusakan menengah dari hidrokarbon
Abu adalah bahan sisa pembakaran alifatik dan aromatik dan oksidator.
sampel yang berasal dari mineral matter dan - Kerusakan tinggi pada hidrokarbon
unsur pengotor (pasir, tanah) yang ikut terbakar terhalogenisasi.
ketika proses pembakaran berlangsung. LDPE memiliki aplikasi yang cukup
Mineral-mineral ini tersisa sebagai pengotor luas, terutama sebagai wadah pembungkus.
serta berpotensi menimbulkan kerak (scale) dan Produk lainnya dari LDPE meliputi:
menyebabkan korosi sehingga mempengaruhi - Wadah makanan dan wadah di
tingkat pengotoran dan korosi peralatan yang laboratorium
dipakai. Oleh sebab itu, semakin rendah kadar - Permukaan anti korosi
abu suatu briket maka semakin baik kualitas - Bagian yang membutuhkan fleksibilitas
briket tersebut. salah satu metoda analisa kadar - Kantong plastik
abu adalah ASTM D-3174-04. Pada metoda ini, - Bagian elektronik
kadar abu diperoleh sebagai persentase sisa Penggunaan polietilena yang sangat
pembakaran ± 1 gram sampel briket pada luas menjadi masalah lingkungan yang amat
temperatur 8150C hingga diperoleh berat serius. Polietilena dikategorikan sebagai sampah
konstan terhadap berat awal sampel (± 1 gram). yang sulit didegradasi oleh alam, membutuhkan
waktu ratusan tahun bagi alam untuk
5. Karbon Terikat (fixed carbon). mendegradasinya secara efisien. Pada bulan Mei
Karbon terikat atau fixed carbon tahun 2008, Daniel Burd, remaja Kanada
merupakan unsur karbon dalam fase padat berusia 16 tahun, memenangkan Canada-Wide
(solid) yang tersisa dan terikat dalam bahan. Science Fair di Ottawa setelah menemukan
Kandungan fixed carbon dalam briket Sphingomonas, tipe bakteri yang mampu
karbonisasi lebih tinggi dibandingkan briket non mendegradasi polietilena. Bersama bakteri
karbonisasi. Hal ini dikarenakan pada proses Pseudomonas, bakteri itu mampu mendegradasi
karbonisasi, pembakaran tak sempurna lebih cepat.
senyawa-senyawa karbon yang terdapat dalam
bahan akan membentuk unsur karbon sehingga Tempurung Kelapa
kadar fixed carbon dalam bahan juga Tempurung kelapa merupakan bagian
meningkat. keras yang melindungi daging buah kelapa
dengan ketebalan 3 – 5 mm dan bobot 19 – 20%
dari massa kelapa itu sendiri. Tempurung kelapa
tersusun atas 26,6% selulosa, 27,7% pentosan,

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 48


29,4% lignin, 0,6% abu, 4,2% solven ekstraktif, tinggi daipada kayu. Nilai kalor cangkang
3,5% uronant anhidrat, 0,11% nitrogen, dan 8% kelapa sawit mencapai 20.093 kJ/Kg. Oleh
air (Soekardi, 2012). karena itu cangkang kelapa sawit cocok untuk
Tempurung kelapa yang memiliki dijadikan bahan bakar alternatif briket (Mulia,
kadar kalori tinggi banyak dijadikan sebagai 2007).
bahan bakar seperti arang dan briket. Arang
tempurung kelapa memiliki kemampuan tinggi 2. METODOLOGI PENELITIAN
dalam mengadsorpsi gas dan zat warna, dan
dalam bentuk karbon aktif bisa dipakai sebagai Waktu dan Tempat
pengisi kedok (masker) gas beracun (Yuliadi, Penelitian ini dilakukan di
2012). Arang tempurung kelapa memiliki Laboratorium Operasi Teknik Kimia (OTK)
kelemahan yaitu mudah hancur. Oleh karena itu Fakultas Teknik Univeritas Negeri Sriwijaya
arang tempurung perlu diolah lagi menjadi dan Dinas Pertambangan dan Pengembangan
briket arang. Energi Prov. Sumatera Selatan mulai bulan
Oktober sampai dengan bulan November 2013.
Cangkang Sawit
Prosedur Penelitian
Kelapa sawit (Elleis Guinensis) Tahap Pengarangan
merupakan salah satu sumber minyak nabati - Bahan baku tempurung kelapa dan cangkang
yang penting di Indonesia. Kelapa sawit kelapa sawit dijemur selama 2 hari dibawah
mengandung kurang lebih 80% pericarp dan terik matahari dan kemudian dibersihkan
20% yang dilapisi dengan cangkang sawit. dari kotoran-kotoran.
- Tempurung kelapa dan cangkang kelapa
Tabel 1. Karakteristik Cangkang Kelapa Sawit sawit yang telah disiapkan dimasukkan ke
Parameter Hasil dalam furnace yang telah diset suhunya.
(%) Untuk Tempurung Kelapa menggunakan
suhu 500oC dan untuk Cangkang Sawit
Kadar air (moisture in analysis) 7.8
menggunakan suhu 400 oC, 450 oC, dan
Kadar abu (ash content) 2.2
500oC masing-masing selama 1 jam.
Kadar yang menguap (volatile 69.5
matter) 20.5 - Arang (char) yang diperoleh dikecilkan
ukurannya menggunakan Crusher dan
Karbon aktif murni (fixed
dihaluskan menjadi serbuk yang diinginkan
carbon)
dengan menggunakan ring mill.
Sumber : Nasrudin, H. (2011)
- Serbuk arang kemudian diayak
menggunakan ayakan 40 mesh.
Tabel 2. Nilai Kalor dari Beberapa Produk
Samping Kelapa Sawit (berdasarkan berat Tahap Pencetakan dan Pengeringan
kering) - Plastik LDPE digunting (dicacah) hingga
Bentuk Rata-rata Kisaran (kJ/kg) ukurannya kecil.
calorific value - Masing-masing bahan baku ditimbang sesuai
(kJ/kg) dengan persentase massa (plastik
TKKS 18 795 18 000 – 19 920 LDPE:serbuk arang tempurung
Serat 19 055 18 800 – 19 580 kelapa:serbuk arang cangkang kelapa sawit)
Cangkang 20 093 19 500 – 20 750 untuk menghasilkan sampel briket seberat
20 gram, yaitu:
Batang 17 471 17 000 – 17 800
o 10:45:45 o 10:50:40
Pelepah 15 719 15 400 – 15 680 o 20:40:40 o 20:45:35
Sumber : Nasrudin, H. (2011) o 30:35:35 o 30:40:30
- Ketiga bahan tersebut dicampur dan
Cangkang kelapa sawit merupakan dihomogenkan.
produk samping dari industri minyak kelapa - Ditambahkan perekat sebanyak 5% dari
sawit dan pemanfaatannya belum begitu berat sampel dan diaduk sampai merata.
maksimal. Cangkang kelapa sawit yang - Kemudian dicetak dengan menggunakan
dihasilkan sebanyak 7% per ton tandan buah pencetak briket.
segar (TBS). Cangkang kelapa sawit memiliki - Setelah itu dikeringkan dengan
lignoselulosa yang berkadar karbon tinggi dan menggunakan oven pada suhu 40oC selama
memiliki berat jenis mencapai 1,4 g/m lebih 48 jam.

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 49


Prosedur Analisa Proksimat menyebabkan porositas briket menjadi lebih
Pengujian kualitas briket arang besar. Dengan porositas yang lebih besar, maka
dilakukan sesuai dengan ASTM Standard lebih banyak air yang teruapkan pada proses
(ASTM, 1979), meliputi pengeringan briket dan kadar air briket pun
- Kadar Air ASTM D-3173-03 menurun.
- Nilai kalor ASTM D-5865 Pada temperatur karbonisasi cangkang
- Kadar Abu ASTM D-3174-04 sawit 4500C dan 5000C, kandungan air dalam
briket juga akan semakin menurun seiring
- Kadar Zat Menguap ISO 562-1998
dengan bertambahnya massa cangkang sawit
- Kadar karbon terikat ASTM D-3172-02 dan berkurangnya massa tempurung kelapa
yang digunakan. Hal ini dikarenakan kandungan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN air yang dimiliki cangkang sawit hasil
karbonisasi pada temperatur 4500C dan 5000C
Kadar Air (Inherent Moisture) lebih kecil daripada kadar air tempurung kelapa.
Analisa kadar air diperlukan untuk Sebaliknya, karena kadar air cangkang sawit
mengetahui jumlah air yang terkandung dalam hasil karbonisasi pada temperatur 4000C lebih
briket. Semakin rendah kandungan air dalam besar daripada kadar air tempurung kelapa maka
suatu briket, maka semakin baik kualitas briket kadar air briket pun akan semakin besar dengan
tersebut. Hal ini dikarenakan air yang semakin banyaknya cangkang sawit dan
terkandung dalam briket akan menggunakan semakin sedikitnya tempurung kelapa yang
sebagian kalor yang dihasilkan briket ketika digunakan.
terbakar untuk berubah fase menjadi gas Dari hasil penelitian ini, nilai kadar air
(menguap) sehingga nilai kalor briket menurun seluruh briket telah memenuhi standar kualitas
serta menyulitkan penyalaan karena briket dari negara Jepang (6–8%), Amerika
meningkatnya energi awal yang dibutuhkan (6%) dan Indonesia (SNI No. 1/6235/2000 =
untuk membakar briket tersebut. Berikut hasil maks 8% dan PERMEN 47 Th. 2006 = maks
analisa kadar air briket dari campuran limbah 15%).
plastik LDPE, cangkang sawit, dan tempurung
kelapa : Kadar Abu (Ash Content)
Abu adalah bahan yang tersisa apabila
bahan bakar padat (kayu) dipanaskan hingga
berat konstan (Earl,1974). Kadar abu dalam
suatu briket mewakili banyaknya mineral yang
tidak ikut terbakar ketika proses pembakaran
berlangsung. Mineral-mineral ini tersisa sebagai
pengotor serta berpotensi menimbulkan kerak
(scale) dan menyebabkan korosi sehingga
mempengaruhi tingkat pengotoran dan korosi
peralatan yang dipakai. Oleh sebab itu, semakin
Gambar 1. Grafik Perbandingan Komposisi rendah kadar abu suatu briket maka semakin
Briket terhadap Kadar Air (%) baik kualitas briket tersebut.

Seperti yang terlihat pada Gambar 1


bahwa kadar air briket memiliki kecenderungan
untuk menurun seiring dengan meningkatnya
temperatur karbonisasi cangkang sawit yang
digunakan. Semakin tinggi temperatur
karbonisasi maka semakin banyak air yang
menguap selama proses tersebut sehingga
jumlah air yang terkandung dalam cangkang
sawit semakin rendah.
Trend yang sama juga terbentuk ketika
Gambar 2. Grafik Perbandingan Komposisi
massa plastik LDPE yang digunakan semakin
terhadap Kadar Abu (%)
banyak. Selain karena kandungan airnya sangat
sedikit, partikel-partikel plastik LDPE yang
Salah satu trend yang terbentuk pada
digunakan juga memiliki ukuran yang lebih
Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi
besar daripada partikel-partikel char cangkang
suhu karbonisasi cangkang sawit yang
sawit dan tempurung kelapa sehingga
digunakan maka semakin tinggi persentase

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 50


kadar abu briket. Hal ini dikarenakan massa tinggi suhu maka semakin banyak zat yang
arang (char) hasil karbonisasi yang terus menguap contohnya CO2, CH4, CO dan H2.
menurun seiring dengan kenaikan temperatur Untuk temperatur karbonisasi
karbonisasi, sementara massa mineral-mineral cangkang sawit 400oC terlihat trend grafiknya,
impuritis yang tidak terbakar dalam bahan tetap. jika komposisi cangkang sawit dinaikkan maka
Pada Gambar 2 terlihat bahwa nilai abu kadar VM akan meningkat. Contoh pada
briket dengan temperatur karbonisasi cangkang komposisi 30:35:35 kadar VM 46,68%
sawit 400oC membentuk trend yang semakin sedangkan komposisi 30:40:30 kadar VM
menurun ketika komposisi cangkang sawit 47,06%. Hal ini dikarenakan kadar VM bahan
dinaikkan dan tempurung kelapa diturunkan. baku cangkang sawit hasil karbonisasi pada
Contohnya briket (X1) dengan komposisi temperatur 400oC (26,94%) lebih besar daripada
(LDPE:CS:TK) 10:45:45, kadar abunya adalah tempurung kelapa (22,01%). Tetapi trend grafik
1,64% lalu menurun menjadi 1,63% pada karbonisasi cangkang sawit 400oC berbeda
komposisi 10:50:40. Hal ini dikarenakan kadar halnya dengan grafik karbonisasi cangkang
abu cangkang sawit hasil karbonisasi pada sawit 450oC dan karbonisasi cangkang sawit
temperatur 400oC (3,23%) lebih rendah daripada 500oC karena kadar VM bahan baku hasil
kadar abu tempurung kelapa (3,66%). karbonisasi cangkang sawit 450oC (19,12%) dan
Sementara itu, kadar abu cangkang sawit hasil CS 500oC (17,91%) < tempurung kelapa. Jadi
karbonisasi pada temperatur 450oC (4,71%) dan ketika komposisi karbonisasi cangkang sawit
500oC (5,19%) lebih besar daripada kadar abu 450oC dan 500oC dinaikkan maka kadar VM
tempurung kelapa sehingga kadar abu briket menurun.
pun akan meningkat dengan meningkatnya Gambar 3, grafik juga menunjukkan
persentase cangkang sawit dalam komposisi trend semakin banyak penambahan plastik
briket. LDPE pada komposisi campuran maka kadar
Kecenderungan kadar abu briket untuk VM menjadi semakin tinggi. Hal ini disebabkan
semakin menurun juga terlihat dengan plastik LDPE menyumbang kadar VM terbesar
meningkatnya persentase massa plastik LDPE yaitu 99,73%. Kadar VM yang tinggi pada
dalam briket. Hal ini disebabkan kadar abu plastik LDPE inilah yang menyebabkan platik
plastik LDPE yang sangat kecil, yaitu 0,11%. cepat penyalaannya dan tinggi kecepatan
Penambahan plastik LDPE inilah yang terbakarnya. Penambahan plastik LDPE inilah
menyebabkan range kadar abu menjadi rendah. yang menyebabkan range kadar VM menjadi
tinggi.
Kadar Zat Menguap (Volatile Matter)
Kadar volatile matter (VM) berbeda- Nilai Kalor (Heating Value)
beda untuk setiap bahan karena dipengaruhi Nilai kalor merupakan suatu nilai yang
oleh zat-zat mudah menguap yang terkandung menunjukkan jumlah panas atau kalor yang
dari bahan tersebut. Semakin tinggi nilai VM terkandung dalam suatu bahan dan akan
maka waktu penyalaan akan semakin lama dan dilepaskan ketika bahan tersebut dibakar; yang
waktu pembakaran semakin cepat (Sulistyanto, dinyatakan dalam satuan energi panas tiap
A, 2000). satuan massa. Nilai kalor merupakan salah satu
parameter utama yang menentukan kualitas
suatu briket. Semakin tinggi nilai kalor maka
semakin baik kualitas briket tersebut.

Gambar 3. Grafik Perbandingan Komposisi


Campuran terhadap Kadar Volatile Matter (%)

Grafik di atas menunjukkan trend Gambar 4. Grafik Perbandingan Komposisi


semakin tinggi suhu karbonisasi, maka kadar terhadap Nilai Kalor
VM semakin rendah. Hal ini karena semakin

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 51


Pada gambar di atas, terlihat bahwa energi panas yang dilepaskan saat bahan bakar
nilai kalor briket bervariasi berdasarkan tersebut dibakar sehingga semakin tinggi pula
komposisi material penyusunnya dan temperatur nilai kalor bahan tersebut.
karbonisasi cangkang sawit yang digunakan. Kadar karbon terikat atau fixed carbon
Nilai kalor tertinggi dimiliki briket hasil menunjukkan banyaknya kandungan unsur
karbonisasi cangkang sawit 5000 C dengan karbon yang tertambat dalam briket dan
komposisi 30% massa plastik LDPE, 40% memiliki pengaruh terhadap zat menguap dan
massa cangkang sawit, dan 30% massa suhu karbonisasi. Semakin tinggi kadar fixed
tempurung kelapa; yaitu 8.363 kalori/gram. carbon maka semakin rendah kadar zat
Sementara nilai kalor terendah sebesar 7079,5 menguap (Sudiyani, dkk, 1999). Sedangkan
kalori/gram dimiliki briket hasil karbonisasi terhadap suhu karbonisasi, semakin tinggi suhu
cangkang sawit 4000 C dengan komposisi 10% karbonisasi menyebabkan menurunnya
massa plastik LDPE, 50% massa cangkang persentase kadar volatile matter dan menaikkan
sawit, dan 40% massa tempurung kelapa. persentase kadar fixed carbon (Azhar dkk,
Pada umumnya, semakin tinggi 2009). Kadar karbon terikat yang terendah pada
temperatur karbonisasi cangkang sawit yang komposisi 30:40:30 pada suhu karbonisasi
digunakan maka semakin tinggi pula nilai kalor cangkang sawit 400oC sebesar 47,62% dan
briket. Hal ini dikarenakan seiring dengan tertinggi pada komposisi 10:45:45 pada suhu
meningkatnya temperatur karbonisasi maka karbonisasi cangkang sawit 500oC sebesar
semakin banyak karbon yang terbentuk dari 64,53%. Semua kadar karbon terikat diatas
pembakaran tak sempurna senyawa-senyawa memenuhi kriteria standar Jepang (60-80%) dan
organik yang terkandung dalam cangkang sawit, PERMEN No. 47 Th. 2006.
khususnya hemiselulosa, selulosa dan lignin
yang merupakan senyawa utama penyusun suatu
biomassa. Semakin banyak kandungan karbon
dalam briket, maka semakin besar pula energi
yang akan dilepaskan ketika briket tersebut
terbakar. Besarnya energi panas yang
dilepaskan inilah yang disebut nilai kalor.
Berdasarkan komposisi material
penyusunnya, semakin tinggi jumlah limbah
plastik LDPE yang digunakan maka semakin
tinggi pula nilai kalor briket yang dihasilkan.
Hal ini dikarenakan nilai kalor limbah plastik Gambar 5. Grafik Perbandingan Komposisi
LDPE lebih besar daripada nilai kalor yang Campuran Terhadap Kadar Karbon Terikat (%)
dimiliki cangkang sawit dan tempurung kelapa;
yaitu 11.172 kalori/gram. Begitu pula dengan Grafik di atas menunjukkan trend
nilai kalor briket dengan temperatur karbonisasi makin tinggi suhu semakin tinggi kadar karbon
cangkang sawit 4500C dan 5000C yang akan terikatnya. Hal ini karena pengaruh kadar air,
meningkat seiring dengan kenaikan komposisi abu dan volatile matter yang mengalami
massa cangkang sawit dan penurunan komposisi penurunan nilai selama suhu dinaikkan. Gambar
massa tempurung kelapa. Trend yang berbeda 5 juga menunjukkan trend makin banyak
terbentuk pada briket dengan temperatur penambahan plastik LDPE pada komposisi
karbonisasi cangkang sawit 4000C dimana campuran maka kadar karbon terikat menjadi
semakin banyak massa cangkang sawit dan semakin rendah. Hal ini disebabkan plastik
semakin sedikit massa tempurung kelapa yang LDPE memiliki kadar volatile matter yang
digunakan maka semakin rendah nilai kalor tinggi 99,73 %, sehingga didapat kadar karbon
briket yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan nilai terikatnya 0,03%.
kalor yang terkandung dalam char cangkang
sawit hasil karbonisasi pada temperatur 4000C
Pemilihan Briket Terbaik
lebih rendah daripada nilai kalor char Briket terbaik dipilih berdasarkan
tempurung kelapa. kesesuaiannya dengan standar briket seperti
tabel berikut.
Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon)
Kadar karbon terikat dalam suatu
bahan bakar; khususnya briket; berkaitan erat
dengan nilai kalor yang dihasilkan. Semakin
besar kadar karbon terikat maka semakin besar

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 52


nilai kalor, kadar abu dan fixed carbon-nya,
sedangkan kadar volatile matter dan kadar
Tabel 3. Perbandingan Hasil Penelitian dengan air akan semakin rendah.
Standar Briket 3) Briket terbaik diperoleh pada komposisi
10% massa limbah plastik LDPE, 50%
Sifat PERMEN SNI Jepang Inggris USA Hasil
Briket No.47 Th. No.1/6235/2000 Penelitian massa Cangkang Sawit temperatur
2006 karbonisasi 5000C, dan 40% massa
Tempurung Kelapa.
Moisture
≤ 15 ≤8 6-8 3-4 6 3,52-4,89
4) Briket terbaik yang dihasilkan telah
(%)
Ash (%) ≤ 10 ≤8 5-7 8-10 16 1,25-3,95
memenuhi standar briket PERMEN No. 47
Volatile sesuai Th. 2006 dan standar Jepang dengan nilai
Matter bahan ≤ 15 15-30 16.4 19-28 26,78-47,06 kalor 7.508 kalori/gram, kadar air 4,30%,
(%) baku
Fixed sesuai kadar abu 3,95%, kadar volatil matter
Carbon bahan ≥ 77 60-80 75 60 47,62-64,97
(%) baku 26,78%, dan kadar fixed carbon 64,97%.
Nilai 7079,5-
5000- 4000- 8363
Kalor 4400 ≥ 5000 5870
(cal/gr)
6000 6500 DAFTAR PUSTAKA

Amelia, C. F., Boedisantoso, R., dan


Dari penjelasan diatas maka didapat Warmadewanthi, I. Eco-briquette dari
komposisi yang memenuhi seluruh kriteria Komposit Bonggol Pisang, Lumpur IPAL
kualitas briket Standar yaitu PT. SIER dan Plastik Jenis LDPE.
1. Untuk PERMEN No. 40 Th.2006 semua Laporan Penelitian Institut Teknologi
komposisi campuran briket memenuhi Sepuluh November. Surabaya.
standar. Anggraini, R S. Eko-briket dari komposit
2. Berdasarkan standar Jepang didapat briket sampah plastik high density polyethylene
yang memenuhi standar yaitu (HDPE) dan arang sampah kebun.
- Perbandingan 10:45:45 pada suhu Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS.
karbonisasi cangkang sawit 450oC. Surabaya.
- Perbandingan 10:50:40 pada suhu Anual Books of ASTM Standards volume
karbonisasi cangkang sawit 45 0oC 05.06, 2003, Gaseous Fuel; Cool and
- Perbandingan 10:45:45 pada suhu Coke, PA USA.
karbonisasi cangkang sawit 500oC. Azhar dan Heri, R. Bahan Bakar Padat dari
- Perbandingan 10:50:40 pada suhu Biomassa Bambu dengan Proses
karbonisasi cangkang sawit 500oC. Torefaksi dan Densifikasi. Jurusan
Sehingga dapat diambil komposisi Teknik Kimia Fakultas Teknik
briket (plastik LDPE:Cangkang Universitas Lampung. Lampung.
Sawit:Tempurung Kelapa) yang terbaik yaitu BPPT.2013.http://www.bppt.go.id/index.php/te
perbandingan komposisi campuran 10:50:40 knologi-informasi-energi-dan-
pada suhu karbonisasi cangkang sawit 500oC material/1724-energi-hijau-untuk-
dan tempurung kelapa 500oC dengan nilai kalor ketahanan-energi-indonesia. Diunduh
7.508 kalori/gram, kadar air 4,30 %, kadar abu tanggal 27 Agustus 2013 pukul 09.00
3,95%, volatil matter 26,78 %, dan Fixed WIB.
carbon 64,97 %. Dynalab.http://www.dynalabcorp.com/technical
_info_ld_polyethylene.asp. Diunduh
4. KESIMPULAN pada tanggal 27 Agustus 2013 pukul
10.05 WIB.
Dari hasil penelitian yang telah Febriansyah,H,.2011.http://www.kamase.org/?p
dilakukan dapat disimpulkan bahwa : =2163. Diunduh pada tanggal 27
1) Semakin banyak limbah plastik LDPE yang Agustus 2013 pukul 09.37 WIB.
digunakan maka semakin tinggi nilai kalor, Hartoyo dan Tjutju, N. S. 1976. Rendemen dan
kadar volatile matter dan fixed carbon-nya, Sifat Arang Beberapa Jenis Kayu
sedangkan kadar abu dan kadar air akan Indonesia. Laporan No. 62 Lembaga
semakin rendah. Penelitian Hasil Hutan. Badan Penelitian
2) Semakin banyak char cangkang sawit hasil dan Pengembangan Pertanian
karbonisasi pada temperatur 4500C dan Departemen Pertanian Bogor. Bogor.
5000C serta semakin sedikit char cangkang IPB.2014.http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearnin
sawit hasil karbonisasi pada temperatur g/media/Energi%20dan%20Listrik%20P
4000C yang digunakan maka semakin tinggi ertanian/MATERI%20WEB%20ELP/Bab

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 53


%20III%20BIOMASSA/pendahuluan.htm Sawit untuk Pembuatan Asap Cair
. diunduh pada tanggal 21 Januari 2014. sebagai Pengawet Makanan Alami.
Jamilatun, S. 2008. Sifat-Sifat Penyalaan dan Laporan Penelitian Direktur Eksekutif
Pembakaran Briket Biomassa, Briket JINGKI Institute. Alumnus Universitas
Batubara dan Arang Kayu. Program Malikussaleh. Lhokseumawe
studi Teknik Kimia Universitas Ahmad Purwanto, D. 2011. Arang dari Limbah
Dahlan. Yogyakarta. Tempurung Kelapa Sawit. Penelitian
Kusuma, W. 2012. Kajian Eksperimental pada Balai Riset dan Standarisasi
Terhadap Karakteristik Pembakaran Industri. Banjarbaru.
Briket Limbah Ampas Kopi Instan dan Soekardi, Y. 2012. Pemanfaatan & Pengolahan
Kulit Kopi (Studi Kasus di Pusat Kelapa Menjadi Bebagai Bahan
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia). Makanan dan Obat Berbagai Penyakit.
Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Yrama Widya. Bandung.
Fisika STI-ITS Surabaya. Surabaya. Sudradjat, R., Setiawan, D., dan Roliado, H.
Marlianti,P.S.2013.http://putrisagitamarlianti.bl Teknik Pembuatan dan Sifat Briket
ogspot.com/2013_02_01_archive.html. Arang dari Tempurung dan Kayu
Diunduh pada tanggal 26 Agustus 2013. Tanaman Pagar (Jatropha Curcas L.).
Mulia, A. 2007. Pemanfaatan Tandan Kosong Susilo,D.2010.http://danangslax.blogspot.com/2
dan Cangkang Kelapa Sawit Sebagai 010/08/macam-macam-briket.html.
Briket Arang. Tesis Sekolah Pasca Diunduh pada tanggal 20 Agustus 2013.
Sarjana Universitas Sumatera Utara. Wanabina Oil and Commodities. 2011.
Medan. http://wanabinacommodities.blogspot.co
Nadarlis. 2012. Dampak Polimer Sintetik Bagi m/2011/08/manfaat-dan-kegunaan-
Kehidupan Manusia Dan cangkang-sawit.html. Diunduh pada
Lingkungannya. Makalah Program Studi tanggal 25 Agustus 2013.
Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Wikipedia.2013.http://id.wikipedia.org/wiki/Pla
Universitas Riau, Pekanbaru. stik. Diunduh pada tanggal 27 Agustus
Nashiruddin, H,. 2011. http://nashiruddin- 2013 pukul 11.08 WIB.
hasan.blog.ugm.ac.id/2011/11/25/menge Wikipedia.2013.http://id.wikipedia.org/wiki/Bri
nal-plastik-polietilena/. Diunduh pada ket. Diunduh pada tanggal 20 Agustus
tanggal 27 Agustus 2013 pukul 9.50 2013.
WIB.
Onu, F., sudarja., dan Rahman, M.,N R. 2010.
Pengukuran Nilai Kalor Bahan Bakar
Briket Arang Kombinasi Cangkang Pala
(Myristica Fragan Houtt) dan Limbah
Sawit (Elaeis Guenensis). Laporan
Penelitian Semianr Nasional Teknik
Mesin UMY. Yogyakarta.
Palupi,I.2012.file:///D:/buku%20tekkim/Semeste
r%20IX/Penelitian/bahan-
bahan/analisa%20batubara.htm.
Diunduh pada tanggal 26 Agustus 2013.
Paragonesia.2012.http://indrianatatang.blogspot
.com. Diunduh pada tanggal 20 Agustus
2013.
PDmenaraplastik.http://www.distributorplastik.c
om/vmchk/plastik-ldpe/view-all-
products.html. Diunduh pada tanggal 26
Agustus 2013.
PERMEN ESDM (Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral). 2006.
Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan
Briket Batubara dan Bahan Bakar Padat
Berbasis Batubara (Ketetapan No 047).
PERMEN ESDM. Jakarta
Pranata,J. 2007. Pemanfaatan Sabut dan
Tempurung Kelapa serta Cangkang

Teknik Kimia No. 2, Vol. 20, April 2014 Page | 54

Anda mungkin juga menyukai