Anda di halaman 1dari 11

1.

Pembangunan Koperasi dan Perundang-undangan


Koperasi sesuai dengan watak sosialnya adalah wadah ekonomi untuk
menanggulangi kemiskinan dan keterbelakangan dalam upaya untuk menciptakan
pembangunan yang berkeadilan. Selain itu, koperasi juga merupakan organisasi ekonomi
yang paling banyak melibatkan peran serta rakyat. Oleh karena itu, koperasi sebagai
gerakan ekonomi rakyat perlu lebih banyak diikutsertakan dalam upaya pembangunan,
untuk mewujudkan pembangunan yang lebih merata, tumbuh dari bawah, berakar di
masyarakat dan mendapat dukungan luas dari rakyat.Pembangunan koperasi dalam
Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) telah menunjukkan berbagai
keberhasilan yang sangat berarti, baik ditinjau dari jumlah koperasi, jumlah anggota
koperasi, maupun nilai usaha koperasi.
Koperasi juga telah berperan aktif dalam kegiatan ekonomi rakyat dan sekaligus
mulai dapat meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Keadaan tersebut tercermin,
antara lain dari peningkatan jumlah dan ragam koperasi, jumlah dan ragam dalam bidang
koperasi, jumlah simpanan anggota, jumlah modal usaha, serta jumlah nilai usaha
koperasi. Kemajuan pembangunan koperasi ini cukup menggembirakan karena telah
menunjukkan bahwa koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat dan badan usaha semakin
berperan aktif dan terlibat lebih luas dalam berbagai kegiatan ekonomi serta sekaligus
telah meningkatkan kesejahteraan para anggotanya yang pada umumnya masih terbatas
kemampuan ekonominya.
Sesuai dengan tahapan pembangunan nasional dalam PJP I, peranan pemerintah
dalam pembangunan koperasi pada masa itu masih besar, terutama ada kegiatan yang
bersifat perintis dan kegiatan perekonomian lainnya yang belum sepenuhnya mampu
dilaksanakan sendiri oleh gerakan koperasi.Kebijaksanaan pembinaan usaha koperasi
sejak Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama, yang diprioritaskan untuk
mendukung keberhasilan program pengadaan pangan nasional melalui Koperasi Unit
Desa (KUD), didukung dengan pemberian kredit pengadaan pangan beserta penyediaan
jaminan kreditnya yang kemudian telah memberikan sumbangan besar bagi tercapainya
swasembada beras sejak tahun 1984.
Sejalan dengan perkembangan pembangunan nasional yang ditandai oleh
kemajuan yang pesat di berbagai sektor di luar sektor pertanian, bidang usaha koperasi
juga turut berkembang. Dewasa ini, lingkup bidang usaha koperasi mencakup baik usaha
pertanian maupun usaha non-pertanian, seperti industri pangan, penyaluran pupuk,
pemasaran kopra, pemasaran cengkeh, pemasaran susu, pemasaran hasil perikanan,

1
petemakan, pertambangan rakyat, kerajinan rakyat, penyaluran BBM, penyaluran semen,
usaha pakaian jadi, usaha industri logam dan tambang rakyat, pemasaran jasa
telekomunikasi, pemasaran jasa kelistrikan pedesaan, penyaluran kredit candak kulak
(KCK) dan sebagainya. Sumbangan koperasi secara nasional dalam pengadaan
maupun penyaluran beberapa komoditas penting cukup besar.

Gerakan koperasi Indonesia juga telah memiliki organisasi tunggal, yaitu Dewan
Koperasi Indonesia (Dekopin) yang berfungsi sebagai wadah perjuangan dan
membawa aspirasi bagi kepentingan gerakan koperasi. Selain itu, selama PJP I juga
telah terbentuk prasarana penunjang bagi PJP II. Prasarana penunjang tersebut di
antaranya adalah Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) dan Akademi
Koperasi (Akop) sebagai lembaga pendidikan pencetak sarjana dan kader pembangunan
koperasi yang ahli di bidang manajemen koperasi. Pada saat itu, telah berdiri pula
Koperasi Jasa Audit (KJA) yang tersebar di 20 provinsi dan berfungsi sebagai pusat
pelayanan jasa audit, jasa bimbingan dan manajemen, serta jasa pelatihan. Di bidang
asuransi, gerakan Koperasi juga telah memiliki Koperasi Asuransi Indonesia (KAI). Di
bidang keuangan, telah dibentuk Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi
(Perum PKK) yang merupakan penyempurnaan dari Lembaga Jaminan Kredit Koperasi
(LJKK) dan berfungsi memberikan jaminan atas kredit kepada koperasi yang diberikan
oleh bank. Selain itu, juga dibentuk Bank Umum Koperasi Indonesia (Bank Bukopin)
dan lembaga keuangan lainnya, seperti Koperasi Pembiayaan Indonesia (KPI), Koperasi
Bank Perkreditan Rakyat (KBPR), dan Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
Modal penting lainnya dalam pengembangan koperasi pada PJP II adalah UU
Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang memberikan landasan hukum yang
kuat bagi pembangunan koperasi yang maju dan mandiri. Pada prinsipnya, UU
perkoperasian yang baru memberikan keleluasaan yang lebih besar kepada gerakan
koperasi untuk menentukan arah pengembangan usaha agar sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan para anggota. Disamping itu, pemerintah tetap memberikan bimbingan,
kemudahan, dan perlindungan dalam rangka mendirikan koperasi.

2. Tantangan, Kendala, dan Peluang dalam Pembangunan Koperasi


2.1 Tantangan dalam Pembangunan Koperasi
Meskipun banyak hasil yang telah dicapai dalam pembangunan koperasi
selama PJP I, namun masih banyak masalah diselesaikan dan ditangani dalam PJP II.

2
Hingga saat ini, karena berbagai alasan ekonomi dan nonekonomi, koperasi pada
umumnya belum dapat melaksanakan sepenuhnya prinsip koperasi sebagaimana yang
telah dicita-citakan, sehingga koperasi sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat
belum dapat mengembangkan seluruh potensi dan kemampuannya dalam memajukan
perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Di samping itu,
berbagai kondisi struktural dan sistem yang ada masih menghambat koperasi untuk
sepenuhnya dapat menerapkan kaidah ekonomi guna meraih dan memanfaatkan
berbagai kesempatan ekonomi secara optimal.
Sementara itu, terbukanya perekonomian nasional terhadap perkembangan
perekonomian dunia diperkirakan akan menghadirkan perubahan-perubahan besar dalam
tatanan kehidupan ekonomi nasional. Persaingan usaha akan semakin ketat, peranan
ilmu pengetahuan dan teknologi meningkat, tuntutan akan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk mengantisipasi dan merencanakan masa depan meningkat pula.
Kedudukan dan keberadaan koperasi makin terintegrasi dan berperan menentukan ke
dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, tantangan dalam pembangunan koperasi
adalah mengembangkan koperasi menjadi badan usaha yang sehat, kuat, maju, mandiri,
dan memiliki daya saing sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya yang
berujung pada meningkatnya perekonomian nasional.
Dengan memperhatikan kedudukan koperasi, baik sebagai soko guru perekonomian
nasional maupun sebagai bagian integral dari tatanan perekonomian nasional, peran
koperasi sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi
rakyat. Dalam hal ini, koperasi sebenarnya memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha
yang luas, terutama dalam hal yang menyangkut kepentingan kehidupan ekonomi rakyat.
Namun dalam kenyataannya, koperasi masih menghadapi beberapa hambatan struktural
dan sistem untuk dapat berfungsi dan berperan sebagaimana yang diharapkan, antara lain
dalam memperkukuh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional.
Dengan demikian, yang menjadi tantangan adalah mewujudkan koperasi, baik
sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan ekonomi rakyat agar mampu berperan
secara nyata dalam kegiatan ekonomi rakyat. Inti kekuatan koperasi terletak pada anggota
yang berpartisipasi aktif dalam organisasi koperasi dan kesadaran masyarakat untuk
bergabung dalam wadah koperasi. Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi masih harus
meningkatkan kemampuannya dalam menggerakkan dan menampung peran serta
masyarakat secara luas. Oleh karena itu, mewujudkan koperasi sebagai gerakan ekonomi

3
rakyat yang berakar dalam masyarakat juga merupakan tantangan dalam pembangunan
koperasi di Indonesia.

4
2.2 Kendala dalam Pembangunan Koperasi
Untuk menjawab tantangan di atas, koperasi harus menyadari bahwa terdapat
beberapa kendala yang dihadapinya. Kendala-kendala tersebut dapat dilihat dari sisi
internal maupun eksternal koperasi.
a. Kendala Eksternal
1) Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang dengan persebaran yang kurang
merata.
2) Iklim usaha yang belum sepenuhnya memberikan dukungan terhadap
pengembangan koperasi.
3) Belum lengkapnya kelembagaan pemberdayaan koperasi.
4) Belum tegaknya pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang mengatur
persaingan yang sehat dan adil.
5) Kurangnya pembinaan usaha nasional baik antarsektor dan antargolongan
ekonomi maupun antardaerah.
b. Kendala Internal
1) Tingkat kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia koperasi yang
pada umumnya belum memadai. Kendala ini menjadi faktor yang mempengaruhi
kemampuan koperasi dalam menjalankan fungsi dan peranannya yang berakibat
pada kurang efektif dan efisiennya organisasi dan manajemen koperasi. Hal ini
tercermin pada pengelolaan koperasi dan tingkat partisipasi anggota yang
belum optimal, lemahnya daya inovasi dan kreativitas, rendahnya disiplin, serta
tidak adanya etos kerja.
2) Terbatasnya akses terhadap bahan baku, permodalan, teknologi, informasi, pasar
produk, lokasi usaha, jaringan kerja, dan kemitraan.
3) Rendahnya partisipasi anggota koperasi dalam kegiatan usaha koperasi.
Dalam menghadapi kendala baik internal maupun eksternal, diperlukan kerja keras dari
pemerintah seperti instansi terkait dan dinas koperasi. Selain itu, pihak internal koperasi
juga harus berusaha dengan keras untuk mengatasi kendala tersebut.

2.3 Peluang dalam Pembangunan Koperasi


Di masa mendatang, koperasi dalam kegiatan usahanya diharapkan mampu
memanfaatkan peluang usaha baru. Berikut ini peluang usaha yang diharapkan yaitu:

5
a. Adanya UU No. 12 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dimana UU tersebut dapat
memberikan peluang bagi koperasi agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi
lebih kuat dan mandiri.
b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi menciptakan peluang bagi berkembangnya
usaha koperasi di masa depan.
c. Terbukanya perekonomian dunia dapat memberikan peluang bagi koperasi, yaitu
semakin terbukanya pasar internasional bagi hasil produksi koperasi dan semakin
terbukanya kesempatan kerjasama internasional antara gerakan koperasi di berbagai
bidang.
d. Adanya perubahan struktur perekonomian nasional dari sektor pertanian ke sektor
industri dan jasa maka dapat menciptakan peluang usaha seperti di bidang
agrobisnis, agroindustri, kerajinan industri, dll.
Selain itu, untuk menanggapi tantangan koperasi dalam menghadapi MEA,
terdapat beberapa peluang yang dapat memotivasi agar keberadaan dan kinerja koperasi
dapat tercapai secara optimal. Jika dilihat dari organisasikoperasi itu, hal yang dapat
dilakukan diantaranya:
a. Memperkuat ideologisasi koperasi pada anggota.
b. Penguatan kelembagaan koperasi sebagai entitas bisnis modern.
c. Membangun kultur kreatif, inovatif dan nilai tambah dalam kerangka meningkatkan
daya saing koperasi.
d. Memperkuat jaringan kemitraan koperasi dengan stakeholder.
Jika dilihat dari segi bisnis koperasinya, maka hal yang dapat dilakukan diantaranya:
a. Peningkatan modal sendiri berdasarkan skala ekonomi yang layak.
b. Penerapan IT.
c. Kemitraan dengan pelaku bisnis lain.
Jika dilihat dari segi sumber daya Manusianya, maka hal yang dapat dilakukan diantaranya:
a. Peningkatan kualitas SDM koperasi.
b. Pengembangan sistem kompensasi yang menarik.
c. Profesionalisasi manajemen.
d. Pengukuran kinerja SDM yang unggul.

6
3. Arahan, Sasaran, dan Kebijaksanaan Pembangunan Koperasi
3.1 Arahan Pembangunan Koperasi
Pembangunan koperasisebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar
semakin memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien, menjadi gerakan
rakyat yang tangguh, dan berakar dalam masyarakat sehingga mampu memajukan
kesejahteraan ekonomi anggotanya. Pembangunan koperasi juga diarahkan menjadi
gerakan ekonomi rakyat yang didukung oleh jiwa dan semangat yang tinggi dalam
mewujudkan demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk
mewujudkan hal tersebut, khususnya koperasi di pedesaanperlu dikembangkan mutu dan
kemampuannya serta ditingkatkan peranannya dalam kehidupan ekonomi di pedesaan.
Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi dapat ditingkatkan melalui upaya peningkatan
semangat kebersamaan, meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
menumbuhkembangkan koperasi, meningkatkan kesadaran, kegairahan, dan kemampuan
berkoperasi di seluruh lapisan masyarakat.
Fungsi dan peran koperasi juga menjadi tanggung jawab lembaga gerakan
koperasi, dimana lembaga tersebut merupakan wadah perjuangan kepentingan dan
pembawa aspirasi gerakan koperasi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai
pembina dan pelindungnya. Pengembangan koperasi didukung melalui pemberian
kesempatan berusaha seluas-luasnya di segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam
maupun luar negeri yaitu dengan menciptakan iklim usaha yang mendukung kemudahan
memperoleh permodalan. Potensi koperasi untuk tumbuh menjadi usaha skala besar
dapat terus ditingkatkan, salah satunya melalui perluasaan jaringan usaha koperasi,
pemilikan saham, serta keterkaitan usaha dengan usaha hulu dan usaha hilir, baik
dalam usaha negara maupun usaha swasta.

3.2 Sasaran Pembangunan Koperasi


Garis-garis Besar Haluan Negara 1993 menetapkan bahwa sasaran koperasi
dalam PJP II adalah terwujudnya koperasi sebagai badan usaha dan sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang sehat, tangguh, kuat, mandiri, serta sebagai soko guru
perekonomian nasional sehingga mampu berperan dalam meningkatkan kondisi ekonomi
dan kesejahteraan rakyat. Beberapa sasaran operasional pembangunan koperasi yang
ditetapkan oleh pemerintahdalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam, yaitu
sebagai berikut.

7
a. Semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia koperasi yang berdampak
pada semakin meningkatnya kemampuan organisasi dan manajemen koperasi.
b. Semakin meningkatnya pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan teknologi
tepat guna.
c. Semakin kukuhnya struktur permodalan dan jaringan usaha koperasi secara
horizontal dan vertikal.
d. Semakin berfungsi dan berperannya lembaga gerakan koperasi.
Selain sasaran operasional yang bersifat umum tersebut, ditetapkan juga sasaran
pengembangan koperasi di pedesaan dan perkotaan. Sasaran pengembangan koperasi di
pedesaan, diantaranya yaitu:
a. Semakin berkembangnya koperasi di pedesaan yang mampu memberikan
kesempatan untuk meningkatkan usaha yang sesuai dengan kebutuhannya dan
mampu memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraannya.
b. Semakin menyebarnya Koperasi Unit Desa (KUD) yang mandiri di seluruh pelosok
tanah air.
c. Semakin meningkatnya kualitas KUD yang mandiri.
d. Semakin meningkatnya kemampuan usaha dan peran KUD yang mendorong
berkembangnya agribisnis, agriindustri, industri pedesaan, jasa keuangan, dan jasa
lainnya termasuk penyediaan kebutuhan pokok.
e. Semakin meningkatnya kualitas pelayanan KUD kepada para anggota dan
masyarakat di daerah tertinggal, terisolasi, terpencil, dan permukiman transmigrasi.
f. Semakin luas dan kukuhnya jaringan kerja sama antar koperasi dan kemitraan usaha
dengan badan usaha lainnya.
Selanjutnya, yang menjadi sasaran pengembangan koperasi di perkotaan,
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Semakin berkembangnya koperasi berbasis konsumen yang mampu melayani
kebutuhan pokok para anggota dan masyarakat di daerah permukiman rakyat.
b. Semakin berkembangnya koperasi karyawan, koperasi pegawai negeri, dan koperasi
di lingkungan TNI atau Polri.
c. Semakin berkembangnya koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam koperasi
dan koperasi jasa keuangan lainnya.
d. Semakin berkembangnya koperasi jasa di berbagai bidang.
e. Semakin meningkatnya kualitas pelayanan koperasi kepada anggota dan masyarakat
di daerah perkotaan yang tertinggal.

8
f. Makin luas dan kukuhnya jaringan kerja sama antar koperasi dan kemitraan usaha
dengan badan usaha lainnya.

3.3 Kebijaksanaan Pembangunan Koperasi


Secara umum, kebijaksanaan umum pembangunan koperasi dalam Rencana
Pembangunan Lima Tahun Keenam adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia,
pemanfaatan, pengembangan, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
rangka mengembangkan dan memantapkan kelembagaan usaha dan sistem koperasi
untuk mewujudkan peran utamanya di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat. Secara
khusus, kebijaksanaan pembangunan koperasi dalam Rencanan Pembangunan Lima
Tahun Keenam adalah meningkatkan akses dan pangsa pasar yang dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu:
a. Meningkatkan keterkaitan usaha, kesempatan usaha dan kepastian usaha,
memperluas akses terhadap informasi usaha, mengadakan pencadangan usaha,
membantu penyediaan sarana dan prasarana usaha yang memadai, serta
menyederhanakan perizinan. Upaya ini ditunjang dengan menyusun berbagai
peraturan perundang-undangan yang mendukung pengembangan koperasi dan
menghapus peraturan yang menghambat perkembangan koperasi.
b. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen, antara lain dengan
meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan profesionalisme para anggota,
pengurus, pengawas, dan karyawan koperasi.
c. Mendorong koperasi agar benar-benar menerapkan prinsip koperasi dan kaidah
usaha ekonomi, mendorong proses pengembangan karir karyawan koperasi,
mendorong tata hubungan kerja yang efektif, mendorong berfungsinya perangkat
organisasi koperasi, meningkatkan partisipasi anggota, serta mendorong
terwujudnya keterkaitan antar koperasi, baik secara vertikal maupun horizontal.
d. Meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai dan semangat operasi melalui
peningkatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perkoperasian baik bagi anggota
koperasi, pengelola koperasi maupun masyarakat.
e. Meningkatkan akses terhadap teknologi dengan meningkatkan kegiatan penelitian
dan pengembangan, pemanfaatan hasil penelitian atau pengkajian lembaga lain,
meningkatkan kegiatan alih teknologi, memberikan kemudahan untuk modernissi
peralatan, serta mengembangkan dan melindungi teknologi yang telah dikuasai oleh
anggota koperasi secara turun-temurun.

9
f. Mengembangkan kemitraan, yaitu dengan mengembangkan kerja sama antar
koperasi, baik secara horizontal, vertikal maupun kerja sama internasional;
mendorong koperasi sekunder agar lebih mampu mengonsolidasi dan
memperkukuh jaringan keterkaitan dengan koperasi primer serta mendorong
kemitraan usaha dengan badan usaha lainnya, baik dengan bentuk dagang,
subkontrak, usaha patungan maupun bentuk kemitraan lainnya, yang dilandasi oleh
prinsip yang saling membutuhkan, saling menunjang, dan saling menguntungkan.
Mengingat lingkup pembangunan koperasi sangat luas dan terkait dengan berbagai sektor
pembangunan lainnya, maka pelaksanaan dan kebijaksaan tersebut hendaknya dilakukan
secara terpadu dan selaras dengan pelaksaan kegiataan pembinaan dan pengembangan
perkoperasian di sektor tersebut.

10
REFERENSI

Damayana. (2016). Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pembangunan Koperasi di Indonesia.


Dipetik Maret 9, 2018, dari
https://www.scribd.com/document/324654984/Pembangunan Koperasi di Indonesia

Dealissa, O. (2014, Januari 19). Tantangan Dalam Pembangunan Koperasi. Dipetik Maret 3,
2018, dari http://olgadealissaputri.blogspot.co.id/2014/01/tantangan-dalam-
pembangunan-koperasi.html

Dian. (2012, April 20). Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Pembangunan Koperasi Di


Indonesia. Dipetik Maret 3, 2018, dari SCRIBD:
https://id.scribd.com/doc/90349705/Kebijaksanaan-Pemerintah-Dalam-Pembangunan-
Koperasi-Di-Indonesia

Kusnadi, H. (1999). Ekonomi Koperasi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.

Sitip, A. H. (2001). Koperasi, Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga.

11

Anda mungkin juga menyukai