Anda di halaman 1dari 21

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Jl. Kyai Tapa No.1, Tomang, Grogol Petamburan - Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU BEDAH
Hari/Tanggal Presentasi Kasus: 9 April 2018
RSAU dr. Esnawan Antariksa

I. IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Tn. I Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 20 tahun Suku Bangsa : Jawa

Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMA

Alamat : MES SKADRON 504 / - / - Kel.


Halimperdanakusuma Kec. Makasar, Jakarta Tanggal Pemeriksaan : 26 Maret 2018

Timur
II. ANAMNESIS
Diambil dari : Alloanamnesis pada tanggal 26 Maret 2018 pukul 11.00 WIB
Keluhan Utama:
Nyeri pada buah zakar kanan sejak kurang lebih 7 hari SMRS
Keluhan Tambahan:
Mual (+), muntah (-), demam (-), BAK dan BAB dalam batas normal
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien laki-laki berumur 20 tahun datang ke Poli Bedah Umum RS TNI AU dr.
ESNAWAN ANTARIKSA dengan keluhan nyeri pada buah zakar kanan sejak kurang lebih 7
hari SMRS. Nyeri baru pertama kali dan dirasakan hilang timbul dan nyeri bertambah saat pasien
beraktivitas. Nyeri dirasakan menjalar ke bagian abdomen. Pasien juga mengeluh benjolan pada
buah zakar kanan. Benjolan pada buah zakar kanan, benjolan dirasakan kecil pada saat pertama
kali ditemukan dan bertambah besar setiap hari. Pasien sebelumnya juga mengeluh demam
selama beberapa hari, mual tetapi tidak ada muntah. Benjolan pada buah zakar, tidak hilang
timbul baik saat tidur, berdiri ataupun mengedan. Tidak terdapat discharge yang keluar dari
benjolan. Riwayat trauma dan penyakit menular seksual disangkal oleh pasien. BAK normal
tidak ada lendir ataupun darah, tidak ada nyeri saat BAK,BAB tidak ada keluhan.

Riwayat Keluarga

Keadaan Penyebab
Hubungan Umur (tahun) Jenis Kelamin
Kesehatan meninggal

Kakek - L Meninggal Tidak diketahui

Nenek - P Meninggal Tidak diketahui

Ayah 58 L Sehat

Ibu 54 P Sehat

Saudara 26 P Sehat -
Riwayat Penyakit Dahulu :
( - ) Cacar ( - ) Malaria ( - ) Batu Saluran Kemih
( - ) Gondongan ( - ) Disentri ( - ) Burut (Hernia)
( - ) Difteri ( - ) Hepatitis ( - ) Penyakit Prostat
( - ) Batuk Rejan ( - ) Wasir ( - ) Tifus Abdominalis
( - ) Campak ( - ) Skrofula ( - ) Diabetes
( - ) Influenza ( - ) Sifilis ( - ) Asma
( - ) Tonsilitis ( - ) Gonore ( - ) Tumor
( - ) Khorea ( - ) Hipertensi ( - ) Penyakit Pembuluh
( - ) Demam Rematik Akut ( - ) Ulkus Ventrikuli ( - ) Perdarahan Otak
( - ) Pneumonia ( - ) Ulkus Duodeni ( - ) Psikosis
( - ) Pleuritis ( - ) Gastritis ( - ) Neurosis
( - ) Tuberkulosis ( - ) Batu Empedu Lain-lain: ( - ) Operasi
( - ) Kecelakaan

III. STATUS GENERALIS

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit, reguler

Pernafasaan : 22 x/menit

Suhu : 36,2 ºC

Tinggi Badan : 163 cm

Berat Badan : 53 kg

Keadaan gizi : Gizi baik


Kepala :
- Tidak terdapat kelainan
Mata :
- Tidak terdapat kelainan
Telinga :
- Tidak terdapat kelainan
Hidung :
- Tidak terdapat kelainan

Tenggorokan :
- Tidak terdapat kelainan
Mulut :
- Tidak terdapat kelainan
Leher:
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : Tidak dilakukan
Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
Kelenjar Limfe : Tidak membesar

Dada:
Bentuk : Simetris, tidak ada benjolan maupun lesi

Paru-Paru Depan Belakang:


 Inspeksi
- Simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis, tidak ada bagian dada yang tertinggal,
tidak tampak retraksi sela iga
 Palpasi
- Benjolan (-)
- Nyeri tekan (-)
- Vokal Fremitus simetris kiri dan kanan
 Perkusi
- Sonor di kedua lapang paru
 Auskultasi
- Suara napas vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Jantung:
 Inspeksi
- Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi
- Ictus cordis teraba pada ICS V, linea midcavicula kiri
 Perkusi
- Batas kanan : ICS IV, linea sternal dextra
- Batas atas : ICS II linea sternal sinistra
- Batas kiri : ICS V, 1/3 lateral dari linea midclavicula sinistra
- Batas bawah : ICS VI, linea midclavicula sinistra
 Auskultasi
- BJ I-II reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan, murmur (-), gallop (-) di setiap
katup (mitral trikuspid, aorta dan pulmonal)

Abdomen
Inspeksi : Perut cembung, kulit tampak normal, pelebaran pembuluh
darah (-), distensi (-), ascites (-), benjolan (-), Cullen sign (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : Supel, terdapat nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas,
Murphy sign (+), nyeri lepas tekan (+), hepar dan lien tidak
teraba.
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen

Lengan Kanan Kiri


Otot
Tonus : Normotonus Normotonus
Massa : Tidak teraba massa Tidak teraba massa
Sendi : Normal, tidak ada nyeri Normal, tidak ada nyeri
Gerakan : Aktif, tidak ada keterbatasan Aktif, tidak ada keterbatasan
Kekuatan : Normal (5) Normal (5)
Oedem : Tidak ada Tidak ada

Tungkai dan Kaki Kanan Kiri


Luka : Tidak ada Tidak ada
Varises : Tidak ada Tidak ada
Otot
Tonus : Hipotonus Normotonus
Massa : Tidak ada massa Tidak ada massa
Sendi : Ada nyeri Normal, tidak ada nyeri
Gerakan : Ada keterbatasan Aktif, tidak ada keterbatasan
Kekuatan : Normal (5) Normal (5)
Oedem : Tidak ada Tidak ada

Status Lokalis:
Inspeksi: Tak tampak discharge, tampak tanda peradangan pada testis kanan, testis sebelah
kanan tampak membesar, ukuran testis bervariasi, testis kiri ukuran 4cm x 3cm,
testis kanan 6cm x 4cm
Palpasi: Teraba hangat dan bengkak pada scrotum kanan, terdapat nyeri tekan, Phren test
positif, Refleks kremaster positif, tidak terdapat pembesaran KGB inguinal
Refleks

Kanan Kiri

Refleks Tendon Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Bisep Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Trisep Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Patela Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Achiles Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Kremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Refleks Kulit Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks Patologis Negatif Negatif

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium
Darah Rutin
Hb : 14,3 g/dl
Leukosit : 8300/mm3
Hematokrit : 37%
Trombosit : 164.000/mm3
Hitung Jenis
Basofil :0%
Eosinofil :1%
Neutrofil Batang :3%
Neutrofil Segment : 67 %
Limfosit : 26 %
Monosit :3%
LED : 13 mm/jam

V. RESUME
Pasien laki-laki berumur 20 tahun datang ke Poli Bedah Umum RS TNI AU dr.
ESNAWAN ANTARIKSA dengan keluhan nyeri pada buah zakar kanan sejak kurang lebih 7
hari SMRS. Nyeri baru pertama kali dan dirasakan hilang timbul dan nyeri bertambah saat pasien
beraktivitas. Nyeri dirasakan menjalar ke bagian abdomen. Pasien juga mengeluh benjolan pada
buah zakar kanan. Benjolan pada buah zakar kanan, benjolan dirasakan kecil pada saat pertama
kali ditemukan dan bertambah besar setiap hari. Pasien sebelumnya juga mengeluh demam
selama beberapa hari, mual tetapi tidak ada muntah. Benjolan pada buah zakar, tidak hilang
timbul baik saat tidur, berdiri ataupun mengedan. Tidak terdapat discharge yang keluar dari
benjolan. Riwayat trauma dan penyakit menular seksual disangkal oleh pasien. BAK normal
tidak ada lendir ataupun darah, tidak ada nyeri saat BAK,BAB tidak ada keluhan. Riwayat
hipertensi, DM dan riwayat penyakit lain disangkal oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit ringan, kesadaran
compos mentis, tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi: 80 x / menit, pernafasan: 22x/menit, suhu:
36,2 oC. Pada status lokalis inspeksi Tak tampak discharge, tampak tanda peradangan pada testis
kanan, tampak pembesaran pada testis kanan, ukuran testis bervariasi, testis kanan ukuran 6cm x
4cm testis kiri ukuran 4cm x 3cm. Pada palpasi testis kanan teraba hangat dan bengkak, terdapat
nyeri tekan, Phren test positif, Refleks kremaster positif, tidak terdapat pembesaran KGB
inguinal.
Pada pemeriksaan penunjang :
Darah Rutin :
Hb 14,3 g/dl, Leukosit 8300/mm3, Hematokrit 37%, Trombosit 164.000/mm3
Hitung Jenis :
Basofil 0 %, Eosinofil 1 %, Neutrofil Batang 3 %, Neutrofil Segment 67 %, Limfosit 26 %,
Monosit 3 %
LED 13 mm/jam

VI. DIAGNOSA BANDING


 Orchitis
 Tumor testis
 Hernia skrotalis
 Hidrokel
 Epididimitis
 Torsio testis
VII. DIAGNOSIS

Orchitis Dextra

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN


 Darah Rutin
 Pemeriksaan Urinalisis
 Pemeriksaan pewarnaan gram dan kultur dari sekret uretra
 USG testis
 VDRL ?

IX. PENATALAKSANAAN

 Inf RL 20 tts/m
 Ciprofloxacin Inf. 2 x 400 mg
 Ketorolac Inj. 2 x 30 mg

X. PROGNOSIS

 Ad Vitam : Dubia ad bonam


 Ad Sanationam : Dubia ad malam
 Ad Functionam : Dubia ad bonam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Testis


Testis merupakan organ kelamin pria, terletak dalam scrotum. Testis akan turun sekitar
umur janin 7 bulan menuju scrotum melalui canalis inguinalis dibawah pengaruh hormon
testosterone dari testis. Testis sinistra biasanya terletak lebih rendah daripada testis dextra.
Masing-masing testis dikelilingi capsula fibrosa yang kuat, disebut tunica albuginea. Dari
permukaan dalam capsula terbentang banyak septa fibrosa yang membagi bagian dalam testis
menjadi lobulus-lobulus testis. Di dalam setiap lobulus terdapat 1-3 tubuli seminiferi yang
berkelok-kelok. Tubuli seminiferi bermuara ke rete testis, ductuli efferentes, dan epididimis.1
Pengaturan suhu testis di dalam scrotum dilakukan oleh kontraksi musculus dartos dan
cremaster yang apabila berkontraksi akan mengangkat testis mendekat ke tubuh. Bila suhu testis
akan diturunkan, otot cremaster akan berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh. Temperatur
testis dalam scrotum selalu dipertahankan dibawah temperatur suhu tubuh 2-3 oC untuk
kelangsungan spermatogenesis. Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam
tubulus) melalui darah, karena adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli yang disebut sawar
darah testis. Fungsi dari sawar darah testis adalah untuk mencegah reaksi auto-imun. Tubuh
dapat membuat antibodi melawan spermanya sendiri, maka hal ini dicegah dengan sawar.2,3
Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis..Testis berperan
pada sistem reproduksi dan sistem endokrin.2,3
Fungsi testis:
 Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus, diatur FSH
 Sekresi testosterone oleh sel Leydig, diatur oleh LH.
Gambar 1. Anatomi Testis

Gambar 2. Anatomi Scrotum


Dinding scrotum terdiri dari :
1. Cutis
2. Fascia superficialis
3. Musculus dartos
4. Fascia spermatica externa
5. Fascia cremasterica
6. Fascia spermatica interna
7. Tunica vaginalis

2.2 Epidemiologi
Pada tahun 2002, epididimitis atau orkitis menyumbang untuk 1 di 144 kunjungan rawat
jalan (0,69 persen) pada laki-laki 18-50 tahun Ada sekitar 600.000 kasus epididimitis per tahun
di Amerika Serikat, yang sebagian besar terjadi pada pria antara 18 dan 35 tahun. Dalam salah
satu penelitian terhadap prajurit Angkatan Darat AS, kejadian tertinggi pada pria antara 20 dan
29 tahun. Dalam review dari 121 pasien dengan epididimitis dalam pengaturan rawat jalan,
distribusi bimodal dicatat dengan kejadian puncak yang terjadi pada pria 16 sampai 30 tahun dan
51 hingga 70 tahun.Epididimitis lebih umum daripada orchitis. Dalam sebuah penelitian rawat
jalan, orchitis terjadi pada 58 persen pria yang didiagnosis dengan epididymitis. Terisolasi
orchitis jarang danumumnya berhubungan dengan gondok infeksi pada anak laki-laki prepubertal
(13 tahun atau muda).4
Secara nasional gondok wabah di Inggris dan Wales pada tahun 2004-2005 Efeknya
terkait penyakit itu cukup, dengan > 43.000 dilaporkan kasus dan >2.600 rawat inap.
Dibandingkan dengan era prevaccine, usia rata-rata infeksi adalah lebih tinggi, dengan infeksi
yang terjadi terutama pada remaja yang lebih tua dan muda dewasa . Usia yang lebih tua pada
infeksi dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi komplikasi terutama orchitis.5
Insiden gondok orchitis telah menurun secara dramatis sejak diperkenalkannya program
vaksinasi anak . Selama beberapa tahun terakhir gondok orchitis memiliki jarang terlihat di
lembaga kami: Namun, baru-baru ini, 11 pasien dengan penyakit gondok orchitis dirawat di unit
kami antara bulan Maret dan September 2005. Peningkatan tajam ini juga melihat tempat lain di
Inggris; 25 kasus gondok orchitis dilaporkan oleh Urologi Departemen Royal Liverpool
University antara September 2004 dan April 2005.6
2.3 Etiologi
Virus adalah penyebab orkitis paling sering. Orkitis parotiditis adalah infeksi virus yang
sering terlihat , walaupun imunisasi untuk mencegah parotiditis pada masa anak-anak telah
menurunkan insidens. Dua puluh hingga tiga puluh persen kasus parotiditis pada orang dewasa
terjadi bersamaan dengan orkitis terjadi bilateral pada 15 % pria dengan orkitis paroditis. 7
Virus lain yang dapat menyebabkan orkitis dan memberikan gambaran klinis yang sama
adalah Coxsakie B, mononukleosis. Orkitis bakteri piogenik disebabkan oleh bakteri (Brucellosis
,Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa) dan infeksi parasit (malaria,
filariasis, skistosomasis, amebiasis) atau kadang-kadang infeksi riketsia yang ditularkan dari
epididimis. 7
Etiologi orchitis akut
1. Viral :
gondok orchitis paling umum. Coxsackievirus A, varisela dan echoviral infeksi langka.
2. Bakteri dan infeksi piogenik :
E. coli, Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococcus dan spesies Streptococcus tidak biasa.
3. Granulomatous :
sifilis, TBC, kusta, Actinomyces spp. dan penyakit jamur jarang terjadi. 8

2.4 Faktor prediposisi


Infeksi diklasifikasikan sebagai orkitis viral , orkitis bacterial piogenik, atau orkitis
granulomatosa.7

2.4.1 Orkitis viral


Virus merupakan penyebab tersering pada orkitis. Orkitis parotiditis adalah infeksi virus
yang paling sering terlihat. Virus lain yang dapat menyebabkan orkitis dan gambaran klinis yang
sama adalah virus coxsakie , varisella , dan mononucleosis.7
Virus Mumps merupakan virus ribonucleic acid (RNA) rantai tunggal yang termasuk
dalam genus paramyxovirus, dan merupakan salah satu virus parainfluenza dengan manusia
sebagai satu-satunya inang. Virus mumps mudah menular melalui droplet, kontak langsung, air
liur, dan urin. 9
2.4.2 Orkitis bakterial piogenik
Disebabkan oleh bakteri Brucellosis ,Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa.6
Terinfeksi kuman Brucella dapat mengalami abortus, retensi plasenta, orchitis dan
epididimitis serta dapat niengekskresikan kuman ke dalam uterus. Penularan penyakit ke
manusia terjadi melalui konsumsi susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi atau melalui
membrana mukosa dan kulit yang luka, Berat ringan penyakit tergantung strain Brucella yang
menginfeksi.10

2.4.3 Orkitis granulomatosa


Dapat disebabkan oleh sifilis ,penyakit mikobakterial , penyakit jamur , dan
mycobacterium tuberculosis.7 Disebabkan sifilis pada stadium IV yang merupakan guma di
organ ini sering terdapat di testis ,tetapi setelah penemuan antibiotik ,sifilis sangat jarang di
temukan. 6. Tuberculosis genital yang menyebar dengan hematogen biasanya dimulai secara
unilateral pada bagian bawah epididimis. Infeksi dapat menyebar melalui funikulus spermatikus
menuju testis. Penyebaran selanjutnya melibatkan epididimis dan testis, kandung kemih , dan
ginjal. 7

2.5 Patofisiologi
2.5.1 Orkitis viral infection
Infeksi ini ditularkan melalui kontak langsung, droplet , atau terkontaminasi fomites dan
memasuki host melalui udara. Penyebaran melalui darah adalah utama rute infeksi testis
terisolasi Ini menyebar dengan cepat dan rentan ,orang yang tinggal di dekat proximity.
Kemudian di akhir masa inkubasi menyebabkan penyebaran virus keorgan, sehingga infeksi
sistemik ditandai dengan parotitis klasik atau manifestasi klinis organ lain..Meskipun kelenjar
parotis adalah yang paling umum organ yang terkena, parotitis bukan langkah utama atau
diperlukan untuk infeksi gondok. Sistem saraf pusat, saluran kemih, dan organ genital juga bisa
menjadi awalnya efek terjadinya orkitis.7
2.5.2 Orkitis bakterial piogenik
Disebabkan oleh bakteri Brucellosis ,Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa.dan infeksi parasitik ( malaria , filariasis , skistomisis , amebiasis ) atau
kadang – kadang infeksi riketsia yang di tularkan dari epididimis. Penyakit sistemik seperti
difteri , demam tifoid , demam paratifoid , dan demam scarlet ditularkan melalui aliran darah. 7

2.5.3 Orkitis granulomatosa


Menyebar dengan hematogen biasanya dimulai secara unilateral pada bagian bawah
epididimis. Infeksi dapat menyebar melalui funikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran
selanjutnya melibatkan epididimis dan testis, kandung kemih , dan ginjal. 7

2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesa
 Demam tinggi
 Tackikardy
 Mual dan muntah
 Myalgia
 Sakit kepala
 Penderita merasakan tidak nyaman duduk
 Kadang penderita mengeluh sakit gondongan sebelumnya
 Ketidaknyamanan ringan pada testiskular
 Edema hingga nyeri di daerah testiskular
 Terbentuk edema dalam waktu sekitar 4 hingga 6 hari. 7,9

Gejala infeksi saluran kemih bagian bawah,Biasanya juga didapatkan gejala infeksi
saluran kemih bagian bawah seperti frekuensi, urgensi, hematuria, dan disuria.4
2.6.2 Pemeriksaan Fisik :
 Pembesaran testis dan skrotum.
 Skrotum eritematus
 Terasa hangat
 Konsistensi testis yang mengalami pembengkakan kenyal seperti karet dan mungkin
terdapat hubungan dengan kulit depan yang akhirnya membentuk fistel kulit.11

2.6.3 Pemeriksaan Anjuran


 Diagnosis orchitis lebih dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
 Pemeriksaan darah tidak dapat membantu menegakkan diagnosis orchitis.
 USG dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan torsio testis.11

2.7 Diagnosis banding

Kondisi Subyektif Obyektif USG


Epididimitis Nyeri,kadang Epididmis lokal Pembesaranda
Menyebar teraba lunak dan n penebalan
Sampai bengkak juga epididimis.
abdomen terjadi pada testis,
bawah, reflek kremaster
normal, nyeri
berkurang saat
dilakukan Prehn’s
sign
Orkitis Nyeri tiba-tiba Bengkak pada Testikular
pada testis. testis,reflek masa dan
kremaster normal. bengkak,
Torsio testis Nyeri bersifat Testis teraba Gambaran
akut, biasanya melintang, Reflek tetis normal.
nyeri hebat kremaster
mengalami
abnormalitas,
phren’s sign masih
terasa nyeri.

2.8 Penatalaksaan

 Dilakukan pembiakan urine dan darah


 Biakan langsung dari testis yang terinfeksi untuk mengidentifikasikan organisme
penyebab
 Pengobatan untuk infeksi adalah antibiotik spesifik untuk organisme penyebab infeksi
 Tindakan yang memberikan kenyamanan seperti tirah baring ,penyangga skrotum,
kantong es, dan analgesik juga diperlukan. 7

Pengobatan harus dimulai berdasarkan kemungkinan patogen, sebelum pengujian


laboratorium selesai. Pengobatan berfokus pada menyembuhkan infeksi,meningkatkan gejala,
mencegah penularan, dan mengurangi komplikasi masa depan. 4
Penelitian laboratorium, yang dilakukan termasuk uretra noda Gram, urinalisis dan
kultur, dan uji polymerase chain reaction untuk C. trachomatis dan N. gonorrhoeae, membantu
memandu terapi. Terapi rawat jalan awal empiris dan menargetkan patogen yang paling umum.
Ketika C. trachomatis dan N. gonorrhoeae diduga, pengobatan menggunakan ceftriaxone dan
doksisiklin direkomendasikan. Ketika bakteri coliform dianjurkan pengobatan ofloksasin atau
levofloxacin.4

Jika gonore atau klamidia Infeksi kemungkinan (pasien 14-35 tahun),pengobatan harus
terdiri dari ceftriaxone (Rocephin), tunggal 250-mg dosis intramuskular, dan doxycycline
(Vibramycin), 100 mg secara oral dua kali sehari selama 10 hari.Azitromisin (Zithromax),
tunggal 1-g dosis oral. Jika organisme enterik, seperti bakteri, kemungkinan (pasien lebih muda
dari 14 tahun atau lebih tua dari 35 tahun) atau pasien alergi terhadap sefalosporin atau
tetrasiklin, pengobatan harus mencakup ofloksasin 300 mg secara oral dua kali sehari selama 10
hari, atau levofloxacin (Levaquin), 500 mg per oral sekali sehari selama 10 hari.4
Pasien yang immunocompromised (Misalnya, orang-orang dengan HIV) harus menerima
perlakuan yang sama sebagai orang-orang yang imunokompeten.4
Selain pengobatan antibiotik, analgesik, skrotum elevasi, pembatasan kegiatan, dan
penggunaan kemasan dingin membantu dalam pengobatan Pasien harus dianjurkan kemungkinan
komplikasi, termasuk sepsis, abses, infertilitas, dan perpanjangan infeksi.4
Orchitis biasanya dapat dirawat di pengaturan rawat jalan .Tindak rawat inap dianjurkan
untuk nyeri terselesaikan, muntah (karena ketidak mampuan untuk mengambil antibiotik
oral),kecurigaan abses, kegagalan rawat jalan, atau tanda-tanda sepsis.Obat antibakteri tidak
diindikasikan untuk pengobatan orchitis virus.4

2.8.1 Self-Care at Home


Perawatan di rumah bersama dengan perawatan medis yang tepat dapat membantu memperbaiki
gejala Orchitis.

1. Obat anti-inflamasi nonsteroid seperti ibuprofen (Advil atau Motrin, misalnya) atau
naproxen (Aleve) dan acetaminophen (Tylenol) dapat membantu dengan rasa sakit.
2. Mengangkat skrotum dengan pas-pas celana atau pendukung atletik dapat
meningkatkan kenyamanan.
3. Terapkan kompres es. Es tidak boleh langsung diaplikasikan pada kulit karena hal ini
dapat menyebabkan luka bakar dari pembekuan. Sebaliknya, es harus dibungkus dengan
kain dan kemudian diterapkan pada skrotum.
4. Ice pack dapat diterapkan selama 10-15 menit pada suatu waktu, beberapa kali sehari
selama 1-2 hari pertama. Ini akan membantu menjaga pembengkakan dan sakit turun. 12

2.8.2 Perawatan Medis


1. Pendertita orchitis memerlukan antibiotik. Terapi antibiotik diperlukan untuk mengobati
infeksi.
2. Kebanyakan pria dapat diobati dengan antibiotik di rumah selama 10 hari. Kursus yang
lama diperlukan jika prostat juga terlibat.
3. Demam tinggi, mual, muntah, atau sangat sakit, memerlukan masuk ke rumah sakit
untuk antibiotic intravena.
4. Gondok orchitis akan menjernihkan selama 1-3 minggu. Hanya mengobati gejala dengan
teknik perawatan di rumah.
5. Muda, pria yang aktif secara seksual harus memastikan semua mitra seksual mereka
diperlakukan. Anda harus menggunakan pengaman atau tidak melakukan hubungan
seksual sampai semua mitra telah menyelesaikan kursus penuh antibiotik dan bebas
gejala.12

2.9 Komplikasi
1. Atrofi testis. Orkitis akhirnya dapat menyebabkan testis yang terkena infeksi menyusut.
2. Abses skrotum. Jaringan yang terinfeksi terisi dengan nanah.
3. Epididimitis berulang. Orchitis dapat menyebabkan episode berulang epididimitis.
Infertilitas. Dalam sejumlah kecil kasus, orchitis dapat menyebabkan infertilitas; Namun,
jika orchitis hanya mempengaruhi satu testis, infertilitas kurang mungkin. 10
2.10 Prognosis

Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan dalam 3-10 hari.
Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis bakteri dapat sembuh
tanpa komplikasi.
BAB III
KESIMPULAN

Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi. Sebagian besar
kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun, virus lain dan bakteri dapat
menyebabkan orchitis.
Etiologi orchitis Virus: orchitis gondong (mumps) paling umum. Infeksi bakteri dan
pyogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococcus, dan Streptococcus. Granulomatous:
T. pallidum, Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium leprae, Actinomycetes, trauma, virus
lain meliputi coxsackievirus , varicella , dan echovirus .
Insidensi orchitis karena gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih
muda dari 10 tahun). Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan
epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang aktif secara seksual
lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak
(BPH).
Gejala klinis: nyeri dan pembengkakan testis. Kelelahan, demam dan menggigil , mual,
sakit kepala Pada pemeriksaan fisik tampak pembesaran testis dan skrotum, lebih hangat, kadang
pembesaran KGB inguinal.
Penatalaksanaan meliputi terapi supportif dan antibiotika yang sesuai jika penyebabnya
bakteri.
Komplikasi: sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat
atrofi testis, gangguan kesuburan dilaporkan pada tingkat 7-13%, kemandulan jarang dalam
kasus-kasus orchitis unilateral, abscess scrotal , infark testis, rekurensi
Prognosis sebagian besar baik, jika penyebabnya virus, dapat hilang 3 -10 hari, jika
penyebabnya bakteri dengan pemberian antibiotik dapat sembuh tanpa komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Benninghoff. 2003. Testis Gross Anatomy. http://www.urology-textbook.com/testis-
anatomy.html. 2 December 2010
2. R. Sjamsuhidajat. Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
3. Mark, B. 2010. Orchitis- Department of Emergency Medicine.
http://emedicine.medscape.com/article/777456. 2 December 2010
4. Trojian, Thomas H. dkk. 2009. Epididymitis and Orchitis : An Overview. Diunduh pada
28 maret 2018 dari :www.aafp.org.
5. Yung et al. 2012 . Mumps vaccine effectiveness againt orchitis. “ Emerging Infectious
Diseases “ Vol. 18, No. 1, diunduh tanggal 28 maret 2018 dari: www.cdc.gov/eid
6. Masarani M , wazait H , dkk. 2006 . Mumps orchitis .“ Journal of the royal society of
medicine “ : V o l u m e 9 9 . diunduh tanggal 28 maret 2018 dari: .
http://jrs.sagepub.com/content/99/11/573
7. Prince, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC. Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit.Jakarta : Media Aesculapius
8. Patient.co.uk Epidydimo – orchitis. Diunduh tanggal 28 maret 2018 dari:
www.patient.co.uk/doctor/epididymo-orchitis-pro.
9. Tae bum , Hum Byeong , Kim jae , dkk . 2012. Clinical Features of Mumps Orchitis in
Vaccinated Postpubertal , Males: A Single-Center Series of 62 Patients. 2012 .clinical
featured “Department of Urology, Korea University School of Medicine, Seoul, Korea “ :
10. Maphilindawati, Susan Noor .2006. Brucellosis di Indones ia.. diunduh tanggal 2 april
2018 dari: www.litbang.com
11. Wim de, Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat Penerbit
Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997
12. eMedicine healt. Orchitis treatment. Diunduh tanggal 28 maret 2018 dari:
www.eMedicineHealth.com

Anda mungkin juga menyukai