Usul adalah kata serapan dari bahasa Arab yaitu ushul, bentuk plural dari ashl, yang berarti
dasar, asas, pokok, atau fondasi. Allah Ta’ala berfirman,
ِْس َماء طيِبَةْْأَصله َهاْثَابِتْْ َوفَر ه
َ ع َهاْفِيْال َ طيِبَ ْةًْ َك
َ ْْش َج َرة َ ًْلْ َك ِل َم ْة
ْ ً َ ّللاهْ َمث
َْ ْبَْ ض َر َْ أَلَمْْت ََْرْكَي
َ ْف
“Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Allah mengumpamakan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik: ‘akarnya’ kuat dan cabangnya menjulang tinggi ke langit.” (QS. Ibrahim 24).
Di dalam ayat ini, kata ashl, yang merupakan bentuk tunggal dari ushul dipakai untuk
menjelaskan makna fondasi pohon, yaitu akarnya.
2. Sedangkan fikih atau fiqh dalam bahasa Arab merupakan bentuk mashdar (kata benda yang
bermakna kata kerja) dari faqiha-yafqahu yang berarti memahami, mengerti, mengetahui,
atau yang semakna dengan itu. Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Musa ‘alaihissalam yang
memanjatkan doa,
َ “ َواحلهلْ ْعهق َدْة ً ْمِنْ ْ ِلDan lepaskan kekakuan dari lisanku, agar mereka ‘memahami’
سانِي ْ(*) ْيَفقَ ههوا ْقَولِي
perkataanku.” (QS. Thaha: 27-28) Akan tetapi sebagian ulama mengkritisi makna ini. Mereka
berpendapat fikih tak sekadar memahami atau mengetahui saja, akan tetapi memahami dengan
pemahaman yang dalam, bukan memahami secara global. Jadi, seorang yang hanya memahami
saja tidak dikatakan seorang yang fakih.