Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KERUGIAN JATUH TEKAN DAN KOEFISIEN GESEK

ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA MULUS ACRYLIC Ø20 MM DENGAN


PENAMBAHAN PARTIKEL Al₂O₃ 60 PPM
Wisnu Fajriansyah / 29413348
Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No.100, Depok 16424
E-mail : wisnufajriansyah@gmail.com

ABSTRAKSI
Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien gesek dan
merupakan hal penting dari sistem aliran fluida di dalam pipa karena berhubungan dengan
penggunaan energi. Distribusi fluida melalui sistem perpipaan merupakan hal yang banyak
ditemui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya distribusi air bersih. Dengan bertambah
panjangnya pipa distribusi, maka kerugian jatuh tekan dari pipa juga semakin besar. Yang
menyebabkan daya pompa yang diperlukan untuk pendistribusian pun semakin besar. Dari
alasan tersebut maka dilakukan penelitian untuk menganalisa pengaruh penambahan partikel
Al₂O₃ dengan konsentrasi 60 ppm pada fluida uji. Percoban yang dilakukan menggunakkan
pipa bulat akrilik Ø 20mm dengan nilai bilangan Reynolds >4000 (aliran turbulen). Dari
percobaan ini didapatkan debit aliran, perbedaan ketinggian pada pressure gauge, dan
kecepatan aliran fluida air untuk mendapatkan hasil koefisien gesek yang akan dibandingkan
dengan penambahan partikel Al₂O₃ 60 ppm. Penambahan partikel Al₂O₃ 60 ppm membuat
penurunun friksi dibanding dengan fluida air murni pada titik friksi percobaan dengan hasil
percobaan ditampilkan kedalam bentuk grafik. Grafik yang ditampilkan merupakan
hubungan antara Bilangan Reynolds dan koefisien gesek dimana semakin besar Bilangan
Reynolds (turbulen) maka nilai koefisien gesek semakin kecil. Perbedaan ketinggian air
melalui alat ukur (pressure gauge) juga menunjukan besar kecilnya kerugian energi tersebut.
Semakin tingggi perbedaan ketinggian air antara tiap titik alat ukur tekanan maka kerugian
energi semakin besar.

Kata Kunci : Kerugian Jatuh Tekan,Koefisien Gesek, Pipa Mulu,Nano Partikel Al₂O₃,
Bilangan Reynolds

1. PENDAHULUAN untuk dikaji atau dikembangkan. Ilmu


mekanika fluida sangat berperan penting
Tantangan dunia akan permasalahan dalam mengetahui karakteristik fluida saat
global, banyak energi yang tersimpan di mengalir. Secara umum fluida terbagi
Indonesia, salah satunya ialah energi menjadi 2 yaitu fluida Newtonian : fluida
potensial air. Perubahan iklim dan yang kekentalannya hanya dipengaruhi
penghematan pemakaian energi sangat oleh temperatur dan fluida non-
penting untuk terus diteliti oleh para Newtonian : fluida yang kekentalannya
ilmuwan dunia dengan metode baru bukan saja oleh temperatur tetapi
diciptakan dan metode lama terus dipengaruhi juga oleh perubahan
dikembangkan. Penghematan energi atau kecepatan aliran dan waktu pemakaian.
pengurangan kerugian pada fluida dalam Pada penelitian ini dipilih fluida uji yaitu
sistem perpipaan juga sangat penting air murni dan campuran nano partikel
(Alumina) Al₂O₃ dengan konsentrasi 60

1
ppm. Dan digunakan pompa sentrifugal
yang dipakai dalam rumah tangga
difungsikan sebagai sistem untuk
memindahkan fluida dari suatu tempat ke
tempat lain. Sementara laju alirannya
dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
kerugian energi yang dibutuhkan untuk  Steady-Non Uniform Flow
memindahkan fluida disebut dengan Aliran mungkin akan berubah
kerugian jatuh tekan. terhaddap letaknya akan tetapi tidak
bervariasi terhadap waktu. Kecepatan dan
2. LANDASAN TEORI
potongan bidang dari alirannya mungkin
akan berubah dari satu potongan
2.1 Definisi Fluida kepotongan lain. Tetapi setiap potongan
Fluida adalah suatu zat yang dapat tidak akan bervariasi terhadap waktu.
berubah secara terus menerus bila
menerima tegangan geser walaupun
tegangan geser itu relatif kecil. Fluida
dalam keadaan diam artinya tidak ada gaya
geser yang bekerja pada fluida tersebut,
seluruh gaya akan tegak lurus pada bidang
fluida dimana gaya tersebut bekerja.  Non Steady – Uniform Flow
2.2 Tipe Dan Karakteristik Aliran Pada suatu kecepatan disetiap titik
Fluida akan sama tetapi kecepatan akan bervariasi
Banyak kriteria yang dapat terhadap perubahan waktu. Contoh : aliran
digunakan untuk mengklasifikasikan fluida yang mempunyai kecepatan, mengalir
sebagai contoh aliran dapat digolongkan pada pipa yang berdiameter konstan
sebagai aliran steady atau unsteady, satu, seperti yang terjadi pada saat pompa mulai
dua atau tiga dimensi, seragam atau tidak dihidupkan.
seragam, laminer atau turbnulen dan dapat
mampat atau tidak mampat. Selai itu ,
𝜕𝑢
≠ 0
aliran gas ada yang subsonik, transonik, 𝜕
supersonik atau hipersonik, sedangkan zat
cair yang mengalir disaluran terbuka ada 𝜕𝑢
yang subkritis, kritis atau super kritis = 0
2.2.1 Karakteristik Aliran Fluida 𝜕
 Non Steady Non Uniform
Dari keempat tipe aliran tersebut dapat Flow
terjadi 4 jenis kemungkinan aliran Potongan bidang aliran dan
 Steady Uniform Flow kecepatannya berubah dari titik ketitik,
Aliran tidak berubah terhadap juga berubah dari waktu ke waktu. Contoh
letak dan waktu kecepatan dan : aliran yang bergelombang mengalir
potongan bidang aliran melalui suatu saluran.
dimana-mana akan sama.
Contoh : kecepatan aliran 𝜕𝑢
≠0
dalam pipa yang mempunyai 𝜕𝑠
diameter yang uniform. 2.2.2 Tipe Aliran Fluida
Dapat dibedakan dalam beberapa tipe
antara lain :
a. One dimensional flow
Adalah aliran dimana
parameter-parameternya

2
mempunyai gradien dalam satu A = luas penampang pipa (m)
arah, sama dengan arah aliran Q = debit aliran (m²/s)
(x).
b. Two dimensional flow Selain persamaan diatas dapat juga
Parameternya mempunyai menggunakan persamaan sebagai
gradien dalam 2 arah, arah berikut :
aliran (x) dan arah (tegak lurus) 𝑄=
𝑣
aliran y. .......................................(2.2)
𝑡
c. Three dimensional flow Dimana :
Parameternya mempunyai v = Volume aliran (m³)
gradien dalam 3 (tiga) arah,arah Q = debit aliran (m²/s)
laminar (x), arah (y) dan (z) t = waktu aliran (s)
aliran. b) Kecepatan fluida (V)
d. Laminar flow Didefinisikan besarnya debit aliran
Tidak terjadi percampuran yang mengalir persatuan luas.
partikel antar lapisan. 𝑄
𝑢 = 𝐴...............................(2.3)
e. Turbulent flow
Terjadi percampuran partikel Dimana :
antar lapisan. u = kecepatan atau laju aliran (m/s)
f. Subsonic flow Q = debit aliran (m³/s)
Alirannya < kecepatan suara A = luas penampang (m²)
g. Transonic flow 2.3 Klasifikasi Fluida
Alirannya = kecepatan suara Fluida merupakan suatu zat yang
h. Supersonic flow tidak mampu menahan gaya geser yang
Alirannya > kecepatan suara bekerja sehingga akan mengalami
i. Hypersonic flow deformasi. Fluida dapat diklasifikasikan
Alirannya >> kecepatan suara menjadi beberpa bagian tetepi secara garis
j. Critical flow besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi
Alirannya = permukaan dua bagian, yaitu Fluida Newtonian dan
gelombang elementer Non-Newtonian.
k. Sub critical flow 2.3.1 Fluida Newtonian
Alirannya < permukaan Fluida Newtonian adalah suatu
gelombang elementer. jenis fluida yang memiliki kurva shear
l. Super critical flow stress dan gradien kecepatan yang linier,
Alirannya > permukaan seperti air, udara, ethanol, benzene, dll.
gelombang elementer. Fluida Newtonian akan terus mengalir dan
viskositas fluida tidak berubah jika terjadi
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi
perubahan temperatur. Pada dasarnya
Aliran Fluida
fluida Newtonian adalah fluida yang
Ada beberpa faktor yang
mengikuti hukum Newton tentang aliran
mempengaruhi aliran fluida yaitu :
dengan persamaan :
a) Laju Aliran Volume 𝜕𝑢
Laju aliran volume disebut juga 𝜏=𝜇 .........................................(2.4)
𝜕𝑦
debit aliran (Q) yaitu jumlah Dimana :
volume aliran per satuan waktu. 𝜏 = Tegangan geser pada fluida
Debit aliran dapat dituliskan pada
𝜇 = Viskositas dinamik fluida
persamaan sebagai berikut : 𝜕𝑢
Q = A V ..............................(2.1) = Gradien kecepatan fluida
𝜕𝑦
Dimana : 2.3.2 Fluida Non-Newtonian
V = kecepatan aliran (m/s)

3
Fluida Non-Newtonian adalah catatan bahwa jika kg/m³ = 1000 g/(100
fluida yang tidak tahan terhadap tegangan cm)³, kemudian kerapatan yang diberikan
geser (shear stress), gradien kecepatan dalam g/cm³ harus dikalikan dengan 1000
(shear rate), dan temperatur seperti cat, untuk memberikan hasil kg/m³. Dengan
minyak pelumas, darah, bubur kertas, obat- demikian kerapatan air adalah 1,00 g/cm³,
obatan cair, dll. Viskositas fluida Non- akan sama dengan 1000 kg/m³.
Newtonian merupakan fungsi dari waktu 2.4.2 Berat Jenis (Specific Gravity)
dimana gradien kecepatannya tidak linier Berat jenis suatu bahan
dan tidak mengikuti hukum Newton didefinisikan sebagai perbandingan
tentang aliran. kerapatan bahan terhadap kerapatan air.
Berat jenis (specific gravity disingkat SG)
adalah besaran murni tanpa dimensi
maupun satuan, donyatakan pada
persamaan 2.12 dan 2.13 sebagai berikut :
Untuk fluida cair SGc =
𝜌𝑐 𝑘𝑔/𝑚³
[ ] ...............................(2.12)
𝜌𝑤 𝑘𝑔/𝑚³
Untuk fluida gas SGg =
𝜌𝑔 𝑘𝑔/𝑚³
Gambar 2.2 Hubungan antara shear [ ] ...............................(2.13)
stress – shear rate pada fluida Newtonian 𝜌𝑎 𝑘𝑔/𝑚³
dan non-newtonian[1] Dimana :
2.4 Sifat –Sifat Dasar Fluida 𝜌𝑐 = massa jenis cairan (kg/m³)
Cairan dan gas disebut fluida, 𝜌𝑤 = massa jenis air (kg/m³)
sebab zat tersebut dapat mengalir. Untuk 𝜌𝑔 = massa jenis gas (kg/m³)
mengerti aliran fluida maka harus 𝜌𝑎 = massa jenis udara (kg/m³)
mengetahui beberapa sifat dasar fluida. 2.4.3 Tekanan (Pressure)
Adapun sifat-sifat dasar fluida yaitu ; Tekanan didefinisikan sebagai gaya
kerapatan (density), berat jenis (specific per satuan luas, dengan gaya F dianggap
gravity), tekanan (pressure), kekentalan bekerja secara tegak lurus terhadap luas
(viscosity). permukaan A, maka :
𝐹 𝑘𝑔
2.4.1 Kerapatan (density) 𝑃 = [ ]................................(2.14)
Kerapatan atau density dinyatakan 𝐴 𝑚²
dengan ρ (ρ adalah huruf kecil yunani yang Dimana :
dibaca “ rho”), didefinisikan sebagai massa P = tekanan (kg/m²)
persatuan volume. F = gaya (kg)
𝑚 𝑘𝑔 A = luas penampang (m²)
𝜌 = [ ] Satuan tekanan dalam SI adalah
𝑣 𝑚³
Dimana : N/m². Satuan ini mempunyai nama resmi
ρ = kerapatan (kg/m³) Pascal (Pa), untuk penghormatan terhadap
m = massa benda (kg) Blaise Pascal dipakai 1 Pa = 1 N/m².
v = volume (m³) Namun untuk penyederhanaan, sering
Kerapatan adalah suatu sifat menggunakan N/m². Satuan lain yang
karakteristik setiap bahan murni. Benda digunakan adalah dyne/cm², lb/in², (
tersusun atas bahan murni, misalnya emas kadang disingkat dengan “psi”), dan
murni yang dapat memiliki berbagai kg/cm² (apabila kilogram adlah gaya :
ukuran ataupun massa, tetapi kerapatannya yaitu 1 kg/cm² = 10N/cm²). Konsep
akan sama untuk semuanya. Satuan SI tekanan sangat berguna terutama dalam
untuk kerapatan adalah kg/m³. Kadang beruurusan dengan fluida. Sebuah fakta
kerapatan diberikan dalam g/cm³. Dengan eksperimental menunjukan bahwa fluida

4
menggunakan tekanan ke semua arah. Hal Dimana :
ini sangat dikenal oleh para perenang dan ∆p = perbedaan tekanan (N/m²)
penyelam yang secara langsung merasakan g = gravitasi (m/s²)
tekanan air pada seluruh bagian tubuhnya. ∆h = pertambahan kedalaman
Pada titik tertentu dalam fluida diam, 𝜌 = kerapatan (kg/m³)
tekanan sama pada semua arah. Ini 2.4.4 Kekentalan (Viscosity)
diilutrasikan dalam 2.5. Bayangan fluida Kekentalan(viscosity) didefinisikan
dalam sebuah kubus kecil sehingga kita sebagai gesekan internal atau gesekan
dapat mengabaikan gaya gravitasi yang fluida terhadap wadah dimana fluida itu
bekerja padanya. Tekanan pada suatu sisi mengalir. Ini ada dalam cairan atau gas,
harus sama dengan tekanan pada sisi yang dan pada dasarnya adalah gesekan antar
berlawanan. Jika hal ini tidak benar, gaya lapisan fluida yang berdekatan ketika
netto yang bekerja pada kubus ini tidak bergerak melintasi satu sama lain atau
akan sama dengan nol, dan kubus ini akan gesekan antara fluida dengan wadah
bergerak hingga tekanan yang bekerja tempat ia mengalir. Dalam cairan,
menjadi sama. kekentalan disebabkan oleh gaya kohesif
antara molekul-molekulnya sedangkan gas
berasal dari tumbukan diantara molekul-
molekul tersebut.

Gambar 2.5 Tekanan Yang Sama Disetiap


Arah Dalam Suatu Fluida Kedalaman
Tertentu[4]
Dengan demikian, tekanan berbanding
lurus dengan kerapatan cairan, dan
kedalaman cairan tersebut. Secara umum Gambar 2.6 Penentuan kekentalan[5]
tekanan pada kedalaman yang sama dalam Tabel 2.2 Koefisien kekentalan untuk
cairan yang seragam sama. Persamaan berbagai fluida[4]
2.13 berlaku untuk fluida yang
kerapatannya konstan dan tidak berubah
terhadap kedalaman – yaitu, jika fluida
tersebut tak mampu dimampatkan
(incompressible). Ini biasanya merupakan
pendekatan yang baik untuk fluida
(meskipun pda kedalaman yang sangat
dalam didalam larutan, kerapatan air naik
terutama akibat pemampatan yang
disebabkan oleh berat air dalam jumlah
besar diatasnya). Dilain pihak, gas yang 2.5 Energi Dan Head
dapat mampat, dan kerapatannya dapat 2.5.1 Energi
bervariasi cukup besar terhadap perubahan Energi pada umumnya
kedalaman. Jika kerapatannya bervariasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk
sangat kecil, persamaan 2.14 berikut dapat melakukan kerja. Kerja merupakan hasil
digunakan untuk menentukan perbedaan pemanfaatan dari sebuah gaya yang
tekanan ∆p pada ketinggian yang berbeda melewati suatu jarak dan umumnya
dengan 𝜌 adalah kerapatan rata-rata. didefinisikan secara matematika sebagai
∆𝑃 = 𝜌𝑔∆ℎ..................................(2.17) hasil perkalian dari gaya dan jarak yang
melewati pada arah gaya yang diterapkan

5
tersebut. Energi dan kerja dinyatakan
dalam satuan N.m (Joule). Setiap fluida
yang sedang bergerak selalu mempunyai
energi. Dalam menganalisa masalah aliran
fluida yang harus dipertimbangkan adalah
menegrnai energi potensial energi kinetik
dan energi tekanan.

Gambar 2.8 Diagram Moody[2]

Tabel 2.3 Nilai Kekasaran Dinding Untuk


Berbagai Pipa Komersil[2]

Gambar 2.7 Ilustrasi Persamaan


[2]
Bernouli
2.6 Kerugian Head (Head Losses)
2.6.1 Kerugian Head Mayor
Aliran fluida yang melalui pipa
akan selalu mengalami kerugian head. Hal
ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi
anatara fluida dengan dinding pipa atau b. Persamaan Hazen – Wiliam
perubahan kecepatan yang dialami oleh Rumus ini pada umumnya dipakai
aliran fluida (kerugian kecil). Kerugian untuk menghitung kerugian head
head akibat gesekan dapat dihitung dengan dalam pipa yang relatif sangat
menggunakan salah satu dari dua rumus panjang seperti jalur pipa penyalur
berikut, yaitu : air minum. Bentuk umum
a. Persamaan Darcy-Weisbach, persamaan Hazen – Wiliam, yaitu :
yaitu : 10,666𝑄¹’⁸⁵
ℎ𝑓 = ℎ𝑓 = 𝐿......................(2.29)
𝐿 𝑣²
𝐶¹’⁸⁵ 𝑑⁴’⁸⁵
𝑓 𝑑 2𝑔.........................................(
Dimana :
2.28) hf = kerugian gesekan dalam pipa (m)
Dimana : Q = laju aliran dalam pipa (m³/s)
hf = kerugian head karena L = panjang pipa (m)
gesekan (m) C = koefisien kekasaran pipa Hazen-
f = faktor gesekan Wiliam
d = diameter dalam pipa (m) d = diameter dalam pipa (m)
Diagram Moody telah digunakan
L = panjang pipa (m) untuk menyelesaikan permasalahan aliran
v = kecepatan aliran rata-rata fluida didalam pipa dengan menggunakan
fluida dalam pipa (m/s) faktor gesekan pipa (f) dari rumus Darcy –
g = perceptan gravitasi (m/s²) Weisbach. Untuk aliran laminar dimana
diamana faktor gesekan (f) dapat dicari Bilangan Reynolds kurang dari 2000,
dengan menggunakan diagram Moody. faktor gesekan dihubungkan dengan
bialangan Reynolds kurang dari 2000,
faktor gesekan dihubungkan dengan

6
bilangan Reynolds, menurut [16] 2.6.2 Kerugian Head Minor
dinyatakan dengan rumus : Selain kerugian yang disebabkan
64 oleh gesekan, pada suatu jalur pipa juga
𝑓= ..............................(2.30)
𝑅𝑒 terjadi kerugian karena kelengkapan pipa
Untuk aliran turbulen dimana seperti belokan, siku, sambungan, katup,
Bilangan Reynolds lebih besar dari 4000. dan sebagainya yang disebut dengan
Maka hubungan antara Bilangan Reynolds, kerugian kecil (minor losses). Besarnya
faktor gesekan dan kekasaran relatif kerugian minor losses akibat adanya
menjadi kompleks. Faktor gesekan untuk kelengkapan pipa dirumuskan sebagai :
aliran aliran turbulen dalam pipa 𝑣²
didapatkan dari hasil eksperimen, antara ℎ𝑚 = Σ𝑛. 𝑘 .....................(2.37)
2𝑔
lain : Dimana :
a. Untuk daerah complete roughness, n = jumlah kelengkapan pipa
rough pipes yaitu : k = koefisien kerugian
1 3,7
= 2,0𝑙𝑜𝑔 ( )...........(2.31) v = kecepatan aliran fluida dalam pipa
√𝑓 𝜀/𝑑 untuk pipa yang panjang (L/d >>>
Dimana : 1000), minor losses dapat diabaikan tanpa
f = faktor gesekan kesalahan yang cukup berarti tetepi
𝜀 = kekasaran (m) menjadi penting pada pipa yang pendek.
b. Untuk pipa sangat halus seperti 2.7 Aliran Laminar Dan Turbulen
glass dan plastik, hubungan Aliran laminar didefinisikan
antara bilangan Reynolds dan sebagai aliran fluida yang bergerak dalam
faktor gesekan, dirumuskan lapisan-lapisan atau lamina-lamina dengan
sebagai : satu lapisan meluncur secara lancar pada
 Blassius untuk Re = 3000 lapisan yang bersebelahan dengan saling
– 100.000 bertukar momentum secara molekuler saja.
0,316 Kecenderungan kearah ketidakstabilan dan
𝑓= ...........(2.32) turbulensi diredam habis oleh gaya-gaya
𝑅𝑒⁰’²⁵ geser viskos yang memberikan tahanan
 Von Karman , untuk Re
sampai dengan 3.106 terhadap gerakan relatif lapisan-lapisan
1 𝑅𝑒√𝑓 fluida yang bersebelahan.
= 2,0𝑙𝑜𝑔 ( 2,51 )......(2.33) Dalam aliran turbulen, partikel-
𝑓
1 partikel fluida bergerak dalam lintasan-
= 2,0𝑙𝑜𝑔(𝑅𝑒√𝑓) −
𝑓 lintasan yang sangat tidak teratur, dengan
0,8.........(2.34) mengakibatkan pertukaran momentum dari
 Untuk pipa kasar, menurut satu bagian fluida kebagian fluida yang
Von Karman yaitu : lain. Aliran turbulen dapat berskala kecil
1 𝑑
= 2,0𝑙𝑜𝑔 + yang terdiri dari sejumlah besar pusaran-
𝑓 𝜀
pusaran kecil yang cepat yang mengubah
1,74......................(2.35) energi mekanik menjadi ketidak mampu
balikan melalui kerja viskos ataupun dapat
Dimana harga f tidak tergantung pada
berskala besar seperti pusaran-pusaran
bilangan Reynolds.
besar yang berada disungai atau hempasan
 Untuk pipa anatara kasar
udara. Pusaran-pusaran besar
dan halus atau dikenal
membangkitkan pusaran-pusaran yang
dengan daerah transisi
kecil yang pada gilirannya menciptakan
menurut Corelbrook –
turbulensi berskala kecil. Aliran turbulen
White yaitu :
1 𝜀/𝑑 2,51 berskala kecil mempunyai fluktuasi-
= −2,0𝑙𝑜𝑔 [ + ].......(2.36) fluktuasi kecil kecepatan yang terjadi
√𝑓 3,7 𝑅𝑒√𝑓
dengan frekuensi yang tinggi. Pada

7
umumnya, intensitas turbulensi meningkat mengetahui tipe aliran yang mengalir
dengan meningkatnya Bilangan Reynolds. dalam pipa tersebut untuk itu harus
Ketika aliran melewati awal ujung dihitung besarnya bilangan Reynolds
pipa, distribusi kecepatan didalam pipa dengan mengetahui parameter-parameter
mempunyai bentuk yang tidak teratur yang yang diketahui besarnya. Besarnya
disebut aliran sedang berkembang. Kondisi Reynolds (Re) dapat dihitung dengan
ini akan semakin berubah seiring menggunakan persamaan :
bertambahnya panjang dari inlet. 𝜌𝑑𝑣
𝑅𝑒 = ..................................(2.38)
Distribusi kecepatan yang terjadi masing- 𝜇
masing mengalami perubahan bentuk Dimana :
kontur. Setelah aliran mengalami fully 𝜌 = massa jenis fluida (kg/m³)
developed flow atau berkembang penuh, d = diameter dalam pipa (m)
maka distribusi kecepatan akan sergam v = kecepatan aliran rata-rata fluida
untuk jarak dari inlet semakin panjang. (m/s)
Untuk aliran laminar, panjang 𝜇 = viskositas dinamik fluida (Pa.s)
hidrodinamik untuk mencapai keadaan Karena viskositas dinamik dibagi
fully developed flow adalah kurang lebih dengan massa jenis fluida merupakan
120 dikalikan diameter dalam pipa. viskositas kinematik (v) maka Bilangan
Reynolds, dapat juga dinyatakan :
𝜇 𝑑𝑣
𝑣 = 𝜌 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑅𝑒 = 𝑣 ..............(2.39)
Aliran akan laminar jika bilangan
Reynolds kurang dari 2000 dan akan
turbulen jika bilangan Reynolds lebih
besar dari 4000. Jika bilangan Reynolds
terletak anatara 2000-4000 maka disebut
aliran transisi.
Sedangkan untuk menentukan nilai
\ dari Reynolds number (Re) untuk aliran
dalam pipa dengan aliran Nanofluida
digunakan :
𝜌𝑛𝑓 .𝑣.𝐷
𝑅𝑒𝑛𝑓 = ………………….(2.40)
𝜇𝑛𝑓
Dimana :

𝑅𝑒𝑛𝑓 = Bilangan Reynolds nanofluida


𝜌𝑛𝑓 = Kerapatan (kg/m3)
𝑣 = Kecepatan Aliran (m/s)
D = Diameter pipa (m)
𝜇𝑛𝑓 = Viskositasdinamik
nanofluida (Ns/m2)
Gambar 2.9 Perilaku Aliran Dalam Pipa 2.8 Lokasi Peletakan Lubang (Tap)
Hingga Aliran Berkembang Penuh Fully Beda Tekanan
Developed Flow[2] Dalam pengambilan beda tekanan, lokasi
lubang-lubang pengambilan beda tekanan
Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa dalam pengukuran besaran aliran fluida
koefisien gesekan untuk pipa silindris sangat penting baik dalam lubangsebelum
merupakan fungsi dari Bilangan Reynolds alat ukur maupun sesudah alat ukur. Untuk
(Re). Dalam menganalisa aliran di dalam pengukuran cairan, penumpukan sisa-sisa
saluran tertutup, sangatlah penting untuk dari gas maupun uap pada sambungan-

8
sambungan pada pipa dan alat ukur harus volume. Densitas pada nanofluida secara
dihindari. Hal ini bertujuan agar langsung terkait dengan fraksi volume
pengukuran tidak meleset dan stabil. Maka partikel. Suatu densitas akan menurun
lubang pengambilan beda tekanan pada nilainya dengan meningkatnya suhu cairan
umumnya ditempatkan pada bidang dengan cara non-linier. Hal ini terjadi
horizontal dari garis tengah pipa. Sama sebab non-linier adalah perbedaan
halnya untuk pengukuran gas, koefisien ekspansi termal dalam cairan
penumpukan sisa-sisa dari cairan atau uap dasar dan nano partikelnya. Densitas dari
harus dihindari, untuk itu lubang-lubang nanofluida dapat menggunakan persamaan
pengambilan beda tekanan biasanya
ditempatkan pada bagian atas pipa. 𝜌𝑛𝑓 = 𝜑𝜌𝑝 + (1 − 𝜑)𝜌𝑏𝑓 ............. (2.41)
Tekanan awal dan akhir dari plat orifice Dimana :
akan sanagat berbeda dari jarak orifice.
Oleh karena itu standart dari penentuan 𝜌nf = Nanofluid density (kg/m3)
jarak ini tergantung dari pipa yang 𝜌bf = Basefluid density (kg/m3)
digunakan. terlepas dari apakah orifice 𝜌p = Nanoparticles density
dipergunakan untuk pengukuran cairan, (kg/m3)
gas atau uap maka lokasi beda tekanan 𝜑 = Nanoparticles volumetric
untuk pengukuran dibagi dalam empat concentration (%)
bentuk yaitu :
1. Flange Taps 2.9.2 Viskositas Dinamik Nanofluida
2. Vena Contracta Taps Viskositas dinamik dari nanofluida
3. Pipe Taps dapat menggunakan persamaan :
1
4. Corner Taps 𝜇𝑛𝑓 = (1−𝜑)2,5 . 𝜇𝑏𝑓 …………… (2.42)
2.9 Nanofluida
Dimana :
Nanofluida merupakan cairan atau
𝜇nf = Nanofluid dynamic viscosity
fluida yang mengandung partikel yang
(kg/m.s)
berukuran nanometer, yang sering disebut
nanopartikel. Cairan ini direkayasa 𝜇bf = Basefluid dynamic viscosity
(kg/m.s)
suspense koloid nanopartikel dalam
cairan dasar nanopartikel yang digunakan 𝜑 =Nano particles volumetric
dalam nanofluida biasanya terbuat dari (kg/m.s)
logam, oksida, karbida, atau karbon
nanotube. Cairan dasar umum meliputi 3. METODOLOGI PENELITIAN
air, etilen glikol dan minyak. Nanofluida 3.1 Rancangan Alat Uji
memiliki sifat novel yang membuat Pada penelitian ini alat pengujian
mereka berpotensi berguna dalam banyak dirancang berdasarkan dasar teori dan
aplikasi dalam transfer panas, termasuk pengalaman dari dosen pembimbing. Alat
mikroelektronika, sel bahan bakar, proses pengujian ini dirancang sebagai alat
farmasi, pendingin mesin, penukar panas, dengan skala laboratorium, yaitu
chiller. Mereka menunjukkan penggunaan alat hanya ditujukan untuk
konduktivitas termal ditingkatkan dan penelitian dan pengambilan data dari
konveksi koefisien perpindahan panas sampel fluida dan perbedaan pipa yang
dibandingkan dengan air yang tidak diteliti.
bagus/kotor. Alat pengujian seperti yang terlihat
pada gambar 3.1 salah satunya terdiri dari
2.9.1 Densitas Nanofluida sebuah pipa acrylic bulat lurus dengan
Densitas merupakan jumlah suatu panjang pipa 2 meter,diameter luar pipa (Ø
zat yang terkandung pada suatu unit out) 25 mm dan diameter dalam pipa (Ø
in) 20 mm. Pada alat pengujian terdapat

9
rangkaian pipa penyalur fluida dengan berfungsi mengubah tenaga mekanis dari
diameter 1 inchi yang terhubung ke tangki suatu sumber tenaga (penggerak) menjadi
air. Air di dalam tangki kemudian akan tenaga kinetis (kecepatan), dimana tenaga
dihisap dan didorong oleh pompa ini berguna untuk mengalirkan cairan dan
sentrifugal sehingga mengalir melewati mengatasi hambatan yang ada sepanjang
pipa acrylic yang berfungsi sebagai pipa pengaliran.
penguji. Pada pipa penguji terpasang 3 Salah satu jenis pompa pemindah
buah pipa besi penghubung (pressure tap) non-positif adalah pompa sentrifugal yang
dengan diameter 3 mm dimana pipa besi prinsip kerjanya mengubah energi kinetis
penghubung pertama dan kedua memiliki (kecepatan) cairan menjadi energi
jarak jarak dari katup bola (ball valve) potensial (dinamis) melalui suatu impeller
masing-masing 45 x Øin dan 85 x Øin, yang berputar dalam casing.
sedangkan untuk pipa besi penghubung
ketiga memiliki jarak 30 cm dari ujung
keluaran pipa acrylic. 3 pipa besi
penghubung akan terhubung ke (pressure
gauge) alat pengukur tekanan melalui
selang dengan diameter 3 mm.

Gambar 3.4 Pompa Sentrifugal


3.2.2 Tangki Air
Tangki air berfungsi untuk
menanmpung fluida yang akan di uji.
Fluida yang mengalir melalui pipa saluran
akan kembali ke tangki melalui keluaran
pipa.

Gambar 3.1 Instalasi Alat Uji


3.2 Peralatan Pendukung
3.2.1 Pompa Sentrifugal
Pompa adalah suatu alat atau mesin
yang digunakan untuk memindahkan
Gambar 3.5 Tangki Air
cairan dari satu tempat ke tempat lain
3.2.3 Katup Bola (Ball Valve)
melalui suatu media perpiaan dengan cara
Katup bola digunakan untuk
menambahkan energi pada cairan yang
mengatur jumlah debit yang mengalir.
dipindahkan dan berlangsung secara terus
Jenis katup yang digunakan adalah katup
menerus.
bola dengan busur derajat. Variasi bukaan
Pompa beroperasi dengan prinsip
katup dapat disesuaikan untuk
membuat perbedaan tekanan antara bagian
mengendalikan aliran fluida. Pada alat
masuk (suction) dengan bagian keluar
pengujian ini katup bola dipasang pada
(discharge). Dengan kata lain, pompa
pipa penyalur keluaran pompa (discharge),

10
percabangan dan saluran masuk pipa Termometer digunakan untuk
penguji. mengukur temperatur fluida di dalam
tangki air. Pada pengujian ini digunakan
termometer air raksa.

Gambar 3.6 Katup Bola Dengan


Busur Derajat
Gambar 3.13 Termometer Air Raksa
3.2.4 Pipa Penyalur
3.3.3 Timbangan Digital
Pipa penyalur yang digunakan
Timbangan digunakan untuk
adalah pipa paralon PVC dengan diameter
mengukur massa dari fluida yang
1 inchi. Instalasi pipa penyalur pada alat
ditampung pada gelas ukur. Timbangan
pengujian ini sesuai dengan rancangan
yang digunakan pada pengujian ini adalah
yang telah dibuat oleh dosen pembimbing.
timbangan digital.
Pada pipa penyalur juga terpasang katup
bola untuk mengendalikan aliran fluida
yang mengalir dari saluran keluar
(discharge) pompa.

Gambar 3.7 Pipa Penyalur


3.3 Instrumen Ukur Pendukung
3.3.1 Stopwatch Gambar 3.14 Timbangan Digital
Stopwatch digunakan untuk 3.3.4 Pressure gauge
menghitung berpa waktu yang diperlukan Pressure gauge digunakan untuk
oleh sebuah fluida untuk mencapai volume mengukur tekanan fluida pada pipa
tertentu didalam gelas ukur. penguji untuk masing-masing titik yang
akan diukur. Tekanan pada pressure gauge
dalam satuan kPa. Pada pengujian ini ada 3
jenis pressure gauge yang digunakan
berdasarkan kapasitas maksimalnya, yaitu
: low pressure (kapasitas tekanan
maksimal 1500 kPa), medium pressure
(kapasitas tekanan maksimal 2000 kPa),
dan high pressure (kapasitas tekanan
maksimal 5000 kPa).
Gambar 3.12 Stopwatch
3.3.2 Termometer Air Raksa

11
bukaan katup utama. Densitas diketahui
dengan cara mengukur temperatur fluida
didalam tangki untuk menentukan nilainya
berdasarkan sifat fisika air. Sedangkan
kecepatan aliran didapatkan dengan
mencari luas penampang pipa bulat,
selanjutnya debit aliran yang didapatkan
dibandingkan dengan luas
penampang tersebut. Fluida yang
Gambar 3.15 Pressure gauge digunakan pada percobaan ini adalah air
dan campuran penambahan partikel Al₂O₃
4. PENGOLAHAN DAN (Alumina) dengan penambahan 60 ppm
HASIL ANALISA DATA sebagai fluida pengujiannya, air yang
sudah di campurkan dengan nano partikel
4.1 Diagram Alur Penelitian tersebut berubah menjadi nanofluida. Nilai
Didalam melakukan penelitian Densitas dari nanofluida ini diperoleh
diperlukan beberapa tahapan agar dapat dengan menghitung menggunakan
berjalan lancar, sistematis dan sesuai persamaan densitas untuk nanofluida
dengan prosedur dan literatur yang ada. dengan terlebih dahulu diketahui densitas
dari masing-masing air dan juga
nanopartikelnya.
Dari tabel lampiran properti fisika
air dapat dilihat untuk temperatur tertentu
air memiliki nilai densitas/massa jenis,
berat jenis, viskositas dinamik dan
viskositas kinematik yang didapat dari
tabel tersebut dapat dimasukan dalam
persamaan Bilangan Reynold (persamaan
2.38) untuk menentukan karakteristik
aliran.
4.2.1 Perhitungan Data Fluida Air
Ketinggian H2O (h) didapatkan
dari tekanan pressure gauge pada tiap titik
tap yang di konversikan menjadi
ketinggian (h), dimana terdapat 3 titik tap
yaitu tap pertama dengan jarak 17 x Øin
Gambar 4.1 Diagram Alur/Flowchart dari katup utama, tap kedua 85 x Øin dari
Penelitian Kerugian Jatuh Tekan (Pressure katup utama dan tap ketiga berjarak 13mm
Drop) dari keluaran pipa. Untuk perbedaan
4.2 Hasil Perhitungan Data ketinggian (Δh) diketahui dengan
Dari pengujian yang telah membandingkan perbedaan ketinggian
dilakukan, didapatkan data pengujian antara tap 1 dan 3 (Δ₁₃) serta antara tap 2
perbedaan ketinggian (Δh) dalam meter dan 3 (Δ₂₃) dalam satuan meter.
yang telah dikonversikan dari perbedaan Contoh perhitungan :
tekan (Δp) pada pressure gauge, volume a. Perhitungan f₁₃
fluida dengan menggunnakan gelas ukur Diketahui :
dalam waktu tertentu yang dihitung g = Percepatan gravitasi (9.81 𝑚/𝑠 2 )
menggunakan stopwatch untuk D-in = diameter dalam pipa (0.02 𝑚)
mendapatkan debit aliran dari variasi L₁₃ = panjang pressure tap 1 dan 3 (

12
1.64 𝑚) a antara pressure tap 1 dan 3 (0.71 𝑚)
Δh₁₃ = perbedaan ketinggian H₂O ant u = kecepatan aliran (2.70 𝑚/𝑠)
ara pressure tap 1 dan 3 (0.82 𝑚)
u = kecepatan aliran (3.02 𝑚/𝑠) 2 𝑔 𝐷 Δh₁₃
2 𝑔 𝐷 Δh₁₃ 𝑓₁₃ =
𝑓₁₃ = 𝐿₁₃ ʋ²
𝐿₁₃ ʋ²
2 𝑥 9.81𝑚/𝑠² 𝑥 0.02 𝑚 𝑥 0.71 𝑚
2 𝑥 9.81 𝑚/𝑠² 𝑥 0.02 𝑚 𝑥 0.82 𝑚 =
= 1.64 𝑚 𝑥 2.70² 𝑚/𝑠
1.64 𝑚 𝑥 3.02² 𝑚/𝑠²
𝑓₁₃ = 0.023303
𝑓₁₃ = 0.021512

b. Perhitungan f₂₃
b. Perhitungan f₂₃
Diketahui :
Diketahui :
g = Percepatan gravitasi
g = Percepatan gravitasi (9.81 𝑚/𝑠 2 )
(9.81 𝑚/𝑠 2)
D-in = diameter dalam pipa (0.02 𝑚)
D-in = diameter dalam pipa (0.02 𝑚)
L₂₃ = panjang pressure tap 2 dan 3
L₂₃ = panjang pressure tap 2 dan 3
(0.8 𝑚)
(0.8 𝑚)
Δh₂₃= perbedaan ketinggian
Δh₂₃ = perbedaan ketinggian H₂O ant
nanofluida antara pressure tap 2 dan 3
ara pressure tap 2 dan 3 (0,36 m)
(0.15 m)
u = kecepatan aliran (3.02 𝑚/𝑠)
2 𝑔 𝐷 Δh₂₃ u = kecepatan aliran (2.70 𝑚/𝑠)
𝑓₂₃ =
𝐿₂₃ ʋ² 2 𝑔 𝐷 Δh₂₃
2 𝑥 9.81 𝑚/𝑠² 𝑥 0.02 𝑚 𝑥 0.36 𝑚 𝑓₂₃ =
= 𝐿₂₃ ʋ²
0.8 𝑚 𝑥 3.02² 𝑚/𝑠² 2 𝑥 9.81 𝑚/𝑠² 𝑥 0.02 𝑚 𝑥 0.15 𝑚
𝑓₁₃ = 0.019360 =
0.8 𝑚 𝑥 2.70² 𝑚/𝑠
𝑓₂₃ = 0.010092
Contoh perhitungan :
𝜌𝑑𝑢 Contoh perhitungan bukaan katup 90° :
𝑅𝑒 = Untuk mencari nilai dynamic viscosity
𝜐
Diketahui : nanofluida Al2O3 60 PPM digunakan
𝜌 = massa jenis fluida (995.7 kg/m³) persamaan (2.42) sebagai berikut :
D = diameter dalam pipa (0.02 𝑚) 1
𝜇𝑛𝑓 = 𝑥 𝜇𝑏𝑓
u = kecepatan aliran (3.02 m/s) (1 − 𝜑)2,5
1 𝑘𝑔
𝜐 =viskositaskinematik (8.009𝑥10 ̄⁷) 𝜇𝑛𝑓 = 𝑥 7.975𝑥10−4
(1 − 6𝑥10−5 )2,5 𝑚. 𝑠
𝑘𝑔
995.7 kg/m³ 𝑥 0.02 𝑚 𝑥 3.02 𝑚/𝑠 𝜇𝑛𝑓 = 7.9762𝑥10−4
𝑅𝑒 = = 𝑚.𝑠
8.009𝑥10̄ ̄⁷
75.090,87 Untuk mencari nilai bilangan Reynold
4.2.2 Perhitungan Data Fluida Dengan pada nanofluida Al2O3 60 PPM digunakan
Penambahan Partikel Al₂O₃ 60 ppm persamaan (2.40) sebagai berikut :
Contoh perhitungan bukaan katup 90° : 𝜌𝑛𝑓 . 𝑢. 𝐷
a. Perhitungan f₁₃ 𝑅𝑒𝑛𝑓 =
𝜇𝑛𝑓
Diketahui : 𝑘𝑔 𝑚
g = Percepatan gravitasi (9.81 𝑚/𝑠 2 ) 995.88 𝑥2.70 𝑥0.02 𝑚
𝑅𝑒𝑛𝑓 = 𝑚3 𝑠
D-in = diameter dalam pipa (0.02 𝑚) 𝑘𝑔
7.9762𝑥10−4 𝑚. 𝑠
L₁₃ = panjang pressure tap 1 dan 3
(1.64 𝑚) 𝑅𝑒𝑛𝑓 = 67,422.49
Δh₁₃= perbedaan ketinggian nanofluid
Dimana :

13
Renf = Nanofluid Reynold Number
𝜌nf = Nanofluid Density (kg/m3) Tabel 4.11 Perbandingan Nilai Friksi
𝑢 = Kecepatan Aliran (m/s) Fluida Air Antara Hasil Percobaan Dengan
Teori Bilangan Reynolds Yang Sama
D-in = Diameter dalam pipa (m)
𝜇 bf = Basefluid Density (kg/m.s)
Bukaan
μnf = Nanofluid Dynamic No Katup f₁₃ f₂₃ Re f
Velocity (kg/m.s) ° Blassius

1 90 0.021512 0.019360 75,090.87 0.019089


4.3 Analisis Data
Dapat dilihat bahwa dengan 2 85 0.022523 0.018589 71,419.65 0.019330
meningkatnya nilai dari Bilangan
Reynolds (Re) maka nilai pembilang lebih 3 70 0.023499 0.016266 69,921.33 0.019432
besar dari penyebut atau dengan kata lain
ada kecepatan fluida yang tinggi, perluasan 4 75 0.023631 0.017493 67,424.14 0.019610
fluida dengan pengaruh diameter pipa,
massa jenis yang besar dan viskositas yang 5 70 0.025829 0.018721 64,896.41 0.019784
kecil untuk kecenderungan aliran turbulen.
Seiring dengan meningkatnya Bilangan 6 65 0.036924 0.027334 53,707.37 0.019790
Reynolds menunjukan friksi (f) terjadi
akan mengalami penurunan. Bila kita 7 60 0.032527 0.019905 55,199.25 0.020757
membandingkannya untuk Re yang sama,
friksi (f) yang didapat dari hasil percobaan 8 55 0.034062 0.017170 51,469.57 0.020615
dengan friksi (f) dari teori Darcy dan
Weisbach untuk teori Blassius untuk Re 9 50 0.033449 0.020168 47,491.24 0.020979
turbulen maka friksi dari hasil percobaan
lebih besar dari pada teorinya. 10 45 0.032032 0.016016 43,512.92 0.021405

11 40 0.028393 0.009700 39,534.59 0.021879


Contoh perhitungan :
Untuk pipa sangat halus seperti glass dan
12 35 0.026943 0.011046 37,048.14 0.022410
plastik, hubungan antara bilangan
Reynolds dan faktor gesekan, digunakan 13 30 0.017600 0.011993 35,556.27 0.022776
(persamaan 2.32) :
Diketahui : Dari tabel 4.11 dapat diketahui
Re = 75,090.87 semakin besar bukaan katup ball semakin
0.316
𝑓𝐵𝑙𝑎𝑠𝑠𝑖𝑢𝑠 = besar Re yang dihasilkan maka dapat
𝑅𝑒 −0.25
dinyatakan aliran tersebut termasuk
0.316 kedalam aliran turbulen, untuk aliran
𝑓𝐵𝑙𝑎𝑠𝑠𝑖𝑢𝑠 = turbulen yaitu (Re > 4000) dapat
75,090.87−0.25
menggunakan persamaan f Blassius. Hasil
= 0.019089 perbandingan dapat digambarkan dalam
grafik perbandingan friksi terhadap Re
yang sama yang terjadi pada pipa acrylic
bulat lurus

14
1
f 1-3 air murni Tabel 4.12 Perbandingan Nilai Friksi
f 2-3 air murni
f = 64/Re
f = 0.3164*Re
(-0.25) Fluida Dengan Penambahan Partikel
Al₂O₃ 60 ppm Antara Hasil Percobaan
Dengan Teori Bilangan Reynolds Yang
0,1
Sama
f

Bukaan
0,00 No Katup f₁₃ f₂₃ Re f
10³ 10⁴ 10⁵
Re
° Blassius

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Nilai


Friksi Air Murni Hasil Percobaan Dengan 1 90 0.023303 0.010092 67,422,49 0.019610
Teori Bilangan Reynonlds Yang Sama
Dari grafik (gambar 4.4) 2 85 0.020397 0.015965 63,427.10 0.019912
menunjukkan garis lurus berwarna hijau
merupakan hasil analisis dengan
3 70 0.022615 0.019471 59,431.66 0.020238
menggunakkan persamaan Blassius untuk
aliran turbulen f = 0.3164*Re(-0.25) dan
4 75 0.021846 0.015924 55,436.26 0.020593
garis linier berwarna hitam merupakan
friksi teoritis untuk aliran laminar f =
5 70 0.023447 0.016363 54,687.12 0.020664
64/Re. segitiga berwarna merah adalah f₁₃
atau friksi percobaan fluida air murni 6 65 0.034723 0.016683 52,439.70 0.020881
yang didapatkan melalui persamaan Darcy
dan Weisbach, begitu juga dengan 7 60 0.031803 0.021289 47,944.87 0.021355
lingkaran berwarna biru yang merupakan
f₂₃. Dari grafik tersebut didapatkan bahwa 8 55 0.032505 0.020731 45,447.74 0.021642
pada Re terkecil menghasilkan friksi
dibawah garis fBalassius untuk aliran 9 50 0.030251 0.000641 43,699.76 0.021855
turbulen dengan Bilangan Reynolds
sebesar 35,556.27 dan nilai koefisien 10 45 0.025527 0.014951 40,453.48 0.022281
gesek 0.011700 , nilai friksi tertinggi
terdapat diatas garis hijau dengan nilai 11 40 0.018680 0.006045 38,955.22 0.022492
Bilangan Reynold sebesar 53,707.37 dan
nilai koefisien gesek 0.036924 . Semakin 12 35 0.018721 0 35,708.94 0.022987
bertambah besar nilai Bilangan Reynolds
(Re) maka nilai koefisien geseknya akan 13 30 0 0 34,959.80 0.023109
semakin berkurang sampai Re tertinggi Dari tabel 4.12 dapat diketahui
dengan nilai Re sebesar 75,090.87 dengan semakin besar bukaan katup ball semakin
nilai koefisien gesek 0.021512 . Dilihat besar Re yang dihasilkan sedangkan untuk
dari Bilangan Reynolds hasil percobaan nilai friksi dibukaan katup ball 30° tidak
dari Re 35,556.27 sampai Re tertinggi terdapat nilai friksi dari hasil percobaan
dengan nilai 75,090.87 nilai Bilangan disebabkan karena pada saat pengambilan
Reynolds lebih dari 4000 maka data-data data terjadi head loss yang tinggi sehingga
dari grafik diatas mengikuti persamaan tidak terdapat tekanan saat pengambilan
garis untuk aliran turbulen yaitu f = data pada pressure gauge, dari tabel diatas
digambarkan dalam grafik perbandingan
0.3164*Re(-0.25)
friksi terhadap Re yang sama terjadi pada
pipa acrylic bulat lurus dengan
menambahkan partikel Al₂O₃ konsentrasi
60 PPM pada fluida uji.

15
1
f1-3 nanofluida Al2O3 60 ppm
f2-3 nanofluida Al2O3 60 ppm
f = 64/Re
(-0.25) 1
f = 0.3164*Re f 1-3 air murni
f 2-3 air murni
f 1-3 nanofluida Al2O3 60 ppm
f 2-3 nanofluida Al2O3 60 ppm
(-0.25)
f = 0.3164*Re
f = 64/Re
0,1
f

0,1

f
0,00
10³ 10⁴ 10⁵
0,00
Re 10³ 10⁴ 10⁵
Re

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Nilai


Friksi Fluida Dengan Penambahan Partikel Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Nilai
Al₂O₃ 60 ppm Hasil Percobaan Dengan Friksi Fluida Air Murni Dengan Fluida
Teori Bilangan Reynolds Yang Sama Penambahan Nano Partikel Al₂O₃ 60 ppm
Dari grafik (gambar 4.5) Pada Bilangan Reynolds Yang Sama
menujukkan garis berwarna hijau Dari grafik diatas menunjukkan
merupakan hasil analisis dengan bahwa pada penelitian ini kedua aliran
menggunnakan persamaan Blassius untuk fluida tergolong aliran turbulen maka
digunakan persamaan Blassius untuk aliran
aliran turbulen f = 0.3164*Re(-0.25)
didalam pipa bulat lurus, dan garis turbulen f = 0.3164*Re(-0.25). Pada fluida
berwarna biru menunjukan untuk aliran dengan penambahan partikel Al₂O₃
laminar f = 64/Re . Segitiga berwarna konsentrasi 60 ppm dengan friksi
hitam adalah f₁₃ friksi hasil percobaan percobaan f₁₃ mempunyai nilai
nanofluida yang didapatkan melalui friksi/koefisien gesek lebih kecil
persamaan Darcy dan Weisbach, begitu dibandingkan pada friksi f₁₃ air murni nilai
juga dengan lingkaran berwarna merah friksi tertinggi yaitu sebesar 0.036924
yang merupakan f₂₃. Dari grafik tersebut terjadi pada Re 53,199.25 terdapat pada
disimpulkan bahwa pada Re terkecil fluida uji air murni. Fluida dengan
menghasilkan friksi dibawah garis penambahan partikel Al₂O₃ 60 ppm serta
persamaan Blassius dengan nilai Re penggunaan pipa acrylic Ø20 mm
sebesar 34,959.80 dengan nilai koefisien membuat penurunan nilai friksi/koefisien
gesek yaitu 0, dan nilai friksi tertinggi gesek terhadap aliran nanofluida
terdapat diatas garis persamaan Blassius dibandingkan dengan fluida air murni
pada nilai Bilangan Reynolds sebesar dengan pipa uji yang sama dan cenderung
52,439.70 dengan nilai koefisien gesek termasuk ke dalam aliran turbulen melihat
0.034723. Semakin bertambahnya hasil nilai Re yang didapatkan melebihi
Bilangan Reynolds (Re) maka nilai friksi >4000 .
atau koefisien geseknya semakin
berkurang dengan nilai Re sebesar
67,422.49 dengan nilai koefisien gesek
0.010092 .
Dari kedua grafik tersebut
kemudian dibandingkan antara fluida air
murni dan fluida dengan penambahan
partikel Al₂O₃ 60 ppm kedalam satu grafik
seperti dibawah ini.

16
5. PENUTUP 1. Variasi bukaan katup
menggunakan katup putar
5.1 Kesimpulan (adjustable valve) karena
Dari penelitian serta uji coba yang berpengaruh untuk
dilakukan, maka dapat beberapa mendapatkanm lebih banyak
kesimpulan, yaitu; nilai Re pada saat pengambilan
1. Nilai jatuh tekan pada bukaan data.
katup terendah yaitu katup 30°
menghasilkan ΔP₁₃ sebesar 2. Pengujian dengan penambahan
1465,17 Pa dan ΔP₂₃ sebesar partikel jenis lain pada alat uji
488,40 Pa untuk fluida air. Dan ini sangat diharapkan sebagai
untuk fluida dengan bahan pembanding dalam
penambahan partikel Al₂O₃ 60 penelitian ini agar penelitian
ppm pada katup 30° pada ΔP₁₃ semakin sempurna.
dan ΔP₂₃ tidak mendapatkan
DAFTAR PUSTAKA
tekanan yaitu ΔP = 0. Pada
fluida dengan penambahan 1. Smith Alexander .J., Physical
Al₂O₃ lebih cepat mengalami
Introduction to Fluid Mechanics, Jhon
kerugian jatuh tekan dibanding
dengan fluida air. Sedangkan Wiley & Sons, Inc. New Jersey, 2000
Karakteristik aliran (turbulen)
2. Munson, B,R., Fundamentals of Fluid
ditentukan oleh distribusi
Mechanics 4th Ed, Jhon Wiley &
kecepatan aliran pada pipa bulat
Sons, Inc., Lowa, 2002.
lurus. Jika distribusi kecepatan
3. Watanabe, K., Yanuar., and H
aliran dalam pipa semakin
Udagawa, “Drag Reduction of
menyempit kecepatan maksimal
Newtonian fluid in a Circular Pipe
berada pada garis sumbu pipa
with Highly Water-Repellent Wall.”
bulat maka menunjukan
Journal of Fluid Mech., p. 225.
kecenderungan aliran turbulen.
London, 1999.
2. Nilai friksi (koefisien gesek) 4. Kumar, K.L., Engineering Fluid
juga mempengaruhi nilai Mechanics, Eurasia Publishing House
perbedaan ketinggian (Δh₁₃ dan Ltd., 2000.
Δh₂₃). Semakin besar nilai friksi 5. Crane Co. Flow of Fluids Through
maka akan semakin tinggi nilai Valves, Fitting and Pipe. Tech Peper
perbedaan ketinggian (Δh). No. 410, 16th prinying. Crane Co.,
New York, 1976
3. Pada kondisi aliran turbulen dan 6. Ridwan., Mekanika Fluida Dasar,
pada pada Bilangan Reynolds Gunadarma University., Jakarta,1999.
yang sama, penambahan nano 7. Choi, U. S., “Enhancing Thermal
partikel membuat penurunan Conductivity of Fluids With
friksi dibanding dengan fluida Nanoparticles” Development and
air murni pada titik friksi Applications of Non-Newtonian
percobaan. Flows, D. A., Siginer and H. P, Wang,
eds., FED-vol. 231/Md-Vol 66,
5.2 Saran ASME, pp. 99-105, New York, 1995
Dari penelitian ini ada beberapa 8. Etmad, S. Gh. Turbulent Flow Friction
saran yang perlu dipertimbangkan untuk Loss Coefficients of fitting for Purely
penelitian selanjutnya, antara lain adalah Viscous Non-Newtonian Fluids. Int.
sebagai berikut :.

17
Comm. Heat Mass Transfer, 31, 763.,
New York,2004

18

Anda mungkin juga menyukai