Materi Filsafat Ilmu
Materi Filsafat Ilmu
Beberapa Kesalahpahaman
sejak lebih dari dua puluh abad yang silam dan hingga kini tetap dipertanyakan
banyak orang. Berbagai jawaban telah diberikan sebagai upaya untuk menjelaskan
apakah sesungguhnya filsafat itu, namun tidak pernah ada jawaban yang dapat
demikian?
Kenyataannya sampai sekarang ini, masih banyak orang yang mengira bahwa
filsafat adalah sesuatu yang serba rahasia, mistis, dan aneh. Ada pula yang
menyangka bahwa filsafat adalah suatu kombinasi antara astrologi, psikologi, dan
Selain itu, karena filsafat juga disebut sebagai mater scientiarum atau induk segala
ilmu pengetahuan, maka cukup banyak pula orang yang menganggap filsafat
sebagai ilmu yang paling istimewa, ilmu yang menduduki tempat paling tinggi dari
antara seluruh ilmu pengetahuan yang ada. Karena itu, filsafat hanya dapat
dipahami oleh orang-orang jenius. Filsafat hanya dapat dipelajari oleh orang-orang
yang memiliki kemampuan intelektual luar biasa. Sehubungan dengan anggapan itu,
Sebaliknya, ada pula yang berpendapat bahwa filsafat itu tidak berharga untuk
dipelajari. Filsafat tidak lebih dari sekedar lelucon yang tak bermakna alias “omong
kosong”. Apa gunanya mempelajari filsafat yang tidak sanggup memberi petunjuk
banyak orang sehingga laku dipasarkan? Apa gunanya mempelajari filsafat yang
tidak dapat memberi petunjuk tentang bagaimana berternak ayam yang paling
kegunaan praktis.
Ada pula yang berpendapat bahwa filsafat hanyalah sejenis “ilmu” yang mengawang
ilmiah. Karena filsafat berbicara tentang apa saja, padahal suatu disiplin ilmu hanya
mengacu pada satu objek-tertentu, maka filsafat tidak dapat dikatakan sebagai suatu
disiplin ilmu.
Di kalangan para rohaniwan dan teolog, ada pula yang memperlakukan filsafat
hanya sebagai ancilla theologiae, yakni sebagai budak atau pelayan teologi.
argumentasi yang kuat untuk membela keyakinan dan ajaran agama, tanpa
memperdulikan apakah cara yang ditempuh itu benar dan sahih. Bahkan, ada juga
beriman.
Dalam percakapan sehari-hari, acap kali kita dengar ada orang yang mengatakan,
“Falsafah saya adalah...” atau “Filsafat pengusaha yang berhasil itu …”, dan
tersebut? Apakah arti istilah “falsafah” atau “filsafat” yang digunakan dalam
dengan cara itu sesungguhnya mengacu kepada sikap, pandangan, dan gagasan
yang dipegang oleh seseorang untuk menghadapi segala persoalan dan tantangan
Ada juga yang mengatakan bahwa karena semua orang berpikir, sesunguhnya
semua orang adalah filsuf. Apakah benar setiap orang yang berpikir itu adalah filsuf.
Jika benar demikian, berarti berpikir adalah berfilsafat, dan berfilsafat adalah
berpikir. Jadi, pemikiran (sebagai hasil berpikir) adalah filsafat, dan filsafat adalah
pemikiran. Memang benar orang yang berfilsafat itu berpikir, tetapi tidak semua yang
berpikir berarti pula berfilsafat. Untuk berpikir secara filsafati, ada persyaratan-
sering pula menimbulkan pertikaian tak terdamaikan yang membuat filsafat semakin
dianggap kacau balau. Tentu saja, hal itu menimbulkan kesan buruk terhadap
filsafat merupakan sesuatu yang tidak jelas, kacau balau, tidak ilmiah, penuh dengan
pertikaian dan perselisihan pendapat, tidak mengenal sistem dan metode, tidak
tertib, dan juga tidak terarah. Tidak mengherankan pula jika ada yang menawarkan
pemikiran untuk menertibkan filsafat karena menganggap filsafat tidak tertib. Akan
Tidakkah ia akan menjadi begitu “kurus” dan sangat “kerdil” karena kehilangan ruang
Pada masa kini ada sebagian orang yang mengatakan bahwa filsafat telah
panjang dan kini harus berhenti. Pengembaraannya telah berakhir, dan tidak ada
lagi sesuatu pun yang dapat dilakukannya. Filsafat sebagai induk segala ilmu
pengetahuan telah berhasil melahirkan berbagai ilmu pengetahuan yang kini telah
sosial (social sciences), dan seluruh disiplin ilmu lainnya satu per satu telah
memisahkan diri dari filsafat dan telah tumbuh menjadi dewasa. Filsafat selaku induk
segala ilmu pengetahuan kini telah renta dan mandul. Ia tak mampu dan memang
tak mungkin lagi untuk mengandung dan melahirkan. Karena itu, benar-benar tidak
berguna lagi.
disimak secara lebih serius dan lebih mendalam, filsafat akan semakin diminati,
399
Secara etimologis, istilah “filsafat”, yang merupakan padanan kata falsafah (bahasa
Arab) dan philosophy (bahasa Inggris), berasal dari bahasa Yunani φιλοσοφια
(philosophia). Kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata
φιλοσ (philos) dan σοφια (sophia). Kata φιλοσ berarti kekasih, bisa juga berarti
sahabat. Adapun σοφια berarti kebijaksanaan atau kearifan, bisa juga berarti
Apabila mengacu kepada orangnya, kata yang tepat digunakan ialah “filsuf” dan
bukan “filosof”. Kecuali bila digunakan kata “filosofi” dan bukan “filsafat”, maka
ajektivanya yang tepat ialah “filosofis”, sedangkan yang mengacu kepada orangnya
Menurut tradisi kuno, istilah φιλοσοφια digunakan pertama kali oleh Pythagoras
(sekitar abad ke-6 SM). Ketika diajukan pertanyaan apakah ia seorang yang
φιλοσοφοα, yakni orang yang mencintai pengetahuan. Akan tetapi, kebenaran kisah
itu sangat diragukan karena pribadi dan kegiatan Pythagoras telah bercampur
dengan berbagai legenda; bahkan, tahun kelahiran dan kematiannya pun tak
diketahui dengan pasti. Yang jelas, pada masa Sokrates dan Plato, istilah φιλοσοφια
Untuk memahami apa sebenarnya filsafat itu, tentu saja tidak cukup hanya
mengetahui asal usul dan arti istilah yang digunakan, melainkan juga harus
memperhatikan konsep dan definisi yang diberikan oleh para filsuf menurut
dikatakan bahwa setiap filsuf memiliki konsep dan membuat definisi yang berbeda
dengan filsuf lainnya. Karena itu, ada. yang mengatakan bahwa jumlah konsep dan
Berikut ini, akan diketengahkan beberapa konsep dan definisi yang kiranya memadai
Para filsuf pra-Sokratik mempertanyakan tentang αρχε, yakni awal atau asal
mula alam dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan λογοσ, logos atau
rasio tanpa meminta bantuan μιθοσ, mythos atau mitos. Oleh sebab itu, bagi mereka
filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas ada
Plato memiliki berbagai gagasan tentang filsafat. Antara lain, Plato pernah
kebenaran yang asli dan murni. Selain itu ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah
penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala
Aristoteles (murid Plato) juga memiliki beberapa gagasan megnenai filsafat. Antara
“peri ada selaku peri ada” (being as being) atau “peri ada sebagaimana adanya”
(being as such).
René Descartes, filsuf Perancis yang termahsyur dengan argumen je pense, donc je
suis, atau dalam bahasa Latin cagito ergo sum (aku berpikir maka aku ada)
mengatakan 400
Bagi William James, filsuf Amerika yang terkenal sebagai tokoh pragmatisme dan
pluralisme, filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang
jelas dan terang. R.F. Beerling, yang pernah menjadi guru besar filsafat di
suatu usaha untuk mencapai radix, atau akar kenyataan dunia wujud, juga akar
Konsep atau gagasan dan definisi filsafat yang begitu banyak tidak perlu
filsafat itu sehingga tidak terbatasi oleh sejumlah batasan yang akan mempersempit
bagi filsafat sebab kesamaan dan kesatuan pemikiran serta pandangan justru akan
401
Sesungguhnya ada empat hal yang merangsang manusia untuk berfilsafat, yaitu
pada hal-hal yang lebih luas dan besar, seperti perubahan dan peredaran bulan,
Istilah ketakjuban menunjuk dua hal penting, yaitu bahwa ketakjuban itu pasti
memiliki subjek dan objek. Jika ada ketakjuban, sudah tentu ada yang takjub dan
oleh makhluk yang selain berperasaan juga berakal budi. Makhluk yang seperti itu
sampai saat ini yang diketahui hanyalah manusia. Jadi, yang takjub adalah manusia.
Jika subjek dari ketakjuban itu? Objek ketakjuban ialah segala sesuatu yang ada
dan yang dapat diamati. Itulah sebabnya, bagi Plato pengamatan terhadap bintang-
Penelitian terhadap apa yang diamati demi memahami hakikatnya itulah yang
hanya dengan mata, melainkan juga dengan akal budi. Pengamatan akal budi tidak
terbatas hanya pada objek-objek dapat dilihat dan diraba, melainkan juga terhadap
yaitu yang tak terlihat dan tak teraba. Oleh karena itu pula, Immanuel Kant bukan
peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai mitos dan mite
semesta serta sifat-sifat peristiwa itu. Akan tetapi, ternyata penjelasan yang
diberikan oleh mitos-mitos dan mite-mite itu makin lama makin tidak memuaskan
Manusia yang tidak puas dan terus menerus mencari penjelasan dan lebih pasti itu
lambat-laun mulai berpikir secara rasional. Akibatnya, akal budi semakin berperan.
Berbagai mitos dan mite yang diwariskan oleh tradisi turun-temurun semakin tersisih
dan perannya semula yang begitu besar. Ketika rasio berhasil menurunkan mitos-
mitos dan
kunjung habis. Pertanyaan tak boleh dianggap sepele karena pertanyaanlah yang
penyelidikan. Ketiga hal itulah yang menghasilkan penemuan baru yang semakin
bertanya.
pertanyaan yang diajukan itu tidak sekedar terarah padawujud sesuatu, melainkan
juga terarah pada dasar dan hakikatnya. Inilah yang menjadi salah satu ciri khas
bukan hanya mempertanyakan segala sesuatu yang berada di luar dirinya. Manusia
juga mempertanyakan dirinya sendiri yang memiliki hasrat bertanya. Bahkan, ia juga
Itulah yang membuat filsafat itu ada, tetap ada, dan akan terus ada. Filsafat akan
berhenti apabila manusia telah berhenti bertanya secara radikal dan universal.
itu jelas atau belum terang, manusia perlu dan harus bertanya. Pertanyaan yang
diajukan untuk memperoleh kejelasan dan keterangan yang pasti pada hakikatnya
Memang ada yang mengatakan bahwa setiap pertanyaan yang diajukan oleh
seseorang sesungguhnya senantiasa bertolak dari apa yang telah diketahui oleh si
penanya lebih dahulu. Bukankah setiap orang yang bertanya itu sedikit banyak telah
memiliki bayangan atau gambaran dari apa yang dipertanyakannya? Jika tidak, ia
tidak akan dapat mengajukan pertanyaan itu. Oleh karena itu, sebagaimana yang
sesuatu, kalau dari mula-mulanya ia tak mengerti tentang hal itu, artinya, siapakah
yang dapat mengetahui bahwa sesuatu adalah pasti baginya, kalau dari mula-mula
Akan tetapi, karena, apa yang diketahui oleh si penanya baru merupakan gambaran
yang samar, maka ia bertanya. Ia bertanya karena masih meragukan kejelasan dan
kebenaran dari apa yang telah diketahuinya. Jadi, jelas keraguanlah yang turut
403
lahir di Yunani dan dikembangkan sejak awal abad ke-6 SM. Proses kelahiran
filsafat itu membutuhkan waktu yang amat panjang. Ketika suku-suku bangsa
Hellenes menyerbu masuk ke tanah Yunani sekitar tahun 2000 SAMA, mereka
penduduk asli, yang pada masa itu telah mencapai tingkat cukup mengagumkan.
yang tetap, banyak di antara mereka yang gemar merantau, khususnya ke dunia
timur yang saat itu telah memiliki peradaban dan kebudayaan yang tinggi. Mereka
hitungan sixagesimal yang didasarkan atas jumlah enam sebagai satuan kelipatan
sehingga mereka telah mengenal pembagian waktu: satu jam terdiri dari enam puluh
menit dan satu menit terdiri dari enam puluh detik. Bangsa Sumeria jugalah yang
pengetatahuan yang mereka peroleh dari dunia Timur itu menjadi benar-benar
melahirkan filsafat. Para filsuf Yunani pertama, yang mulai berfilsafat di Asia Kecil,
sebenarnya adalah ahli-ahli matematika, astronomi, ilmu bumi, dan berbagai ilmu
pengetahuan. Para filsuf Yunani pertama tersebut dikenal sebagai filsuf-filsuf alam.
adanya dan apakah sifat-sifatnya yang paling hakiki. Dengan demikian, filsafat yang
Akan tetapi, filsafat pada masa awal itu sulit untuk diuraikan dan dipaparkan
secara jelas dan pasti karena banyak filsuf tidak menulis sesuatu apa pun sehingga
ajaran mereka hanya dapat diketahui dari orang lain. Ada juga filsuf-filsuf yang
menulis, tetapi sebagian karya tulis mereka hilang sehingga yang tinggal hanya
beberapa fragmen. Ada pula yang hanya tersisa satu atau dua kalimat yang
mengembangkan filsafat itu, yang penting dicatat ialah bahwa mereka telah berani
meninggalkan cara berpikir yang irasional dan tidak logis, kemudian mulai
diteliti oleh akal budi. Selain itu, dapat didiskusikan lebih lanjut demi meraih konsep-
konsep baru dan kebenan-kebenaran baru yang diharapkan lebih sesuai dengan
realitas sesungguhnya.
404
Berpikir Radikal
Berfilsafat berpikir secara radikal. Filsuf adalah pemikir yang berpikir yang
radikal. Karena berpikir secara radikal, ia tidak akan pernah terpaku hanya pada
fenomena suatu entitas tertentu. Ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu
hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan. Bila dikatakan bahwa filsuf
selalu berupaya menemukan radix seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai
suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga iapun berupaya untuk mencapai
Mengapakah radix atau akar realitas begitu penting untuk ditemukan? Ini karena
bagi seorang filsuf, hanya apabila akar realitas itu telah ditemukan, segala sesuatu
yang bertumbuh di atas akar itu akan dapat dipahami. Hanya apabila akar suatu
segala sesuatu, melainkan dalam arti yang sebenarnya, yaitu berpikir secara
justru hendak memperjelas realitas, lewat penemuan serta pemahaman akan akar
Mencari Asas
Filsafat bukan hanya mengacu kepada bagian tertentu dari realitas, melainkan
senantiasa berupaya mencari asas yang paling hakiki dari keseluruhan realitas.
realitas.
balik keanekaragaman itu hanya ada suatu asas?” Mereka lalu mulai mencari αρχη
(asal usul, asas pertama) alam semesta. Thales mengatakan bahwa asas pertama
alam semesta itu adalah υδωρ (air), Anaximandros mengatakan το απειρον (yang
tidak terbatas), dan Anaximenes mengatakan αηρ (udara). Adapun bagi Empedokles
ada empat ριζωματα (akar segala sesuatu) yang membentuk realitas alam semesta,
Mencari asas pertama berarti juga berupaya menemukan sesuatu yang menjadi
esensi realitas. Dengan menemukan esensi suatu realitas, realitas itu dapat
diketahui dengan pasti dan menjadi jelas. Mencari asas adalah salah satu sifat dasar
filsafat.
Memburu Kebenaran
kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran
Tentu saja kebenaran yang hendak digapai bukanlah kebenaran yang meragukan.
dipertanggungjawabkan,
405
kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih pasti. Demikian seterusnya.
Jelas terlihat bahwa kebenaran filsafati tidak pernah bersifat mutlak dan final,
melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih
pasti. Kebenaran yang baru ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali
Dengan demikian, terlihat bahwa salah satu sifat dasar filsafat ialah Senantiasa
memburu kebenaran. Upaya memburu kebenaran itu adalah demi kebenaran itu
sendiri, dan kebenaran yang diburu adalah kebenaran yang lebih meyakinkan serta
lebih pasti.
Mencari Kejelasan
keraguan diperlukan kejelasan. Ada filsuf yang mengatakan bahwa berfilsafat berarti
penelitian filsafati ialah adanya usaha keras demi meraih kejelasan intelektual
84
(intellectual claity). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berpikir secara
berjuang dengan gigih untuk mengeliminasi segala sesuatu yang tidak jelas, yang
kabur, dan yang gelap, bahkan juga yang serba rahasia dan berupa teka-teki. Tanpa
kejelasan, filsafat pun akan menjadi sesuatu yang mistik, serba rahasia, kabur,
Berpikir Rasional
kejelasan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik tanpa berpikir secara rasional.
Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis. Berpikir logis
oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil
Berpikir logis juga menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang sistematis
ialah rangkaian pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan
secara logis. Tanpa berpikir yang logis-sistematis dan koheren, tak mungkin diraih
argumen-argumen yang mengklaim diri benar. Seorang yang berpikir kritis tidak
utama berpikir rasional. Adapun berpikir rasional adalah salah satu sifat dasar
filsafat.
84
Norman L. Geisler dan Paul D. Feinberg, Introduction toPhilosophy (Grand
406
PERANAN FILSAFIAT
sejarah pemikiran manusia. Ketiga peranan yang telah diperankannya itu ialah
Pendobrak
dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh
sesak dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite.
Manusia menerima begitu saja segala penuturan dongeng dan takhayul tanpa
dan takhayul itu merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang,
sedang tradisi itu benar dan tak dapat diganggu gugat, maka dongeng dan takhayul
Oleh sebab itu, orang-orang Yunani, yang dikatakan memiliki “suatu rasionalitas
85
yang luar biasa”, juga pernah percaya kepada dewa-dewi yang duduk di meja
gelak tawa tak henti-hentinya. Mereka percaya kepada dewa-dewi yang saling
menipu satu sama lain, licik, sering memberontak, dan kadang kala seperti anak-
86
anak nakal.
pintu-pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu sakral dan selama itu tak boleh
Pembebas
Filsafat bukan sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh
dengan berbagai mitos dan mite itu, melainkan juga merenggut manusia keluar dari
manusia menjadi picik dan dangkal. Filsafat pun membebaskan manusia dari cara
berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih. Filsafat juga membebaskan manusia dari
cara berpikir tidak kritis yang membuat manusia mudah menerima kebenaran-
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat membebaskan manusia dari segala
jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia.
85
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta, Kanisius, 1984), hlm. 22.
86
Edith Hamilton, The Greek Way to Western Civilization (New York: The New
407
yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia itu? Sesungguhnya,
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistis dan mitis dengan
manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membimbing manusia
untuk berpikir secara luas dan lebih mendalam, yakni berpikir secara universal
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih
dengan membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis. Filsafat
membebaskan manusia dari cara berpikir yang tak utuh dan begitu fragmentaris
408
KEGUNAAN FILSAFAT
Tatkala filsafat lahir dan mulai tumbuh, ilmu pengetahuan masih merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari filsafat. Pada masa itu, para pemikir yang terkenal sebagai
filsuf adalah juga ilmuwan. Para filsuf pada masa itu adalah juga, ahli-ahli
matematika, astronomi, ilmu bumi, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Bagi
mereka, ilmu pengetahuan itu adalah filsafat, dan filsafat adalah ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, jelas terlihat bahwa pada mulanya filsafat mencakup seluruh ilmu
pengetahuan.
Cara berpikir filsafati telah mendobrak pintu serta tembok-tembok tradisi dan
kebiasaan, bahkan telah menguak mitos dan mite serta meninggalkan cara berpikir
mistis. Lalu pada saat yang sama telah pula berhasil mengembangkan cara berpikir
rasional, luas dan mendalam, teratur dan terang, integral dan koheren, metodis dan
sistematis, logis, kritis, dan analitis. Karena itu, ilmu pengetahuan pun semakin
bertumbuh subur, terus berkembang, dan menjadi dewasa. Kemudian, berbagai ilmu
pengetahuan yang telah mencapai tingkat kedewasaan penuh satu demi satu. mulai
mandiri dan meninggalkan filsafat yang selama itu telah mendewasakan mereka.
Itulah sebabnya, filsafat disebut sebagai mater scientiarum atau induk segala ilmu
pengetahuan. Itu merupakan fakta yang tidak dapat diingkari, yang dengan jelas
Ilmu pengetahuan dikatakan begitu berjasa bagi kehidupan umat manusia karena
lewat ilmu pengetahuan manusia telah dimungkinkan meraih kemajuan yang sangat
mencengangkan dan fantastis merupakan salah satu produk dari ilmu pengetahuan.
Abad-abad terakhir ini, dalam peradaban dan kebudayaan Barat, ilmu pengetahuan
telah berperan sedemikian rupa sehingga telah menjadi tumpuan harapan banyak
orang.
semakin terpukau oleh pesona ilmu pengetahuan, dan hal itu telah membuat begitu
Kemajuan ilmu pengetahuan yang amat mempesonakan itu telah membuat banyak
filsafat. Banyak orang yang menganggap filsafat hanya sebagai suatu benda antik
yang layak dipajang di dalam museum. Filsafat sudah terlampau “tua” untuk
“mengandung” dan “melahirkan” suatu ilmu pengetahuan baru. Filsafat tidak bisa
menghasilkan sesuatu apapun juga, sehingga sama sekali tidak berguna lagi.
alam semesta? Ternyata itu hanya merupakan suatu impian yang harus segera
dilepaskan
409
hasil-hasil yang dapat diraih oleh ilmu pengetahuan bersifast tsementara, maka
dibatasi oleh bidang penelitian yang sesuai dengan kekhususannya. Itu membuat
Di samping itu, ilmu pengetahuan tidak mempersoalkan asas dan hakikat realitas.
positivisme, cenderung lebih bersifat kuantitatif. Karena itu, tentu saja pengetahuan
itu tak sanggup menguji kebenaran pnnsip-pnnsip, yang menjadi landasan ilmu
yang bersifat tak terbatas yang sanggup menguji kebenaran prinsip-prinsip yang
melandasi ilmu pengetahuan. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh filsafat, sang induk
Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu bidang
tertentu dari realitas yang tertentu saja. Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan
tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan hakikat,
prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat
Ketakterbatasan filsafat yang demikian itulah yang amat berguna bagi ilmu
pengetahuan itu.
Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali tidak bersangkut
paut dengan kehidupan sehari-hari yang konkret. Keabstrakan filsafat tidak berarti
bahwa filsafat itu tak memiliki hubungan apa pun juga dengan kehidupan nyata
setiap hari.
Kendati tidak memberi petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang artistik
tentang apa itu artistik dan elok dalain kearsitekturan sehingga nilai keindahan yang
diperoleh lewat pemahaman itu akan menjadi patokan utama bagi pelaksanaan
Filsafat menggiring manusia ke pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas.
Kemudian, filsafat itu juga menuntun manusia ke tindakan dan perbuatan yang
410
CABANG-CABANG FILSAFAT
PEMBAGIAN FILSAFAT
Kemudian, filsafat itu berkembang sedemikian rupa menjadi semakin rasional dan
manusia semakin luas dan bertambah banyak tetapi juga semakin mengkhusus.
Lalu lahirlah berbagai disiplin ihnu pengetahuan yang satu per satu mulai
memisahkan diri dari filsafat. Kendati berbagai disiplin ilmu pengetahuan telah
memisahkan diri dari filsafat, tidak berarti filsafat telah menjadi begitu miskin
sehingga tinggal terarah hanya kepada satu permasalahan pokok dengan wilayah
pengetahuan yang semakin sempit dan pada suatu saat akan lenyap sama sekali.
Karena banyaknya masalah pokok yang harus dibahas dan dipecahkan, filsafat pun
pokok yang dihadapinya. Bidang bidang studi filsafat juga disebut sebagai cabang-
cabang filsafat.
hingga pada masa kini, tak pernah sama kendati itu tidak berarti sama sekali
berbeda. Jika disimak dengan cermat, sesungguhnya isi setiap cabang filsafat itu
Aristoteles membagi filsafat ke dalam tiga bidang studi sebagai berikut: Filsafat
Termasuk dalam bidang ini ialah fisika metafisika, biopsikologi, dan sebagainya.
Tujuan utama filsafat spekulatif ialah pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri.
2. Filsafat Praktika. Filsafat praktika memberi petunjuk dan pedoman bagi tingkah
laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya. Termasuk dalam bidang ini
ialah etika dan politik. Sasaran terpenting bagi filsafat praktika ialah membentuk
sikap dan perilaku yang akan memampukan manusia untuk bertindak dalam
Termasuk dalam bidang ini ialah kritik sastra, retorika, dan estetika. Adapun
sasaran utama yang hendak dicapai lewat filsafat ini ialah agar manusia.
sanggup menghasilkan sesuatu, baik secara teknis maupun secara puitis dalam
yang berangkat dari proposisi yang benar) dan dialetika (untuk meneliti argumentasi
tersebut. Ini karena menurut Aristoteles analitika dan dialektika adalah metode dasar
Logika
Ontologi
Filsafat Kosmologi
Psikologi
Teologi Naturalis
Etika
Will Durant, dalam bukunya yang berjudul The Story of Philosophy yang
diterbitkan sejak tahun 1926, mengemukakan lima bidang studi filsafat sebagai
87
berikut:
Logika
Filsafat Estetika
Etika
Politika
Metafisika
1. Logika. Logika adalah studi tentang metode berpikir dan metode peneilitian ideal,
yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan
4. Politika. Politika adalah studi tentang organisasi sosial yang ideal, yaitu tentang
Logika
Epistemologi
Filsafat Kultural
Filsafat Sejarah
Etika
Filsafat Ilmu
Metafisika
Estetika
Filsafat Manusia
sebagai berikut:
Metafisika
Epsitemologi
Logika
Estetika
Etika
Masih banyak Pembagian lain yang ditawarkan oleh para filsuf. Akan tetapi, saat
ini pada umumnya filsafat dibagi ke dalam enam bidang studi atau cabang utama
sebagai berikut.
1. Epistemologi
2. Metafisike
• Ontologi
• Teologi metafisik
• Antropologi Logika
3. Kosmologi
4. Etika
5. Estetika
PENGETAHUAN SAIN
Pada Bab 2 ini dibicarakan ontologi, epistemologi, dan aksiologi sain. Uraian
mengenai ontologi sain membahas hakikat dan struktur sain. Uraian tentang struktur
sain tidak terlalu bagus. Hal itu disebabkan oleh begitu banyak macam sain, karena
banyaknya maka banyak yang tidak saya ketahui. Epistemologi sain difokuskan
pada cara kerja metode ilmiah. Sedangkan pembahasan aksiologi sain diutamakan
A. Ontologi Sain
Di sini dibicarakan hakikat dan struktur sain. Hakikat sain menjawab pertanyaan apa
serta isi setiap cabang itu. Namun di sini hanya dijelaskan cabang-cabang sain dan
Pada Bab 1 telah dijelaskan secara ringkas bahwa pengetahuan sain adalah
pengetahuan rasional empiris. Masalah rasional dan empiris inilah yang dibahas
Saya berjalan-jalan di beberapa kampung. Banyak hal yang menarik perhatian saya
sehat-sehat, sedang di kampung yang lain banyak yang sakit. Secara pukul-rata
penduduk kampung yang satu lebih sehat daripada penduduk kampung yang lain
ayam dan mereka memakan telurnya, sedangkan penduduk kampung yang lain tadi
juga memelihara ayam tetapi tidak memakan telurnya, mereka menjual telurnya.
Berdasarkan kenyataan itu saya menduga, kampung yang satu itu penduduknya
lain itu banyak yang sakit karena tidak makan telur. Berdasarkan ini saya menarik
hipotesis semakin banyak makan telur akan semakin sehat, atau telur berpengaruh
286
hal hipotesis yang saya ajukan itu rasionalnya ialah: untuk sehat diperlukan gizi,
telur banyak mengandung gizi, karena itu, logis bila semakin banyak makan telur
Hipotesis saya itu belum diuji kebenarannya. Kebenarannya barulah dugaan. Tetapi
hipotesis itu telah mencukupi dari segi kerasionalannya. Dengan kata lain, hipotesis
saya itu rasional. Kata “rasional” di sini menunjukkan adanya hubungan pengaruh
Kedua, masalah empiris. Hipotesis saya itu saya uji (kebenarannya) mengikuti
prosedur metode ilmiah. Untuk menguji hipotesis itu saya gunakan metode
eksperimen dengan cara mengambil satu atau dua kampung yang disuruh makan
telur secara teratur selama setahun sebagai kelompok eksperimen, dan mengambil
satu atau dua kampung yang lain yagn tidak boleh makan telur, juga selama setahun
itu, sebagai kelompok kontrol. Pada akhir tahun, kesehatan kedua kelompok itu saya
Sekarang, hipotesis saya semakin banyak makan telur akan semakin sehat atau
berkali-kali – maka hipotesis saya tadi berubah menjadi teori. Teori saya bahwa
“Semakin banyak makan telur akan semakin sehat” atau “Telur berpengaruh positif
terhadap kesehatan,” adalah teori yang rasional-empiris. Teori seperti inilah yang
Cara kerja saya dalam memperoleh teori itu tadi adalah cara kerja metode ilmiah.
logis, tarik hipotesis, ajukan bukti empiris). Harap dicatat bahwa istilah logico dalam
mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar sain ialah tidak ada
Research, 1973:378) dirumuskan dalam ungkapan post hoc, ergo propter hoc (ini,
tentu disebabkan oleh ini). Asumsi ini benar bila sebab akibat itu memiliki hubungan
rasional.
287
akibat. Sain tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan atau
tidak sopan, indah atau tidak indah; sain hanya memberikan nilai benar atau salah.
Kenyataan inilah yang menyebabkan ada orang menyangka bahwa sain itu netral.
Dalam konteks seperti itu memang ya, tetapi dalam konteks lain belum tentu ya.
2. Struktur Sain
Dalam garis besarnya sain dibagi dua, yaitu sain kealaman dan sain sosial. Contoh
berikut ini hendak menjelaskan struktur sain dalam bentuk nama-nama ilmu. Nama
1) Sain Kealaman
• Astronomi;
2) Sain Sosial
3) Humaniora
• Hukum: hukum pidana, hukum tata usaha negara, hukum adat (mungkin dapat
• Bahasa, Sastra;
sosial).
288
pengetahuan Humaniora (yang mungkin dapat digolongkan dalam sain sosial) dalam
daftar di atas hanyalah dengan tujuan agar tampak lengkap. (Bahan diambil dari
Ensiklopedi Indonesia).
B. Epistemologi Sain
Pada bagian ini diuraikan obyek pengetahuan sain, cara memperoleh pengetahuan
Objek pengetahuan sain (yaitu objek-objek yang diteliti sain) ialah semua objek yang
105) menyatakan bahwa objek kajian sain hanyalah objek yang berada dalam ruang
indera.
Objek kajian sain haruslah objek-objek yang empiris sebab bukti-bukti yang harus ia
temukan adalah bukti-bukti yang empiris. Bukti empiris ini diperlukan untuk menguji
Apakah objek yang boleh diteliti oleh sain itu bebas? Artinya, apakah sain boleh
meneliti apa saja asal empiris? Menurut sain ia boleh meneliti apa saja, ia ebas;
menurut filsafat akan tergantung pada filsafat yang mana; menurut agama belum
tentu bebas.
manusia itu; semuanya dapat diteliti oleh sain. Dari penelitian itulah muncul teori-
cabang sain. Teori-teori yang telah berkelompok itulah yang saya sebut struktur
sain, baik cabang-cabang sain maupun isi masing-masing cabang sain tersebut.
Pengalaman manusia sudah berkembang sejak lama. Yang dapat dicatat dengan
baik ialah sejak tahun 600-an SM. Yang mula-mula timbul agaknya ialah
pengetahuan
289
pengetahuan mistik.
filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam.
Sejak zaman dahulu, manusia telah menginginkan adanya aturan untuk mengatur
manusia. Tujuannya ialah agar manusia itu hidup teratur. Hidup teratur itu sudah
menunjukkan bila alam tidak diatur maka alam itu akan menyulitkan kehidupan
manusia. Sementara itu manusia tidak mau dipersulit oleh alam. Bahkan sebaiknya
– kalau dapat – manusia ingin alam itu mempermudah kehidupannya. Karena itu
Bagaimana membuat aturan untuk mengatur manusia dalam alam? Siapa yang
dapat membuat aturan itu? Orang Yunani Kuno sudah menemukan: manusia itulah
mengatur dirinya (manusia) dan alam. Jadi, manusia itulah yang harus membuat
Bagaimana membuatnya dan apa alatnya? Bila aturan itu dibuat berdasarkan
agama atau mitos, maka akan sulit sekali menghasilkan aturan yang disepakati.
Pertama, mitos itu tidak mencukupi untuk dijadikan sumber membuat aturan untuk
mengatur manusia, dan kedua, mitos itu amat tidak mencukupi untuk dijadikan
sumber membuat aturan untuk mengatur alam. Kalau begitu, apa sumber aturan itu?
berdasarkan agama maka akan banyak orang yang menolaknya. Padahal aturan itu
Menurut mereka aturan itu harus dibuat berdasarkan dan bersumber pada sesuatu
yang ada pada manusia. Alat itu ialah akal. Mengapa akal? Pertama, karena akal
dianggap mampu, kedua, karena akal pada setiap roang bekerja berdasarkan aturan
yang
290
alat dan sumber yang paling dapat disepakati. Maka, Humanisme melahirkan
Rasionalisme.
Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan
akal pula.
Dicari dengan akal ialah dicari dengan berpikir logis. Diukur dengan akal artinya diuji
apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis, benar; bila tidak, salah. Nah, dengan
aal itulah aturan untuk mengatur manusia dan alam itu dibuat. Ini juga berarti bahwa
Dalam proses pembuatan aturan itu, ternyata temuan akal itu seringkali
bertentangan. Kata seseorang ini logis, tetapi kata orang lain itu logis juga. Padahal
ini dan itu itu tidak sama, bahkan kadang-kadang bertentangan. Orang-orang sophis
pada zaman Yunani Kuno dapat membuktikan bahwa bergerak sama dengan diam,
kedua-duanya sama logisnya. Apakah anak panah yang melesat dari busurnya
bergerak atau diam? Dua-duanya benar. Apa itu bergerak? Bergerak ialah bila
sesuatu pindah tempat. Anak panah itu pindah dari busur ke sasaran. Jadi, anak
panah itu bergerak. Anak panah itu dapat juga dibuktikan diam. Diam ialah bila
sesuatu pada sesuatu waktu berada pada suatu tempat. Anak panah itu setiap saat
berada di suatu tempat. Jadi, anak panah itu diam. Ini pun benar, karena
argumennya juga logis. Jadi, bergerak sama dengan diam, sama-sama logis.
Apa yang diperoleh dari kenyataan itu? Yang diperoleh ialah berpikir logis tidak
disepakati. Kalau begitu diperlukan alat lain. Alat itu ialah Empirisme.
Nah, dalam hal anak panah tadi, menurut Empirisisme yang benar adalah bergerak,
sebab secara empiris dapat dibuktikan bahwa anak panah itu bergerak. Coba saja
perut Anda menghadang anak panah itu, perut anda akan tembus, benda yang
menembus sesuatu haruslah benda yang bergerak. Ya, memang, sesuatu yang
291
pada konsep-konsep yang umum. Kata Empirisisme, air kopi yang baru diseduh ini
panas, nyala api ini lebih panas, besi yang mendidih ini sangat panas. Kata
Empirisisme, kelereng ini kecil, bulan lebih besar, bumi lebih besar lagi, matahari
yang sifatnya umum. Konsep itu belum operasional, karena belum terukur. Jadi,
Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisme,
yang terukur. “Terukur” inilah sumbangan penting Positivisme. Jadi, hal panas tadi
oleh Positivisme dikatakan air kopi ini 80 derajat celcius, air mendidih ini 100 derajat
celcius, besi mendidih ini 1000 derajat celcius, ini satu meter panjangnya, ini satu
mengatur manusia dan aturan untuk mengatur alam yang kita miliki sekarang
bersifat pasti dan rinci. Jadi, operasional. Bahkan dada dan pinggul sekarang ini ada
ukurannya, katanya, ini dalam kerangka ukuran kecantikan. Dengan ukuran ini maka
kontes kecantikan dapat dioperasikan. Kehidupan kita sekarang penuh oleh ukuran.
Positivisme sudah dapat disetujui untuk memulai upaya membuat aturan untuk
mengatur manusia dan mengatur alam. Kata Positivisme, ajukan logikanya, ajukan
bukti empirisnya yang terukur. Tetapi bagaimana caranya? Kita masih memerlukan
alat lain. Alat lain itu ialah Metode Ilmiah. Sayangnya, Metode Ilmiah sebenarnya
tidak mengajukan sesuatu yang baru; Metode Ilmiah hanya mengulangi ajaran
(berdasarkan logika itu), kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris.
Dengan rumus Metode Ilmiah inilah kita membuat aturan itu. Metode Ilmiah itu
secara teknis dan rinci menjelaskan dalam satu bidang ilmu yang disebut Metode
Penelitian inilah
292
hasil penelitian itulah yang kita warisi sekarang berupa tumpukan pengetahuan sain
dalam berbagai bidang sain. Inilah sebagian dari isi kebudayaan manusia. Isi
kebudayaan yang lengkap ialah pengetahuan sain, filsafat dan mistik. Urutan dalam
proses terwujudnya aturan seperti yang diuraikan di atas ialah sebagai berikut:
293
Ilmu berisi teori-teori. Jika Anda mengambil buku Ilmu (sain) Pendidikan, maka Anda
tentang bumi, Ilmu Hayat membahas teori-teori tentang makhluk hidup. Demikian
seterusnya. Jadi, isi ilmu ialah teori. Jika kita bertanya apa ukuran kebenaran sain,
maka yang kita tanya ialah apa ukuran kebenaran teori-teori sain.
Ada teori Sain Ekonomi: bila penawaran sedikit, permintaan banyak, maka harga
akan naik. Teori ini sangat kuat, karena kuatnya maka ia ditingkatkan menjadi
hukum, disebut hukum penawaran dan permintaan. Berdasarkan hukum ini, maka
barangkali benar dihipotesiskan: Jika hari hujan terus, mesin pemanas gabah tidak
diaktifkan, maka harga beras akan naik. Untuk membuktikan apakah hipotesis itu
benar atau salah, kita cukup melakukan dua langkah. Pertama, kita uji apakah teori
itu logis? Apakah logis jika hari hujan terus harga gabah akan naik?
Jika hari hujan terus, maka orang tidak dapat menjemur padi, penawaran beras akan
menurun, jumlah orang yang memerlukan tetap, orang berebutan membeli beras,
mungkin, maka harga beras akan naik. Jadi, logislah bila hujan terus harga beras
akan naik. Hipotesis itu lolos ujian pertama, uji logika. Kedua, uji empiris. Adakan
eksperimen. Buatlah hujan buatan selama mungkin, mesin pemanas gabah tidak
diaktifkan, beras dari daerah lain tidak masuk. Periksa pasar. Apakah harga beras
naik? Secara logika seharusnya naik. Dalam kenyataan mungkin saja tidak naik,
misalnya karena orang mengganti makannya dengan selain beras. Jika eksperimen
itu dikontrol dengan ketat, hipotesis tadi pasti didukung oleh kenyataan. Jika
didukung oleh kenyataan (beras naik) maka hipotesis itu menjadi teori, dan teori itu
benar, yaitu jika teori itu selalu didukung bukti empiris, maka teori itu naik tingkat
mungkin salah, dengan kata lain, hipotesis itu kemungkinan benar atau salahnya
294
belum ada bukti empirisnya. Belum atau tidak ada bukti empiris bukanlah
merupakan bukti bahwa hipotesis itu salah. Hipotesis benar, bila logis, titik. Ada atau
tidak ada bukti empirisnya adalah soal lain. Dari sini tahulah kita bahwa kelogisan
suatu hipotesis – juga teori – lebih penting ketimbang bukti empirisnya. Harap
C. Aksiologi Sain
Pada bagian ini dibicarakan tiga hal saja, pertama kegunaan sain; kedua, cara sain
Apa guna sain? Pertanyaannya sama dengan apa guna pengetahuan ilmiah karena
sain (ilmu) isinya teori (ilmiah). Secara umum, teori artinya pendapat yang
beralasan. Alasan itu dapat berupa argumen logis, ini teori filsafat; berupa argumen
perasaan atau keyakinan dan kadang-kadang empiris, ini teori dalam pengetahuan
Berbagai sain yang ada sampai sekarang ini secara umum berfungsi sebagai alat
Teknologi, 1993: 7-8) sain merupakan suatu sistem eksplanasi yang paling dapat
murah dibandingkan dengan dolar (kurs rupiah terhadap dolar menurun). Gejala ini
295
gejala itu. Untuk mudahnya, teori ekonomi mengatakan karena banyaknya utang
luar negeri jatuh tempo (harus dibayar), hutang itu harus dibayar dengan dolar,
maka banyak sekali orang yang memerlukan dolar, karena banyak orang membeli
dolar, maka harga dolar naik dalam rupiah. Nah, ini baru sebagian gejala itu yang
dieksplanasikan. Sekalipun baru sebagian, namun gejala itu telah dapat dipahami
Ada orang tiga bersaudara, dua laki-laki dan satu perempuan. Mereka nakal, sering
mabuk, membuat keonaran, sering bolos sekolah, tidak naik kelas, pindah-pindah
sekolah. Mereka ditinggal oleh kedua orang tuanya, ayah dan ibunya masing-masing
kawin lagi dan pindah ke tempat barunya masing-masing. Biaya hidup tiga
bersaudara itu bersama pembantu mereka, tidak kurang. Dapatkah Anda membuat
Anda akan dapat menjelaskan (mengeksplanasikan) jika Anda menguasai teori yang
mapu menjelaskan gejala (nakal) itu. Menurut teori Sain Pendidikan, anak-anak
yang orang tuanya cerai (biasanya disebut broken home), pada umumnya akan
berkembang menjadi anak nakal. Penyebabnya ialah karena anak-anak itu tidak
mendapat pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya. Padahal pendidikan dari
kedua orang tua amat penting dalam pertumbuhan anak menuju dewasa.
Sebenarnya saya amat tertarik membicarakan topik ini; senang sekali rasanya
menambahkan banyak contoh lain, tetapi kedua contoh itu agaknya mencukupi
penyebab terjadinya gejala itu. Dengan “mengutak-atik” faktor penyebab itu, ilmuwan
Dalam contoh kurs dolar tadi, dengan mudah orang ahli meramal. Misalnya, karena
bulan-bulan mendatang hutang luar negeri jatuh tempo semakin banyak, maka
diprediksikan kurs rupiah terhadap dolar akan semakin lemah. Ramalah lain dapat
pula dibuat, misalnya, harga barang dan jasa pada bulan-bulan mendatang akan
naik. Pada
296
banyak pasangan suami istri yang cerai, maka diramalkan kenakalan remaja akan
meningkat. Ramalan lain: akan semakin banyak remaja putus sekolah, akan
semakin banyak siswa yang tiak naik kelas. Tepat dan banyaknya ramalan yang
dapat dibuat oleh ilmuwan akan ditentukan oleh kekuatan teori yang ia gunakan,
Eksplanasi merupakan bahan untuk membuat ramalan dan kontrol. Ilmuwan, selain
Agar kurs rupiah menguat, perlu ditangguhkan pembayaran hutang yang jatuh
tempo, jadi, pembayaran utang diundur. Apa yang dikontrol? Yang dikontrol ialah
kurs rupiah terhadap dolar agar tidak naik. Kontrolnya ialah kebutuhan terhadap
Agar kontrol lebih efektif sebaiknya kontrol tidak hanya satu macam. Dalam kasus
tindakan yang diduga dapat mencegah terjadinya gejala yang tidak diharapkan atau
Ayah dan ibu sudah cerai. Diprediksi: anak-anak mereka akan naik. Adakah upaya
yang efektif agar anak-anak itu tidak nakal? Ada, upaya itulah yang disebut kontrol.
Dalam kasus ini mungkin pamannya, bibinya, atau kakeknya, dapat mengganti
Perbedaan prediksi dan kontrol ialah prediksi bersifat pasif; tatkala ada kondisi
tertentu, maka kita dapat membuat prediksi, misalnya akan terjadi ini, itu, begini atau
tindakan atau tindakan-tindakan agar terjadi ini, itu, begini atau begitu.
Ilmu atau sain – yang isinya teori – dibuat untuk memudahkan kehidupan. Bila kita
teori ilmu).
Dahulu orang mengambil air di bawah bukit, orang Sunda menyebutnya di lebak.
Tatkala akan mengambil air, orang melalui jalan menurun sambil membawa wadah
air. Tatkala pulang ia melalui jalan menanjak sambil membawa wadah yang berisi
air. Itu menyulitkan kehidupan. Untuk memudahkan, orang membuat sumur. Air tidak
lagi harus diambil di lebak. Air dapat diambil dari sumur yang dapat dibuat dekat
rumah.
Membuat sumur memerlukan ilmu. Tetapi sumur masih menyusahkan karena masih
harus menimba, kadang-kadang sumur amat dalam. Orang mencari teori agar air
lebih mudah diambil. Lantas orang menggunakan pompa air yang digerakkan
dengan tangan. Masih susah juga, orang lantas menggunakan mesin. Sekarang air
Sejak kampung itu berdiri ratusan tahun yang lalu, sampai tahun-tahun belakangan
ini penduduknya hidup dengan tenang. Tidak ada kenakalan. Anak-anak dan remaja
membohongi orang tuanya. Senang sekali bermukim di kampung itu. Tiba-tiba jalan
raya melintas kampung itu. Listrik dipasang, penduduk mendapat listrik dengan
Beberapa tahun kemudian, anak mereka nakal. Anak remaja sering berkelahi, sering
yang mereka hadapi. Apa yang akan dilakukan oleh ilmuwan itu? Ternyata ia
yang ada di kampung itu. Ia ingin tahu lebih dahulu, secara persis, misalnya berapa
orang, siapa yang nakal, malam atau hari apa saja kenakalan itu dilakukan,
penyebab mabuk, berkelahi dengan siapa, dan apa penyebabnya, dan sebagainya.
begitu saja pada laporan orang kampung tersebut. Ia mengidentifikasi masalah itu.
kenakalan remaja. Diantara teori itu ia pilih teori yang diperkirakannya paling tepat
pemimpin, guru, organisasi pemuda, ustadz, orang tua remaja dan polisi serta
penegak hukum.
Demikian biasanya cara ilmuwan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Itu adalah
cerita tentang cara sain menyelesaikan masalah. Cara filsafat dan mistik tentu lain
Janganlah hendaknya terlalu mengandalkan sain tatkala timbul masalah. Ada dua
sebab. Pertama, belum tentu teori sain yang ada mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Teori itu mungkin memadai pada zaman tertentu, digunakan untuk
menghadapi masalah yang sama pada zaman yang lain, belum tentu teori itu efektif.
Kedua, belum tentu setiap masalah tersedia teori untuk menyelesaikannya. Masalah
selalu berkembang lebih cepat daripada perkembangan teori. Ilmu kita ternyata tidak
kepada kita.
dapat membantu. Yang terbaik ialah setiap masalah diselesaikan secara bersama-
sama oleh sain, filsafat dan mistik, yang bekerjasama secara terpadu.
3. Bonus
Netralitas Sain
Sadali (ITB). Mukti Ali menyatakan bahwa sain itu netral, sementara Sadali
berpendapat sain tidak netral. Ternyata Mukti Ali hanya memancing, ia tidak
Dalam ujaran Mukti Ali, waktu itu, sain itu netral, seperti pisau, digunakan untuk apa
saja itu terserah penggunannya. Pisau itu dapat digunakan untuk membunuh (salah
satu perbuatan jahat) dan dapat juga digunakan untuk perbuatan lain yang baik.
Begitulah teori-teori sain, ia dapat digunakan untuk kebaikan dan dapat pula untuk
Netral biasanya diartikan tidak memihak. Dalam kata “sain netral” pengertian itu juga
terpakai. Artinya: sain tidak memihak pada kebaikan dan tidak juga pada kejahatan.
Itulah sebabnya istilah sain netral sering diganti dengan istilah sain bebas nilai. Nah,
bebas nilai (value free) itulah yang disebut sain netral; sedangkan lawannya ialah
sain terikat, yaitu terikat nilai (value bound). Sekarang, manakah yang benar, apakah
sain seharusnya value free atau value bound? Apakah sain itu sebaiknya bebas nilai
Pembaca yang terhormat, ketahuilah bahwa persoalan ini bukanlah persoalan kecil.
Ia persoalan besar karena banyak sekali aspek kehidupan manusia yang diatur
secara langsung oleh sain. Jadi, paham bahwa sain itu netral atau sain itu terikat
Karena itu sebaiknya kita berhati-hati dalam menetapkan paham kita tentang ini.
Apa untungnya bila sain netral? Bila sain itu kita anggap netral, atau kita
akan cepat terjadi. Karena tidak ada yang menghambat atau menghalangi tatkala
Orang yang menganggap sain tidak netral, akan dibatasi oleh nilai dalam (1) memilih
objek penelitian, (2) cara meneliti, dan (3) menggunakan hasil penelitian.
Tatkala akan meneliti kerja jantung manusia, orang yang beraliran sain tidak netral
akan mengambil – mungkin – jantung kelinci atau jantung hewan lainnya yang paling
mirip dengan manusia. Orang yang beraliran sain netral – mungkin – akan
value bound, dalam epistemologi akan meneliti jantung itu tidak dengan menyakiti
kelinci itu, sementara orang yang menganut sain value free tidak akan
mempedulikan apakah subjek penelitian menderita atau tidak. Orang yang beraliran
sain netral akan menggunakan hasil penelitian itu secara bebas, sedang orang yang
bermazhab sain terikat akan menggunakan produk itu hanya untuk kebaikan saja.
Jadi, persoalan netralitas sain itu terdapat baik pada epistemologi, maupun aksiologi
sain. Sebenarnya dalam ontologi pun demikian. Dalam contoh di atas objek dan
aksiologi. Ontologinya ialah teori yang ditemukan itu. Ontologi itu pun netral, ia tidak
Apa kerugiannya bila kita ambil paham sain netral? Bila kita paham sain netral? Bila
kita pilih paham sain netral maka kerugiannya ialah ia akan melawan keyakinan,
misalnya keyakinan yang berasal dari agama. Percobaan pada manusia mungkin
akan diartikan sebagai penyiksaan kepada manusia. Maka, penganut sain tidak
netral akan memilih objek penelitian yang mirip dengan manusia. Untuk melihat
proses reproduksi, tentu harus ada pertemuan antara sperma an ovum. Untuk itu
peneliti dari kalangan penganut sain netral tidak akan keberatan mengambil
kelamin yang dari situ diamati bertemunya sperma dan ovum. Peneliti yang
menganut sain tidak netral akan melakukan itu terhadap pasangan yang telah
Yang paling merugikan kehidupan manusia ialah bila paham sain netral itu telah
penciptaan sain. Tadinya sain dibuat untuk membantu manusia dalam menghadapi
kesulitan hidupnya. Paham ini sebenarnya telah bermakna bahwa sain itu tidak
yang dihadapi oleh manusia. Sementara itu, paham sain netral justru akan
memberikan tambahan kesulitan bagi manusia. Kata kunci terletak dalam aksiologi
sain, yaitu ini: tatkala peneliti akan membuat teori, sebenarnya ia telah berniat akan
301
tidak netral.
paling bijaksana ialah kita memihak atau memilih paham bahwa sain tidaklah netral.
Sain itu bagian dari kehidupan, sementara kehidupan itu secara keseluruhan
tidaklah netral.
Paham sain tidak netral adalah paham yang sesuai dengan ajaran semua agama
dan sesuai pula dengan niat ilmuwan tatkala menciptakan teori sain. Jadi,
Berikut dikutipkan sebagian dari tulisan Prof. Herman Soewardi, guru besar Filsafat
Menurut Herman Soewardi (Orasi Ilmiah pada Dies Natalis IAIN Sunan Gunung Djati
Bandung ke-36 8 April 2004), dari sudut pandang epistemologi, sain terbagi dua,
yaitu Sain Formal dan Sain Emperikal. Menurutnya, Sain Formal itu berada di pikiran
implikasi-implikasi logis yang tidak berkesudahan. Sain Formal itu netral karena ia
Adapun Sain Emperikal, ia tidak netral. Sain Emperikal merupakan wujud konkret,
yaitu jagad raya ini, isinya ialah jalinan-jalinan sebab akibat. Sain Emperikal itu tidak
netral karena dibangun oleh pakar berdasarkan paradigma yang menjadi pijakannya,
dan pijakannya itu merupakan hasil penginderaan terhadap jagad raya. Benar
bahwa Sain Emperikal itu terdiri atas logika (jalinan sebab akibat), namun ia dimulai
lebih dalam, ternyata hal itu tidaklah sederhana itu. Baiklah kita periksa pandangan
302
kejadian sampai menjadi hukum (teori) diperlukan adanya medium yang berupa
reasoning jalinan sebab akibat yang banyak sekali. Dan reasoning itu tidak mungkin.
Tidak mungkin karena rumitnya itu. Karena itu, hanyalah kebiasaan orang saja (tidak
ada dasar logikanya) untuk menyimpulkan setiap X akan diikuti Y. Pendapat ini
terkenal dengan istilah skeptisisme Hume. Jadi, menurut Hume, sebab akibat itu
Immanuel Kant membantah skeptisisme Hume itu dengan mengatakan bahwa ada
pengetahuan bentuk ketiga, yaitu a piori sintetik. Ini menurut Herman Soewardi,
adalah suatu jalinan sintetik yang sudah ada, yang keadaannya itu diterangkan oleh
Kant secara transendental. Inilah medium yang dicari oleh Hume, yang bagi orang
Islam jalinan sintetik itu adalah ciptaan Tuhan yang sudah ada sejak semula. Suatu
Tampak pada kita bahwa dengan mengikuti acara Emperisisme, siapapun tidak
akan mampu menunjukkan medium itu. Sehubungan dengan ini Kant mengatakan
bukan pada atau milik X itu, melainkan pada atau milik Tuhan. Bila kapas diletakkan
di atas api, kekuatan untuk terjadinya terbakar atau tidak terbakar kapas itu bukan
pada api melainkan pada Tuhan. Terbakarnya kapas oleh api merupakan suatu
regularitas atau kebiasaan atau adat, adat itu dari Tuhan, namun pada kejadian
khusus seperti pada Nabi Ibrahim, api tidak membakar. Karena Tuhan pada waktu
yang sangat fundamental, bahwa kekuatan pada penyebab (X) adalah kekuatan
Tuhan. Sekarang, istilah yang mendunia untuk menyatakan kekuatan Tuhan itu ialah
faktor Z.
Kekuatan dari atau pada Tuhan itu, baiklah kita sebut faktor Z, menghasilkan suatu
pengertian bahwa kausalitas itu sifatnya berubah dari cukup (sufficient) menjadi
303
• Dari sebab akibat terjadi pada waktu yang sama ke sebab akibat terjadi pada
kepala kita.
Adapun Sain Emperikal, ia tidak netral. Tidak netral karena ia dibangun berdasarkan
pijakan seseorang pakar yang mungkin berada dengan pakar lain. Tentang ini
Sain Emperikal disebut Kuhn Sain Normal (Normal Science). Sain Normal
muncul dari paradigma, yaitu suatu pijakan, dari seseorang pakar. Dalam
diterangkan oleh teori sain yang ada, ini disebut anomali. Selanjutnya anomali ini
menimbulkan krisis (ketidakpercayaan para pakar terhadap teori itu) sehingga akan
timbul paradigma baru atau pijakan baru. Inilah perkembangan sain, berubah dari
paradigma yang satu ke paradigma yang lain. Karena itu Sain Normal itu tidak
netral.
Masalah utama Sain Normal ialah masalah penginderaan. Padahal kita tahu bahwa
metode andalan – bahkan metode satu-satunya bagi Sain Normal ialah observasi
manusia untuk mengetahui jagad raya. Tetapi, seperti dikatakan Kuhn, yang orang
ketahui itu tidaklah bersifat tetap, melainkan sementara dan akan berubah setelah
terjadi anomali. Kini pertanyaannya ialah: Mengapa pengideraan itu ada cacatnya
sehingga pendapat para pakar itu sering tidak sama dan sering berubah? Ini dijawab
oleh Richard Tarnas. Tarnas mengatakan bahwa di depan mata manusia itu ada
“lensa” yang memfilter penglihatan “lensa” itu dipengaruhi oleh nilai, pengalaman,
keterbatasan, trauma dan harapan. Maka, kata Tarnas, sama dengan Kant, yang
ada di benak manusia itu bukanlah jagad raya yang sebenarnya melainkan sesuatu
jagad raya ciptaan manusia itu. Karena itu kausalitas yang dibangun oleh akal
manusia itu menjadi kausalitas yang terlalu sederhana. Bila manusia mengubah
jagad raya (jagad raya buatannya), memang manusia akan memperoleh apa yang
diharapkannya. Kejadian ini (muncul akibat yang tidak diharapkan) disebut antitetikal
disempurnakan oleh firman Tuhan. Menurut Herman Soewardi, bila Sain Normal itu
telah menyaksikan kebenaran thesis Herman Soewardi itu. Karena itu thesis
esensinya diambil dari buku Herman Soewardi Tiba Saatnya Islam Kembali Kaffah
Kuat dan Berijtihad (Suatu Kognisi Baru tentang Islam), 1999, Bagian Tiga Bab 14
Pada tahun 1993, buku Tarnas yang berjudul The Passion of the Western Mind,
terbit. Dalam buku itu ada sebuah bab yang berjudul The Crisis of Modern Science.
Menurut Tarnas, sedikitnya ada enam hal yang menarik perhatian tentang sain
modern. Pertama, postulatat dasar sain modern ialah space, matter, causality, dan
305
Kant bahwa yang orang katakan jagad raya, bukanlah jagad raya yang sebenarnya,
dan atmosfir yang menyeluruh yang disebut Tarnas planetary ecological crisis.
Dari enam hal yang menarik di atas Tarnas menyimpulkan bahwa orang merasa
tahu tentang jagad raya, padahal tidak: tidak ada jaminan orang dapat tahu; yang
dikatakan jagad raya sebenarnya menunjukkan hubungan orang dengan jagad raya
raya dalam sain modern adalah sangat terbatas bahkan landasan itu cukup
berbahaya.
Maka kita bertanya, bagaimana kelanjutan sain modern itu bila postulat-postulat
dasarnya dibuktikan tidak benar, dan terutama bila landasan ilmiahnya terbatas
bahkan berbahaya? Tetapi baiklah kita lihat lebih rinci mengenai kesalahan-
Pertama, tentang space atau jagad raya. Pandangan sekarang yang berlaku ialah
bahwa space itu terbatas (finite), tetapi lepas bentuknya lengkung (tidak linier)
sehingga garis edar benda-benda angkasa berbentuk elips, bukan karena tertarik
pandangan empat dimensi space-time, bukan hanya tiga seperti pada geometri
Eucled.
penemuan pada mekanika kuantum menyokong pandangan Kant itu. Maka, yang
dikatakan jagad raya (space) itu hanyalah hubungan manusia dengan jagad raya,
atau jagad raya sebagaimana tampak menurut apa yang dipertanyakan oleh
manusia.
Kedua, tentang mtter atau materi. Baik Democritus maupun Newton, memandang
materi itu solid. Pandangan sekarang menyatakan materi itu kosong. Mekanika
kuantum membuktikannya.
a 306
hanya dapat dilakukan terhadap salah satu posisi atau kecepatannya, selain itu
menemukan bahwa gerakan atom tidak dapat keduanya ditetapkan sekaligus, posisi
spiritual.
dampak buruk sain, ia merupakan kebalikan dari yang diharapkan dari sain. Dampak
itu antara lain berupa kontaminasi air, udara, tanah, efek buruk berganda pada
erosi tanah, pengurasan air tanah, akumulasi ilmiah yang toksik, efek rumah kaca,
bolongnya ozon, salah satu ujungnya ialah ekonomi dunia semakin runyam.
Pengembangan Ilmu
Bila Anda bertemu dengan seseorang yang baru dilantik menjadi rektor sesuatu
perguruan tinggi dan Anda bertanya apa program utamanya, maka Anda akan
mendapat jawaban bahwa program utamanya ialah pengembangan ilmu. Tentu saja,
karena perguruan tinggi pada umumnya adalah gudang ilmu. Namun, yakinlah Anda
banyak orang yang tidak memahami secara tepat apa sebenarnya pengembangan
ilmu itu, termasuk banyak juga dari kalangan rektor yang sedang menjabat sebagai
setuju.
Jika Anda membuka Ilmu Bumi, Anda akan melihat bahwa isinya ialah teori tentang
bumi; buku Ilmu Hayat isinya adalah teori tentang makhluk hidup; buku Sejarah
isinya teori tentang kejadian masa lalu; buku Filsafat isinya teori filsafat, dan
Secara umum teori ialah pendapat yang beralasan. Semakin banyak makan telor
akan semakin sehat atau telor berpengaruh positif terhadap kesehatan, adalah teori
dalam sain. Bila permintaan meningkat maka harga akan naik, juga adalah teori
sain. Menurut
307
boleh berkeluarga, jika berkeluarga maka mereka tidak akan beres menjaga negara.
Ini teori filsafat. Jika penduduk suatu negara beriman bertakwa maka Tuhan akan
menurunkan berkah bagi mereka dari langit. Ini salah satu teori dalam agama Islam.
Jin dapat disuruh melakukan sesuatu. Ini teori dalam pengetahuan mistik. Teori
Karena isi ilmu adalah teori, maka mengembangkan ilmu adalah teorinya. Ada
baru. Dalam hal ini memang belum pernah dari teori yang muncul, lantas seseorang
menemukan teori baru. Kedua, menemukan teori baru untuk mengganti teori lama.
Dalam kasus ini, tadinya sudah ada teorinya tetapi karena teori ini sudah tidak
teori itu diganti dengan teori baru. Ketiga, merevisi teori lama. Dalam hal peneliti
atau pengembang, tidak membatalkan teori lama, tidak juga menggantinya dengan
teori baru, ia hanya merevisi, ia hanya menyempurnakan teori lama itu. Keempat,
baru. Ini aneh: ia mengurangi jumlah teori yang sudah ada, ia membatalkan teori
mengembangkan ilmu.
ditentukan oleh jenis ilmunya. Itu memerlukan organisasi, ada managernya. Itu
banyak; memerlukan waktu, ada yang sebentar dari yang lama, bahkan ada yang
sangat lama.
Abu Abdullah Ma’luf, al-Munjid al-Lughah wa al-‘Alam, Beirut: Dar al-Masyirq, 1975.
Abu Bakar Atjeh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tashawwuf, Ramadhani, 1989.
Abdul Qadir Zailani, Koreksi terhadap Ajaran Tashawuf, Jakarta: Gema Insani Press,
1996.
Aldous Huxley, ThePerennial Philosophy, New York: Harper and Row, 1945.
Ensiklopedi Islam. a
Fekon & Bisnis Univ.Bosowa - MYS Page 74
333
Frithjof Schoun, The Trancendent Unity of Religion, New York : Harper and Row, 1975.
Ha’iri, Ilmu Hudluri: Prnsip-prnsip Epistemologi dalam Islam, Bandung: Mizan, 1999.
Herman Soewardi, Tiba Saatnya Ilam Kembali Kaffah Kuat dan Berijtihad (Suatu
Kognisi Baru tentang Islam), Bandung: Diterbitkan sendiri oleh
Pengarangnya, 1999.
Ibnu Mandzur Jamaluddin al-Anshari, Lisan al-‘Arab Kairo: Dar al-Mishiriyyah li al-
Taklif wa al-Tarjamah, tt.
Jauhar Salim Abbay (penerjemah), Al-Thibb Awasin al Kaey, Jakarta: Yayasan Ibnu
Ruman, tt.
Joe Park, Selected Reading in The Philosophy of Education, New York: The
MacMillan Company, 1960.
Lembaga Seni Bela Diri Hikmatul Iman, Buku Pegangan Anggota, Bandung:
LSBDHI, 1993.
Muhammad Isa Daud, Hiwar al-Syawafy ma’a Jinniy al-Muslim, Terjemahan Afif
Muhammad dan H. Abdul Adhiem, Bandung: Pustaka Hidayah, 1996.
Muhammad bin Abdul Wahab, al-Tauhid alladzi huwa Haqqullah ‘ala al-‘Abid,
Libanon: Dar al-‘Arabiyyah, 1969.
Samudi Abdullah, Takhayyul dan Magic dalam Pandangan Islam, Bandung: Al-
Ma’arif, 1997.
Umar Hasyim, Setan sebagai Tertuduh dalam Masalah Sihir, Takhayyul, Pedukunan
dan Azimat, Surabaya: Bina Ilmu, tt.
Wahid Abdul Salam, Wiqayat al-Insan min al-Jinny wa al-Syaithan, Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyah, 1998.
Will Durant, The Story of Philosophy, New York: Simon and Schuster, Inc., 1959.