Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 6

FILSAFAT PENDIDIKAN
“Wawasan tentang Filsafat Pendidikan”

Disusun Oleh :
Nama : Anestra Putri Fauziah
Nim : 22129012

Dosen Pengampu:
Prof. Yalvema Miaz, MA.,Ph.D
Dr. Yullys Helsa, S.Pd., M.Pd.

11 Februari 2024

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikanrahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga penuli berhasil menyelesaikan
tugas yang telah diberikan dalam mata kuliah “filsafat Pendidikan” yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “Wawasan tentang Filsafat Pendidikan”
Penulisan tugas ini menjadi suatu bahan bagi penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Pendidikan. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin membuat makalah ini,
walaupun masih ada kekurangan. Pada kesempatan ini penulis, tidak lupa menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan kepada pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah
ini terutama Prof. Yalvema Miaz, MA.,Ph.D dan Dr. Yullys Helsa, S.Pd., M.Pd. selaku dosen
pengampu yang senantiasa memberikan arahan dalam proses perkuliahan.
Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan, menjadi amal kebaikan disisi Allah
SWT. Penulis mengharapkan kritikan dan saran demi kemajuan penulis dimasa depan. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak , baik yang terkait secara lansung
atau tidak.
Akhir kata, semoga Allah SWT selalu kekuatan dan memberkahi semua amal baik yang
telah kita jalani.Amin.

Padang, 8 februari 2024

Anesrtra Putri Fauziah


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Definisi dan Pengertian Filsafat ............................................................................................. 4
a. Arti Filsafat Secara Terminologi .................................................................................... 4
b. Arti Filsafat dari beberapa definisi ................................................................................. 8

B. Pendekatan Individualistik ....................................................................................................... 11


a. Kontorversi yang dilematis ............................................................................................. 4
b. Misteri kehidupan ........................................................................................................... 4
c. Karakteristik biologis manusia ....................................................................................... 4

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 16


a. Kesimpulan .............................................................................................................. 17
b. Saran ......................................................................................................................... 19
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................................. 20
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Pengertian filsafat


Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata falsafah dalam bahasa Arab1 yang
diserap dari kata majemuk φιλοσοφία dalam bahasa Yunani kuno. Kata majemuk tersebut
terdiri atas kata philia (philos/philein) yang berarti cinta dan kata sophia (sophos/sofein)
yang berarti pengetahuan, hikmah, atau kebijaksanaan.2 Jadi, Philosophia sebagai kata
gabungan dalam bahasa Yunani berarti cinta kepada kebijaksanaan (mencakup dimensi
kebenaran, kebaikan, dan keindahan).
Pengertian sebagaimana tersebut di atas belum memperhatikan makna yang
sebenarnya dari kata filsafat, sebab pengertian "mencintai" belum memperlihatkan
keaktifan seorang filsuf untuk memperoleh kearifan atau kebijaksanaan itu. Menurut
pengertian yang lazim berlaku di Timur (Tiongkok/India), seseorang disebut filsuf bila
dia telah mendapatkan atau telah meraih kebijaksanaan. Sedangkan menurut pengertian
yang lazim berlaku di Barat kata "mencintai" tidak perlu meraih kebijaksanaan, karena
yang disebut filsuf atau "orang bijaksana" mempunyai pengertian yang berbeda dengan
pengertian di Timur
Dalam bahasa Arab, filsafat diartikan sebagai hubb al-hikmah (cinta hikmah) 3
Menurut alSyaibaniy, filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap
hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya, dan menciptakan
sikap positif terhadapnya. Filsafat, karenanya, dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu,
berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalamanpengalaman
manusia
Pengertian filsafat sesungguhnya telah mengalami sejumlah perubahan sepanjang
masanya. Phytagoras (481-411 SM) dikenal sebagai orang pertama yang menggunakan
perkataan tersebut dengan makna pembahasan tentang tabiat sesuatu.5 Selanjutnya para
filsuf Yunani kuno sendiri yang dikenal sebagai tempat lahirnya filsafat berbeda pendapat
tentang makna filsafat, sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kecenderungan
orang yang mendefinisikannya
Cicero menyebut filsafat sebagai "ibu dari semua seni", juga sebagai arts vitae yaitu
filsafat sebagai seni kehidupan. Sementara al-Farabi menyatakan bahwa filsafat adalah
ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada. Begitulah
seterusnya sampai sekarang, sehingga boleh dikatakan hampir tidak ada kesepakatan
tentang apa definisi filsafat. Hanya saja, beberapa penulis belakangan lebih cenderung
mengembalikan filsafat kepada makna asal sebagaimana digunakan oleh Phytagoras
dahulu sebagai pemikiran rasional yang dilakukan secara mendalam, menyeluruh, dan
teratur dalam rangka mencari hakikat segala yang ada.
Atas dasar uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa filsafat mempunyai pengertian
yang multi dimensi. Meskipun demikian, penulis berpendapat lebih baik mengembalikan
filsafat kepada pengertian yang sudah banyak disepakati oleh para penulis di tas
berdasarkan penggunaan istilah Phytagoras tersebut. Oleh karena itu, dalam redaksi yang
ringkas penulis menyimpulkan bahwa filsafat adalah proses berpikir logis, radikal,
universal, dan sistematis dalam rangka memahami sebuah kenyataan.

a. Pengertian Filsafat Secara Terminologi


Selain secara etimologi, filsafat juga memiliki arti secara terminologi. Berikut
pengertian filsafat secara terminology.
1. Phytagoras (572-497 SM).
Dalam tradisi filsafat zaman Yunani Kuno, Phytagoras adalah orang yang
pertama-tama memperkenalkan istilahphilosophia, yang kemudian dikenal
dengan istilah filsafat. Phytagoras memberikan definisi filsafat sebagai the love of
wisdom. Menurutnya, manusia yang paling tinggi nilainya adalah manusia pecinta
kebijakan (lover of wisdom), sedangkan yang dimaksud dengan wisdom adalah
kegiatan melakukan perenungan tentang Tuhan. Phytagoras sendiri menganggap
dirinya sebagai seorang philosophos (pecinta kebijakan), baginya kebijakan yang
sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan.
2.Socrate (469-399 SM).
Ia adalah seorang filosof dalam bidang moral yang terkemuka setelah Thales pada
zaman Yunani Kuno. Socrates memahami bahwa filsafat adalah suatu peninjauan
diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan
yang adil dan bahagia(principels of the just and happy life)
3.Plato(427-347 SM).
Seorang sahabat dan murid Socrates ini telah mengubah pengertian
kearifan (shopia) yang semula bertalian dengan soal-soal praktis dalam kehidupan
menjadi pemahaman intelektual. Menurutnya, filsafat adalah pengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran yang asli. Dalam karya tulisnya Republik, Plato
menegaskan bahwa para filosof adalah pecinta pandangan kebenaran (vision of
truth). Dalam pencarian terhadap kebenaran tersebut, hanya filosof yang dapat
menemukan dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak
berubah. Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat
spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran . maka
filsafat Plato tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Filsafat Spekulatif.

Istilah filsafat awalnya berasal dari bahasa Yunani yakni ”philosophia”. Seiring
perkembangan zaman akhirnya dikenal pula dalam berbagai bahasa, seperti misalnya
”philosophic” yang berasal dari kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan juga Perancis;
“philosophy” dalam terjemahan ke bahasa Inggris; “philosophia” dalam terjemahan ke
bahasa Latin; dan juga“falsafah” dalam bahasa Arab.
Para filsuf memberikan batasan yang berbeda-beda tentang filsafat, tetapi batasan
yang berbeda tersebut tidak mendasar. Selanjutnya, batasan filsafat bisa ditinjau dari dua
segi yakni secara etimologi serta secara terminology
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari terjemahan bahasa Arab, yakni
falsafah ataupun dari bahasa Yunani yakni philosophia – philien yang artinya cinta dan
sophia yang artinya kebijaksanaan. Jadi dapat dipahami bahwa filsafat artinya cinta
kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah seorang pencari kebijaksanaan, pecinta
kebijaksanaan dalam arti hakikat
Pengertian filsafat secara terminologi amat beragam. Para filsuf merumuskan
pengertian filsafat sesuai kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya.
b. Arti Filsafat dari Beberapa Definisi
Berikut ini akan disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para
ahli:
1. Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang
ada.
2. Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab
dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali.
Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
3. Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni“ ( the
mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni
kehidupan )

4. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu


dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu
membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan
seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan .
5. Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar
hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar
akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
6. Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat
persoalan.
7. Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-
sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya
sampai “mengapa yang penghabisan “.
8. Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran
, tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik
dan universal.
9. Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat
adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu
pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan
penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan
masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh
para ahli filsafat.
10. Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu
sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
11. Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia
menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya
kesungguhan.

12. . Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia
dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis,
fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan
kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
13. Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara
teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran
mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai
sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik
perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
14. Hasbullah Bakry
Ilmu filsafat merupakan ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ketuhanan,alam semesta, dan manusi sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikat sejauh yang dapat dicapai akal manusia.
Pencinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai usaha
dan petunjuk tujun hidup nya, atau dengan perkataan lain orang yang
mengabdikan diri nya dengan pengetahuan.

Rizal Mustansyir dan Misnal Munir menjelaskan tentang pengertian filsafat


didalam buku nya yang berjudul Filsafat Ilmu, bahwasan nya filsafat ialah:
1. Sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan serta alam yang tidak
diterima secara keritis.
2. Suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita
jujung tinggi.
3. Berusaha untuk mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman
manusia sehingga menjadi konsisten tentang pandangan alam.
4. Analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
5. Sekumpulan problema yang langsung dan mendapat perhatian dan dicarikan jawaban
dari ahli-ahli filsafat.

Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya
secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala
situasi tersebut.
B. Pendekatan Individualistik
a. .Kontroversi yang dilematis
Dalam pemikiran aksiologi sering muncul pandangan kontroversial bahkan
dilematis dalam pengembangan ilmu. Hal tersebut terjadi dalam kasus-kasus pemikiran
ilmu belakangan ini yaitu Aksiologi adalah filsafat nilai. Aspek nilai ini ada kaitannya
dengan kategori: (1) baik dan buruk; serta (2) indah dan jelek. Kategori nilai yang
pertama di bawah kajian filsafat tingkah laku atau disebut etika, sedang kategori kedua
merupakan objek kajian filsafat keindahan atau estetika.

Ilmu tidak saja menjelaskan gejala-gejala alam untuk pengertian dan pemahaman.
Namun lebih jauh lagi bertujuan memanipulasi factor-faktor yang terkait dalam gejal;a
tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Misal, ilmu
mengembangkan teknologi untuk mencegah banjir. Bertrand Russell menyebut
perkembangan ini sebagi peralihan ilmu dari tahap kontemplasi ke manipulasi. Dalam
tahap manipulasi inilah maka masalah moral muncul kembali namun dalam kaitan
dengan factor lain. Kalau dalam tahap kontemplasi masalah moral bersangkutan dengan
metafisika keilmuan maka dalam tahap manipulasi ini berkaitan dengan masalah cara
penggunaan pengetahuan ilmiah atau secara filsafat dapat dikatakan, dalam tahap
pengmbangan konsep terdapat masalah moral yang di tinjau dari segi ontology keilmuan
sedangkan dalam tahap pengembangan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi
aksiologi keilmuan.
b. Misteri kehidupan
Filsafat manusia perlu dipelajari karena manusia mempunyai kemampuan dan kekuatan
untuk menyelidiki dan menganalisis sesuatu secara mendalam. Manusia berpikir dan
menganalisa banyak hal.[1] Pada suatu titik manusia akan sampai kepada saat di mana dia
akan bertanya mengenai arti keberadaannya sendiri sebagai manusia. Dengan demikian
filsafat manusia mengantar manusia untuk menyelami kehidupannya sendiri, dan sangat
mungkin mendapat pencerahan mengenai menjadi manusia yang lebih utuh. Dalam
sejarah, manusia selalu berusaha memecahkan permasalahan pokok tentang makna dan
eksistensinya yang selalu sulit memperoleh jawaban. Filsafat manusia ada untuk
mendorong manusia mencari hakikatnya
c. Karakteristik biologis manusia
Setiap individu mempunyai karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang
dipengaruhi oleh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan
yang dibawa sejak ia lahir baik yang berhubungan dengan faktor biologis maupun sosial
psikologis. Keyakinan masa lalu mengatakan bahwa kepribadian terbawa pembawaan
dan lingkungan; merupakan dua faktor yang terbentuk karena dua faktor yang terpisah,
masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan
lingkungan dengan caranya masing-masing. Namun setelah disadari bahwa apa yang
dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang atau apa yang dirasakan oleh siapapun
merupakan hasil dari perpaduan dari apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang
diturunkan dan pengaruh lingkungan.
Seorang anak memulai pendidikan formalnya di tingkat TK kira-kira pada usia 4-6 tahun.
Tanpa memperdulikan berapa umur anak, karakteristik pribadi dan kebiasaan-kebiasaan
yang dibawa ke sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh lingkungan dan hal itu tampak
sebagai pengaruh penting terhadap keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan
hidupnya di kemudian hari. Naturedan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan
untuk menjelaskan karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada
setiap tingkat perkembangan. Karakteristik yang berhubungan dengan perkembangan
faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan
sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Seorang bayi
merupakan pertemuan antara dua garis keluarga, yaitu keluarga ayah dan ibu. Saat
terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu secara berkesinambungan
dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan yang membantu mengembangkan potensi-
potensi biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal
tersebut bisa membentuk pola karakteristik tingkah laku yang dapat mewujudkan
seseorang sebagai individu yang berkarakteristik bebrbeda dengan individu-individu yang
lainnya.
C. Permasalahan/Penyelesaian
1. Mengapa filsafat dengan pendidikan berkaitan?
Jawab : Filsafat dan pendidikan merupakan dua hal yang saling terkait karena
pendidikan pada hakikatnya merupakan hasil dari pemikiran (filsafat), filsafat merupakan
arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan
pendidikan. Jadi, filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang Pendidikan. terimakasih
2. Bagaimana proses pembentukan Karakter Manusia menurut pandangan Filsafat?
Jawab : Menurut pendapat saya, sejak lahir setiap manusia dikaruniai dua potensi atau
karakter, yakni potensi kebaikan/ karakter baik dan potensi keburukan/ karakter buruk.
Potensi tersebut akan berkembang mengikuti proses pertumbuhan manusia. Potensi mana
yang akan dominan, baik atau buruk tergantung bagaimana lingkungan yang
membentuknya. Jika tumbuh dalam lingkungan yang baik, maka akan menjadi baik, dan
jika tumbuh dalam lingkungan yang buruk, maka akan menjadi buruk. Oleh karena itu,
dalam dunia pendidikan, lingkungan sekolah harus benar-benar mampu menjadi
lingkungan belajar yang baik bagi anak agar mampu mengoptimalkan karakter baik
dalam setiap diri anak. Terima kasih.
3. Bagaimana Filsafat mampu menuntun kita mencapai Cita-cita?
Jawab : Filsafat adalah tentang berpikir, untuk menggapai cita-cita kita tentu harus
berpikir caranya agar bisa meraih cita-cita. Terdapat beberapa hal yang perlu kita
perhatikan dalam menggapai cita-cita yaitu, pikiran kita tentang bagaimana dan apa yang
dilakukan untuk dapat menggapainya, niat yang tulus dalam diri, keikhlasan untuk dapat
menjalani dan menerima resiko yang ada, dan mampu untuk melakukan hal-hal positif
yang dapat dapat mendukung tujuan kita dalam menggapai cita-cita, serta kita harus
menghindari rasa takut akan kegagalan dan ragu-ragu dalam usaha kita dalam menggapai
cita-cita tersebut
4. Bagaimana agar terhindar dari Ruang dan Waktu yang salah?
Jawab : Sebelum kita menghindar, kita harus memahami dahulu mana yang berarti salah
maupun benar dalam konteks ruang dan waktu. Ketika kita telah memahami betul apa
yang dimaksud benar sesuai ruang dan waktu maka diri kita pun akan memposisikan diri
pada keadaan yang benar. Maka dari itu kita harus mampu belajar memposisikan diri
untuk mengetahui mana yang baik dan benar juga mana yang salah dan buruk. Ketika
kita berada pada posisi yang salah sebenarnya hati kita pun akan merasa tidak nyaman,
maka berusahalah untuk selalu menjernihkan hati dan pikiran kita dengan mendekatkan
diri kepada Allah SWT agar kita selalu takut pada hal hal buruk yang menjerumuskan
kita
Filsafat merupakan olah pikir. Berpikir dalam berbagai hal. Berpikir antara mana yang
baik dan buruk, berpikir antara yang sesuai dan tidak sesuai, dan lain sebagainya. Agar
tidak salah ruang dan waktu maka kita harus terus belajar dan berlatih. Belajar tentang
materi pembelajaran, belajar tentang kehidupan, belajar dengan kondisi yang sesuai dan
tidak, belajar yang mungkin dan tidak mungkin, dan belajar hal-hal yang lainnya. Kita
harus terus belajar agar dapat mengetahui ruang dan waktu yang sesuai. Kita berfilsafat
ketika dalam melakukan proses pembelajaran filsafat bersama dengan dosen ahli. Jangan
sampai kita berfilsafata dirumah dengan adik kita yang masih belum mengerti hal-hal ini
karena berpikir filsafat belum tentu diterima oleh orang lain. Yang ada malah kita
dianggap sudah tidak waras lagi. Berfilsafatlah pada ruang dan waktu yang sesuai.
Contoh lain seperti pada saat membahas tugas matematika, lakukanlah bersama orang
yang sesuai jurusan atau yang lebih tahu, jangan dibahas dengan orang bahasa yang
cenderung menghindari matematika apalagi ditambah dengan situasi yang krang
memungkinkan seperti ketika dia sedang sibuk mengerjakan tugasnya. Hal ini tidak akan
menyelesaikan masalah yang ada malah akan menambah masalah. untuk itu kita harus
terus belajar dan berusaha untuk lebih mengerti mana yang sesuai dan tidak sesuai.
Kapan dan dimana kita harus berbuat A, kapan dan dimana kita harus berbuat B, dan lain
sebagainya
5. Bagaimana konsep Karma dalam Filsafat?
Jawab : Karma sama seperti halnya akibat. Karma baik dapat diperoleh ketika kita
melakukan perbuatan baik. melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sedangkan karma buruk dapat diperoleh karena telak melakukan perbuatan buruk. Karma
diberikan oleh yang Kuasa karena makhluknya sudah sangat keterlaluan. Jika manusia
sudah melakukan keburukan yang sangat parah dan tidak bisa ditoleransi lagi oleh
manusia, maka Allah akan menghukumnya secara langsung dan dengan cara yang sangat
pedih. Tapi jika manusia tersebut selalu berbuat baik dan senantiasa mendekatkan diri
kepada Allah, maka ia akan mendapatkan balasan yang sesuai yan disini disebut sebagai
karma baik.
6. Bagaimana Filsafat memandang konsep hubungan/interaksi dalam keluarga dan
masyarakat?
Jawab : Sangat penting dalam bagi kita dalam membangun hubungan interaksi kepada
masyarakat atau keluarga, karena interaksi yang sering terjalin akan memudahkan kita
untuk saling bekerjasama dalam membangun kehidupan kekluargaan. Hal utama yang
menjadi perhatian bagi yang ingin membangun hubungan dengan masayarakat atau
keluarga adalah komunikasi, dengan komunikasi yang lancar maka kerbersamaan akan
selalu ada dan terjaga.
Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki kepribadian atau katakteristik yang
berbeda-beda. Adanya perbedaan tersebut menjadikan seseorang tidak akan bisa
menjalani hidupnya tanpa adanya orang lain. Maka dari itu diperlukan suatu interaksi
atau hubungan untuk saling melengkapi diantara perbedaan yang ada dalam diri setiap
orang. Karena dengan melakukan suatu interaksi atau hubungan akan membuat setiap
orang untuk saling membantu.
7. Bagaimana cara mengetahui diri sendiri dan menyadari bahwa Filsaat sangatlah
dekat dengan diri kita masing-masing?
Jawab : Gali dalam pikiran, selami mereka, pahami mereka satu persatu, ajak kenalan
lagi bila perlu, karena semua yang ada di dalam pikiran diri ini merupakan dasar filsafat
yang memang sudah menjadi bakal filsafat sejak dulu. Renungi diri sendiri, evaluasi diri,
atau bahkan hanya melakukan aktifitas seperti biasanya sudah termasuk filsafat. Cukup
sadari bahwa diri ini sedang beraktifitas melakukan apapun, baik benar maupun salah
tetap sudah termasuk berfilsafat. Kenali diri lebih dalam lagi dan selalu bersyukur karena
sudah melakukan aktifitas yang baik setiap harinya.

Semua persoalan yang terjadi, pada akhirnya kita kembalikan kepada diri kita sendiri.
Manusia tentu mempersoalkan dirinya sendiri. Dalam suatu persoalan, perdebatan dan
cita-cita, kita terus –menerus bertanya tentang diri kita sendiri, Siapakah sebetulnya aku
ini?, bahkan ketika kita mengalami suatu pertentangan, kebingungan ataupun
kebimbangan mengenai yang baik dan buruk, maka kita akan refleks berfikir untuk
menjawab permasalahan tersebut. Jadi, cara untuk mengetahui diri sendiri dengan terus
memikirkannya dan menerjemahkannya, karena ada banyak hal dalam diri kita juga yang
perlu diterjemahkan (hermeneutika). Jika seseorang tidak berusaha mengenal diri sendiri,
maka dia akan sulit menentukan arah dan tujuan hidupnya. Sebenar-benarnya tidak ada
manusia yang mampu mengetahui dirinya sendiri, yang ada manusia yang berusaha untuk
mengetahui dirinya sendiri.
D. Simpulan
1. Pengertian filsafat sesungguhnya telah mengalami sejumlah perubahan sepanjang
masanya. Phytagoras (481-411 SM) dikenal sebagai orang pertama yang
menggunakan perkataan tersebut dengan makna pembahasan tentang tabiat sesuatu.5
Selanjutnya para filsuf Yunani kuno sendiri yang dikenal sebagai tempat lahirnya
filsafat berbeda pendapat tentang makna filsafat, sesuai dengan latar belakang
pendidikan dan kecenderungan orang yang mendefinisikannya Cicero menyebut
filsafat sebagai "ibu dari semua seni", juga sebagai arts vitae yaitu filsafat sebagai
seni kehidupan. Sementara al-Farabi menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada. Begitulah seterusnya
sampai sekarang, sehingga boleh dikatakan hampir tidak ada kesepakatan tentang apa
definisi filsafat.
2. Menurut Lasiyo dan Yuwono ada tiga hal yang mendorong manusia untuk
berfilsafat:
 Keheranan
 Kesangsian
 Kesadaran akan keterbatasan
3. Jan Hendrik Rapar merumuskan filsafat ke dalam tiga peranan yang dapat diakses
oleh semua manusia yang mencintai hikmah, yaitu sebagai pendobrak, pembebas dan
pembimbing. Dalam sejarah menunjukkan betapa filsafat telah mendobrak pintu-
pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu sakral dan tidak boleh diganggu-gugat
karena percaya pada tahayul dan khurafat serta kepercayaan pada animisme dan
dinamisme, dirobohkan dan dihancurkan dengan rasionalitas filsafat (Rapar, 2020).
4. Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian
pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan mitis
itu. Lebih dari itu, filsafat membimbing manusia untuk berpikir secara logis dan
sistematis, secara integral dan koheren, sehingga manusia menemukan kebenaran
yang hakiki yang menjadi persoalan yang dihadapi semua manusia.
E. Daftar Rujukan

Asmoro Achmadi, Filsafat Umum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 3-10.

Bagus, Lore. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010

Ferry Hidayat, Pengantar Teori-Teori Filsafat (Bekasi: STBA Pertiwi, 2016), h. 7.

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Cet. ke-18. (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2005), h. 8-35.

Nur A. Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum, Edisi Revisi, Cet. ke-3. (Medan: IAIN
Press, 2011), h. 3

Mahsun Mahfud, “Hakikat Kebebasan Berpikir Dan Etika,” Jurnal Hermeneia Vol. 6, No.
1 (June 2007): h. 163-164

Palmquis Stephen. Pohon Filsafat. Cetakan I. Pustaka Pelajar. Jakarta. 2000.

Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XVI, Jakarta : Sinar
Harapan, 2003

Anda mungkin juga menyukai