Anda di halaman 1dari 5

ADAT SUKU BADUI MENJAGA LINGKUNGAN ATAU SEBUAH

KEKOLOTAN TRADISONAL DI ERA MODERN?

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pengetahuan


Lingkungan

Oleh :

Wara Itsna Nurmaulana

K2312077 / A

PENDIDIKAN FISIKA A 2012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


Hubungan masyarakat asli atau lokal yang dekat dengan lingkungan
sumber daya alam membuat mereka memiliki pemahaman tersendiri terhadap
sistem ekologi dimana mereka tinggal. Lingkungan sendiri seharusnya
dipersepsikan bukan hanya sekedar sebagai objek yang harus digunakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia (human centris), melainkan juga harus dipelihara
dan ditata demi kelestarian lingkungan itu sendiri (eco sentris). Oleh karena itu,
adanya ikatan antara manusia dengan alam akan melahirkan pengetahuan dan
pikiran bagaimana mereka memperlakukan alam lingkungannya. Meraka
menyadari betul akan segala perubahan dalam lingkungan sekitarnya dan mampu
mengatasinya demi kepentingannya. Salah satu cara ialah dengan
mengembangkan sikap kelakukan, gaya hidup dan tradisi-tradisi yang mempunyai
implikasipositif terhadap pemeliharaan dari pelestarian lingkungan hidup. Tradisi-
tradisi inilah yang disebut sebagai satu aplikasi sebuah kearifan lokal.

Sebelumnya disini saya ingin menjelaskan tentang kearifan lokal terlebih


dahulu sebagai pengantar dalam essay saya kali ini yang merupakan tema dari
karya ini yaitu kearifan lokal sebagai penjagaan lingkungan.

Kearifan lokal atau kearifan tradisional sendiri merupakan pengetahuan


yang secara turun-temurun dimiliki oleh masyarakat desa dalam mengolah
lingkungan hidupnya, yaitu pengetahuan yang melahirkan perilaku sebagai hasil
dari adaptasi mereka terhadap lingkungannya, yang mempunyai implikasi positif
terhadap kelestarian lingkungannya. Berbagai macam tabu/pantangan adat,
upacara-upacara tradisional, sloka-sloka, dan berbagai tradisi lainnya yang
dimiliki oleh banyak suku bangsa di Indonesia, apabila dikaji dapat
mengungkapkan pesan-pesan budaya yang besar manfaatnya bagi upaya
pelestarian lingkungan hidup. Jika dibandingkan. Jika dibanding penggunaan
teknologi modern yang seringkali berdampak negatif bagi kelestarian lingkungan
hidup, misalnya penggunaaan pupuk kimia atau pestisida bagi lahan pertanian
dapat menyebabkandegradasi lingkungan seperti polusi tanah dan polusi air.
Kearifan lokal merupakan salah satu alternatif pemeliharaan lingkungan hidup.
Dampak penggunaan teklnologi modern dalam waktu dekat memang dapat
meningkatkan produktivitas pertanian, namun tidak dal;am jangka waktu yang
lama, penggunaan teknologi ini akan menyebabkan kerusakan lingkungan.
Kearifan lokal yang dapat digali dan dikaji dari sebuah masyarakat dapat menjadi
sebuah solusi bagi pemeliharaan kelestarian lingkungan hidup.

Pada essay saya kali ini saya akan membahas tentang masyarakat badui
yang terkenal dengan adat istiadat dan segala peraturan-peraturan adatnya. Suku
Baduy tinggal di pedalaman Jawa Barat, desa terakhir yang bisa di jangkau oleh
kendaraan adalah Ciboleger. Wilayah Baduy meliputi Cikeusik, Cibeo, dan
Cikartawarna. Nama Baduy sendiri diambil dari nama sungai yang melewati
wilayah itu sungai Cibaduy. Di desa ini tinggal suku Baduy Luar yang sudah
banyak berbaur dengan masyarakat Sunda lainnya. Baduy luar atau biasanya
mereka menyebutnya Urang Panamping. Cirinya, selalu berpakaian hitam.
Rumah mereka di dirikan diatas batu (ini kepercayaan mereka bahwa rumah
supaya kokoh harus berdiri di atas batu).

Umumnya orang Baduy luar sudah mengenal kebudayaan luar (diluar dari
kebudayaan Baduy-nya sendiri) seperti bersekolah sehingga bisa membaca dan
menulis, bisa berbahasa Indonesia. Mata pencaharian mereka bertani. Gula aren
adalah hasil dari mereka. Didaerah sana memang banyak terdapat pohon aren.

Hasil pertanian mereka berupa beras bisanya mereka simpan di lumbung


padinya yang ada di setiap desa. Selain beras meraka juga memabuat kerajinan
tangan seperti tas koja yang bahannya terbuat dari kulit kayu yang di anyam.

Sedangkan suku Baduy Dalam tinggal di pedalaman hutan dan masih


terisolir dan belum masuk kebudayaan luar. Kebudayaan mereka masih asli, dan
sulit sekali masyarakat lainnya yang ingin masuk apalagi tinggal bersama suku
Baduy Dalam. Selain itu tidak bisa sembarangan orang masuk ke wilayah suku
Badui Dalam. Sampai tulisan ini saya tulis, saya sendiri belum pernah masuk ke
wilayah Baduy Dalam, foto-foto yang saya dapat hanya sebatas di wilayah Baduy
Luar, karena untuk mencapai wilayah Baduy dalam harus diperlukan penunjuk
jalan dan ijin dari pimpinan adatnya serta harus mematuhi ketentuan yang sangat
berat seperti di larang membawa kamera.

Orang Baduy dalam terkenal teguh dalam tradisinya. Mereka selalu


berpakaian warna putih dengan kain ikat kepala serta golok. Semua perlengkapan
ini mereka buat sendiri dengan tangan. Pakaian mereka tidak berkerah dan
berkancing, mereka juga tidak beralas kaki. Meraka pergi kemana-mana hanya
berjalan kaki tanpa alas dan tidak pernah membawa uang, jadi mereka tidak
pernah menggunakan kendaraan. Masyarakat luar sulit sekali masuk wilayah
Baduy dalam apa lagi mengambil fotonya. Ada semacam ketentuan tidak tertulis
bahwa ras keturunan Mongoloid, Negroid dan Kaukasoid tidak boleh masuk ke
wilayah Baduy Dalam. Jika semua ketentuan adat ini di langgar maka akan kena
getahnya yang disebut kuwalat atau pamali adalah suku Baduy sendiri.
Kepercayaan mereka adalah Sunda Wiwitan, mereka tidak mengenal sekolah,
huruf yang mereka kenal adalah Aksara Hanacara dan bahasanya Sunda.

Mereka tidak boleh mempergunakan peralatan atau sarana dari luar. Jadi
bisa di bayangkan mereka hidup tanpa menggunakan listrik, uang, dan mereka
tidak mengenal sekolahan. Salah satu contoh sarana yang mereka buat tanpa
bantuan dari peralatan luar adalah Jembatan Bambu. Jembatan ini dibuat tanpa
menggunakan paku, untuk mengikat batang bambu mereka menggunakan ijuk,
dan untuk menopang pondasi jembatan digunakan pohon-pohon besar yang
tumbuh di tepi sungai.

Dapat dilihat dari gambar diatas mereka membangun jembatan saja


menggunaan bahan dan barang seadanya yang diambil dari hutan. Tidak seperti
masyarakat kota atau modern pada umumnya, mereka pasti akan menggunaakan
batu bata, semen, dan lain-lain yang dapat menyebabkan berbagai polusi seperti
polusi air atau udara, dan lain-lain.

Dan dengan mereka tidak pernah berhubungan dengan kehidupan luar


hutan membuat mereka tidak mengena;l seperti sampah plastik, sampah
perabotan, sampah elektronik dan lain-lain. Yang ada adalah sampah daun,
sampah sayur, yang justru ketika dibiarkan dan di diamkan malah akan menjadi
humus dan bagus ataupun baik menjadi nutrisi bagi pohon yang ada di lingkungan
sekitarnyaselain itu juga peraturan adat yang tidak memperbolehkan mereka jika
melakukan perjalanan harus menggunakan kaki mereka sendiri tidak boleh
menggunakan kendaraan bermotor atupun bermesin.

Dengan begini, polusi di daerah masyarakat badui sangat minim sekali.


Tapi, dilain sisi, adat dari masyarakat badui justru dianggap sangat kolot karena
mereka tidak terjamah oleh dunia modern. Entah disebut kolot atau tidak, namun
tak dipungkiri mereka bisa dicontoh dalam menjaga lingkungan seperti
mengurangi polusi.

Anda mungkin juga menyukai