Anda di halaman 1dari 32

ORGANISASI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

“Manajemen Puskesmas”

Oleh Kelompok 5

1. Yessi Oktaviani BR Bukit (1610703042)


2. Windi Nurul A. (1610703049)
3. Alia Rahmanndani (1610713073)
4. Syifa Apriliani S. (1610713075)
5. Michelle Beatrice (1610713082)
6. Caroline Atari (1610713118)

Dosen Pengampu:

Rafiah Maharani Pulungan, SKM., MKM

S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Depok, 2018

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Manajemen
Puskesmas”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang “Manajemen Puskesmas” ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Depok, Maret 2018

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3

BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5

1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 5

BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6

2.1 Kedudukan Puskesmas .......................................................................................................... 6

2.2 Struktur Organisasi Puskesmas ............................................................................................. 7

2.3 Manajemen Layanan Puskesmas ......................................................................................... 11

2.4 Sumber Pembiayaan Puskesmas ......................................................................................... 15

2.5 Fungsi Manajemen Puskesmas............................................................................................ 17

2.6 Peraturan Menteri Kesehatan Nn. 44 Tahun 2016 Tentang Manajemen Puskesmas.......... 24

BAB III

PENUTUP..................................................................................................................................... 31

3.1 Rangkuman.......................................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 32

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan, baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas, akan diapresiasi oleh
masyarakat luas selaku pengguna layanan jika pelayanan kedua institusi pelayanan kesehatan
tersebut bermutu. Pelayanan kesehatan yang bermutu pasti menggunakan pendekatan manajemen
sehingga pengelolaannya menjadi efektif, efisien, dan produktif. Untuk bisa menyediakan
pelayanan kesehatan seperti itu, pimpinan dan staf dari kedua institusi pelayanan tersebut harus
menerapkan prinsip-prinsip manajemen (Muninjaya, 2012).

Puskesmas merupakan sebuah organisasi, maka dalam setiap organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, akan berhasil bila organisasi tersebut mampu
melaksanakan fungsi manajemen dengan baik. Mampu untuk mengorganisir, memberikan
pengarahan kerja, mengkoordinasi dalam usaha untuk melaksanakan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya, serta mampu untuk melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaan kerja. Tanpa
adanya suatu perencanaan yang baik, kemungkinan organisasi tersebut akan mengalami
kegagalan. Paling tidak dalam pencapaian tujuan kemungkinan akan timbul suatu hal yang tidak
diharapkan, berupa adanya biaya serta adanya tenaga yang sangat besar digunakan. Ini disebabkan
karena perencanaan pada hakikatnya menetapkan apa yang dilakukan, bagaimana, serta siapa yang
melakukan, sebelum pekerjaan itu sendiri dilakukan (Hilma, 2011).

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan


usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya manusia
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (wijayanti 2008).
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja. (Kebijakan Dasar Puskesmas
Depkes RI, 2004). Jadi, manajemen Puskesmas adalah serangkaian kegiatan meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di
dalam Puskesmas guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kedudukan Puskesmas?


2. Bagaimana struktur organisasi di Puskesmas?
3. Bagaimana manajemen layanan Puskesmas?
4. Darimana sumber pembiayaan Puskesmas?
5. Bagaimana fungsi manajemen Puskesmas?
6. Apa saja peraturan manajemen Puskesmas dalam Permenkes No 44 tahun 2016?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang kedudukan Puskesmas


2. Untuk mengetahui dan memahami tentang struktur organisasi di Puskesmas
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang manajemen layanan Puskesmas
4. Untuk mengetahui dan memahami tentang sumber pembiayaan Puskesmas
5. Untuk mengetahui dan memahami tentang fungsi manajemen Puskesmas
6. Untuk mengetahui dan memahami tentang Permenkes No 44 tahun 2016 tentang
manajemen Puskesmas

5
BAB II

PEMBAHASAN
2. 1 Kedudukan Puskesmas

Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan


Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah Daerah.

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana pelayanan
kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan
dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota

Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan kabupaten/kota adalah sebagai unit


pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya

3. Sistem Pemerintahan Daerah

Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural pemerintah daerah
kabupaten/kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama
yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi,
praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan Puskesmas di antara
berbagai sarana pelayanan kesehatan starata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja
Puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan-kesehatan berbasis dan
bersumberdaya masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK. Kedudukan
Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat
adalah sebagai Pembina (Depkes, 2004).

6
2.2 Struktur Organisasi Puskesmas

Struktur organisasi Puskesmas dalam permenkes 75 tahun 2014 dibagi menjadi 3 (tiga)
macam sesuai dengan kategori Puskesmas; yakni Puskesmas perkotaan, Puskesmas pedesaan, dan
Puskesmas terpencil dan sangat terpencil. Secara umum struktur organisasi tiap Puskesmas
memiliki kesamaan, tapi terdapat beberapa bagian yang berbeda di masing-masing kategori
Puskesmas.

1. Struktur Organisasi Puskesmas Perkotaan

Puskesmas kawasan perkotaan merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi


kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai
berikut:

a. Aktivitas lebih dari 50% (lima pulmuh persen) penduduknya pada sektor non agraris,
terutama industri, perdagangan dan jasa;

b. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki
rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel;

c. Lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik; dan/atau

d. Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan perkotaan ini


memprioritaskan pelayanan UKM, pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat, pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat, optimalisasi dan peningkatan kemampuan
jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan, dan pendekatan
pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang sesuai dengan pola
kehidupan masyarakat perkotaan. Adapun struktur organisasi Puskesmas perkotaan adalah sebagai
berikut:

7
1. Kepala Puskesmas

Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas. Kriteria Kepala Puskesmas yaitu
tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan paling rendah sarjana, memiliki kompetensi
manajemen kesehatan masyarakat, masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun, dan telah
mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh
kegiatan di Puskesmas. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya Kepala Puskesmas
merencanakan dan mengusulkan kebutuhan sumber daya Puskesmas kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Membawahi beberapa kegiatan diantaranya Sistem Informasi Puskesmas, kepegawaian,


rumah tangga, dan keuangan.

1. Penanggung Jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Penanggungjawab UKM esensial dan keperawatan kesehatan masyarakat


membawahi pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS, pelayanan kesehatan
lingkungan, pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM, pelayanan gizi yang bersifat UKM,
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit, dan pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat

2. Penanggung Jawab UKP, Kefarmasian dan Laboratorium,

Penanggungjawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium membawahi beberapa


kegiatan yaitu pelayanan pemeriksaan umum, pelayanan kesehatan gigi dan mulut,
pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP, pelayanan gawat darurat, pelayanan gizi yang
bersifat UKP, pelayanan persalinan, pelayanan rawat inap untuk Puskesmas yang
menyediakan pelayanan rawat inap, pelayanan kefarmasian, dan pelayanan laboratorium

3. Penanggungjawab UKM Pengembangan

Penanggungjawab UKM Pengembangan membawahi upaya pengembangan yang


dilakukan Puskesmas, antara lain pelayanan kesehatan jiwa, pelayanan kesehatan gigi

8
masyarakat, pelayanan kesehatan tradisional komplementer, pelayanan kesehatan
olahraga, pelayanan kesehatan indera, pelayanan kesehatan lansia, pelayanan kesehatan
kerja, dan pelayanan kesehatan lainnya

4. Penanggungjawab Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan


Kesehatan

Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan


kesehatan membawahi Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Bidan Desa, dan
Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan

diagram 1. stuktur organisasi Puskesmas perkotaan dan Puskesmas pedesaan – diambil dari
mitrakesmas.com

9
2. Struktur Organisasi Puskesmas Perdesaan

Struktur organisasi Puskesmas perdesaan memiliki pola yang sama dengan Puskesmas
perkotaan atau tidak ada yang berbeda sama sekali.

3. Struktur Organisasi Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil

Struktur organisasi Puskesmas terpencil dan sangat terpencil lebih sederhana karena
disesuaikan dengan keterbatasan sumber daya manusia di Puskesmas kawasan Terpencil dan
Sangat terpencil. Pola struktur organisasi Puskesmas yang dapat dijadikan acuan Puskesmas di
kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil adalah sebagai berikut:

1. Kepala Puskesmas

Sama seperti struktur organisasi Puskesmas perkotaan dan pedesaan seorang kepala
Puskesmas harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan masyarakat, masa kerja di
Puskesmas minimal 2 (dua) tahun, dan telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
Hanya untuk Puskesmas terpencil dan sangat terpencil, kepala Puskesmas dapat seorang
tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan minimal diploma tiga bila tidak tersedia
tenaga kesehatan dengan pendidikan sarjana.

2. Kepala sub bagian Tata Usaha

Kepala sub bagian Tata Usaha ialah yang bertanggung jawab membantu kepala
Puskesmas dalam pengelolaan Sistem Informasi Puskesmas, kepegawaian, rumah tangga.
Bendahara termasuk dalam bagian Tata Usaha.

3. Penanggungjawab UKM Esensial, UKM Pengembangan dan Keperawatan Kesehatan


Masyarakat.

4. Penanggungjawab UKP, kefarmasian dan laboratorium

5. Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan


kesehatan, yang membawahi Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Bidan Desa, dan
Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan

10
2.3 Manajemen Layanan Puskesmas

Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan dengan misi sebagai
pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang tugasnya melaksanakan pembinaan, pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di suatu wilayah tertentu. Pelayanan
kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh, meliputi aspek-aspek; promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif1. Upaya yang dilakukan untuk menjalankan misi Puskesmas, antara lain:

1. Meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa.

2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, dengan dua cara;

a. quality of care yaitu peningkatan kemampuan profesional tenaga kesehatan dalam


menjalankan profesinya (dokter, perawat, bidan, dll) yang dilakukan oleh organisasi
profesi

b. quality of service, yaitu peningkatan kualitas yang terkait dengan pengadaan sarana, dan
menjadi tanggung jawab institusi sarana kesehatan (Puskesmas)

3. Pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat

4. Sistem rujukan di tingkat pelayanan dasar

5. Peran serta masyarakat, melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD).

Setiap program yang ada di Puskesmas (sekitar 18 program pokok) dikelola atau
manajemennya meliputi; perencanaan, manajemen personalia, pelatihan, supervisi, manajemen
keuangan, manajemen logistik, monitoring program, kerjasama/ koordinasi dan
pencatatan/pelaporan.

1. Pelayanan Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan dan merupakan Unit
Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Upaya pelayanan yang
diselenggarakan adalah:

11
a. Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif pada masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas.
b. Pelayanan medik dasar yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan
keluarga melalui upaya perawatan yang tujuannya untuk menyembuhkan penyakit untuk
kondisi tertentu.

Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan secara bermutu. Program Puskesmas merupakan program kesehatan dasar,
meliputi:

a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. KIA & KB
d. Perbaikan gizi
e. Pemberantasan penyakit menular
f. Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik (laboratorium dan
farmasi)

Pelayanan Puskesmas dibagi menjadi dua, yaitu Puskesmas rawat jalan dan Puskesmas rawat
inap.

a. Pelayanan rawat jalan

Rawat Jalan merupakan salah satu unit kerja di Puskesmas yangmelayani pasien yang
berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan
terapeutik. Pada waktu yang akan datang, rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanan
kesehatan di Puskesmas. Pertumbuhan yang cepat dari rawat jalan ditentukan oleh tiga faktor
yaitu:

a. Penekanan biaya untuk mengontrol peningkatan harga perawatan kesehatan dibandingkan


dengan rawat inap,
b. Peningkatan kemampuan dan sistem reimbursement untuk prosedur di rawat jalan,
c. Perkembangan secara terus menerus dari teknologi tinggi untuk pelayanan rawat jalan akan
menyebabkan pertumbuhan rawat jalan Tujuan pelayanan rawat jalan diantaranya untuk

12
menentukan diagnosa penyakit dengan tindakan pengobatan, untuk rawat inap atau untuk
tindakan rujukan.

Tenaga pelayanan di rawat jalan adalah tenaga yang langsung berhubungan dengan pasien, yaitu:

a. Tenaga administrasi (non medis) yang memberikan pelayanan penerimaan pendaftaran dan
pembayaran,
b. Tenaga keperawatan (paramedis) sebagai mitra dokter dalam memberikan pelayanan
pemeriksaan / pengobatan,
c. Tenaga dokter (medis) pada masing-masing poliklinik yang ada.

Tujuan pelayanan rawat jalan di antaranya adalah untuk memberikan konsultasi kepada
pasien yang memerlukan pendapat dari seorang dokter spesialis, dengan tindakan pengobatan atau
tidak dan untuk menyediakan tindak lanjut bagi pasien rawat inap yang sudah diijinkan pulang
tetapi masih harus dikontrol kondisi kesehatannya.

Rawat Jalan hendaknya memiliki lingkungan yang nyaman dan menyenangkan bagi pasien.
Hal ini penting untuk diperhatikan karena dari rawat jalanlah pasien mendapatkan kesan pertama
mengenai Puskesmas tersebut. Lingkungan rawat jalan yang baik hendaknya cukup luas dan
memiliki sirkulasi udara yang lancar, tempat duduk yang nyaman perabotan yang menarik dan
tidak terdapat suara-suara yang mengganggu. Diharapkan petugas yang berada di rawat jalan
menunjukkan sikap yang sopan dan suka menolong.

b. Pelayanan rawat inap

Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk
menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun asuhan
keperawatan sementara dengan kapasitas kurang lebih 10 tempat tidur. Rawat inap itu sendiri
berfungsi sebagai rujukan antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang
lebih mampu, atau dipulangkan kembali ke rumah. Kemudian mendapat asuhan perawatan tindak
lanjut oleh petugas perawat kesehatan masyarakat dari Puskesmas yang bersangkutan di rumah
pasien.

13
Pendirian Puskesmas harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit,


b. Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor dari Puskesmas sekitarnya,
c. Puskesmas dipimpin oleh seorang dokter dan telah mempunyai tenaga yang memadai,
d. jumlah kunjungan Puskesmas minimal 100 orang per hari,
e. penduduk wilayah kerja Puskesmas dan penduduk wilayah 3 Puskesmas disekelilingnya
minimal rata-rata 20.000 orang/Puskesmas,
f. pemerintah daerah bersedia untuk menyediakan anggaran rutin yang memadai (Depkes RI,
2009).

Puskesmas rawat inap diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawat darurat antara lain; kecelakaan
lalu lintas, persalinan dengan penyulit, penyakit lain yang mendadak dan gawat.
b. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita dalam rangka
diagnostik dengan rata-rata hari perawatan tiga (3) hari atau maksimal tujuh (7) hari.
c. Melakukan pertolongan sementara untuk mempersiapkan pengiriman penderita lebih lanjut ke
Rumah Sakit.
d. Melakukan metoda operasi pria dan metoda operasi wanita untuk keluarga berencana.

Selain itu ruang rawat inap dilengkapi dengan fasilitas tambahan berupa:

a. Ruangan tambahan seluas 246-meter persegi yang terdiri dari ruangan perawatan, operasi
sederhana, persalinan, perawat jaga, pos operasi, kamar linen, kamar cuci, dapur, laboratorium.
b. Peralatan medis dan perawatan berupa peralatan operasi terbatas, obstetric patologis, resusitasi,
vasektomi, dan tubektomi, tempat tidur dan perlengkapan perawatan.
c. Tambahan tenaga meliputi seorang dokter yang telah mendapat pelatihan klinis di Rumah sakit
selama 6 bulan (dalam bidang kebidanan, kandungan, bedah, anak dan penyakit dalam), 2
orang perawat/bidan yang diberi tugas secara bergiliran dan seorang petugas kesehatan untuk
melaksanakan tugas administratif di ruang rawat inap.

14
Pendirian Puskesmas rawat inap didasarkan pada kebijaksanaan:

a. Puskesmas dengan ruang rawat inap sebagai pusat rujukan antara dalam sistem rujukan,
berfungsi untuk menunjang upaya penurunan kematian bayi dan ibu maternal, keadaan-
keadaan gawat darurat serta pembatasan kemungkinan timbulnya kecacatan.
b. Menerapkan standar praktek keperawatan yang bertugas di ruang rawat inap Puskesmas
sesuai dengan prosedur yang diterapkan.
c. Melibatkan pasien dan keluarganya secara optimal dalam meningkatkan pelaksanan
asuhan keperawatan (Depkes RI, 2009).

2.4 Sumber Pembiayaan Puskesmas

Untuk menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan perorangan dan masyarakat yang


menjadi tanggungjawab Puskesmas, perlu ditunjang dengan tersedianya pembiayaan yang cukup.
Pada saat ini ada beberapa sumber pembiayaan Puskesmas, yakni:

1. Pemerintah
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan Puskesmas yang berasal dari
pemerintah yang utama diperoleh dari pemerintah kabupaten/kota. Di samping itu Puskesmas
masih menerima dana yang berasal dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Dana yang
disediakan oleh pemerintah dibedakan atas dua macam, yakni:
a. Dana anggaran pembangunan: mencakup dana pembangunan gedung, pengadaan
peralatan serta pengadaan obat.
b. Dana anggaran rutin: mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan peralatan,
pembelian barang habis pakai serta biaya operasional.

Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan ke pemerintah kabupaten/kota untuk seterusnya dibahas
bersana DPRD kabupaten/kota. Puskesmas diberikan kesempatan mengajukan kebutuhan untuk
kedua anggaran tersebut melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Anggaran yang telah disetujui
yang tercantum dalam dokumen keuangan diturunkan secara bertahap ke Puskesmas melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

15
Untuk beberapa mata anggaran tertentu, misalnya pengadaan obat dan pembangunan gedung
serta pengadaan alat, anggaran tersebut dikelola langsung olen Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atau oleh pemerintah kabupaten/kota. Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima
Puskesmas adalah kepala Puskesmas, sedangkan administrasi keuangan dilakukan oleh pemegang
keuangan Puskesmas yakni seorang staf yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atas usulan kepala Puskesmas. Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah
disetujui dengan memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pendapatan Puskesmas
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban membiayai upaya
kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan oleh pemerintah daerah
masing-masing (retribusi). Pada saat ini ada beberapa kebijakan yang terkait denganpemanfaatan
dana yang diperoleh dari penyelenggraan upaya kesehatan perorangan ini, yakni:
a. Seluruhnya Disetor ke Kas Daerah
Untuk ini secara berkala Puskesmas menyetor langsung seluruh dana retribusi yang diterima
ke kas daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Sebagian Dimanfaatkan secara Langsung Oleh Puskesmas
Beberapa daerah tertentu membenarkan Puskesmas menggunakan sebagian dari dana yang
diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, yang lazimnya berkisar antara 25 –
50% dari total dana retribusi yang diterima. Penggunaan dana hanya dibenarkan untuk membiayai
kegiatan operasional Puskesmas. Penggunaan dana tersebut secara berkala
dipertanggungjawabkan oleh Puskesmas ke pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
c. Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan Puskesmas menggunakan seluruh dana yang
diperolehnya dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan untuk membiayai kegiatan
operasional Puskesmas. Dahulu Puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan dana seperti ini
disebut Puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar Puskesmas yang juga
harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang dananya ditanggung oleh pemerintah,
diubah menjadi Puskesmas swakelola. Dengan perkataan lain Puskesmas tidak mungkin
sepenuhnya menjadi swadana. Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan dana yakni untuk
membiayai upaya kesehatan masyarakat yang memang menjadi tanggungjawab pemerintah.
16
3. Sumber lain

Pada saat ini Puskesmas juga menerima dana dari beberapa sumber lain seperti:
a. PT ASKES yang peruntukkannya sebagai imbal jasa pelayanan yang diberikan kepada para
peserta ASKES. Dana tersebut dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
b. PT (Persero) Jamsostek yang peruntukannya juga sebagai imbal jasa pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada peserta Jamsostek. Dana tersebut juga dibagikan kepada para
pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. JPSBK/PKPSBBM Untuk membantu masyarakat miskin, pemerintah mengeluarkan dana
secara langsung ke Puskesmas. Pengelolaan dana ini mengacu pada pedoman yang telah
ditetapkan.

Apabila sistem Jaminan Kesehatan Nasional telah berlaku, akan terjadi perubahan pada
sistem pembiayaan Puskesmas. Sesuai dengan konsep yang telah disusun, direncanakan pada masa
yang akan datang pemerintah hanya bertanggungjawab untuk membiayai upaya kesehatan
masyarakat, sedangkan untuk upaya kesehatan perorangan dibiayai melalui sistem Jaminan
Kesehatan Nasional, kecuali untuk penduduk miskin yang tetap ditanggung oleh pemerintah dalam
bentuk pembayaran premi. Dalam keadaan seperti ini, apabila Puskesmas tetap diberikan
kesempatan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, maka Puskesmas akan menerima
pembayaran dalam bentuk kapitasi dari Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional. Untuk
itu Puskesmas harus dapat mengelola dana kapitasi tersebut sebaik-baiknya, sehingga di satu pihak
dapat memenuhi kebutuhan peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan di pihak lain tetap
memberikan keuntungan bagi Puskesmas. Tetapi apabila Puskesmas hanya bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka Puskesmas hanya akan menerima dan
mengelola dana yang berasal dari pemerintah.

2.5 Fungsi Manajemen Puskesmas

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi
kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk
mewujudkan target dan tujuan organisasi (Stoner 1982 dalam Handoko, 2001). Dalam
17
perencanaan penentuan faktor tempat dimana akan dikerjakan harus memperhatikan faktor
lingkungan:

a. Adat istiadat masyarakat setempat


b. Sosisal ekonomi masyarakat
c. Perilaku kehidupan dari masyarakat setempat

Dalam perancanaan juga harus:

a. Perncanaan harus Rasional


b. Perncanaan harus Flaksibel
c. Perncanaan harus Terus menerus
d. Perncanaan harus Mengikuti pertumbuhan dan kebutuhan masyarakat
e. Perncanaan harus Mempunyai nilai-nilai pragmatis
f. Perncanaan harus Harus ideal-objektif atau tujuan yang ideal

Dalam perencanaan dibutuhkan 5M, yakni:

a. Man (Sumber daya manusia)

Sumber daya manusia adalah unsur terpenting dalam organisasi. Kegiatan di organisasi tidak
akan bisa berjalan tanpa adanya sumber daya manusia yang yang kompeten. Bagi Puskesmas
diperlukan sumber daya manusia yang berkuaitas tinggi, profesional sesuai dengan fungsi dan
tugas setiap personel.

b. Money (Anggaran)

Anggaran adalah laporan-laporan formal sumber daya-sumber daya keuangan yang


disishkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu selama periode waktu yang ditetapkan.
Anggaran menunjukkan pengeluaran, penerimaan atau laba yang direncanakan diwaktu yang akan
datang. Anggaran mencerminkan sasaran, rencana, dan program-program organisasi yang
dinyatakan dalam bentuk bilangan.

18
c. Method (Prosedur)

Prosedur adalah rangkaian dari suatu tata kerja yang berurut, tahap demi tahap serta jelas
menunjukkan jalan atau alur (Flow) yang harus ditempuh darimana pekerjaan itu berasal, kemana
diteruskan, dan kapan atau dimana selesainya. Agar semua orang dalam organisasi dapat bekerja
dengan baik untuk mencapai sasaran bersama yang ditetapkan maka harus disusun prosedur kerja
yang jelas dan tertulis.

d. Material (Bahan baku)

Material adalah bahan baku yang diperlukan dalam pelaksanaan fungsi manajemen
Puskesmas, dan juga bagi pencapai tujuan organisasi.

e. Machine (Peralatan)

Peralatan merupakan alat-alat kerja yang melahirkan adanya gerakan otomasi (Otomation)
yang juga diperlukan dalam rangka proses manajemen atau prosedur kerja dengan setepat-
tepatnya.

Sebagai berikut adalah contoh perencanaan dalam bidang kesehatan di Puskesmas Perumnas
Kota Kendari, yaitu perencanaan pelayanan KIA di Puskesmas Perumnas Kota Kendari dapat
diketahui bahwa perencanaan pelayanan KIA dimulai dari penentuan rencana kegiatan pelayanan
Kesehatan ibu dan anak, setelah itu dilaksanakan/dijalankan oleh para petugas KIA, serta orang-
orang yang terlibat dalam perencanaan pelayanan KIA di Puskesmas Nambo adalah Koordinator
pengelola KIA, bidan KIA, dan staf-staf bagian KIA,target cakupan pelayanan KIA masih ada
pelayanan KIA yang belum mencapai target, dan masalah yang sering dihadapi dalam melakukan
perencanaan pelayanan KIA ini tidak ada, masalahnya hanya kepada pencapaian targetnya
(Masminah, Yuniar, & Rusli, 2016).

2. Pengorganisasian (Organizing)

Organizing adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah
dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh,
sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam
organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian sebuah organisasi. Berdasarkan
19
pengertian pengorganisasian, maka dapat dikatakan bahwa terdapat ciri-ciri yang dimiliki oleh
organisasi yang melakukan fungsi pengorganisasian (Hasibuan, 2009:122), yaitu:

a. Manusia, artinya organisasi baru ada jika ada unsur manusia yang bekerja sama, ada
pemimpin dan ada yang dipimpin.
b. Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada jika ada tempat kedudukannya
c. Tujuan, artinya organisasi baru ada apabila ada tujuan yang hendak dicapai.
d. Pekerjaan, artinya organisasi itu baru ada jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta
ada pembagian pekerjaan.
e. Struktur, artinya organisasi itu baru ada jika ada hubungannya dan kerjasama antar manusia
yang satu dengan yang lainnya.
f. Teknologi, artinya organisasi itu baru ada jika terdapat unsure teknis.
g. Lingkungan, artinya organisasi itu baru ada jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi
misalnya ada sistem kerjasama sosial.

Contoh pengorganisasian pada kegiatan pelayanan KIA di Puskesmas Perumnas Kota


Kendari, yaitu Pengorganisasian pelayanan KIA di Puskesmas Perumnas dilaksanakan dengan
melakukan Pembagian tugas pada masing-masing staf/petugas dibagian KIA yang dilakukan oleh
koordinatoor KIA, Dari Puskesmas Perumnas telah membuatkan struktur organisasi pelayanan
KIA untuk mempersiapkan orang-orang yang berkompeten dalam pelaksanaan program KIA demi
tercapainya tujuan yang diharapkan, fasilitas fisik yang diberikan oleh pihak Puskesmas untuk
menunjang atau membantu pelayanan KIA adalah alat-alat medis seperti timbangan dan alat
fasilitas penunjang lainnya belum mencapai 100 %, selain itu dilakukan pelatihan kepada kader
kesehatan yang dilakukan oleh dinas kesehatan (Masminah, Yuniar, & Rusli, 2016).

3. Pelaksanaan (Actuating)

Actuating atau pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staf agar mereka menjalankan
tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki (quality of care) dan dukungan
sumber daya yang tersedia (quality of service) (Devi, 2009). Dalam pelaksanaan diperlukan
adanya pemimpin yang mempunyai kemampuan untuk dapat mempengaruhi orang lain agar dapat
bekerja dengan tulus hati, sehingga pekerjaan berjalan dengan lancar dan tujuan dapat tercapai.

20
Contoh pelaksanaan kegiatan pelayanan KIA di Puskesmas Perumnas Kota Kendari, yaitu
Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan pelayanan KIA sudah dilakukan oleh Puskesmas Perumnas,
ada dokumen khusus dalam pencatatan dan pelaporan pelayanan program KIA yang disimpan di
setiap kelurahan di wilayah kera Puskesmas Perumnas dan di gedung Puskesmas itu sendiri.
Dokumen tersebut dalam bentuk laporan buku PWS (Pemantauan Wilayah Setempat), upaya-
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan KIA seperti Posyandu, penyuluhan dan
pembinaaan kepada ibu hamil dengan cara turun langsung dari rumah kerumah, serta kendala yang
terjadi dalam pelaksanaan Pelayanan KIA adalah kurangnya kesadaran ibu hamil memeriksakan
ke Puskesmas dan fasilitas medis yang masih sangat kurang untuk membantu petugas KIA dalam
memberikan pelayanan pada masyarakat (Masminah, Yuniar, & Rusli, 2016).

4. Pengawasan (Controlling)

Monitoring atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah proses untuk mengawasi
secara terus menerus kegiatan staf dalam melaksanakan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan (Devi, 2009).

Contoh pengawasan dalam kegiatan pelayanan KIA di Puskesmas Perumnas Kota Kendari,
yaitu Pengawasan rutin terkait dengan pelaksanaan pelayanan KIA yaitu dengan membuat laporan
mengenai cakupan pelayanan KIA, pengawasan pelaksaan program KIA dilakukan dengan
pengumpulan data dilakukan tiap bulan, pengawasannya itu dilakukan oleh masing-masing bidan
di kelurahan apabila ada kegiatan seperti posyandu, pengumpulan data hasil pelaksanaan kegiatan
di kelurahan tersebut di kumpulkan oleh kader masing-masing kelurahan yang di awasi oleh bidan
masing-masing dan selanutnya data tersebut diolah kembali oleh masing-masing bidan kelurahan
dan di bawa ke Puskesmas lalu di kumpulkan kepada koordinator imunisasi, Pemanfaatan Sarana
dan prasarana untuk pelayanan KIA belum efektif dan efisien karena masih banyak sarana dan
prasarana yang belum tersedia khususnya diruangan KIA, Pemantauan Wilayah Setempat KIA
(PWS KIA) dilakukan oleh masing-masing bidan kelurahan, hasil data yang di peroleh dalam
pemantauan wilayah setempat di buatkan laporan dalam bentuk buku PWS, dan untuk masalah
pendanaan pelayanan KIA di Puskesmas Perumnas dianggap masih sangat dianggap kurang
(Masminah, Yuniar, & Rusli, 2016).

21
5. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah aktivitas pengumpulan informasi mengenai berjalannya suatu pekerjaan


yang kemudian dipakai dalam menetapkan alternatif yang sesuai dalam pengambilan keputusan.
evaluasi adalah menyiapkan berbagai informasi yang bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam
menetapkan kebijakan yang berdasarkan hasil evaluasi (Suharsimi Arikunto, 2004).

Contoh kegiatan pelayanan KIA di Puskesmas Perumnas Kota Kendari yang perlu
dievaluasi, yaitu Tujuan dari evaluasi program KIA adalah untuk mengetahui apakah program
kesehatan ibu dan anak (KIA) Sudah memenuhi target yang telah di tetapkan dan melihat hasilnya
apakah program KIA sudah berjalan sesuai dengan tahap-tahap yang telah di rencanakan
sebelumnya dapat untuk mengetahui juga apakah ada masalah yang terjadi sehingga target belum
tercapai, Cara atau metode dalam mengevaluasi pelayanan KIA adalah dengan membuat laporan
untuk semua kegiatan pelayanan KIA kemudian melakukan pertemuan regional perbulan di
minlok setelah itu di evaluasi semua kegiatan pelayanan di KIA apakah sudah sesuai dengan
sasarannya atau tidak, jika belum tercapai target pelayanannya, dilihat dari segi mananya yang
salah apakah petugasnya yang tidak maksimal dalam memberikan pelayanan dan sebagainya,
Evaluasi Pada masing-masing pelayanan KIA yaitu dengan membuat laporan bulanan pada
masing-masing cakupan pelayanan kemudian disajikan/dipaparkan pada saat rapat dilakukan,
apakah semua cakupan pelayanan tersebut sudah mencapai targetnya atau belum mencapai
(Masminah, Yuniar, & Rusli, 2016).

Setiap program yang ada di Puskesmas dikelola atau manajemennya meliputi: perencanaan,
manajemen personalia, pelatihan, supervisi, manajemen keuangan, manajemen logistik,
monitoring program, kerjasama/koordinasi dan pencatatan/pelaporan.

Untuk dapat melaksanakan usaha pokok Puskesmas secara efisien, efektif, produktif, dan
berkualitas, pimpinan Puskesmas harus memahami dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen.
Penerapan manajemen kesehatan di Puskesmas terdiri dari:
a. Micro Planning (MP) merupakan perencanaan tingkat Puskesmas. Pengembangan program
Puskesmas selama 5 tahun disusun dalam MP.

22
b. Lokakarya Mini Puskesmas (LKMP) merupakan bentuk penjabaran MP kedalam paket-paket
kegiatan program yang dilaksanakan oleh staf, baik secara individu maupun berkelompok. LKMP
dilaksanakan setiap tahun.
c. Local Area Monitoring (LAM) atau PIAS-PWS (Pemantauan Ibu dan Anak Setempat-
Pemantauan Wilayah Setempat) merupakan sistem pencatatan dan pelaporan untuk pemantauan
penyakit pada ibu dan anak atau untuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi.
LAM merupakan penjabaran fungsi pengawasan dan pengendalian program. LAM yang
dijabarkan khusus untuk memantau kegiatan program KIA disebut dengan PIAS. Sistem
pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP) adalah kompilasi pencatatan program yang
dilakukan secara terpadu setiap bulan.
Stratifikasi Puskesmas merupakan kegiatan evaluasi program yang dilakukan setiap tahun
untuk mengetahui pelaksanaan manajemen program Puskesmas secara menyeluruh. Penilaian
dilakukan oleh tim dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Data SP2TP dimanfaatkan
oleh Puskesmas untuk penilaian stratifikasi (Muninjaya, 2004).
Supervisi rutin oleh pimpinan Puskesmas dan rapat-rapat rutin untuk koordinasi dan
memantau kegiatan program. Supervisi oleh pimpinan, monitoring, dan evaluasi merupakan
penjabaran fungsi manajemen (pengawasan dan pengendalian) di Puskesmas (Tabel 2.1)
(Muninjaya, 2004).

No Fungsi Manajemen Penerapan di Puskesmas

1. Planning Mikro planning (perencanaan tingkat Puskesmas) yang dilakukan


setahun sekali

2. Organizing Struktur organisasi, pembagian tugas, pembagian wilayah kerja,


pengembangan program Puskesmas

23
3. Actuating Lokakarya mini Puskesmas, kepemimpinan, motivasi kerja,
koordinasi, komunikasi melalui rapat rutin bulanan untuk
membahas aktivitas harian dan kegiatan program

4. Controlling PIAS, LAM, PWS KIA, supervisi, monitoring, evaluasi, audit


internal keuangan di Puskesmas

2.6 Peraturan Menteri Kesehatan Nn. 44 Tahun 2016 Tentang Manajemen Puskesmas

A. Perencanaan

Proses perencanaan Puskesmas akan mengikuti siklus perencanaan pembangunan daerah,


dimulai dari tingkat desa/kelurahan, selanjutnya disusun pada tingkat kecamatan dan kemudian
diusulkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Perencanaan Puskesmas yang diperlukan
terintegrasi dengan lintas sektor kecamatan, akan diusulkan melalui kecamatan ke pemerintah
daerah kabupaten/kota.

1. Penyusunan Rencana Lima Tahunan


1) Persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan Rencana
Lima Tahunan Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk
melaksanakan tahap perencanaan.
2) Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan
mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi Puskesmas, agar dapat merumuskan kebutuhan
pelayanan dan pemenuhan harapan masyarakat yang rasional sesuai dengan keadaan wilayah kerja
Puskesmas. Tahap ini dilakukan dengan cara:
a. Mengumpulkan data kinerja Puskesmas
b. Analisis data
c. Analisis masalah dari sisi pandang masyarakat, yang dilakukan melalui Survey Mawas
Diri/Community Self Survey (SMD/CSS)

24
3) Perumusan Masalah
Dari hasil analisis data, dilaksanakan perumusan masalah. Masalah adalah kesenjangan
antara harapan dan kenyataan. Tahapan ini dilaksanakan melalui:
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan
menurut jenis upaya, target, pencapaian, dan masalah yang ditemukan.
b. Menetapkan Urutan Prioritas Masalah
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah, ketidaktersediaan
teknologi yang memadai atau adanya keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya,
maka perlu dipilih masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak dicapai
kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan kriteria lain. Dalam penetapan urutan
prioritas masalah dapat mempergunakan berbagai macam metode seperti metode USG
(Urgency, Seriousness, Growth) dan sebagainya.
c. Mencari Akar Penyebab Masalah
Setelah ditentukan masalah yang menjadi prioritas, selanjutnya dicari akar penyebab dari
masalah tersebut. Penyebab masalah agar dikonfirmasi dengan data di Puskesmas.
d. Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan kesepakatan di antara
anggota tim dengan didahului brainstorming (curah pendapat). Bila tidak terjadi
kesepakatan dapat digunakan tabel cara pemecahan masalah.
4) Penyusunan Rencana Lima Tahunan
Berdasarkan kesepakatan cara pemecahan masalah dapat dikembangkan program kegiatan dan
ditentukan target yang akan dicapai. Pengawasan dan pengendalian untuk pencapaian target
Rencana Lima Tahunan dilakukan setiap tahun, dan pada tengah periode lima tahunan dilakukan
evaluasi periode tengah lima tahun (Midterm evaluation), untuk menyesuaikan target akhir
Rencana Lima Tahunan.

2. Penyusunan Rencana Tahunan

Penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas harus dilengkapi dengan usulan pembiayaan untuk
kebutuhan rutin, sarana, prasarana dan operasional Puskesmas. Penyusunan Rencana Usulan
Kegiatan (RUK) untuk tahun mendatang (N+1) disusun pada bulan Januari tahun berjalan (N)

25
berdasarkan hasil kajian pencapaian kegiatan tahun sebelumnya (N-1), dan diharapkan proses
penyusunan RUK telah selesai dilaksanakan di Puskesmas pada akhir bulan Januari tahun berjalan
(N).

Adapun tahapan penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas seperti tahapan penyusunan Rencana
Lima Tahunan Puskesmas, yaitu:

1. Persiapan

2. Analisis Situasi

a. Mengumpulkan data kinerja Puskesmas


b. Analisis data
c. Analisis masalah dari sisi pandang masyarakat, yang dilakukan melalui Survey Mawas
Diri/Community Self Survey (SMD/CSS)

3. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dilaksanakan seperti pada Penyusunan Rencana Lima Tahunan


Puskesmas

4. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

5. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

Tahap penyusunan RPK dilaksanakan melalui pendekatan keterpaduan lintas program dan
lintas sektor dalam lingkup siklus kehidupan. Keterpaduan penting untuk dilaksanakan mengingat
adanya keterbatasan sumber daya di Puskesmas. Dengan keterpaduan tidak akan terjadi missed
opportunity, kegiatan Puskesmas dapat terselenggara secara efisien, efektif, bermutu, dan target
prioritas yang ditetapkan pada perencanaan lima tahunan dapat tercapai.

A. Penggerakan dan Pelaksanaan

Penggerakan dan Pelaksanaan program/kegiatan merupakan kegiatan lanjutan dari RPK.


Penggerakan pelaksanaan program/kegiatan dapat dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya
adalah rapat dinas, pengarahan pada saat apel pegawai, pelaksanaan kegiatan dari setiap program

26
sesuai penjadwalan pada Rencana Pelaksanaan Kegiatan bulanan, maupun dilakukan melalui
forum yang dibentuk khusus untuk itu. Forum yang dibentuk khusus untuk melakukan
penggerakan pelaksanaan program/kegiatan dinamakan forum Lokakarya Mini Puskesmas.

a) Lokarya Mini Bulanan

Lokakarya mini bulanan bertujuan untuk menilai sampai seberapa jauh pencapaian dan
hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksana program/kegiatan pada bulan atau periode
yang lalu sekaligus pemantauan terhadap pelaksanaan rencana kegiatan Puskesmas yang akan
datang; sehingga dapat dibuat perencanaan ulang yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Lokakarya mini bulanan dilaksanakan pada setiap awal bulan. Lokakarya Mini
Bulanan Puskesmas diselenggarakan dalam 2 (dua) tahap yaitu:

1. Lokakarya Mini Bulanan yang pertama

Lokakarya Mini Bulanan yang pertama merupakan lokakarya penggalangan tim,


diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksananya RPK Puskesmas.

2. Lokakarya Mini Bulanan Rutin

Lokakarya mini bulanan rutin diselenggarakan sebagai tindaklanjut dari lokakarya mini
bulanan yang pertama. Lokakarya mini bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau
pelaksanaan kegiatan Puskesmas, yang dilakukan setiap bulan secara teratur. Pada forum
Lokakarya mini bulanan rutin, dapat sekaligus dilaksanakan pertemuan tinjauan manajemen,
sesuai jadwal yang telah ditetapkan tim audit internal.

Penanggungjawab penyelenggaraan lokakarya mini bulanan rutin adalah kepala Puskesmas,


yang dalam pelaksanaannya dibantu staf Puskesmas dengan mengadakan rapat kerja seperti
biasanya. Fokus utama lokakarya mini bulanan rutin adalah ditekankan kepada masalah
pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan antara hal-hal yang direncanakan, integrasi antar
program dalam menyelesaikan masalah prioritas Puskesmas yang telah ditetapkan pada tiap
tahunnya, pelaksanaannya serta hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat
berhasil guna dan berdaya guna.

27
b) Lokarya Mini Tribulan

Masalah kesehatan (termasuk kejadian kesakitan dan kematian) yang terjadi dimasyarakat
disebabkan oleh banyak faktor, dimana sebagai penyebab utamanya diluar faktor kesehatan.
Penyebab masalah kesehatan dapat disebabkan antara lain oleh faktor lingkungan (termasuk sosial-
ekonomi-budaya), perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, keadaan demografi dan faktor
keturunan. Oleh karena itu untuk memecahkan masalah kesehatan dibutuhkan kerjasama antara
sektor kesehatan dengan sektor-sektor lain yang terkait dengan penyebab terjadinya masalah
kesehatan. Untuk menumbuhkan semangat kerjasama antar sektor yang terkait dalam
pembangunan kesehatan diperlukan upaya pengggalangan dan peningkatan kerjasama lintas
sektoral, agar diperoleh hasil yang optimal.

B. Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian Kinerja

Manajemen perencanaan yang telah ditetapkan sebagai Rencana Pelaksanaan Kegiatan, perlu
dilakukan pengawasan dan pengendalian agar target output dari setiap kegiatan dapat dicapai
secara optimal. Hal-hal yang menjadi faktor penghambat pencapaian target output yang ditemukan
pada proses pengawasan dan pengendalian, dapat segera diatasi melalui penyesuaian perencanaan
selanjutnya. Selain melalui forum lokakarya mini, pelaksanaan pengawasan dan pengendalian
secara internal dapat dilaksanakan melalui kegiatan monitoring rutin terhadap upaya yang
dilakukan, dengan berpedoman pada NSPK masing-masing program. Hasil pengawasan dan
pengendalian akan dinilai didalam suatu proses penilaian kinerja Puskesmas, yang juga merupakan
instrument/tools untuk menilai pelaksanaan proses manajemen Puskesmas secara keseluruhan.

a. Pengawasan dan Pengendalian

Pengawasan Puskesmas dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh Puskesmas sendiri, baik oleh
Kepala Puskesmas, tim audit internal maupun setiap penanggung jawab dan pengelola/pelaksana
program. Adapun pengawasan eksternal dilakukan oleh instansi dari luar Puskesmas antara lain
dinas kesehatan kabupaten/kota, institusi lain selain Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan/atau
masyarakat.

28
Tujuan dari pengawasan dan pengendalian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan pelayanan kesehatan, apakah sesuai dengan standar
atau rencana kerja, apakah sumber daya telah ada dan digunakan sesuai dengan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien.

2. Mengetahui adanya kendala, hambatan/tantangan dalam melaksanakan pelayanan


kesehatan, sehingga dapat ditetapkan pemecahan masalah sedini mungkin.

3. Mengetahui adanya penyimpangan pada pelaksanaan pelayanan kesehatan sehingga dapat


segera dilakukan klarifikasi.

4. Memberikan informasi kepada pengambil keputusan tentang adanya penyimpangan dan


penyebabnya, sehingga dapat mengambil keputusan untuk melakukan koreksi pada
pelaksanaan kegiatan atau program terkait, baik yang sedang berjalan maupun
pengembangannya di masa mendatang.

5. Memberikan informasi/laporan kepada pengambil keputusan tentang adanya perubahan-


perubahan lingkungan yang harus ditindaklanjuti dengan penyesuaian kegiatan.

6. Memberikan informasi tentang akuntabilitas pelaksanaan dan hasil kinerja


program/kegiatan kepada pihak yang berkepentingan, secara kontinyu dan dari waktu ke
waktu.

b. Penilaian Kinerja Puskesmas

Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu proses yang obyektif dan sistematis dalam
mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan informasi untuk menentukan seberapa efektif dan
efisien pelayanan Puskesmas disediakan, serta sasaran yang dicapai sebagai penilaian hasil
kerja/prestasi Puskesmas. Penilaian Kinerja Puskesmas dilaksanakan oleh Puskesmas dan
kemudian hasil penilaiannya akan diverifikasi oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.

29
Tujuan dilaksanakannya penilaian kinerja adalah agar Puskesmas:

1. Mendapatkan gambaran tingkat kinerja Puskesmas (hasil cakupan kegiatan, mutu kegiatan,
dan manajemen Puskesmas) pada akhir tahun kegiatan.

2. Mendapatkan masukan untuk penyusunan rencana kegiatan di tahun yang akan datang.

3. Dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari penyebab dan latar belakang
serta hambatan masalah kesehatan di wilayah kerjanya berdasarkan adanya kesenjangan
pencapaian kinerja.

4. Mengetahui dan sekaligus dapat melengkapi dokumen untuk persyaratan akreditasi


Puskesmas.

5. Dapat menetapkan tingkat urgensi suatu kegiatan untuk dilaksanakan segera pada tahun
yang akan datang berdasarkan prioritasnya.

C. Ruang lingkup penilaian kinerja Puskesmas

Pencapaian cakupan pelayanan kesehatan meliputi:

1. UKM esensial yang berupa pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan


lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, pelayanan gizi, dan
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

2. UKM pengembangan, dilaksanakan setelah Puskesmas mampu melaksanakan UKM


esensial secara optimal, mengingat keterbatasan sumber daya dan adanya prioritas masalah
kesehatan.

3. UKP, yang berupa rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu hari (one day
care), home care; dan/atau rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan
kesehatan.

30
BAB III

PENUTUP
3.1 Rangkuman

Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan Nasional,


Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah Daerah. Struktur organisasi
Puskesmas dibagi menjadi 3 (tiga) macam sesuai dengan kategori Puskesmas; yakni Puskesmas
perkotaan, Puskesmas pedesaan, dan Puskesmas terpencil dan sangat terpencil.

Upaya pelayanan Puskesmas yang diselenggarakan adalah; pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu
upaya promotif dan preventif pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas dan pelayanan medik
dasar yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga melalui upaya
perawatan yang tujuannya untuk menyembuhkan penyakit untuk kondisi tertentu.

Beberapa sumber pembiayaan Puskesmas, yakni; pemerintah (yakni dana anggaran pembangunan
dan dana anggaran rutin), pendapatan puskesmas, dan sumber lain (PT ASKES, PT (Persero)
Jamsostek, dan JPSBK/PKPSBBM)

Fungsi manajemen Puskesmas yakni; perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,


dan evaluasi. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nn. 44 Tahun 2016 Tentang Manajemen
Puskesmas perencanaan Puskesmas akan mengikuti siklus perencanaan pembangunan daerah,
dimulai dari tingkat desa/kelurahan, selanjutnya disusun pada tingkat kecamatan dan kemudian
diusulkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

31
DAFTAR PUSTAKA
1. Universitas Sumatera Utara. 2014. Puskesmas.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47010/Chapter%20II.pdf;jsessionid=
086E243B43234DDD9DBE1641643B19E0?sequence=4
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
3. Madolan, Amrin. 2017. Struktur Organisasi Puskesmas.
http://www.mitrakesmas.com/2017/12/struktur-organisasi-puskesmas.html
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 Tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
5. Wirasanti, Devi. 2009. Manajemen. Jakarta: Universitas Indonesia
6. Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
7. Masminah. 2016. GAMBARAN PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN PUSKESMAS
TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PERUMNAS KOTA KENDARI TAHUN 2016. Fakultas Kesehatan
Masyarakat: Universitas Halu Oleo.
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas

32

Anda mungkin juga menyukai