Anda di halaman 1dari 25

MODUL 8

DAMPAK PELEDAKAN

DIKLAT PENGELOLA PELEDAKAN PADA PENAMBANGAN BAHAN GALIAN


Modul 8

PENDAHULUAN
Materi yang diberikan pada modul ini berisikan tentang dampak yang mungkin
terjadi akibat kegiatan peledakan. Dalam modul ini akan diuraikan 3 pembelajaran
yaitu:
1. Pembelajaran 1: Getaran bumi (ground vibration).
2. Pembelajaran 2: Getaran udara dan suara (air blast and noise).
3. Pembelajaran 3: Batu terbang (fly rock).

Kebutuhan yang semakin meningkat akan mineral dan batubara, memerlukan


upaya yang baru (innovative) dan ekonomis dalam memproduksi bahan galian
tersebut. Para praktisi pertambangan dipacu untuk ikut berkembang seiring
dengan kemajuan teknologi termasuk didalamnya teknologi peledakan.

Penggunaan bahan peledak industri yang cukup besar pada berbagai tambang
(tambang quarry), menuntut adanya kontrol terhadap: ground vibration, fly rock,
air blast dan noise, yang semuanya akan menimbulkan pertentangan antara
perusahaan pertambangan dengan penduduk setempat.

Tujuan umum
Dengan mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat menentukan dan
mengurangi dampak yang mungkin terjadi akibat peledakan.
Para peserta diharapkan memiliki kemampuan dasar atau pengertian mengapa
dapat terjadi “blasting claims” (tuntutan penduduk sekitar akibat suatu peledakan),
dan sekaligus mengetahui bagaimana cara mengatasinya.
da empat penyebab timbulnya “blasting claims” atau kerusakan:
1. Air concussion (air blast)
2. Air-borne shock waves (gelombang sentakan melalui udara)
3. Earth vibration (getaran bumi)
4. Fly rock

Standar kompetensi dan kriteria unjuk kerja


Standar kompetensi / elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja seperti pada
tabel di bawah ini.

Elemen kompetensi Kriteria unjuk kerja


Dampak peledakan a. Getaran dan kebisingan suara akibat
peledakan di setiap objek yang
memungkinkan terkena dampak
diukur
b. Hasil pengukuran dianalisis
c. Hasil analisis diinformasikan
Menentukan jarak aman antara titik a. Ambang batas kecepatan getar
ledak dengan objek yang kemungkinan gelombang akibat peledakan yang
terkena getaran peledakan mengganggu manusia dan merusak
bangunan ditentukan
b. Jarak antara titik ledak dengan objek
terkena dampak diukur
c. Jumlah bahan peledak per ledakan
tunggu (delay) dihitung
Menganalisis kebisingan suara akibat a. Ambang batas kebisingan suara
peledakan ditentukan
b. Kurva bobot jarak (scaled distance)
pangkat tiga berat bahan peledak
dianalisis
Sasaran
Sasaran kompetensi adalah pengelola peledakan bahan galian, yaitu orang yang
bertanggung jawab terhadap kegiatan peledakan dan hasil yang dicapai.

Prasyarat mata diklat


1. Sudah mengerti / memahami pengetahuan dasar bahan peledak
2. Memiliki pengetahuan dalam penanganan pelbagai macam kegiatan
peledakan/memanage para juru ledak .
(samakan dengan modul lain)

Petunjuk penggunaan modul


Setiap modul berisikan beberapa pembelajaran sesuai dengan tuntutan elemen
kompetensi dan kriteria unjuk kerja. Untuk memahami modul secara utuh sudah
barang tentu peserta harus mempelajari setiap tahapan pembelajaran sampai
selesai. Pada akhir setiap pembelajaran terdapat latihan soal dan sekaligus
jawabannya. Baik modul maupun pembelajaran pada setiap modul dirancang dan
disusun menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan satu dengan lainnya,
sehingga didalam mempelajarinya harus secara berurutan (sequential). Agar men-
dapatkan hasil belajar maksimal, ikutilah petunjuk penggunaan modul berikut ini:
1. Fahami tujuan umum yang tercantum pada setiap modul
2. Yakinkanlah bahwa Anda telah memenuhi prasyarat yang diminta modul
3. Fahami tujuan khusus yang ada pada setiap pembelajaran di dalam modul
4. Ikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan pada modul sampai akhir
5. Cobalah sendiri mengerjakan soal latihan yang tertera pada akhir setiap
pembelajaran
6. Untuk meningkatkan kedalaman penguasaan Anda terhadap isi modul,
disarankan untuk membaca referensi yang tertera pada setiap modul.

(samakan dengan modul lain)


Pedoman penilaian

Pada setiap soal latihan terdapat cara menghitung nilai untuk mengukur tingkat
pemahaman peserta. Pengerjaan soal harus tuntas sesuai waktu yang disediakan.
Disarankan untuk tidak membuka buku pada saat mengerjakan latihan soal
sampai peserta benar-benar selesai mengisinya. Apabila nilai latihan peserta di
atas 90%, maka peserta dapat langsung mempelajari modul berikutnya. Namun,
apabila nilai latihan soal kurang dari 90%, sebaiknya peserta mengulang pelajaran
atau modul tersebut sampai benar-benar faham atau bernilai di atas atau sama
dengan 90%.

Perlu diketahui bahwa belajar dengan menggunakan modul dituntut kemandirian


dan kejujuran terhadap diri sendiri. Jadi, janganlah tergesa-gesa menyelesaikan
suatu modul dan menjawab latihan soal sebelum menguasai betul setiap
pembelajarannya.
(samakan dengan modul lain)
Pekerjaan peledakan akan selalu menimbulkan gangguan, terutama bila dilakukan
dengan kurang hati-hati dan tidak mengikuti aturan-aturan dan teknik peledakan
yang berlaku.

Pada dekade sekarang ini, kegiatan peledakan terus bertambah seiring dengan
perkembangan perkotaan. Untuk mengatasi kepadatan arus lalu lintas dibuatkan
tunnel-tunnel di bawah permukaan tanah (under ground) yangn juga dipakai untuk
media komunikasi seperti kabel-kabel telepon, power cables, drainase dan lain-
lain.

“Cautious blasting” (blasting ramah lingkungan) adalah istilah yang diberikan


kepada pekerjaan peledakan yang dilakukan disuatu daerah dimana banyak
terdapat bangunan-bangunan / gedung-gedung, instalasi-instalasi dan fasilitas-
fasilitas.

Bila cautious blasting dilakukan maka gangguan yang ditimbulkan akibat ground
vibration, fly rock, getaran udara (air blast) akan dapat dikurangi hingga tidak
merusak bangunan disekitarnya atau mengakibatkan kecelakaan.

Gangguan akibat peledakan seperti vibration, noise dan fly rock; dapat
menimbulkan gangguan sosioeconomic yang cukup besar bagi para Pengusaha
Pertambangan demikian pula bagi orang-orang / penduduk yang tinggal
disekitarnya.

Suatu perencanaan yang dibuat secara seksama sebelum kegiatan dilakukan


merupakan kunci utama dalam efficiency, economy dan keselamatan lingkungan.

Pada tambang-tambang terbuka yang modern biasanya berukuran cukup luas dan
dalam dibandingkan dengan tambang-tambang terbuka terdahulu , hal ini akan
memberikan jumlah overburden yang memerlukan blasting akan meningkat.
Untuk menangani hal tersebut diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang
parameter-parameter dasar yang terkait pada suatu proses peledakan; juga
mengetahui ciri-ciri khas dasar dari terjadinya, pengembangannya dan
memprediksi akan “ground vibration” dan akibat peledakan.

Kemajuan dibidang teknik dari “rock blasting” memacu kemungkinan


pengembangan pada pengendalian hasil peledakan melalui bermacam-macam
peralatan perhitungan percepatan ground vibration. Melalui perhitungan
kecepatan getaran yang ditimbulkan suatu peledakan, kriteria suatu kerusakan
dapat diidentifikasi.

Peledakan dengan “cautious blasting” merupakan suatu cara peledakan yang


bukan hanya mengontrol ground vibration, tapi juga mengontrol fly rock.
II. MATERI
II.1 PEMBELAJARAN 1: GETARAN BUMI

Tujuan Khusus Pembelajaran


Setelah mempelajari materi ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan getaran bumi
2. Mengukur getaran bumi
3. Menghitung getaran bumi
4. Menginterpretasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh getaran bumi

II.1.1 Pengertian Getaran Bumi

Getaran bumi (ground vibration) adalah gerakan seismic yang menjalar dalam
tanah / batuan yang diakibatkan oleh peledakan batuan (rock blasting), penggalian
(excavation), lalu lintas ( traffic), kegiatan piling dan sebagainya.

Ground vibration yang merupakan suatu energi dan menjalar dalam batuan /
tanah, dapat merusak bangunan-bangunan disekitarnya bila mencapai suatu level
tertentu. Sebahagian energi yang dihasilkan dari peledakan akan bertebaran dan
menyebar kesemua arah sebagai gelombang seismic dengan frekwensi yang
berbeda-beda. Energi gelombang seismic ini akan berkurang terhadap jarak;
gelombang dengan frekwensi tinggi akan lebih cepat berkurangnya. Dengan
demikian frekwensi gelombang dominan dari peledakan adalah yang bersifat
tinggi frekwensinya namun berjarak pendek dan rendah frekwensinya namun lebih
jauh jaraknya.

Besar / kecil ground vibration akan tergantung pada :


1. Jumlah charges
2. Kepadatan lobang tembak
3. Sifat-sifat batuan
4. Jarak tembak
5. Keadaan geologi
Ground vibration dapat dikontrol melalui metoda blasting yang benar, pengeboran
dan pola inisiasi yang tepat.

Gambar 2.1 memperlihatkan beberapa parameter yang dapat mempengaruhi


ukuran ground vibration.

Gb.2.1. Parameter penentu ground vibration

Ground vibration merupakan tipe gelombang seismic yang kompleks dan terdiri
dari bermacam-macam gelombang . Apabila isian bahan peledak yang ada pada
suatu lobang tembak diledakkan, maka akan timbul dua macam gelombang
seismic, pertama disebut “body wave” (gelombang badan) dan yang ke dua
“surface wave” (gelombang permukaan).

Body waves adalah gelombang yang merambat dalam suatu medium; surface
waves terbatas sepanjang bidang permukaan.

Body waves terdiri dari dua komponen:


1. P wave (gelombang P)
2. S wave (gelombang S)

Surface waves juga terdiri dari dua komponen:


1. gelombang Rayleigh (R)
2. gelombang Love (L)

1. Gelombang P ( P wave) juga disebut dengan gelombang primer atau


gelombang kompressive. Gelombang ini termasuk yang tercepat merambat
didalam tanah dengan partikel-partikel bergerak searah dengan arah perambatan
gelombang . Kepadatan (density) dari batuan yang dilalui gelombang ini akan
mengalami perubahan.
2. Gelombang S (S wave) juga disebut dengan gelombang sekunder atau
gelombang “shear”. Pada gelombang ini partikel-partikel bergerak tegak lurus
arah perambatan gelombang , mempunyai kecepatan lebih kecil dari gelombang
P. Gelombang S akan merubah bentuk batuan , tapi tidak density.

Gelombang permukaan (surface wave) merambat di permukaan diantaranya


yaitu:

1Gelombang Rayleigh (R-wave), gerakan partikel membuat lintasan ellip pada


bidang vertikal sejajar arah perambatan gelombang.
2.Gelombang Love (L-wave) , gerakan partikel tegak lurus dengan arah
perambatan gelombang

Gambar 2.2 Gelombang seismic


II.1.2 Energi Peledakan

Apabila sejumlah bahan peledak (explosive) meledak pada lokasi di bawah


permukaan, hanya 20 - 30% dari energinya yang dipakai dalam pemecahan
batuan atau material-material lain yang ada disekelilingnya. Bilamana suatu
ledakan tidak sempurna (tidak dapat menggunakan seluruh energi yang
ditimbulkannya), maka ada sebahagian energi yang hilang yang merambat melalui
lapisan dalam bentuk gelombang getar (ground vibration); sebagian lagi energi
yang hilang berhamburan di udara menghasilkan noise.

Bila sejumlah bahan peledak diledakkan pada suatu kedalaman tertentu pada
“single atau multiple drill holes”, maka terjadilah penguraian kimiawi penyusun
bahan peledak secara cepat dan membentuk gas dengan temperatur dan tekanan
yang tinggi. Shock wave akan terbentuk hanya jika tekanan mula-mula bahan
peledak melampaui kekuatan kompressive batuan, sedemikian rupa besarnya
hingga kondisi plastic batuan dilampaui, dapat dikatakan memiliki sifat
hydrodynamic.

Ada shock wave yang tidak stabil dengan cepat menjalar melalui batuan non-
elastic; dikarenakan ketidakstabilannya dan bertambah kurang kecepatannya,
kemudian menempati ke dalam zone “quasi-elastic” di mana gerakan gelombang
pada kecepatan sonic membawa sedikit energi yang tidak cukup untuk secara
permanen merusak material. Zone ini dikenal dengan elastic atau semi-elastic
wave zone. (Ghosh 1983; Guha, 1984)

Intensitas dari “shock waves” mengecil dengan cepat karena sejumlah besar
energi digunakan untuk pembentukan rekahan (cracks)

Pengaruh Peledakan Terhadap Batuan

Pengaruh peledakan terhadap batuan dapat dibagi menjadi tiga tahapan:

1. Tahapan pertama dimulai sejak inisiasi; pada tahapan ini lobang tembak
berkembang (akibat rusaknya dinding lobang). Hal ini dikarenakan adanya
tekanan yang tinggi dari detonasi (peledakan). Akibat tekanan yang tinggi ini
batuan mengalami pelumatan hingga menjadi tepung (pulverized).

2. Tahapan ke dua terbentuk gelombang kompressive yang merambat kesemua


arah dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan gelombang sonic. Bila
gelombang kompressive ini sampai pada “free rock face”, maka akan dipantulkan
dan terbentuklah “tensile stress” pada massa batuan antara lobang tembak dan
free face. Bila tensile strength batuan terlampaui maka pecahlah batuan dan
terbentuklah fragmen-fragmen batuan.

3. Pada tahap ke tiga sejumlah gas hasil peledakan dengan tekanan tinggi
memasuki rekahan-rekahan, menyebabkan terbentuknya rekahan-rekahan yang
lebih lebar.

Gambar-gambar berikut menerangkan tahapan-tahapan di atas:

Gb. 2-3 Formasi rekahan radial Gb. 2-4 Gelombang tekan kompresive
Gb.2-3 Gb. 2-4

Gb. 2-5 Penetrasi gas pada rekahan


Gb. 2-5

Kriteria Kerusakan
Penyebab kerusakan suatu bangunan adalah getaran (vibration) yang dihasilkan
oleh suatu ledakan, dari getaran tersebut akan timbul gerakan-gerakan yang
bermacam-macam baik dari segi arah gerakan ataupun besarnya.

Pada saat gelombabng melalui bagian bawah suatu bangunan, akan mengangkat
dan menurunkan bangunan, akan menggerakkan bangunan ke kanan dan ke kiri
dan gerakan ke arah depan dan belakang.

Bila sekiranya gerakan dari bangunan dapat bergerak bersama-sama, maka


kerusakan tidak akan terjadi. Jelas yang menyebabkan kerusakan bangunan
adalah karena adanya “differential movement”. Bangunan yang mengalami
gerakan akan mempertahankan diri dari gerakan tersebut; hal ini akan
menimbulkan “differential loading” dan pada akhirnya timbul “stress”.

Pada umumnya bagian bawah bangunan bergerak karena adanya getaran sedang
bagian atas tinggal tetap. (lihat gambar). Stress yang terjadi akan menimbulkan
retakan berbentuk guntung (scissor cracks) bersudut 45 derajat terhadap
horizontal dan berpotongan saling tegak lurus (lihat gambar).

Gb. 2-6 Kerusakan bangunan akibat “differential displacement”

Gb. 2-7 Retakan Pelester

Kerusakan akibat getaran biasanya ditandai dengan melebarnya rekahan lama.


Rekahan baru biasanya timbul pada pelesteran karena pelesteran merupakan
bagian dari bangunan yang paling lemah.

Tabel 2-1 memperlihatkan hubungan antara tingkat kerusakan dan intensitas


ground vibration.
Tabel 2-1 Kerusakan akibat ground vibration

Peak Particle Velocity Jenis Kerusakan


mm/s
190 50 % Kemungkinan terjadi kerusakan
berat pada pelesteran
110 - 170 Kerusakan kecil: keretakan halus
setebal rambut pada pelesteran dan
melebarnya rertakan yang lama
50 Kriteria keamanan untuk rumah tingggal
oleh USBM

0,5 Batas minimum untuk dapat dirasakan


orang.

Beberapa pakar peledakan seperti Langsfors, Kihlstrom dan lainnya semenjak


tahun 1956 telah mengemukakan pendapatnya mengenai adanya hubungan
antara “charging”, jarak di sartu sisi dan intensitas getaran (ground vibration) di
sisi lain.

Untuk memprediksi resiko kerusakan akibat peledakan peerlu diketahui kecepatan


dari ground vibration dan juga percepatannya. Dengan demikian ground vibration
velocity merupakan kriteria kerusakan.

Vibration (getaran) dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan gerakan yang


periodik (berulang-ulang setelah interval waktu tertentu) atau yang sering disebut
cycle time atau periode (T). Frekwensi adalah kebalikan dari periode dihitung
dalam cycles per detik (hertz):

1
f=
T
di mana : f = frekwensi (Hz)
T = periode ( cycle/s)

Gambar 2.6. memperlihatkan displacement sebagai fungsi waktu.


Amplitudo adalah harga maksimum dari displacement

Gb. 2-8 Amplitudo dan frekwensi

A = amplitudo, 2A = double amplitudo

Dengan asumsi ground vibrations terdiri dari tipe unit gelombang sinus, kecepatan
partikel dapat dihitung melalui rumus berikut.

v= 2 π f A

dimana : v = kecepatan partikel (mm/sec)


f = frekwensi (cycle/sec)
A = amplitude (mm)

Dari rumus di atas, percepatan getaran dapat dihitung sbb:


a = 4 π2 f2 A
dimana : a = percepatan dalam g (9,81 m/sec2)
A = amplitude (mm)
Retak-retak yang terjadi pada suatu bangunan yang disebabkan oleh ground
vibration tergantung tidak hanya pada kecepatan getaran tapi juga oleh kecepatan
penyebaran (propagation velocity) yang ada dibawah fondasi bangunan.
Kerusakan yang terjadi berbanding lurus dengan “shearing angle” (sudut shearing)
yang dapat dirumuskan sbb:

γ = v/c

dimana : γ = shearing angle mm/m


v = vibration velocity mm/sec
c = propagation velocity m/sec

Tabel di bawah memperlihatkan harga-harga yang diperbolehkan yang dapat


dipergunakan untuk mengevaluasi resiko kerusakan akibat ground vibration
terhadap perumahan penduduk yang normal (standar).

Walaupun angka-angka vibration velocity menyatakan harga-harga yang


dibolehkan, namun yang menentukan dimensi kerusakan adalah “shearing angle”.
Ketelitian angka-angka pada tabel diperoleh dari hasil pengukuran yang cukup
lama dan cukup banyak.

Kecepatan getaran (vibration velocity) yang disarankan dalam memprediksi resiko


kerusakan gedung-gedung tempat tinggal penduduk terhadap bermacam-macam
fondasi bangunan.
Wave 1000-1500 2000-3000 4500-6000 Result Level at
Velocity Sand, Moraine Granite, In c = 4500 to
gravel gneiss,
c Slate, soft typical 6000
Clay under hard
m/sec ground limestone limestone, housing m/sec.
water diabase
structures
quartzite,
sandstone
Vibration 9 18 35 No visible 0,008
Velocity 13 25 50 cracking 0.015
v 18 35 70 0.03
Fine,
mm/sec.
cracks,
30 55 100 0.06
falling
plaster
40 80 150 Noticeable 0.12
cracking
60 115 225 Severe 0.25
cracking

Penentuan jumlah bahan peledak yang dibolehkan, pergeseran


(displacement ) dan jarak.

Salah satu usaha agar dapat menghindari terjadi kerusakan akibat peledakan
yaitu dengan menentukan jumlah bahan peledak yang digunakan pada setiap
peledakan. Cara terbaik untuk menghitung charge (isian) yang dibolehkan yaitu
dengan mempergunakan Tabel yang dibuat oleh U.S. Bureau of Mines pada
Bulletin 442. Tabel 2-2 memperlihatkan hubungan displacement dalam inci untuk
bermacam-macam berat bahan peledak. Dengan menggunakan jarak dari
peledakan dan jumlah bahan peledak maka akan diketemukan angka-angka yang
sesuai pada Tabel.

Sebagai contoh, dengan menggunakan 50 lb (22,7 kg) bahan peledak pada jarak
400 ft (122 m) didapat angka 0,0055 in. Angka pergeseran (0,0055 in) ini adalah
untuk rata-rata over burden ( < 50 ft). Bila diinginkan pergeseran dihitung untuk
abnormal over burden ( >50 ft) , atau untuk responsive over burtden seperti sand,
gravel dan loam, maka angka pergeseran yang diperoleh dikalikan 3. Bila
pergeseran dihitung untuk out crops batuan, maka pergeseran angka Tabel
dikalikan 0,10.

Contoh, misal 50 lb dengan jarak 400 ft, bila dikenakan pada responsive
overburden, maka 0,0055 dikalikan 3 diperoleh angka 0,0165 in. Dengan
menggunakan angka ini pada Tabel 2-3 akan diperoleh angka percepatan
(acceleration) beserta batasan keamanan (safety level).

Tabel 2-2 memberikan untuk: rata-rata over burden 15 Hz, abnormal over burden
5 Hz dan untuk outcrops 20 - 80 Hz. Dapat dikatakan untuk overburden yang
diperlihatkan pada Tabel 2-2 mempunyai nilai 5 Hz. Dengan mengintrapolasi
angka 4 dan 6 Hz pada Tabel 2-3 kemudian merujuk pada angka displacement,
akan diperoleh bahwa angka ini dalam katagori aman (safe level).

Tabel 2-2 Displacement untuk bermacam-macam berat explosive


Tabel 2-3 Acceleration
Scaled Distance

Cara lain untuk menentukan batas aman (safe limits) ground vibration adalah
dengan menggunakan rumus “scaled distance”.

D
W = ( )²
Ds
dimana : Ds = 60
D = jarak
W = berat maksimum bahan peledak (lb)
Dengan menggunakan contoh terdahulu, yaitu 50 lb pada 400 ft; diperoleh W =
(400/60)² = 44,36 lb.
Dari rumus ini dapat dilihat bahwa Pengelola peledakan tidak perlu memakai
bahan peledak sebanyak itu (50 lb). Menurut Tabel dipeeroleh angka 50 lb, tapi
rumus Scaled Distance menyatakan 44,36 lb. Sebenarnya angka Tabel lebih
akurat akan tetapi rumus Scaled Distance juga baik sebagai metoda yang layak di
lapangan dalam mengatasi permasalahan vibrasi.

Alat Pengukur ground vibration


Alat pengukur ground vibration dapat dibagi menjadi dua grup:
1. Alat pengukur secara mekanik
2, Alat pengukur secara elektronik

Termasuk ke dalam alat pengukur secara mekanik adalah:


1. Cambridge vibrograph
2. Combigraph
3. Ampligraph

Ada beberapa alat untuk mengukur ground vibration. Pada mula pertama alat
tersebut dibuat secara mekanik. Alat tersebut dipasang pada objek yang
diperkirakan akan mengalami ground vibration. Alat tersebut terdiri dari suatu
beban yang berat tergantung pada sebuah per yang dihubungkan pada jarum
yang dapat mencatat getaran pada sebuah kertas. Bila terjadi gerakan maka alat
tersebut akan ikut bergerak akan tetapi beban tinggal tetap. Gerakan alat ukur
dicatat pada sebuah kertas dan kedudukan dari ground vibration dapat dievaluasi.
Pada saat ini pemakaian alat pengukur mekanik telah digantikan oleh alat
pengukur elektronik.

Pada alat pengukur elektronik gerakan mekanik dapat diterima dan dikonversi
menjadi sinyal oleh “electro dynamic transducer” yang disebut geophone.
Transducer ini memberikan sinyal listrik yang berbanding lurus terhadap
kecepatan partikel dari getaran, yang merupakan suatu parameter yang tercatat.
Gambar di bawah adalah desain dasar sebuah geophone. Geophone terdiri dari
sebuah per, beban (yang dapat bergerak), kumparan (coil) yang dililitkan pada
beban dan magnet permanen.

Sistem akan bergerak secara bebas pada sebuah daerah magnet yang
dikeluarkan oleh magnet permanen. Bilamana kumparan (coil) bergerak pada
daerah magnet maka akan timbul arus listrik yang besarnya tergantung pada
kecepatan gerak coil.
Gb. 2-9 Geophone

Cambridge vibrograph adalah alat pengukur ground vibration yang


tertua dan sudah jarang dipakai, dapat menghasilkan vibrogram
dengan pembesaran yang memadai pada secarik celluloid. Frekwensi
yang cocok adalah 4 c/s dan alat ini dapat menghasilkan vibrogram
yang dapat membaca sampai 500 c/s.
Bersama dengan Cambridge vibrograph adalah Combigraph yang
dapat mengukur fekwensi ground vibration dimana kecepatan vibrasi
dan percepatan dapat dihitung. Prinsip kerja combigraph sama
dengan cambridge vibrograph, perbedaannya hanya pada desain.
Sebagai contoh, combigraph dapat diletakkan pada dinding dengan
menggunakan baut agar kokoh.

Combigraph menghasilkan grafik getaran pada suatu kertas pada


piringan (disc) yang mudah dibaca untuk suatu evaluasi (lihat gambar)

Anda mungkin juga menyukai