Analisa Vitamin - PPSX
Analisa Vitamin - PPSX
Bakteri L.plantarum
Preparasi stok kultur inokulasi freeze dried
culture pada agar bacto-lactobacili dan
diinkubasi pada 37 C selama 24 jam.
Secara umum pertumbuhan diukur dengan
turbiditas, namun jika menggunakan
laktobacillus maka dapat diukur dengan
asidimeter
Tahap analisa
Preparasi sampel
Timbang sampel (kira-kira mengandung 0,1 mg niasin)
dan tambahkan NH2SO4, autoklaf selama 1 jam dan
dinginkan. Atur pH sampai 6,8 dan encerkan sampai
volume (konsetrasi 0,1 g niasin/ml), campur dan saring
Preparasi tabung pengujian
Pengulangan sedikitnya menggunakan 0.0, 0.5, 1.0, 2.0,
3.0, 4.0 dan 5.0 ml sampel kemudian tambahkan air
sampai mencapai 5 ml. Tambahkan 5 ml Difco Basal
Medium untuk niasin ke dalam masing-masing tabung,
autoklaf selama 10 menit pada suhu 121 C dan
dinginkan
Preparasi standar
Sama dengan cara preparasi tabung pengujian.
Standar larutan yang mengandung 0,1 µl/ml Niasin
Inokulasi dan inkubasi (37 C, 16-18 jam)
Tambahkan 1 tetes inokulum ke masing-masing
tabung, tutup tabung dan inkubasi pada suhu 37 C
selama 16-18 jam sampai kekeruhan maksimum
pada tabung dengan konsentrasi niasin paling
tinggi.
Pengukuran
Absorbansi diukur pada panjang gelombang 540-
660 nm
Folat
Terdiri dari tiga komponen yang terikat
Gugusan pteridina
Asam para amino benzoat
Asam glutamat
Sedikit larut dalam air, mudah teroksidasi
dalam asam dan cahaya dan hilang ketika
pemasakan
Karena instabil dan beragam bentuk
menyulitkan dalam analisanya
Untuk menghitung bioavailabilitas folat dalam
fortifikasi dan dalam makanan telah dibuat
DFE (Dietary Folate Equivalent)
Berdasarkan hasil penelitian dilaporkan
bahwa
Asam folat 85% bioavailable
Folat dalam makanan 50% bioavailable
Asam folat dalam produk fortifikasi 1,7 kali lebih
bioavailable dibanding dengan folat dalam
makanan
µg DFE = µg food folate + (1.7x µg asam
folat).
Perhitungan µg DFE untuk beberapa
makanan memerlukan jumlah asam folat
sebagai bagian yang terpisah dari folat
makanan.
Saat ini, metode kromatografi cair sangat
penting untuk memastikan jumlah asam folat
dan bentuk ragam folat dalam makanan
Baru-baru ini, kolaborasi prosedur mikrobiologi
yang berdasarkan ektraksi trienzim dapat
menghitung hanya total folat dan tidak dapat
membedakan antara folat fortifikasi dan folat
makanan.
Folat
Prinsip :
Folat dalam sampel diekstraksi dalam buffer pada
suhu 100 C (air mendidih).
Hasil esktraksi didigesti dengan -amilase dan
protease (untuk membebaskan ikatan folat dengan
makromolekul) dan konjugase (untuk memecahkan
poly--glutamyl folat menjadi PteGln3 atau yang lebih
kecil).
Pertumbuhan mikroba uji diukur dengan %
transmitan. Transmitan berpengaruh pada
konsentrasi folat.
Yang perlu diperhatikan
Harus dilakukan upaya untuk melindungi folat
yang labil dari oksidasi dan degradasi fotokimia.
Pengurangan senyawa-senyawa termasuk
asam askorbat, -mercaptoetanol dan ditiotreitol
adalah cara efektif dalam mencegah oksidasi.
Patuh pada prosedur analisa adalah penting
untuk menguji folat dengan tepat.
Preparasi sampel
1,2-2g sampel ditambahkan 50 ml buffer,
dihomogenkan, dan didigesti (sampel tinggi lemak
harus diekstrak dengan heksan dan semua sampel
harus dihindarkan dari cahaya dan udara)
Pemecahan trienzim
Panaskan sampel selama 5 menit, dinginkan pada
suhu ruang, digesti sampel dengan -amilase,
protease dan cojugase. Inaktifasi enzim dengan
pemanasan selama 5 menit, dinginkan, filter dan
encerkan dengan aquades sampai konsentrasi 0,15
ng/ml
Preparasi kurva standar dan tabung
blanko
Buat 8 titik kurva standard dengan
menggunakan larutan folat. Tambahkan 5 ml
L.casei ke dalam masing-masing tabung.
Siapkan blanko tanpa inokulasi dan blanko
inokulasi dan dinolkan (spektrofotometer) dan
enzim blanko untuk mengetahui kontribusi
enzim dalam pertumbuhan mikroba
Pengujian
Asam folat diuji berdasarkan pertumbuhan
L.rhamnosus (AOAC). Tabung sampel, kurva
standard, blanko inokulasi, blanko uninokulasi
dan blangko enzim diautoklaf pada suhu 121
C selama 5 menit, kemudian diinokulasi
dengan 1 tetes inokulum L.rhamnosus per
tabung. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37 C
selama 20-24 jam, pertumbuhan mikroba
dinyatakan dalam % transmitan pada 550 nm
Kimiawi
Vitamin A
Vitamin E
Vitamin C
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin A
Sensitif terhadap cahaya (UV), udara (beberapa
prooksidan), suhu tinggi dan kelembaban
Perlu tahap-tahap untuk menghindari perubahan
yang merugikan seperti pengaruh dari
penggunaan barang pecah belah, nitrogen dan
vakum sebagaimana pengaruh dari suhu tinggi.
Direkomendasikan untuk menambahkan
antioksidan di awal prosedur
HPLC metode yang dapat diterima dalam
pengukuran Vitamin A (karena akurat)
Sampel disaponofikasi, vitamin A akan
terekstrak ke dalam larutan organik dan
terkonsentrasi. Semua trans-retinol dan
13-cis-retinol ditentukan dengan HPLC
dengan kolom silika.
Yang perlu diperhatikan
Semua pekerjaan harus dilakukan
dalam cahaya dengan intesitas rendah
Harus menjaga terjadinya oksidasi
retinol selama analisa
Evaporasi larutan harus menyeluruh di
bawah aliran nitrogen dan heksadekan
ditambahkan untuk mencegah destruksi
selama evaporasi
Prosedur
Preparasi Sampel
Transfer sampel (makanan formula atau susu
cair) ke dalam tabung digesti 100 ml,
tambahkan 10 ml etanolik pirogallol (2%
pirogallol dalam 95% etanol) dan sabunkan
dengan etanolik KOH (10% KOH dalam 90%
etanol) pada suhu ruang selama 18 jam atau
pada suhu 70 C dengan menggunakan reflux
vessel.
Ekstraksi
Pipet 3 ml sampel yang telah terdigesti ke dalam
tabung sentrifus 15 ml dan tambahkan 2 ml air.
Ekstrak dengan 7 ml heksan-dietileter (85:15).
Ulangi ekstraksi sebanyak 2 x. Masukkan sampel
terekstrak ke dalam tabung volumetrik 25 ml.
Tambahkan 1 ml heksadekan (heksadekan (1) +
hexan (100)) dan encerkan sampai 25 ml dengan
heksan. Pipet 15 ml ekstrak yang sudah
diencerkan ke dalam tabung sentrifus dan uapkan
dengan nitrogen. Larutkan residu dalam 0,5 ml
heptan
Parameter Kromatografi
Kolom 15 cm x 4.5 mm dipadati dengan
3 mm silika (Apex m silika)
Fase mobil Isokratik, heptane dan
isopropanol (1-5%)
Deteksi UV , 340 nm
Flow rate 1-2 ml/menit
Perhitungan
Semua trans retinol (mg/ml) =
(At/Ast x Wt x DF)/V
Ket :
At = area puncak sampel
Ast= area puncak standar
Wt = berat sampel
V = volume sampel
DF = faktor pengenceran
Vitamin E
Dalam bentuk 8 komponen yang berbeda dalam
makanan dan semuanya adalah 6-
hidroksikroman
Famili vitamin E terdiri dari -,-,- dan -
tokoferol
Cirinya sebuah rantai cabang jenuh dari 3
unit isopren dan berikatan dengan tokotrienol
tidak jenuh.
Tahan panas dan asam, karena bersifat
antioksidan maka Vitamin E akan mudah
teroksidasi terutama bila dalam minyak tengik,
timah dan garam besi
Mudah rusak oleh sinar UV
Prinsip
Untuk produk makanan umumnya sampel
disabunkan dengan reflux, diekstrak dengan
heksan dan diinjeksi ke dalam fase normal
kolom HPLC yang disambungkan pada detektor
fluoresensi
Untuk Margarin dan Minyak nabati sampel
dilarutkan dalam heksan, MgSO4 ditambahkan
untuk mengganti air kemudian difilter dan diuji
dengan HPLC
Untuk minyak dilarutkan dalam heksan dan
diinjeksi secara langsung ke dalam kolom HPLC
Yang perlu diperhatikan
Vitamin E adalah subyek oksidasi
Penyabunan dilakukan dengan reflux yang
sudah ditambah antioksidan pirogallol
dengan reaksi vessel yang terlindung dari
cahaya
Prosedur
Produk makanan umum
Tambahkan 10 ml dari 6 % (w/v) pirogallol dalam
etanol ke sampel , campur dan aliri dengan N2.
Panaskan pada suhu 70 C selama 10 menit dengan
sonikasi. Tambahkan 2 ml 60 % KOH, campur dan
aliri dengan N2. Hancurkan selama 30 menit pada
suhu 70 C. Sonikasi selama 5 menit, dinginkan pada
suhu ruang dan tambahkan NaCl dan air. Ekstrak
dengan heksan (0,1% BHT) 3 kali. Tambahkan 0,5 g
MgSO4 dan campur. Filter dan encerkan sampai
volume dengan heksan dan injeksi 20 l.
Margarin dan minyak nabati
Tambahkan 40 ml heksan (0,1% BHT) ke
dalam 10 g sampel dan campur. Tambahkan
3 g MgSO4 dan campur, biarkan 2 jam.
Filter dan encerkan sampai volume dengan
heksan. Injeksi 20 l.
Parameter Kromatografi
Kolom Hibar RT, Lichrosorb Si60 5m,
25 cmx4.6 mm
Fase mobil 0,9% isopropanol dalam
heksan
Flow 1 ml/menit
Detektor-fluoresensi, Ex = 290 nm, Em =
330 nm
Vitamin C
Berbentuk asam L-askorbat dan asam L-
dehidroaskorbat
Mudah teroksidasi terutama oleh tingginya pH
dan adanya katalisator seperti Fe dan ion Cu.
Sehingga perlu prosedur yang didisain rendah
pH dan adanya chelating agent.
Oksidasi ringan asam askorbat menghasilkan
asam dehidroaskorbat dan bersifat reversibel
dengan adanya perlakuan dengan reducing
agents ( -mercaptoetanol dan ditioreitol)
Vitamin C
Metode Titrasi 2,6 dicloroindophenol
Prinsip
L-asam askorbat dioksidasi menjadi L-asam
dehidroaskorbat. Pada akhir titrasi akan
menunjukkan warna merah muda.
Perhitungan :
mg asam askorbat/ml sampel =
Standard (mg/ml) x volume titrasi sampel x
(FP/berat sampel)
Prosedur
Preparasi sampel
Timbang dan ekstrak sampel dalam asam
metafosforat-asam asetat (15 g HPO4 dan 40 ml
HOAc dalam 500 ml air), filter dengan sentrifus dan
encerkan sampai konsentrasi 10-100 mg asam
askorbat/100 ml.
Preparasi standard
Timbang 50 mg asam askorbat dan encerkan sampai
100 ml dengan asam metafosforat-asam asetat
Titrasi
Titrasisampel dan standard (3 ulangan) dengan
dikloroindophenol sampai berwarna merah muda
sedikitnya 10 detik
Metode Mikroflourometrik
Prinsip
Metode ini mengukur asam askorbat dan
asam dehidroaskorbat
Asam askorbat dioksidasi membentuk asam
dehiroaskorbat dan direaksikan dengan o-
phenilenediamin membentuk komponen
fluoresen quinoxalin
Prosedur
Preparasi Sampel
Sama dengan metode titrasi, jumlahnya 100
ml untuk standard dan sampel, tambahkan 2
asam Norit, gojog dan saring
Preparasi blanko
Transfer 5 ml filtrate ke dalam tabung
volumetrik 100 ml yang mengandung 5 ml
H3BO3- NaOAc, biarkan selama 15 menit,
kocok. Transfer 2 ml larutan ke dalam 3
tabung
Penentuan Sampel
Transfer5 ml standard dan sampel ke dalam
tabung volumetrik yang mengandung 5ml dari
50% NaOAc trihidrid dan 27 ml air. Encerkan
sampai volume dengan air kemudian transfer 2 ml
standard dan sampel ke dalam tabung fluoresen
Pembentukan Quinoxalin
Tambahkan 2 ml dari 20 % larutan o-
fenilenediamin-aquades ke tiap tabung. Kocok
dengan vortex dan biarkan selama 35 menit pada
suhu ruang
Pengukuran
Ukur fluoresen pada Ex = 356 nm dan Em= 440
nm
Tiamin (B1)
Prinsip
Ekstraksi dan hidrolisis enzimatis dari ester-
ester tiamin fosfat dan pembersihan
Metode ini didasarkan pada pengukuran
fluoresensi dari bentuk oksidasi tiamin
(tiokrom)
Yang Perlu diperhatikan
Tiokrom sensitif pada cahaya harus
mengurangi cahaya pada semua prosedur
Tiamin sensitif panas terutama pada
suasana basa tahap analisa dengan
cara oksidasi tiamin harus dilakukan
dengan cepat dan teliti berdasarkan
prosedur yang ada
Prosedur
Preparasi Sampel
Timbang sampel yang mengandung 10-20g tiamin,
tambahkan HCl, campur, autoklaf selama 15 menit
pada 121 C, atur pH sampai 4,5-5,0 dengan HCl,
Hidrolisis Enzim
Tambahkan larutan enzim dan inkubasi selama 3 hari
pada suhu 45-50 C, dinginkan sampel atur pH sampai
3,5, encerkan sampai volume dengan air, campur dan
saring. Larutan standard diperlakukan dengan enzim
yang sama.
Pembersihan Ekstrak sampel
Masukkan ekstrak sampel ke dalam kolom
ion-exchange, cuci kolom dengan air panas
kemudian larutkan tiamin dengan larutan
asam KCl panas, diinginkan. Encerkan
sampai volume dengan larutan asam-KCl,
lakukan juga pada standard .
Pembentukan Tiokrom
Konversitiamin ke tiokrom menggunakan
K2Fe(CN)6, tambahkan isobutil alkohol, kocok,
dan sentrifus.Tuangkan fraksi isobutil alkohol
ke dalam tabung baca fluoresen dan baca
pada 365 nm/435nm. Begitu juga standard
dan buat kurva standard untuk menghitung
tiamin sampel
Ribovlafin (B2)
Struktur mirip gula ribosa
Larut air dan memberi warna fluoresens
kuning kehijauan
Mudah rusak oleh cahaya dan sinar UV
Tahan panas, oksidator, asam namun
sensitif pada suasana basa
Prinsip
Ektraksi,pembersihan dan kompensasi
adanya substansi pengganggu
Ditentukan dengan fluorometer
Titik Kritis
Karena sensitif pada UV maka semua
prosedur dilakukan pada ruang minim
cahaya.
Adanya proses oksidasi permanganat perlu
diperhatikan untuk hasil yang reliable
Prosedur
Preparasi Sampel
Timbang sampel homogen, tambahkan 0,1N
HCl campur kemudian autoklaf selama 30
menit pada suhu 121 C dan dinginkan.
Endapkan substansi pengganggu dengan
mengatur pH 6 dan segera diikuti pengaturan
pH 4,5, encerkan sampai volume dengan air
dan saring
Oksidasi Materi pengganggu
Tempatkan filtrat ke dalam 4 tabung, 2 tabung
tambahkan 1 ml air dan tambahkan 1 ml
larutan standard (0,5g/ml riboflavin) ke
dalam 2 tabung lainnya. Untuk tiap tabung
(satu persatu) Tambahkan 1 ml asam asetat
glasial, diikuti 0,5 ml KMnO4 3 % biarkan
selama 2 menit kemudian tambahkan 0,5 ml
H2O2 3%, kocok.
Pengukuran Fluoresen
Panjang gelombang 440 nm/565 nm
Pertama baca ekstrak sampel yang
mengandung air kemudian tambahkan 20 mg
Na2S2O4 campur dan baca ulang, setelah itu
baca standard
Perbandingan
Setiap metode mempunyai kelebihan dan
kelemahan.
Perlu memperhatikan faktor-faktor berikut dalam
memilih metode
Akurasi dan presisi metode
Untuk keperluan apa? informasi bioavailabilitas atau
kandungan
waktu dan alat
Personel
Jenis bahan yang akan dianalisa
Jumlah sampel
Aturan/prosedur yang diguanakan
Keuntungan dan Kelemahan
Bioassay
Keuntungan
Tidak butuh preparasi sampel
Mengurangi potensi perubahan senyawa
yang tidak diinginkan selama preparasi
Kelemahan
Memakan waktu
Terbatas pada hewan
Mikrobiologis dan cara kimia
memerlukan ekstraksi
Cara kimia Informasi yang diperoleh
hanya total vitamin dalam makanan tidak
sampai biovailabilitas vitamin
Mikrobiologis terbatas pada vitamin yang
larut air dan memakan waktu tetapi
memerlukan sedikit sampel
Cara kimia dengan HPLC lebih disukai
karena sederhana, akurat dan teliti.
Namun yang terpenting ketika memilih
metode analisa, setidaknya metode
tersebut telah diujikan di laboratorium dan
telah dipublikasikan oleh organisasi
seperti AOAC (American of Official
Analytical Chemist)
Latihan Soal
Berat sampel 100 g diencerkan menjadi
500 ml
Jumlah sampel yang dititrasi : 25 ml
Jumlah titrat yang digunakan: 9,1 ml
Konsentrasi asam askorbat dalam titrat
0,175 mg/ml