Anda di halaman 1dari 8

Tanggal Praktikum : 11 Maret 2014

Jam Praktikum : 14.30 – 17.00


Dosen Pembimbing : Dr. drh. Hera M., M.Sc.
Kelompok Praktikum : IIIC3

KARDIOVASKULAR 1

Anggota Kelompok :
1. Noor Ihsan Anzary B. (B04120127) ………..
2. Devy Nur Priscaningtyas (B04120128) ………..
3. Crisna Kemala (B04120130) ………..

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sirkulasi darah merupakan suatu sistem yang penting sekali dalam
kelangsungan hidup suatu organisme. Sirkulasi darah berfungsi sebagai
pengangkut dan penyebaran zat nutrisi, oksigen, karbondioksida, garam-garam,
antibodi (kekebalan), enzim-enzim, dan senyawa N, dari tempat asal ke seluruh
bagian tubuh sehingga diperlukan tekanan yang cukup untuk menjamin aliran
darah sampai ke bagian jaringan-jaringan tubuh (Afrianto, 2012). Sirkulasi darah
dibantu oleh system kardiovaskuler.
Peran jantung dalam sistem kardiovaskular sangatlah penting. Selain
jantung, pembuluh darah dan komponen darah juga penting dalam system ini.
Kerja jantung ini dipacu oleh sistem nodus yang mengantarkan rambatan ke
bagian-bagian dari jantung. Meskipun kontraksi otot jantung tidak tergantung
pada impuls saraf tetapi laju kontraksinya dikendalikan oleh saraf otonom. Selain
itu aktivitas jantung juga dipengaruhi oleh bermacam-macam bahan kimia,
hormon, ion-ion, dan metabolit. Selain itu, jantung juga memiliki sifat otomasi
dimana jantung tersebut memiliki kemampuan untuk bekerja tanpa pengaruh dari
susunan system saraf pusat. Dengan demikian di dalam jantung tersebut pastilah
ada suatupenaturan yang menyebabkan terjadinya otomasi tersebut.
A. JANTUNG KATAK
Tujuan
Mempelajari bebrapa sifat faali dari otot jantung : morfologi dan denyut
jantung, pengaruh suhu dan zat kimia terhadap denyut jantung, otomasi jantung,
asal denyut jantung.
Dasar teori
Perbedaan dengan otot kerangka dengan otot polos, jaringan otot jantung
terdiri atas sinsisium serabut – serabut otot yang satu dengan yang lain tidak
terpisahkan. Setiap impuls yang timbul dijantung akan disebar keseluruh otot
jantung, dengandemikian kontraksinya akan selalu bersifat “all or none”. Di
samping itu, kuat kontraksinya otot sangat ditentukan oleh panjang awal dari
serabut –serabutnya (hukum Starling).
Satu sifat utama otot jantung adalah kemampuannya untuk
membangkitkan sendiri impuls irama denyut jantung (otomasi jantung). Jantung
yang dikeluarkan dari tubuh mampu tetap berkontraaksi ritmis. Pada amfibia dan
reptilia, irama ditentukan oleh sinus venosus. Aurikel iramanya kurang cepat dan
ventrikelnya paling rendah tingkat otomasinya. Otot jantung peka terhadap
perubahan – perubahan metebolik, kimia dan suhu. Kenaikan suhu meningkatkan
metabolisme dan frekuensi denyut jantung.
Bahan dan Alat
Katak (Bufo melanosticus), papan gabus, es, cairan ringer, larutan
adrenalin, kimograf, beban, alat pencatat jantung, induktorium, elektroda
perangsang, termometer dan benang.
Tata kerja
Ambil seekor kaak dan rusak otak beserta susung tulang belakang. Ikatkan
katak pada papan gabus dengan bagian ventral ke ats. Buatlah sayatan digaris
median di perut dan di dada. Dengan pinset, angkat episternum dan potonglah
melalui tulang rawan sternum. Buanglah sternum dengan menggunting
memanjang di samping sternum dan melalui bagian – bagian pectoral dikedua sisi.
Jantung akan terlihat dan angkat epikrdium dengan ujung pinset dan buka
perikardium sehingga jantung keluar dari kantong.
a. Morfologi dan denyut jantung
Gambar keseluruhan jantung dan sebutkan bagian – bagiannya, jangan
sampai merusak jaringan pada jantung. Amati juga denyut jantungnya.
b. Pengaruh suhu dan zat kimia terhadap denyut jantung.
Basahi jantung dengan cairan Ringer (suhu kamar) dan catat frekuensi
denyut jantungnya. Dinginkan cairan ringer dengan es yang tersedia sehingga
suhunya menjadi 4o – 10O C. Tuangkan sebagian cairan rainger kedalam rongga
jantung dan hitung frekuensi denyutnya. Ganti cairan sebelumnya dengan cairan
ringer bersuhu kamar dengan pipet dan catat frekuensi denyutnya. Dengan cara
yang sama, ganti dengan cairan yang bersuhu 40 o
– 50oC, catat frekuensinya.
Setelah itu kembalikan suhu jantung ke normal dengan mengganti cairan Ringer
panas dengan yang bersuhu kamar.
Hitung frekuensi denyut jantung sekarang. Dengan sebuah pipet teteskan
larutan asetilkolin 1 : 10.000 sebanyak 2 - 3 tetes dan catat frekuensi denyutnya.
Buang larutan tersebut dan cuci jantung dengan cairan ringer menggunakan kapas.
Hitung frekuensi denyut. Teteskan larutan adrenalain 1 : 1000 sebanyak 2
– 3 tetes pada jantung dan hitung frekuensinya. Buang cairan dan cuci dengan
cairan Ringer 2-3kali dan hitung denyut jantung.
c. Otomasi Jantung
Isi cawan petri dengan cairan Ringer. Jepit ujung vertikal jantung dan
angakat ke atas. Bebaskan jantung dari tenunan sekitarnya dan potong pembuluh
darah yang berhubungan dengan jantng sejauh mungkin dari jantung. Angkat
jantung yang telah bebas dan letakkan dalam cawan petri yang tadi berisi Ringer.
Amati sifat otomasi urat daging jantung ini dan hitung frekuensinya.
d. Asal denyut jantung
Dalam cawan petri yang berisi larutan riger letakan jantung katak yang
telah terbebas dari tenunannya. Dengan pisau bedah posisikan pisau tersebut
bersama pinset untuk memotog bagian central dari jantung tersebut secara
melintang. Setelah terpotong, perhatikan pergerakan jantung dan praktikan
mencatat reaksi yang terjadi kaibat pemotongan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengamatan
A. Gambar Morfologi Jantung
Tampak dorsal : ciri terdepat bulbus Tampak ventral : terdapat sinus venosus
arteriosus

Literature :

Sumber : www.beritabekasi.co.id
B. Frekuensi Denyut Jantung Normal
3 x 15 detik
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata
Frekuensi 20 23 22 21.67

C. Frekuensi Denyut Jantung karena Perlakuan


Frekuensi denyut jantung
Perlakuan Ulangan Rata-rata
Sebelum Sesudah
Suhu dingin 1 19
2 21.67 18 19
3 20
Suhu panas 1 24
2 21.67 20 22
3 22
Acetilcolin 1 24
2 21.67 25 23.67
3 22
Adrenalin 1 24
2 21.67 22 23.33
3 24

D. Otomasi Jantung
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata
Frekuensi 19 22 23 21

E. Asal Denyut Jantung


Bagian atrium berdenyut kuat sedangkan bagian ventrikel tidak berdenyut.
Pembahasan
Secara anatomis jantung katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus
venosus, dua atrium dan satu ventrikel. Secara garis besar peredaran darah katak
sama seperti peredaran darah manusia namun saat darah dialirkan kembali melalui
vena darah terlebih dahulu mengisi sinus venosus. Jantung katak tampak dorsal
akan terlihat bulbus arteriosus, sedangkan tampak ventral akan terlihat sinus
venosusnya (Champbell, et al 2004).
Aktivitas kerja jantung nomal merupakan kerja jantung saat keadaan tubuh
normal artinya tanpa pengaruh eksternal dari apapun. Berdasar pengamatan yang
dilakuakan terhadap bufo melanostictus mendapatkan hasil rata-rata 21.67 kali
berdenyut per 15 detik. Hal ini termasuk dalam tentang rendah karena ditinjau dari
segi ukuran tubuh dari katak tersebut yang relative masih kecil. Setelah
dilakuakan perhitungan secara normal atau tanpa perlakuan jantung katak tersebut
diberi perlakuan terhadap suhu dan zat kimia. Untuk tetap menstabilkan denyut
jantung dari katak ini diberikan larutan ringer bersuhu kamar yang berfungsi
sebagai larutan fisiologis untuk jantung.
Perlakuan suhu, menurut Sacher (2004) pada suhu yang tinggi akan
mempengaruhi kerja jantung yang mana akan mempercepat kerja jantung tersebut.
Hal tersebut terbukti pada percobaan dengan meneteskan larutan riger bersuhu
tinggi pada jantung sehingga frekuensi jantung meningkat yaitu 22 kali per 15
detik. Pemberian larutan riger panas bertujuan untuk membuktikan jika pada suhu
tubuh yang tinggi akan terpacu kerja jantungnya sehingga mengasilkan denyut
yang frekuensinya lebih cepat.
Perlakuan suhu dingin dengan meneteskan larutan riger dingin bersuhu 4-
100C pada jantung katak ini bertujuan untuk membuktikan jika tubuh berada
dalam suhu yang lebih rendah dari normal akan memperlambat kerja jantung itu
sendiri. Berdasar percobaan terbukti bahwa frekuensi denyut jantung katak lebih
lambat dari normal yaitu 19 kali per 15 detik. Dengan pembuktian pada perlakuan
suhu dingin dan panas dapat dinyatakan bahwa kerja jantung dipengaruhi oleh
suhu.
Percobaan selanjutnya adalah membuktikan bahwa denyut jantung
dipengaruhi oleh zat kimia. Dalam percobaan kali ini digunakan larutan
asetilkolin 1:10000. Pemberian larutan asetilkolin bertujuan untuk menurunkan
kerja dari jantung. Larutan asetilkolin berperan sebagai neurotransmitter yang
dilepaskan oleh saraf – saraf parasimpatis dan juga saraf – saraf preganglionik.
Penurunan yang terjadi karena asetilkolin meningkatkan permeabilitas membran
sel terhadap ion K sehingga menyebabkan hiperpolarisasi, yaitu meningkatnya
permeabilitas negativitas dalam sel otot jantung yang membuat jaringan kurang
peka terhadap rangsang. Di dalam AV node, hiperpolarisasi menyebabkan
penghambatan junctional yang berukuran kecil untuk merangsang AV node
sehingga terjadi perlambatan kontraksi impuls yang akhirnya menyebabkan
terjadinya penurunan kontraksi. Asetikolin berfungsi sebagai neurotransmitter.
Asetilkolin adalah satu dari berbagai neurotransmiter pada sistem saraf otomatis,
dan satu-satunya neurotransmiter pada sistem saraf sadar (Guyton 1995).
Berdasar hasil percobaan menunjukkan tidak terjadi perlambatan namun
sebaliknya terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung yaitu 23,67.
Kemungkinan hal tesebut disebebkan karena adanya pengaruh pemberian larutan
yang sebelumnya atau asetilkolin yang diteteskan tidak mengenai semua dinding
permukaan jantung. Sehingga kerja jantung tersebut tidak terpengaruh oleh
perlakuan.
Percobaan selanjutnya yaitu pengaruh adrenalin terhadap kerja jantung.
Adrenalin dalam tubuh adalah suatu hormon yang akan memacu kerja jantung
sehingga frekuensinya meningkat. Kerja dari adrenalin sendiri yaitu meningkatkan
permeabilitas membran terhadap Na dan Ca. Di dalam SA node, peningkatan
permeabilitas membran terhadap Na menyebabkan penurunan potensial membran
sampai nilai ambang. Sementara di dalam AV node peningkatan permeabilitas
membran terhadap Na akan mempermudah serabut otot jantung untuk
mengkonduksi implus serabut otot berikutnya sehingga mengurangi waktu
pengkonduksian implus dari atrium ke ventrikel. Sedangkan peningkatan
permeabilitas terhadap Ca akan meningkatkan kontraksi otot semakin cepat
(Guyton 1995). Berdasar percobaan perlakuan penetesan adrenalin 1:1000
mendapat hasil yaitu frekuensi denyut jantung meningkat hingga 23.33 kali per 15
detik. Hal tersebut sebut sesuai dengan literatur.
Jantung katak maupun mamalia mempunya centrum automasi sendiri
artinya tetap berdenyut meskipun telah diputuskan hubungannya dengan susunan
syaraf atau di keluarkan dari tubuh. Jantung katak memiliki tiga pacemaker, yaitu
ganglion remark, ganglion ludwig, dan ganglion bidder. Ganglion remark dan
ganglion bidder bersifat eksitatori, sedangkan ganglion ludwig bersifat inhibitory
(Isnaeni 2006).
Peranan automasi pada katak itu menyebabkan jantung tetap berdenyut
setelah seluruh persarafannya dipotong. Bahkan bila jantung dipotong-potong,
setiap potongan jaringan jantung masih berdenyut. Hal ini disebakan oleh adanya
jaringan khusus pemicu di jantung yang mampu mencetuskan potensial aksi
berulang-ulang. Jaringan picu jantung membentuk sistem hantaran yang dalam
keadaan normal menyebarkan impuls ke seluruh jantung (Sloane 2003).
Hasil percobaan menunjukkan denyut jantung didalam tubuh hampir
sama dengan diluar tubuh. Seharusnya, denyut jantung diluar tubuh lebih besar
karena tidak adanya pengaruh dari saraf parasimpatis yang menghambat deyut
jantung. Kesalahan terjadi akibat perhitungan denyut jantung saat didalam tubuh
yang kurang akurat. Jantung tidak terendam sempurna dalam larutan ringer, dan
larutan ringer tidak dibersihkan sempurna saat akan dilakukan berbagai perlakuan.

KESIMPULAN
Jantung katak (Bufo melanostictus) terdiri atas tiga ruang yaitu sinus
venosus, dua atrium, dan satu ventrikel. Faktor eksternal yang mempengaruhi
kerja jantung adalah suhu dan zat kimia. Suhu tinggi akan mempercepat frekuensi
jantung dan sebaliknya suhu rendah akan memperlambat frekuensi kerja jantung.
Pengaruh zat kimia yaitu asetilkolin akan memperlambat frekuensi kerja jantung
sedangkan adrenalin akan memacu kerja jantung. Jantung memiliki otomasi
sendiri kerena adanya jaringan khusus pemicu di jantung yang mampu
mencetuskan potensial aksi berulang-ulang. Tanpa adanya koordinasi syaraf
simpatis dan parasimpatis jantung tetap dapat berdetak di luar. Asal denyut
jantung dipengaruhi oleh tiga ganglion yaitu ganglion remark, ganglion ludwig,
dan ganglion bidder. Ganglion tersebut disebut sebagai pacemaker dimana
ganglion remark dan ganglion bidder bersifat eksitatori, sedangkan ganglion
ludwig bersifat inhibitory.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi
ke 5 Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Guyton, A. C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Jakarta : EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai