Oleh
PMIK 2A Kelompok 1 :
1. Nugrahaning Widi Asani (1604000007)
2. Wahyuning Heriani (1604000011)
3. Ayunda Aura Salsabil (1604000015)
4. Tita Septiane Anggarsari (1604000025)
5. Nova Kurnianingtyas P. (1604000039)
6. Hertantyo Eka Adi Saputra (1604000045)
7. Herisa Eril Hidayat (1604000055)
8. Zuhria Chofifatur Rohmah (1604000063)
9. Azazani Kris Hanawati (1604000091)
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya telah memudahkan penulis untuk
menyelesaikan Pedoman Kegiatan Assembling Rekam Medis sehingga penulis
dapat memenuhi salah satu tugas matakuliah Manajemen Mutu Informasi
Kesehatan (MMIK) II dan Manajemen Unit Kerja (MUK) II yang dibina oleh
Bapak Puguh Priyo Widodo, Amd. RMIK,S.Si,MMRS.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas bantuan dari semua pihak yang telah membantu pembuatan pedoman kegiatan
ini. Pedoman ini akan terus mengalami perbaikan kedepan seiring dengan
peningkatan pengetahuan tehadap rekam medis yang ada, sehingga kedepan masih
perlu adanya perbaikan.
Terakhir, semoga pedoman kegiatan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Pengertian ............................................................................................... 14
B. Tujuan ..................................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran, bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis yang harus
dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan. Setiap catatan
dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang
memberikan pelayanan atau tindakan. Dokumen rekam medis merupakan milik
sarana pelayanan kesehatan yang harus disimpan dan dijaga kerahasiannya oleh
dokter atau dokter gigi dan pimpinan pelayanan kesehatan.
Menurut Permenkes RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam
medis, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan yang dibuat oleh dokter atau
dokter gigi tentang segala tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka
pemberian pelayanan kesehatan. Sedangkan dokumen adalah catatan dokter, dokter
gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang,
catatn observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman, baik berupa foto
radiologi, gambar pencitraan (imaging), dan rekaman elektro diagnostik.
Kegiatan rekam medis beradsarkan SK Dirjen Yanmed No.
YM.00.03.2.2.1296 tahun 1996 meliputi kegiatan penerimaan pasien; pencatatan;
pengelolaan data medis; penyimpanan rekam medis; pengambilan kembali
(retrieval). Dari penjelasan tersebut maka kegiatan rekam medis secara garis besar
terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pencatatan, pengelolaan data, dan pengelolaan atau
pengarsipan. Pencatatan adalah kegiatan mencatat identitas pasien yang dilakukan
di tempat pendaftaran yang dikerjakan oleh petugas rekam medis dan pemeriksaan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan. Pengelolaan data
adalah kegiatan mengumpulkan, menghitung, dan menganalisa data-data dari
kegiatan maupun data-data medis dan nonmedis yang ada didalam rekam medis
sehingga menjadi informasi yang dibutuhkan oleh pihak intern maupun eksern
1
sarana pelayanan kesehatan. Kegiatan pengelolaan atau pengarsipan merupakan
upaya mengelola rekam medis agar isinya lengkap, mudah disimpan, dan mudah
diambil kembali ketika dibutuhkan melalui kegiatan penyimpanan berkas,
assembling, analisa kuantitif dan analisa kualitatif.
Sarana pelayanan kesehatan memilik peranan dalam pengelolaan rekam
medis, melalui tenaga perekam medis untuk melakukan pengelolaan tersebut. Salah
satu kegiatan dalam pengelolaan rekam medis adalah kegiatan penataan dokumen
rekam medis (assembling) yang memiliki fungsi sebagai perakitan dokumen rekam
medis dan menganalisa kelengkapan dokumen rekam medis. Setiap kegiatan yang
dilakukan di bagian assembling sudah diatur dan ditetapkan melalui kebijakan
Rumah Sakit pada unit rekam medis.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan Pedoman Assembling dikelompokkan dalam beberapa hal :
1. Terhadap DRM yang diterima
Merakit kembali formulir rekam medis sekaligus melakukan kegiatan
penelitian terhadap kelengkapan data rekam medis pada setiap lembar
formulir rekam medis
2. Menunjang tertib administrasi dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan
2
a) Assembling sebelum rekam medis dipakai/persiapan, yaitu
kegiatan merakit, menyusun formulir-formulir rekam medis
yang kosong dan menyimpannya ke sampul rekam medis,
sehingga rekam medis tersebut siap digunakan.
b) Assembling setelah rekam medis digunakan baik dari rawat
jalan, IGD, maupun rawat inap, yaitu menyusun kembali
formulir rekam medis sesuai dengan urutannya, merapihkan dan
memperbaiki cover maupun formulir yang ada didalamnya
kemudian dilakukan pemeriksaan kelengkapan pengisian rekam
medis.
2. Fungsi dan peranan assembling
Fungsi dan peranan assembling dalam pelayanan rekam medis
adalah sebagai perakit formulir rekam medis, meneliti isi data rekam medis,
pengendalian dokumen rekam medis yang tidak lengkap, pengendalian
penggunaan nomor rekam medis dan formulir rekam medis.
3. Tugas pokok assembling
a) Menerima dokumen rekam medis dn sensus harian dari unit-unit
pelayanan.
b) Meneliti kelengkapan isi dan merakit kembali urutan formulir rekam
medis.
c) Mencatat dan mengendalikan dokumen rekam medis yang isinya
belum lengkap dan secara periodik melaporkan kepada kepala unit
rekam medis mengenai ketidaklengkapan isi dokumen dan petugas
yang bertanggung jawab terhadap kelengkapan isis tersebut.
d) Mengendalikan penggunaan formulir rekam medis dan secara
periodik melaporkan kepada kepala unti rekam medis mengenai
jumlah dan jenis formulir yang telah digunakan.
e) Mengalokasikan dan mengendalikan nomor rekam medis.
f) Menyerahkan dan mengendalikan nomor rekam medis.
g) Menyerahkan sensus harian kefungsi analisis dan pelaporan.
3
4. Analisis kuantitatif dan kualitatif
Agar diperoleh kualitas rekam medis yang optimal perlu dilakukan
analisis rekam medis dengan cara meneliti rekam medis yang dihasilkan
oleh staf medis dan paramedis serta hasil-hasil pemeriksaan dari unit-unit
penunjang sehingga kebenaran penempat diagnosa dan kelengkapan rekam
medis dapat dipertanggung jawabkan. Digunakan juga untuk
menghindarkan rumah sakit serta staf medik dati tuntutan hukum.
Proses analisis rekam medis ditujukan keada 2 hal berikut:
a) Analisis kuantitaif adalah analisis yang ditujukan kepada jumlah
lembaran-lembaran rekam medis sesuai dengan lamanya
perawatan meliputi kelengkapan lembaran medis, paramedis
dan penunjang sesuai prosedur yang ditetapkan. Petugas akan
menganalisis setiap berkas yang diterima apakah lembaran
rekam medis yang seharusnya ada ada berkas seorang pasien
sudah ada atau belum. Ketidaklengkapan berkas pasien dari
lembaran tertentu agar segera menghubungi ke unit dimana
pasien dirawat.
b) Analisis kualitatif adalah analisis yang ditujukan kepada mutu
dan setiap berkas rekam medis. Petugas akan menganalisa
kualitatif rekam medis pasien sesuai dengan standar mutu yang
ditetapkan. Apabila analisa kuantitatif meliputi penelitian
terhadap pengisian lemvar rekam medis baik oleh staf medis,
paramedis, dan unti penunjang lainnya. ketidaklengkapan
pengisian rekam medis akan sangat mempengaruhi mutu rekam
medis, mutu rekam medis akan mencerminkan baik tidaknya
mutu pelayanan di suatu rumah sakit. Pembuatan resume bagi
setiap pasien yang dirawat merupakan cerminan mutu rekam
medis serta layanan yang diberikan oleh rumah sakit tertentu.
Dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang menangani
pasien wajib melengkapi rekam medis sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
4
D. Batasan Operasional
1. Kartu kendali
Fungsi kartu kendali adalah sebagai berikut:
a) Mengendalikan rekam medis yang belum lengkap, pencatatan data
rekam medis guna pengendalian rekam medis tidak lengkap dari
pengkodean penyakit, kode operasi, kode sebab kematian dan kode
dokter.
b) Mengendalikan dokumen rekam medis tidak lengkap dikembalikan
ke unit pelayanan.
c) Melacak kehilangan dokumen, misalnya adalah melacak keberadaan
dokumen rekam medis yang sedang dilengkapi.
2. Buku ekspedisi serah terima dokumen rekam medis
3. Buku catatan penggunaan formulir rekam medis
4. Lembar pemantauan kelengkapan DRM (checklist KLPCM) analisis
kuantitatif dan kualitatif.
E. Landasan Hukum
Unit rekam medis merupakan bagian yang harus diselenggarakan sesuai
dengan:
1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang No. 29 tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis
5. Standar Manajemen Rumah Sakit, Bab 6 Manajemen Informasi dan
Rekam Medis (MIRM)
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
6
medis harus memiliki sertifikat pelatihan Rekam Medis.
3. Berdasarkan penghitungan beban kerja menurut WISN :
a) Diketahui :
1) Jumlah pasien 1000 pasien/ hari
2) Waktu Kerja Tersedia/ tahun
- Hari kerja (A) 317 hari
- Cuti tahunan (B) 6 hari
- Hari libur nasional (C) 15 hari
- Pendidikan dan pelatihan (D) 6 hari
- Ketidakhadiran kerja (E) 12 hari
- Waktu kerja (F) 420 menit
3) Rata-rata waktu kegiatan
- Analisis kuantitatif dan kualitatif DRM 7 menit
- Perakitan DRM baru 3 menit
- Merapikan DRM setelah dari poliklinik 2 menit
4) Faktor kelonggaran/ tahun
- Pendidikan dan pelatihan 8 kali/ tahun @ 5 jam
- Seminar 3 kali/ tahun @ 1 jam
- Pembinaan mahasiswa PKL 2 kali/tahun @ 30 menit
b) Penghitungan
1) Waktu Kerja Tersedia (WKT)
WKT = {A-(B+C+D+E)} x F
= {317-(6+15+6+12)} x 420
= 278 x 420
WKT = 116.760 menit/ tahun
2) Kuantitas Kegiatan Pokok (KKP)
KKP = 100 DRM x 278 hari
KKP = 27.800 DRM/ tahun
3) Standar Beban Kerja (SBK)
WKT
SBK =
Rata−rata waktu per kegiatan pokok
116.760
- SBK kegiatan analisis DRM =
7
7
SBK kegiatan analisis DRM = 16.680 menit
116.760
- SBK kegiatan perakitan DRM =
3
SBK kegiatan perakitan DRM = 38.920 menit
116.760
- SBK kegiatan perapian DRM =
2
SBK kegiatan perapian DRM = 58.380 menit
4) Standar Kelonggaran (SK)
∑ rata−rata waktu per faktor kelonggaran
SK =
WKT
{(5x60x8)+(1x60x3)+(30x2)}
=
116.760
2640
=
116.760
SK = 0,02
5) Kebutuhan tenaga assembling
KKP
Kebutuhan tenaga = + 𝑆𝐾
WKT
27.800
- Kebutuhan tenaga analisis DRM + 0,02=
16.680
Kebutuhan tenaga analisis DRM = 1,68 (2 orang)
27.800
- Kebutuhan tenaga perakitan DRM + 0,02=
38.920
Kebutuhan tenaga perakitan DRM = 0,73 (1 orang)
27.800
- Kebutuhan tenaga perapian DRM = + 0,02
58.380
Kebutuhan tenaga perapian DRM = 0,496 (1 orang)
8
DRM, perakitan DRM, perapian DRM. Inilah distribusi rekam medis
khususnya assembling di RS Y:
Tabel Distribusi Rekam Medis Assembling RS Y
No Pendidikan Jabatan Jumlah
1 D3 rekam medis Tenaga analisis DRM 2 orang
2 SLTA/D3 rekam medis Tenaga perakitan DRM 1 orang
3 SLTA/D3 rekam medis Tenaga perapian DRM 1 orang
C. Pengaturan Jaga
Rekam medis Rumah Sakit Y dibagi menjadi dua bagian yang
pertama adalah bagian pelaporan dan yang kedua adlah bagian pengolahan
data dan di pedoman ini rekam medis yang ditujukan ke bagian assembling
yang ada di pengolahan data. Adapun pengaturan shift dan penempatan staf
pada bagian rekam medis assembling Rumah Sakit Y yang dijabarkan di
tabel berikut ini:
Tabel Pengaturan Shift Rekam Medis Assembling RS Y
Nama Jabatan Kualifikasi Formal dan Waktu Kerja Jumlah
Informal
Tenaga analisis DRM D3 rekam medis 2 shift 2 orang
Tenaga Perakitan DRM SLTA/D3 rekam medis 2 shift 1 orang
Tenaga perapian DRM SLTA/D3 rekam medis 2 shift 1 orang
9
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN
Assembling atau perakitan adalah kegiatan yang harus ada di dalam system
penyelenggaraan rekam medis. Kegiatan Assembling dapat dikategorikan sebagai
kegiatan dalam proses penyelenggaraan rekam medis dan dapat juga dikategorikan
sebagai kegiatan dalam proses pengolahan rekam medis. Kegiatan yang termasuk
dalam proses penyelenggaraan rekam medis adalah kegiatan perakitan berkas
rekam medis yaitu menyiapkan berkas rawat jalan dan menyiapkan berkas rawat
inap.l
Penyusunan berkas rekam medis kemudian mengevaluasi kelengkapan
berkas rekam medis adalah kegiatan Assembling yang terkait dengan proses
pengolahan rekam medis. Penyusunan berkas rekam medis dilakukan setelah
berkas kembali dari Ruang Perawatan. Berkas rekam medis disusun berdasarkan
ketentuan mengenai urutan berkas tersebut. Urutan berkas tersebut adalah ;
1. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Jalan (umum)
a) Identitas Penderita Rawat Jalan (mencakup assesmen medis rawat
jalan)
b) Assesmen Keperawatan Rawat Jalan
c) Resume Poliklinik (Summary List)
d) Hasil Pemeriksaan Penunjang
2. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk kasus kebidanan
a) Identitas Pasien
b) Surat Dokumen Pengantar
c) Penapisan Ibu Bersalin
d) Partograf
e) Laporan Persalinan
f) Catatan perkembangan Pasien Terintegrasi
g) Catatan Observasi
h) Hasil Pemeriksaan Laboratorium
i) Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
j) Salinan Resep
10
k) Resume/Laporan kematian
3. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk kasus medical bedah
a) Identitas Pasien
b) Pembatas Masuk
c) Surat Dokumen Pengantar
d) Assesmen Awal Rawat Inap Medis Bedah (Trauma dan Non
Trauma)
e) Catatan Pre Operasi
f) Laporan Anestesi
g) Lembar Infoormasi Pasca Operasi
h) Laporan Pembedahan
i) Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
j) Catatan Observasi
k) Hasil Pemeriksaan Laboratorium
l) Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
m) Salinan Resep
n) Resume/Laporan kematian
4. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk kasus neonatus.
a) Identitas Pasien
b) Riwayat Kelahiran
c) Identifikasi Bayi
d) Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
e) Grafik Bayi
f) Hasil Pemeriksaan Laboratorium
g) Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
h) Salinan Resep
i) Resume/Laporan kematian
5. Perakitan rekam medis pasien rawat inap untuk kasus anak meliputi:
a) Identitas Pasien Anak
b) Pembatas Masuk
c) Surat Dokumen Pengantar
d) Pengkajian Khusus Paediatric
11
e) Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
f) Catatan Observasi
g) Hasil Pemeriksaan Laboratorium
h) Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
i) Salinan Resep
j) Resume/Laporan Kematian
Tujuan penyusunan berkas rekam medis adalah agar rekam medis tertata
dengan rapi sehingga diharapkan fungsi dan kegunaan rekam medis dapat berguna
lebih optimal.
Selain penyusunan berkas rekam medis juga dilakukan evaluasi mengenai
kelengkapan berkas rekam medis, evaluasi tersebut antara lain ;
1. Evaluasi ketepatan penyerahan berkas rekam medis
2. Evaluasi Kelengkapan Berkas Rekam Medis tentang ;
a) Indentitas pasien
b) Keterisian setiap lembaran rekam medis
c) Autentikasi setiap lembaran rekam medis (Nama terang dan tanda
tangan)
Evaluasi yang dilakukan hanya sebatas kuantitatif artinya hanya melihat
terisi atau tidak tanpa memperhatikan kebenaran isian tersebut. Evaluasi sampai
dengan kebenaran isian rekam medis adalah kewenangan Panitia Rekam Medis,
evaluasi tersebut bersifat kualitatif yang memuat kriteria 4 C yaitu ;
1. Clear / Jelas artinya pengisian setiap lembaran rekam medis adalah jelas
dan mudah dibaca
2. Clean / Bersih artinya setiap lembaran tidak ada coretan yang tidak pada
tempatnya
3. Complete / Lengkap artinya berkas rekam medis terisi dengan lengkap
4. Correct / Benar artinya isian di dalam berkas rekam medis adalah benar
dan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku (Juknis dan SOP)
Petunjuk teknis tentang proses evaluasi diatas sesuai dengan pembahasan
serta petunjuk teknis dalam proses penyelenggaraan pengembalian berkas rekam
medis.
12
BAB IV
LOGISTIK
13
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit, termasuk assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan
agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian
tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien
Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
2. Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
3. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan
fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
4. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan
sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan
asesmen hal potensial bermasalah.
14
5. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden.
6. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-
cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
7. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Mendorong karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
8. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus
diterapkan. Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2
tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit
seperti tersebut di atas
15
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut
di atas) dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan
D. Keselamatan Sasaran Pasien di Poli Umum UPT Rumah Sakit Y
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas
pasien sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap
semua pelayanan yang diterima oleh pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan
prosedur: Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm).
3. Minimalisir kartu rekam medis terselip, minimalisasi kartu rekam
medis pasien berobat terselip lima pasien perbulan.
Dalam setiap kegiatan pelayanan poli umum perlu diperhatikan keselamatan
sasaran, yakni pasien dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan.
16
BAB VI
KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA, DAN LINDUNGAN
LINGKUNGAN
17
Pemerintah berkepentingan atas keberhasilan dan kelangsungan semua
usaha-usaha masyarakat. Pemerintah berkepentingan melindungi masyaraktnya
termasuk para pegawai dan bahaya kerja. Oleh Sebab itu Pemerintah mengatur dan
mengawasi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Undang-Undang No.1
tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
berada dalam keadaan sehat dan selamat.
2. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
18
3. Lampu penerangan yang baik, menghindarkan kelelahan penglihatan
petugas.
4. Perlu diperhatikan pengaturan suhu ruangan, kelembaban, pencegahan
debu, dan pencegahan bahaya kebakaran
19
4. Sirkulasi udara terpenuhi dengan baik dan penerangan pencahayaan
yang baik
5. Volume ruangan terhadap jumlah perabot barang tidak melebihi batas
ruang gerak pegawai
6. Dilengkapi keamanan hak akses ruangan unit
7. Terdapat ruangan sarana dan prasarana penunjang kesejahteraan untuk
pegawai dan digunakan dengan bijak (Kulkas, TV, Radio, Dispenser,
Microwave) di tiap-tiap stage gedung
8. Toilet dengan kebersihan terjamin
9. Terdapat tempat ibadah
20
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
21
BAB VIII
PENUTUP
22