Disusun Oleh :
Dengan ucapan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Laporan Praktek Klinik II ini dapat diselesaikan. Laporan
ini disusun sebagai bagian dari pencapaian kompetensi yang berfokus pada
pelayanan di Puskesmas, meliputi Desain Formulir, Statistik Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, KKPMT III A dan B, dan Praktek Kodefikasi.
Dalam penyusunan laporan ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Hj. Betty Suprapti, S.Kp., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Tasikmalaya.
2. Kepala Puskesmas H. Ajang Karyawan, SKM, M.Si
3. Imas Masturoh, SKM, M.Kes (Epid) selaku Ketua Jurusan Perekam dan
Informasi Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya.
4. Pembimbing Klinik Lapangan yaitu Gian Sugianto, S.Kep, M.Epid
5. Pembimbing Klinik Akademik yaitu Imas Masturoh, SKM, M.kes (Epid)
6. Dosen Jurusan Perekam dan Informasi Kesehatan, Politeknik Kesehatan
Kemenkes Tasikmalaya.
7. Seluruh Karyawan dan Karyawati di Puskesmas Cigeureung.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam terselesainya penyusunan laporan
praktek klinik II yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari dalam penyusunan Laporan Praktek Klinik II ini jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun guna perbaikan penulisan untuk laporan selanjutnya. Penyusun
berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
A. Desain Formulir............................................................................................5
B. Statistik Fasilitas Pelayanan Kesehatan .....................................................14
C. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit dan Masalah-masalah yang berkaitan
dengan Kesehatan dan Tindakan Medis (KKPMT) ...................................... 25
BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ......................................58
A. Hasil Kegiatan ............................................................................................58
1. Gambaran Umum Puskesmas ...............................................................58
B. Pembahasan ................................................................................................85
1. Desain Formulir .....................................................................................85
iv
2. Statistik Fasilitas Pelayanan Kesehatan .................................................91
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Tujuan Pelaporan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan untuk mengetahui dan mampu melaksanakan
langsung penyelenggaraan prosedur pelayanan rekam medis secara elektronik
maupun manual, serta statistik dan kasus-kasus penyakit yang ada di
Puskesmas Cigeureung berdasarkan sistem pancaindera, sistem saraf dan
gangguan mental.
2. Tujuan Khusus
Mampu mengetahui, memahami, dan melaksanakan :
a. Desain Formulir, meliputi :
1) Media dokumen Rekam medis (manual, komputer, Web-site)
2) Isi dan struktur Rekam Medis
3) Prinsip Desain Formulir
b. Statistik Fasilitas Pelayanan Kesehatan, meliputi :
1) Konsep dasar Biostatistik
2) Statistik dan Administrasi
3) Statistik data klinis dan Case mix
4) Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
3
C. Manfaaat Pelaporan
Dengan disusunnya laporan ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan
baik secara teori maupun secara praktek bagi :
1. Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya mengenai bidang
Desain Formulir, Statistik Fasilitas Pelayanan Kesehatan, KKPMT III A dan
B, dan Praktek Kodefikasi.
2. Akademik Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
Sebagai referensi dalam membandingkan teori yang telah diberikan dengan
praktek lapangan.
3. Institusi Puskesmas Cigeureung
Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit terutama bagi unit rekam medis.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan praktek klinik II di Puskesmas Cigeureung meliputi :
1. Ruang Lingkup Waktu
Praktek klinik 1 di Puskesmas Cigeureung dilaksanakan pada tanggal 16
Oktober 2018 sampai 5 November 2018.
2. Ruang Lingkup Tempat
Pusat Kesehatan Masyarakat Cigeureung khususnya di bagian Pendaftaran
dan Sistem Pelaporan Puskesmas Cigeureung Tasikmalaya.
3. Ruang Lingkup Materi
Praktek klinik II diperuntukan untuk memperdalam materi mata kuliah:
a. Desain Formulir
b. Statistik Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4
A. Desain Formulir
1. Media Dokumen Rekam Medis
Media Dokumen Rekam Medis baik berupa format kertas maupun
elektronik merupakan sarana pendokumentasian data atau informasi utama
di sarana pelayanan kesehatan. Kedua format tersebut merupakan alat
komunikasi dan penyimpan informasi kesehatan (Hatta , 2013).
Media Dokumen Rekam Medis yang saat ini ada di sarana pelayanan
kesehatan dikenal dengan istilah formulir, baik berupa kertas maupun
elektronik.
a) Formulir rekam medis manual
Formulir rekam medis manual adalah rekam medis yang
berbentuk lembaran – lembaran kertas yang diiisi dengan tulisan tangan
atau ketikan komputer yang telah dicetak. Macam-macam formulir
manual yang digunakan dalam pelayanan di puskesmas, diantaranya :
1) Kartu Identitas Berobat (KIB)
Kartu Identitas Berobat yang digunakan di puskesmas
memiliki bentuk yang hampir sama dengan KIB pada fasilitas
pelayanan kesehatan lain seperti rumah sakit ataupun klinik
pengobatan. Item yang terdapat pada isi KIB antara lain identitas
pasien dan nomor rekam medis.
2) Dokumen rekam medis. Dokumen rekam medis untuk mengisi
identitas, diagnosa pasien serta terapi yang diberikan
3) Lembar pemeriksaan penunjang, terdiri dari Pemeriksaan
laboratorium
4) Lembar rujukan
5) Formulir resep, untuk menuliskan resep obat
6) Surat keterangan sakit maupun sehat
5
6
7) Informed concent
b) Formulir Rekam Medis Elektronik
Formulir rekam medis yang dibuat dalam bentuk elektronik
berupa data – data di komputer yang diisi dengan hanya mengetik di
komputer. Rekam Medis dalam bentuk ini memiliki beberapa
keuntungan yaitu bisa menampung dalam jumlah yang sangat banyak,
ringkas, tidak memakan banyak tempat dalam hal penyimpanan karena
disimpan dalam bentuk data komputer, bisa disimpan lama. Namun
memiliki kerugian yaitu mudah terserang virus yang merusak data, tidak
semua orang bisa mengoperasikannya, hanya terjangkau oleh kalangan
tertentu, dan tidak dapat dioperasikan apabila tidak ada sumber listrik.
2. Isi dan Struktur Rekam Medis
a. Data Administratif
Data administratif mencakup data demografi, keuangan ( financial)
disamping tentang informasi lain yang berhubungan dengan pasien,
seperti data yang terdapat pada beragam izin (consent), pada lembaran
hak kuasa (otorisasi) untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan dalam
penanganan informasi konfidensial pasien.
1) Data Demografi
Dalam pelayanan kesehatan, informasi demografi diperlukan
dalam mengisi informasi dasar identitas diri pasien. Isi data
demografi bersifat permanen (kekal) dan setidaknya mencakup
informasi tentang :
a) Nama lengkap (nama sendiri dan nama keluarga yaitu nama
ayah/suami/marga/she).
b) Nomor rekam medis pasien dan nomor identitas lain (asuransi)
c) Alamat lengkap pasien
d) Tempat dan Tanggal lahir pasien
e) Jenis kelamin
f) Status pernikahan
7
2) Fisiologi
Mata bekerja saat melihat objek dengan bantuan cahaya yang
masuk melalui pupil. Selanjutnya cahaya diarahkan oleh lensa mata
sehingga benda jatuh tepat pada retina, kemudian ujung-ujung saraf
penerima yang ada di retina menyampaikan bayangan ke otak. Setelah
otak dapat memproses, maka kita dapat melihat suatu benda/objek
(Pearce, 2013).
3) Patofisiologi
Patofisiologi dari indra penglihatan adalah konjungtivitis,
katarak, blepharitis, ulkus kornea, glukoma, ablasi retina, strabismus,
presbyopia, buta warna, keratitis. Salah satunya konjungtivitis,
konjungtivitis atau mata merah adalah peradangan yang terjadi pada
konjungtiva atau selaput bening yang melapisi bagian depan mata.
Pada saat terjadi peradangan pada pembuluh darah kecil di
konjungtiva, bagian mata yang seharusnya berwarna putih akan
terlihat merah atau merah muda. Penyebab konjungtivitis adalah
virus, bakteri, alergi, zat kimia, benda asing, saluran air mata yang
tersumbat (pada bayi baru lahir).
Gejala yang timbul akibat konjungtivitis yaitu kemerahan pada
satu mata atau kedua mata, rasa gatal pada satu mata atau kedua mata,
rasa mengganjal pada satu mata atau kedua mata. Pemeriksaan
penunjang konjungtivitis dilakukan pemeriksaan sediaan langsung
dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman
penyebab dan uji sensitivitas dan penatalaksanaan konjungtivitis yaitu
sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan
27
5) Kodefikasi
Kodefikasi sistem penglihatan terdapat pada bab VII ICD 10
Edisi 5 tahun 2010 yaitu kode H00-H99, dan ICPC-2R terletak pada
kode F.
a) Bab sistem penglihatan, terdapat pada bab VII
Chapter VII : Diseases of the eye and adnexa (H00–H59)
(Penyakit pada mata dan adnexa (H00-H59))
b) Blok yang terdapat pada bab VII adalah
This chapter contains the following blocks:
28
c) Kode ICPC-2R
Tabel 2.2
Kode penglihatan pada ICPC-2R
F Eye (Mata)
Kode Definisi
29
5) Kodefikasi
Kodefikasi sistem pendengaran terdapat pada bab VIII ICD 10
Edisi 5 tahun 2010 pada kode H60-H95 dan ICPC-2R pada kode H.
a) Bab sistem pendengaran, terdapat pada bab VIII
Chapter VIII : Diseases of the ear and mastoid process (H60-H95)
(Penyakit pada telinga dan proses mastoid (H60-H95))
b) Blok yang terdapat pada bab VIII
H60–H62 Diseases of external ear
(Penyakit telinga luar)
H65–H75 Diseases of middle ear and mastoid
(Penyakit telinga tengah dan mastoid)
H80–H83 Diseases of inner ear
(Penyakit telinga bagan dalam)
H90–H95 Other disorders of ear
(Gangguan lain pada telinga)
Sumber: ICD 10 Edisi 5 (2010)
33
c) Kode ICPC-2R
Tabel 2.4
Kode Pendengaran pada ICPC-2R
H Ear/telinga
Kode Definisi
H01 Ear pain/earache (Nyeri Telinga)
H02 Haring complaint(Keluhan Pendengaran)
H03 Tinnitus,Printing/buzzing(Telinga Berdengung)
H04 Ear discharge (Telinga Bernanah)
H05 Bleeding ear (Perdarahan Telinga)
H13 Plugged feeling ear (Telinga Rasa Tersumbat)
H15 Concern Alt appearance of Sears (Khawatir Dengan
Tampilan Telinga)
H27 Lear of ear disease (Takut Akan Penyakit Telinga)
H28 Limited function/disability (Fungsi Terbatas/Cacat)
H29 Ear symptom/complaint,other (Keluhan Telinga
Lainnya
H70 Otitis Externa(Otitis Eksterna)
H71 Acute otitis media/myringitis (Otitis Media Akut)
H72 Serous otitis media (Otitis Media Serosa)
H73 Eustachian salpingitis (Radang Saluran Eustakius)
H74 Chronic otitis media (Otitis Media Kronis)
H75 Neoplasma of ear (Tumor Telinga)
H76 Foreign Brody in ear (Benda Asing Di Telinga)
H77 Perforation, ear drum (Perforasi Membran Timpani)
H78 Superfisial injury of ear (Cedera Telinga Luar)
H79 Ear injury, other (Cedera Telinga Lainnya)
H80 Congenital anomaly of ear (Cacat Bawaan Telinga)
H81 Excessive ear wax (Kotoran Telinga Berlebihan)
34
2) Fisiologi
Pada saat kita bernapas, sumber bau yang berasal dari macam-
macam sumber bau-bauan akan masuk ke dalam hidung melalui
lubang hidung. Lalu, bau tersebut akan dilarutkan di selaput lender
dan kemudian akan merangsang sel-sel pembau untuk dirubah
menjadi impuls yang kemudian akan disalurkan ke otak melalui
serabut saraf hidung. Informasi yang telah diolah di otak akan
dikembalikan ke hidung dan kita akan mengatahui jenis bau tersebut.
Fungsi hidung yaitu sebagai penyaring dan pelindung, indra
penciuman, sebagai jalan nafas, mengatur kelembaban udara,
pengatur kondisi udara, mengatur suhu dan resonansi suara.
3) Patofisiologi
Patofisiologi dari indra penghidu diantaranya Cold dan Flu,
Rhinitis Allergica, Penyakit Sinusitis dan Nasopharyngitis. Penyakit
indra penghidu yang sering terjadi adalah nasopharyngitis.
Nasofaringitis umumnya dikenal sebagai pilek. Nasopharyngitis
merupakan peradangan pada rongga hidung bagian atas dan terpendek
dari faring, yang memastikan perjalanan udara terhirup.
Nasopharyngitis adalah inflamasi atau peradangan pada faring, yakni
salah satu organ di dalam tenggorokan yang menghubungkan rongga
belakang hidung dengan bagian belakang mulut.
Nasopharyngitis atau radang tenggorokan dapat disebabkan
oleh beberapa hal, Dua di antaranya adalah virus dan bakteri.
Beberapa jenis virus yang memicu faringtis adalah virus gondongan
(mumps), virus Epstein-Barr (monocleosis), virus parainfluenza,
serta virus herpangina. Jenis bakteri yang dapat menyebabkan
faringitis adalah bakteri grup A beta-hemolytic streptococcus. Bakteri
ini biasanya memicu sakit tenggorokan (strep throat). Bakteri lainnya
adalah bakteri penyebab infeksi menular seksual, seperti gonore dan
klamidia. Selain itu, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan
risiko seseorang untuk menderita faringitis, di antaranya adalah sering
36
5) Kodefikasi
Kodefikasi sistem penghidu terdapat pada bab X pada ICD 10
Edisi 5 tahun 2010 yang termasuk pada bagian sistem pernapasan.
ICPC-2R terletak pada kode R.
a) Bab sistem pernafasan, terdapat pada bab X
Chapter X : Diseases of The Respiratory System (J00–J99)
(Penyakit pada sistem pernafasan)
37
b) Blok yang terdapat pada bab X berisi beberapa blok, namun pada
penciuman terdapat pada:
J00–J06 Acute upper respiratory infections
(Infeksi saluran pernapasan atas akut)
J10–J18 Influenza and pneumonia
(Influenza dan pneumonia)
Sumber: ICD 10 Edisi 5 (2010)
c) Kode ICPC-2R
Tabel 2.6
Kode Respirasi pada ICPC-2R
R Respiratory (Respirasi/pernafasan)
Kode Definisi
R06 Nose bleed/epistaksis (Berdarah dari
hidung/epistaksis)
R07 Snezzing/nasal congestion (Bersin/hidung tumpat)
R08 Nose symptom/complaint,other (Keluhan/gejala
hidung lainnya)
R09 Sinus symptom/complaint (Keluhan/gejala sinus)
R73 Boil/abscess once (Bisul hidung)
R74 Upper respirator Insfection (Infeksi saluran napas
atas akut)
R75 Sinusitis acute/chronic (Sinusitis akut/kronis)
R80 Influenza (Influenza)
R87 Foreign Brody once/larynx/bronchus (Benda asing
di hidung/laring/bronkus)
R97 Allergic rinitis (Rinitis alergika)
Sumber: Pedoman ICPC-2R (2005)
5) Kodefikasi
Kodefikasi sistem pengecapan terdapat pada bab XI pada ICD
10 Edisi 5 tahun 2010 termasuk pada sistem pencernaan. Pada ICPC-
2R termasuk kode D.
a) Bab pada sistem pengecapan, terdapat pada bab XI
Chapter XI : Diseases of the digestive system (K00–K93)
(Penyakit pada system digestif (K00-K93))
b) Blok yang terdapat pada bab XI
Bab ini berisi beberapa blok, namun pada pengecap terdapat pada:
K00-K14 Diseases of oral cavity, salivary glands and jaws
40
c) Kode ICPC-2R
Terdapat beberapa Chapter, namun pada indra pengecap terdapat
pada:
Tabel 2.8
Kode pencernaan pada ICPC-2R
D Digestive/Pencernaan
Kode Definisi
D20 Mouth/tongue/Lip symptom/complaint
(Gejala/keluhan mulut/bibir/lidah)
D83 Mouth/tongue/Lip disease
(Penyakit mulut/lidah/bibir)
Sumber : Pedoman ICPC-2R (2005)
e. Indra Integumentum
1) Anatomi
a) Epidermis (Lapisan kulit pertama dan yang terluar). Epidermis
dibagi lagi menjadi 5 lapisan, yaitu:
(1) Stratum basal: tempat produksi keratinosit yang utama
(2) Stratum spinosum: keratinosit yang terbentuk kemudian
berikatan dengan sambungan interseluler yang disebut
desmosom
(3) Stratum granulosum: tempat sel-sel kulit menghasilkan lemak
dan molekul lainnya
(4) Stratum lucidum: berfungsi untuk memproduksi keratin yang
lebih banyak
(5) Stratum korneum: lapisan epidermis teratas, yang tetap
memproduksi keratin
41
3) Patofisiologi
Patofisiologis dari indra peraba (Kulit) adalah Furunkel,
Scabies, Melanoma, Herpes dan Dermatitis. Penyakit yang sering
terjadi salah satunya adalah Dermatitis. Dermatitis adalah peradangan
kulit, biasanya ditandai dengan ruam bengkak kemerahan pada kulit
yang terasa gatal. Dermatitis adalah penyakit peradangan kulit umum
kronis atau kambuh dan menyerang 15-20% anak-anak dan 1-3% dari
orang dewasa di seluruh dunia. Dermatitis terbagi menjadi 3 yaitu
dermatitis atopik (eksim), dermatitis kontak, dan dermatitis seboroik.
Penyebab timbulnya penyakit dermatitis :
(a) Dermatitis atopik (eksim)
Jenis dermatitis ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai
faktor, termasuk kulit kering, variasi gen, disfungsi sistem imun,
bakteri pada kulit dan faktor lingkungan.
(b) Dermatitis kontak
Kondisi ini berasal dari kontak langsung terhadap salah satu
iritan atau alergen, seperti posion ivy, perhiasan dengan nikel,
produk pembersih, parfum, kosmetik dan bahkan pengawet pada
banyak krim dan losion.
(c) Dermatitis seboroik
Kondisi ini dapat disebabkan oleh jamur (fungus) yang
berada pada sekresi minyak pada kulit. Orang dengan dermatitis
seboroik dapat menyadari kondisi cenderung datang dan pergi
tergantung pada musim.
Penyakit dermatitis dapat dilihat dari tanda-tanda dan gejala dari
dermatitis, namun tergantung pada jenis penyakit kulit seperti sebagai
berikut:
(a) Dermatitis atopik (eksim)
Biasanya muncul pada saat bayi, ruam yang merah dan gatal
ini terjadi pada kulit bagian di dalam siku, di belakang lutut dan
di depan leher. Apabila tergores, ruam dapat mengeluarkan cairan
43
4) Terminologi Medis
Tabel 2.9
Istilah medis Indra Integumen (Kulit)
44
5) Kodefikasi
Kodefikasi sistem integumen terdapat pada bab XII pada ICD
10 Edisi 5 tahun 2010 yakni kode L00-L99. Dan pada ICPC-2R
terdapat pada kode S.
c) Kode ICPC-2R
Tabel 2.10
Kode integumen pada ICPC-2R
S Skin/Kulit
Kode Definisi
S01 Pain/tenderness of skin (Nyeri Pada Kulit)
S02 Pruritus (Pruritus)
S03 Warts (Kutil)
S04 Lup/swelling,localized(Pembengkakan Setempat)
S05 Lumps/swellings,generalized(Pembengkakan
Menyeluruh)
S06 Rash localized (Ruam Setempat)
S07 Rash generalized (Ruam Menyeluruh)
S08 Skin colour change(Perubahan Warna Kulit)
S09 Infected finger/Toe (Infeksi Jari Tangan/Kaki)
S10 Boil/carbuncle (Bisul)
S11 Skin Inspection, Post-traumatic (Infeksi Kulit Pasca
Trauma)
S12 Insect bit/sting (Gigitan Serangga)
46
2. Sistem saraf
Sistem saraf adalah suatu struktur yang terdiri dari komponen-komponen
sel saraf (neuron). Fungsi sistem saraf adalah mengkordinasi seluruh kegiatan
48
3) Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang banyak terdapat di dalam otak
dan sumsum tulang belakang. Neuron (sel saraf) tersebut berfungsi untuk
menghubungkan atau meneruskan impuls (rangsangan) dari sel saraf
sensorik ke sel saraf motorik.
c. Patofisiologi
Patofisiologi dari sistem saraf adalah amnesia, stroke, epilepsi,
parkinson, neuritis, meningitis, migrain, alzheimer. Diantaranya yaitu
migrain, migrain adalah nyeri kepala sedang hingga parah yang terasa
berdenyut yang umumnya hanya mengenai sebelah sisi kepala saja.
Penyebab migrain yaitu hiperaktiftas impuls listrik otak meningkatkan
aliran darah di otak, akibatnya terjadi pelebaran pembuluh darah otak serta
proses inflamasi. Faktor genetik juga berperan terhadap timbulnya migrain,
selain itu bisa dari makanan, stres, dan perubahan aktivitas rutin.
Gejala yang timbul akibat migrain yaitu sakit kepala sangat parah
yang terjadi secara tiba-tiba dan belum pernah dirasakan sebelumnya,
lengan dan/atau satu sisi wajah atau seluruh wajah, terasa lemas atau
lumpuh, demam, leher kaku, kebingungan, kejang, penglihatan ganda,
dan ruam kulit. Pengobatan migrain pada tahap awal, dapat menggunakan
antinyeri yang dapat dibeli bebas tanpa resep, seperti parasetamol, atau obat
anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) seperti aspirin, ibuprofen, atau natrium
naproxen, untuk mengurangi gejala migrain.
d. Terminologi
Tabel 2.11
Istilah Medis Sistem Saraf
Elemen Arti Combining Form
Chepal/o Kepala ceph/algia : sakit kepala /nyeri
otak kecil kepala.
e. Kodefikasi
Kodefikasi sistem saraf terdapat pada bab VI pada ICD 10 Edisi 5
tahun 2010 yakni kode G00-G99. Pada ICPC-2R dengan kode N.
1) Bab pada sistem saraf, terdapat pada bab VI
Chapter VI : Diseases of the nervous system (G00–G99)
(Penyakit pada sistem saraf(G00-G99))
2) Blok yang terdapat pada bab VI adalah
G00–G09 Inflammatory diseases of the central nervous system
(Penyakit inflamasi pada sistem saraf pusat)
G10–G13 Systemic atrophies primarily affecting the central nervous
system
(Atrofi sistemik terutama mempengaruhi sistem saraf pusat)
G20–G26 Extrapyramidal and movement disorders
(Gangguan ekstra piramidal dan gerakan)
G30–G32 Other degenerative diseases of the nervous system
(Penyakit regeneratif lainnya pada sistem saraf)
G35–G37 Demyelinating diseases of the central nervous system
(Penyakit pereda hama dari sistem saraf pusat)
G40–G47 Episodic and paroxysmal disorders
(Episodik dan gangguan paroksismal)
G50–G59 Nerve, nerve root and plexus disorders
(Kelainan saraf, saraf akar dan pleksus)
G60–G64 Polyneuropathies and other disorders of the peripheral
nervous system
(Polineuropati dan gangguan lainnya pada sistem saraf
perifer)
51
yang menyebabkan kehilangan daya tahan jiwa, pada akhirnya jiwa menjadi
labil dan cenderung mudah terpengaruh pada hal-hal yang negatif, serta
dirinya tidak mampu merasakan kebahagiaan serta tidak mampu
mengaktualisasikan potensi-potensi (kemampuan) yang ada dalam dirinya
secara wajar.
b. Etiologi
1) Faktor–faktor somatik (somatogenik)
a) Neroanatomi
b) Nerofisiologi
c) Nerokimia
d) Tingkat kematangan dan perkembangan organik
e) Faktor-faktor pre dan peri – natal
2) Faktor–faktor psikologik (psikogenik)
a) Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau
abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang
terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan), peranan ayah,
persaingan antara saudara kandung
b) Inteligensi
c) Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu
atau rasa salah
d) Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang
tidak menentu
e) Tingkat perkembangan emosi
3) Faktor-faktor sosial, meliputi:
a) Kestabilan keluarga (pola mengasuh anak)
b) Tingkat ekonomi
c) Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
d) Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
e) Nilai-nilai
c. Patofisiologi
54
Elemen Arti
Anxi/o Cemas
Ment/o Pikiran
Schiz/o Terbagi
Somat/o Tubuh
Somn/o Tidur
e. Kodefikasi
Kodefikasi sistem mental terdapat pada bab V pada ICD 10 Edisi 5
tahun 2010 yakni kode F00-F99.
1) Chapter V: Mental and behavioural disorders (F00–F99)
55
4) Kode ICPC-2R
Tabel 2.14
Kode mental pada ICPC-2R
Psychological/ mental
Kode Definisi
P01 Feeling anxious/nervous/tense (Merasa
Cemas/Gelisah/Tegang)
P02 Acute stres reaction (Reaksi Stres Akut)
P03 Feeling depressed (Merasa Tertekan)
P04 Feeling/behaving irritable/angry (Merasa/Bersikap Mudah
Tersinggung/Marah)
P05 Senility, feeling/behaving lob (Merasa/Berperilaku Tua)
P06 Sleep disturbance (Gangguan Tidur)
P07 Sexsual desir reduced (Gairah Seksual Berkurang)
P08 Sexsual fulfilment reduced (Kepuasan Seksual Berkurang)
P09 Sexsual preference concern (Masalah Pilihan Seksual)
P10 Stammering/stuttering/tic (Gagap)
P11 Eating problem in Child (Masalah Makan Pada Anak)
P12 Bedwetting/enuresis (Ngompol)
P13 Encopresis /bowel Training problem (Enkopresis)
P15 Chronic Alcohol abuse (Penyalahgunaan Alkohol Kronis)
P16 Acute Alcohol abuse (penyalahgunaan alkohol akut)
P17 Tobacco abuse (Penyalahgunaan Tembakau)
P18 Medication abuse(Penggunaan Obat Yang Salah)
P19 Drug abuse (Penyalahgunaan Obat)
P20 Memory disturbance (Gangguan Mengingat)
P22 Child behaviour symptom/complaint(Keluhan/Gejala
Perilaku Pada Anak)
57
A. Hasil Kegiatan
1. Gambaran Umum Puskesmas Cigeureung
Gambar 3.1
Puskesmas Cigeureung
a. Wilayah Kerja
Kondisi geografis kecamatan cipedes terdiri dari wilayah dataran
dan persawahan. Letak wilayah kerja Puskesmas Cigeureung
merupakan satu dari tiga Puskesmas yang berada di wilayah kerja
Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya berada di sebelah utara dengan
jarak 5 km dari ibu kota Tasikmalaya yang dihubungkan dengan jalan
raya beraspal dengan batas batas wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah utara : Wilayah kerja UPTD Puskesmas Parakanyasag dan
Kabupaten Ciamis.
2) Sebelah timur : Wilayah kerja UPTD Puskesmas Purbaratu
Kecamatan Purbaratu
3) Sebelah selatan: Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tawang dan
Puskesmas Cipedes
4) Sebelah Barat : Wilayah kerja UPTD Puskesmas Parakanyasag dan
Cipedes
58
59
12. Apoteker - -
60
14. Tenaga RR - -
Gambar 3.2
Tampilan Formulir e-Puskesmas
62
Gambar 3.3
Tampilan Formulir Primary Care
(4) Hari/tanggal
(5) Waktu
(6) Kajian awal atau asuhan keperawatan ( subjektif; objektif :
BB, TB, PB, T, N, RR, S; anamnesa; pengobatan), tanda
tangan petugas.
(7) Pemeriksaan (subjektif; objektif : BB, TB, PB, T, N, RR, S;
anamnesa; pengobatan), ICD X, tanda tangan dokter atau
petugas.
(8) KIE
(9) Resiko yang mungkin didapat selama pengobatan
(10) Efek samping obat
(11) Pengobatan lain yang sedang dialami
2) Desain Formulir Elektronik
Desain Formulir Elektronik di Puskesmas Cigeureung salah satunya
adalah e-Puskesmas sesuai dengan prinsip desain formulir
elektronik bahwa didalamnya terdapat :
a) Specify the context of use
Aplikasi yang digunakan di Puskesmas Cigeureung yaitu
e-Puskesmas dan Primary Care, digunakan dalam
menginputkan data pasien dengan tampilan desain interface
yang baik. Aplikasi pelayanan kesehatan dengan berbasis web
untuk proses pelayanan Faskes Tingkat pertama yang digunakan
di pendaftaran maupun administratif yang nantinya diolah
menjadi informasi yang digunakan untuk pelaporan Puskesmas
Cigeureung dan mempermudah sistem pelaporan data ke Dinas
Kesehatan.
b) Specify requirements
Di Puskesmas Cigeureung sendiri memiliki maksud untuk
melakukan pelaporan ke Dinas Kesehatan dengan memberikan
informasi secara cepat dan akurat melalui sistem online
reporting yaitu ke aplikasi e-Puskesmas dan Primary Care.
65
d) Product Compatibility
Untuk pengguna aplikasi e-Puskesmas Cigeureung ini
memiliki tampilan dan kebutuhan kolom yang sama untuk user
ahli maupun awam sehingga dapat digunakan dengan mudah
dan efisien
e) Direct Manipulation
Dalam aplikasi e-Puskesmas Cigeureung terdapat short
cut, namun short cut tersebut terdapat pada interface web
browsing karena untuk menjalankan aplikasi tersebut user
menggunakan web browsing seperti google chrome atau mozila
firefox.
f) Responsiveness
Saat user puskesmas Cigeureung telah melakukan log in
atau memasukkan inputan data ke dalam aplikasi tersebut maka
sistem akan langsung meresponnya dengan mengeluarkan
tampilan proses merespon.
g) Protection
Dalam aplikasi e-Puskesmas yang digunakan Puskesmas
Cigeureung terdapat protection seperti ketika user melakukan
log out atau menghapus file tanpa sengaja tidaklah menjadi
kekacauan, misalnya ada recovery tools seperti “anda yakin mau
66
Kode Jumlah
No Nama Penyakit
Penyakit n %
g) Buku KIA
Hasil data pada e-Puskesmas selanjutnya di export ke dalam
Microsoft excel kemudian di print out , atau langsung di upload ke
dinas kesehatan sebagai hasil pelaporan LB 3.
4) Laporan Bulanan 4 (LB) 4
LB 4 merupakan laporan bulanan yang berisi kegiatan
pelayanan Puskesmas Cigeureung baik dalam maupun luar gedung
puskesmas yang mencakup :
a) Data sasaran:
(1) Ibu hamil baru
(2) Ibu bersalin baru
(3) Ibu menyusui baru
(4) Bayi
(5) Anak, dan
(6) Balita
b) Laporan kunjungan Puskesmas Cigeureung (pengunjung baru dan
pengunjung lama)
c) Kegiatan rawat jalan
d) Upaya kesehatan gigi
e) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
f) Usaha Kesehatan Sekolah
g) Upaya Kesehatan Mata
h) Kegiatan penyuluhan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM)
i) Upaya kesehatan lingkungan
j) Data gizi
k) Kegiatan laboratorium
l) Kegiatan transfusi darah
Pengolahan LB4 di Puskesmas Cigeureung sama dengan LB1
ataupun dengan dengan LB3.
5) Laporan Tahunan
71
Gambar 3.4
Tampilan log in e- Puskesmas Puskesmas Cigeureung
Gambar 3.5
Tampilan layanan pasien
Gambar 3.6
Tampilan proses input dokter yang memeriksa
d) Mengisi tanda tanda vital pasien seperti tekanan darah, berat badan
dan tinggi badan serta diagnosa dan terapi yang diberikan.
Gambar 3.7
Tampilan proses input data tanda vital pasien
Gambar 3.8
Proses input diagnosa pasien
Gambar 3.9
Proses input data obat pasien
Gambar 3. 10
Tampilan proses input data pasien selesai
2) Primary care
Primary Care yang ada di Puskesmas Cigeureung merupakan
sistem informasi berbasis web untuk manajemen pengolahan data
pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Mulai
dari data kepesertaan, data kunjungan pasien peserta BPJS, serta
tagihan pada masing-masing peserta.
Primary Care di Puskesmas Cigeureung berjalan dengan baik
karena ditunjang dengan sistem berbasis online yang dapat bermanfaat
sebagai salah satu proses pelayanan seperti pembuatan rujukan yang
ditujukan keluar gedung pada peserta BPJS, serta dapat menunjukkan
status kedaerahan seorang pasien saat dilakukan proses rujukan pada
Primary Care.
Berikut merupakan alur penginputan pasien pada Pimary Care:
a) Melakukan log in pada primary care
78
Gambar 3.11
Log in primary care
Gambar 3.12
Tampilan entri data
Gambar 3.13
Tampilan no pencarian kartu BPJS
79
6) Sistem saraf
a) Patofisiologi
Penyakit yang ditemukan pada sistem saraf di Puskesmas
Cigeureung salah satunya adalah Migraine. Pada tanggal 19 Juli
2018 datang seorang pasien perempuan berusia 27 tahun dengan
nomor rekam medis xxxxxx ke poliklinik umum Puskesmas
Cigeureung, pasien mengeluh pusing, batuk, pilek dan mengatakan
sakit kepala sebelah kanan kurang lebih selama 7 tahun. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan fisik oleh petugas medis terlebih dahulu
diantaranya pengukuran berat badan pasien adalah 67 kg, tensi darah
84
B. Pembahasan
1. Desain Formulir
a. Media Dokumen Rekam Medis
Formulir manual yang digunakan di Puskesmas Cigeureung telah
memenuhi standar sesuai dengan teori tentang formulir rekam medis dasar
rawat jalan yang meliputi kartu pasien, identitas Pasien, Ringkasan
Riwayat Pasien RJ, Catatan Poliklinik, Konsultasi, Hasil Pemeriksaan
Penunjang, Informed Consent, Lembaran Spesifik (Endang, 2013).
Formulir elektronik yang digunakan di Puskesmas Cigeureung sudah
sesuai dengan teori Shortliffe, dimana formulir elektronik (rekam medis
berbasis komputer) di Puskesmas Cigeureung digunakan sebagai
penyimpanan informasi secara elektronik mengenai data pasien (data
personal, demografis, sosial, klinis dan berbagai event klinis selama
proses pelayanan).
b. Isi dan Struktur Rekam Medis
Isi dan struktur rekam medis ditinjau dari isi nya yang sudah
mengandung data administratif (data demografi, keuangan), data klinis
(hasil pemeriksaan, pengobatan, perawatan, penunjang medis). Hal ini
berhubungan dengan teori yang menyatakan bahwa isi data demografi
bersifat permanen dan setidaknya mencakup informasi tentang nama
lengkap pasien, nomor rekam medis pasien, dan nomor identitas lain
86
tercantum dalam
formulir?
5 Apakah terdapat bar √ Tidak diperlukan,
coding karena tidak
diperlukan
Tabel 3.4
Lembar Evaluasi Desain Lembar Pemeriksaan
Gambar 3.14
Tampilan interface Dashboard
Kesimpulan : S88-N01-S02-A31
Jadi, kode untuk diagnosis Dermatitis sudah sesuai dengan
pedoman ICD 10 yaitu L30.9, dan untuk tanda dan gejala di
Puskesmas Cigeureung tidak menggunakan ICPC-2R.
b. Sistem saraf
Pada sistem ini kasus penyakit yang kami peroleh yaitu Migraine.
Migraine adalah nyeri kepala sedang hingga parah yang terasa berdenyut
yang umumnya hanya mengenai sebelah sisi kepala saja. Dalam teori
yang kami dapat tanda dan gejala penyakit Migraine diantaranya sakit
kepala sangat parah yang terjadi secara tiba-tiba dan belum pernah
dirasakan sebelumnya, pusing, terasa lemas atau lumpuh, demam,
kebingungan, kejang, penglihatan ganda, dan ruam kulit. Sedangkan
pada dokumen rekam medis pasien dengan nomor rekam medis
XXXXXX, diagnosa utama adalah Migraine disertai keluhan pusing,
batuk, pilek dan mengatakan sakit kepala sebelah kanan kurang lebih
selama 7 tahun. Berdasarkan keluhan tersebut maka diagnosanya sudah
tepat. Diagnosis yang ditegakan untuk kasus Migraine dengan kode
G43.9 dan kode diagnosisnya sudah sesuai dengan ICD-10. Berikut
merupakan proses kodefikasi untuk kasus Migraine berdasarkan ICD-10
serta penjelasan terminologi medis.
1) ICD 10
(a) Lead term : Migraine
(b) Terminologi medis :
Migraine (keterangan) : gejala serangan sakit kepala periodic,
biasanya terjadi di temporal dan unilateral atau sakit kepala
sebelah.
(c) ICD-10 Volume 3 : Migraine (idiopathic) G43.9 (halaman 425)
(d) ICD-10 Volume 1 : G43 Migraine
G43.9 Migraine, unspecified (halaman 361)
(e) Kode Akhir : G43.9
Diagnosis akurat terbaca Migraine dengan kode G43.9
107
2) ICPC 2R
(a) Migraine
Migraine masuk kedalam Chapter N (Neurological) dengan
komponen 1 (symptom and complaint component)
Terdapat pada chapter N komponen 1 Migraine dengan kode N89
(b) Pusing
Pusing masuk kedalam Chapter N (Neurological) dengan
komponen 1 (symptom and complaint component)
Terdapat pada chapter N komponen 01 Headache dengan kode
N01
(c) Batuk
Batuk masuk kedalam Chapter R (Respiratoryl) dengan
komponen 1 (symptoms and complaint component)
Terdapat pada chapter R komponen 1 Cough dengan kode R05.
(d) Pilek
Batuk masuk kedalam Chapter R (Respiratoryl) dengan
komponen 7 (diagnosis/disease)
Terdapat pada chapter R komponen 7, Influenza dengan kode R80.
(e) Pemeriksaan vital :
Pemeriksaan vital masuk kedalam Chapter A (general and
unspecified) dengan komponen 2 diagnostic and preventive
procedure.
Terdapat pada chapter A komponen 2 medical examination/health
evaluation,-partial dengan kode A31.
(f) Saran
Dianjurkan untuk berolahraga secara teratur masuk ke dalam
Chapter Z (Social problem) dengan komponen 2 diagnostic and
preventive procedure.
Terdapat pada chapter Z komponen 2,
observation/health/education/advice/diet dengan kode Z45.
108
Diagnosis : N89
Gejala : N01-R05-R80
Pemeriksaan : A31
Saran : Z45
Kesimpulan : N89-N01-R05-R80-A31-Z45
c. Gangguan Mental
Pada sistem ini kasus penyakit yang kami peroleh yaitu
Schizophrenia. Schizophrenia adalah penyakit mental kronis yang
menyebabkan gangguan proses berpikir. Skizofrenia merupakan
gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini
menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham,
kekacauan berpikir. Sedangkan pada dokumen rekam medis pasien
dengan nomor rekam medis XXXXXX, diagnosa utama yaitu
Schizophrenia. disertai keluhan riwayat halusinasi dengar, sering
merasakan ada bisikan ada yang mau membunuh (gelisah) , terdapat
halusinasi 1 hari yang lalu. Berdasarkan keluhan tersebut maka
diagnosanya sudah tepat. Diagnosis yang ditegakan untuk kasus dengan
kode F20.9 dan kode diagnosisnya sudah sesuai dengan ICD-10. Berikut
merupakan proses kodefikasi untuk kasus Schizophrenia berdasarkan
ICD-10 serta penjelasan terminologi medis.
1) ICD 10
(a) Lead term : Schizophrenia
(b) Terminologi medis :
Schizophrenia (keterangan) : Gangguan jiwa atau sekelompok
gangguan yang ditandai dengan gangguan bentuk dan isi pikiran
misalnya halusinasi.
(c) ICD-10 Volume 3 : Schizophrenia, schizophrenic F20.9
(halaman 566)
(d) ICD-10 Volume 1 : F20 Schizophrenia (halaman 293)
F20.9 Schizophrenia, unspecified (halaman 295)
(e) Kode Akhir : F20.9
109
PENUTUP
A. SIMPULAN
Bersadarkan laporan kegiatan Praktik Klinik II di Pukesmas Cigeureung, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Desain Formulir
a. Dokumen rekam medis yang ada di Puskesmas Cigeureung menggunakan
dokumen manual dan elektronik. Formulir elektronik berbasis komputer
digunakan sebagai media utama untuk dilakukannya pencatatan data yang
berhubungan dengan pasien. Di Puskesmas Cigeureung formulir
elektronik yang digunakan adalah e-puskesmas dan Primary care.
b. Formulir manual yang saat ini digunakan di Puskesmas Cigeureung sudah
baik, namun perlu dilakukan revisi pada berapa formulir karena tidak
terdapat nomor revisi, kode unit dan nomor formulir.
c. Isi dan struktur dokumen rekam medis sudah baik, namun dalam proses
pengisiannya masih ada beberapa yang belum lengkap. Misalnya dalam
pengisian riwayat penyakit pasien dan riwayat penyakit keluarga pasien.
d. Formulir elektronik atau interface yang digunakan di Puskesmas
Cigeureung sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan prinsip
interface.
2. Statistik Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Sumber data primer yang berada di Puskesmas Cigeureung didapatkan
langsung dari hasil wawancara kepada pasien langsung mengenai riwayat
penyakit pasien, tanda dan gejala pasien, dan identitas pasien.
b. Data morbiditas yang ada di Puskesmas Cigeureung menunjukkan bahwa
penyakit Nasopharyngitis merupakan angka penyakit tertinggi dari tahun
2017 sampai Oktober 2018. Data mortalitas tidak dilaporkan, karena
sampai saat ini tidak ada pasien yang meninggal langsung di Puskesmas
Cigeureung.
110
111
B. SARAN
Berdasarkan hasil Praktik Klinik II di Puskesmas Cigeureung, penyusun
merumuskan saran sebagai berikut :
1. Mengenai formulir manual sebaiknya dicantumkan nomor formulir, kode
unit, nomor revisi formulir agar setiap formulir di dalam dokumen rekam
medis tersebut tersusun secara berurutan dan dapat dipastikan penggunaan
formulir terkini.
2. Isi dan struktur dokumen rekam medis sudah baik, namun dalam proses
pengisian sebaiknya dalam proses pengisian data pasien perlu diperhatikan
kembali kelengkapan datanya agar memudahkan untuk laporan LB1 maka
dari itu penyusun menyarankan agar proses analising atau pemeriksaan
kelengkapan isi dokumen rekam medis diberlakukan kembali.
3. Sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Cigeureung sebaiknya
dilaporkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan misalnya perbulan,
agar data akurat dan up to date.
4. Sistem pada aplikasi e-puskesmas di Puskesmas Cigeureung sebaiknya
dilakukan penambahan keamanan agar keamanan data dapat terjaga,
walaupun sistemnya sudah terintegrasi pada semua komputer alangkah
baiknya untuk setiap program password dan username berbeda.
5. Mengenai kodefikasi diagnosis dan tanda gejala penyakit pasien di
Puskesmas Cigeureung sebaiknya disertai pengkodean menggunakan ICPC-
2R. ICPC-2R merupakan pengkodean untuk merekam data di pelayanan
tingkat pertama meliputi alasan kunjungan pasien, masalah pasien/diagnosis
serta intervensi/tindakan yang telah/akan dijalani pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Dwisang, Evi Luvina.2013. Anatomi & Fisiologi Untuk Perawat dan Paramedis.
Binapura Aksara Publisher : Tangerang Selatan.
Triyanti, Endang dan Imelda Retna. (2018) . Manajemen Informasi Kesehatan III.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.