Anda di halaman 1dari 29

OSTEOSARKOMA

Di susun oleh :

1. AGUNG PUJIHARTANTO
2. R.ROY INDRA S
3. ENY RISTIASIH
4. EKA RAHMAWATI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS TRANSFER


STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirt Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“(Osteosarkoma)”. Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak
pengarahan dari berabagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami dan semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
di masa mendatang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan semua pihak yang membacanya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan umum............................................................................................2
D. Tujuan khusus...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ................................................................................................ 3
B. Etiologi ....................................................................................................4
C. Patofisiologi..............................................................................................5
D . K l a s i f i k a s i ...........................................................................................6
E . M a n i f e s t a s i k l i n i k ............................................................................8
F. P e m e r i k s a a n d i a g n o s t i k .................................................................8
G . P e n a t a l a k s a n a a n ...............................................................................1 0
BAB III
A S U H A N K E P E R AWATA N ................................................................1 3
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................27
B. Saran........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................28

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang
tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price, 1962:1213 ).
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah
penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita
kankerdiantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa
terdapatsekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya
dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita
kanker pertahun.Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455
kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus
tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor
ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh
tumor tulang ganas.Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam
stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum
terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun
setelah penyakitnya terdiagnosis.
Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga
penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar
ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang
memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih
sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001:
2347 ).
laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini
lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum
diketahui.Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan
pendeteksian dan penanganan sejak dini.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah dalam
makalah ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Muskuloskeletal (Osteosarcoma)”.

C. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola pikir
ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan pada kasus Osteosarcoma
sesuai dengan standart keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan.
D. Tujuan Khusus
Pada tujuan khusus diharapkan penulis mampu melaksanakan standart
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan meliputi:
1. Melaksanakan pengkajian data pada klien dengan Osteosarcoma.
2. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan Osteosarcoma.
3. Menyusun rencana keperawatan dengan tujuan sesuai dengan diagnosa
keperawatan klien Osteosarcoma.
4. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan
yang telah ditentukan.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas yang berasal dari sel primitif pada regio
metafisis tulang panjang orang berusia muda. (Sarkoma Osteogenik) adalah tumor tulang
ganas,yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa
remaja.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak.
Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun.Angka kejadian pada anak laki-laki
dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki.Penyebab yang pasti tidak diketahui. Bukti-bukti
mendukung bahwa osteosarcoma merupakan penyakit yang diturunkan.
Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah), tulang lengan atas
(ujungatas) dan tulang kering (ujung atas).Ujung tulang-tulang tersebut merupakan daerah
dimana terjadi perubahan dan kecepatan pertumbuhan yang terbesar. Meskipun demikian,
osteosarkoma juga bisa tumbuh di tulang lainnya.
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi
jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003:
95 ).Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 ).
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 )
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling
sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini
menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika
pasien pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 )

3
B. Etiologi
Etiologi osteosarcoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai
macam faktor predisposisi sebagai penyebab osteosarcoma. Adapun faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :
1. Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah
terjadinya injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap
sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan
maupun parah jarang menyebabkan osteosarcoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi
dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini.
Salah satu contoh adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit
tulang seperti kista tulang aneurismal, fibrous displasia, setelah 3-40 tahun
dapat mengakibatkan osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru
dilakukan pada hewan,sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan
oncogenik virus pada osteosarcoma manusia tidak berhasil.Walaupun
beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus pada sel
osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan kimia, virus, radiasi, dan
faktor trauma.Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran tubuh dapat
juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa pubertas. Hal ini
menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas bagaimana
hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma.
5. Keturunan ( genetik )

4
C. Patofisiologi
Keganasan sel pada mulanya berawal pada sumsum tulang (myeloma) dari
jaringan sel tulang (sarcoma) sel-sel tulang akan berada pada nodul-nodul
limfe, hati dan ginjal sehingga dapat mengakibatkan adanya pengaruh
aktifitas hematopeotik sumsum tulang yang cepat pada tulang sehingga sel-
sel plasma yang belum matang/tidak matang akan terus membelah terjadi
penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.

Web Of Caution dari Osteosarcoma

GENETIKA VIRUS TERPAPAR


ONKOGENIK TUMOR RADIASI

KELAINAN GENETIK
PADA LENGAN PANJANG MASUK KEDALAM TUBUH
KROMOSOM 13

TUMBUH KEDALAM JARINGAN METAFIN

TERJADI DELESI PADA TULANG

MENGEROSI KORTEKS OSTEOLITIK

PERTUMBUHAN
TULANG ABNORMAL

JARINGAN LUNAK TERSERANG

OSTEOSARKOMA
OSTEOBLASTIK

TIMBUL LESI
DESTRUKTIF
IREGULAR
TULANG HUMERUS TULANG RUSAK

PARU

NYERI TULANG RAWAN

METASTASIS PARU

5
MK:GANGGUAN
RASA NYAMAN MK:
INFEKSI
TIMBUL BENJOLAN

TERAPI MK:KERUSAKAN MK:KOMPLIKASI


INTEGRITAS KULIT PENYAKIT

RADIASI X-RAY

BEDAH

KEMOTERAPI
MK:KELETIHAN

ALOPESIA MUAL/
BIOPSI AMPUTASI MUNTAH
MK:
KERUSAKAN
INTEGRITAS
KULIT

MK: BERAT MK:


GANGGUAN BADAN PERUBAHAN
RASA TURUN NUTRISI
MK:GANGGUAN
NYAMAN CITRA TUBUH

MK:KERUSAKAN MOBILITAS FISIK

D. Klasifikasi
Osteosarkoma dibagi menjadi:
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana
kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal ke bagian
tubuh yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru.
Mungkin juga menyebar ke tulang lain. Tentang satu di lima pasien

6
dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized pada saat itu
dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2
atau lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
3. Metastatic penyakit di diagnosa
Penyakit Metastatic adalah kanker yang telah menyebar dari tempat di
mana ia mulai bagian tubuh yang lain. Bila kanker telah menyebar ke
paru-paru, masa adalah lebih baik jika kanker adalah satu-satunya di paru-
paru dan di tempat-tempat lebih sedikit di paru-paru. Untuk kanker yang
telah menyebar ke tulang, ramalannya adalah lebih baik jika tumor adalah
semua tulang yang sama.
4. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah
itu telah dirawat.Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana
pertama kali atau mungkin datang kembali di bagian lain dari
tubuh.Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-paru.Ketika
osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah
perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi
langka.

7
E. Manifestasi Klinik
1. Nyeri bengkak, dan terbatasnya pergerakan, menurunnya berat badan.
Gejala nyeri pada punggung bawah merupakan gejala yang khas. Hal
ini disebabkan karena adanya penekanan pada vertebra oleh fraktur
tulang patologik.
2. Anemia dapat terjadi akibat adanya penempatan sel-sel neoplasma pada
sum-sum tulang,hal ini mengakibatkan terjadinya hiperkalsemia,
hiperkalsiuria dan hiperurisemia selama adanya kerusakan tulang. Sel-
sel plasma ganas akan membentuk sejumlah immunoglobulin/bence
jone protein abnormal. Hal ini dapat dideteksi melalui serum urin
dengan teknik immunoelektrophoresis.
3. Gejala gagal ginjal dapat terjadi selama presitipasi imunoglobulin
dalam tubulus (pada pyelonephritis), hiperkalsemia, peningkatan asam
urat, infiltrasi ginjal oleh plasma sel (myeoloma ginjal) dan trombosis
pada vena ginjal.
4. Pembengkakan
5. Keterbatasan gerak
6. Menurunnya berat badan
7. Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas
massa serta distensi pembuluh darah.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan
relatif dari tumor tulang. Sebagai contoh, suatu lesi bertepi bulat dan berbatas tegas
cenderung bersifat jinak.Lesi seperti itu sering kali memiliki tepi yang sklerotik,
menunjukkan bahwa tulang yang terserang memiliki cukup waktu dan kemampuan
untuk memberikan respon terhadap massa yang tumbuh. Gambaran tepi lesi yang tidak
tegas menandakan bahwa proses invasi tumor ke jaringan tulang yang berada di
sekitarnya.Lesi ini tumbuh dengan cepat dan tulang tidak mempunyai cukup waktu
guna mengadakan respon pembelahan untuk bereaksi melawan massa tersebut.
Perluasan lesi melalui korteks tulang merupakan cirri khas suatu keganasan. Kalau

8
tumor menembus korteks, periosteumnya mungkin akan terkelupas.Mungkin
periosteumnya akan mengadakan respon dengan menimbun suatu lapisan tipis tulang
yang reaktif, lalu tulang akan terangkat, dan reaksi periosteal tersebut berulang kembali.
Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
meliputi foto sinar-x lokal pada lokasi lesi atau foto survei seluruh tulang ( bone
survey ) apabila ada gambaran klinis yang mendukung adanya tumor
ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang:
 Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis,
ataupada organ-organ tertentu.
 Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
 Jenis tulang yang terkena.
 Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
 Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak.
 Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikanreaksi
pada periosteum, apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.
 Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.
Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan, yaitu:
 Pemindaian radionuklida. Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi
yang kecil seperti osteoma.
 CT-scan.Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang keberadaan
tumor, apakah intraoseus atau ekstraoseus.
 MRI .MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada dalam
tulang,apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/ penunjang
dalam membantu menegakkan diagnosis tumor.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:
 Darah. Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah,
haemoglobin,fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum, fosfatase asam
serum yang memberikan nilai diagnostik pada tumor ganas tulang.
 Urine . Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-
Jones.

9
3. Biopsi
Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk
pemeriksaan histologist, untuk membantu menetapkan diagnosis serta grading tumor.
Waktu pelaksanaan biopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan radiologi yang dipergunakan pada grading. Apabila pemeriksaan CT-
scan dilakukan setelah biopsi, akan tampak perdarahan pada jaringan lunak yang
memberikan kesan gambaran suatu keganasan pada jaringan lunak.
Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu :
1. Biopsi tertutup
dengan menggunakan jarum halus ( fine needle aspiration, FNA) dengan
menggunakan sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsi untuk melakukan
diagnosis pada tumor.
2. Biopsi terbuka.
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif. Keunggulan biopsi
terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat mengambil jaringan yang
lebih besar untuk pemeriksaan histologis dan pemeriksaan ultramikroskopik,
mengurangi kesalahan pengambilan jaringan, dan mengurangi kecenderungan
perbedaan diagnostik tumor jinak dan tunor ganas (seperti antara enkondroma dan
kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma). Biopsi terbuka tidak boleh
dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada prosedur operasi berikutnya,
misalnya pada reseksi end-block .
G. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital pada osteosarkoma,
Kemoterapi juga mengurangi metastase ke paru-paru dan sekalipun ada,
mempermudah melakukan eksisi pada metastase tersebut. Keoterapi diberikan pre
operatif dan post operatif Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif
untuk osteosarkoma adalah:doxorubicin (Adriamycin¨), cisplatin (Platinol¨), ifosfamide
(Ifex¨), mesna (Mesnex¨), danmethotrexate dosis tinggi (Rheumatrex¨). Protokol standar
yang digunakan adalah doxorubicin dan cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis
tinggi, baik sebagai terapi induksi (neoadjuvant) atau terapi adjuvant. Kadang-kadang

10
dapat ditambah dengan fosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini,
dengan dosis yang intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate
sampai 60 Ð 80%.
2. Operasi
Saat ini prosedur Limb Salvage merupakan tujuan yang diharapkan dalam
operasi suatu osteosarkoma. Maka dari itu melakukan reseksi tumor dan melakukan
rekonstrusinya kembali dan mendapatkan fungsi yang memuaskan dari ektermitas
merupakan salah satu keberhasilan dalam melakukan operasi. Dengan memberikan
kemoterapi preoperative (induction = neoadjuvant chemotherpy) melakukan operasi
mempertahankan ekstremitas (limb-sparing resection) dan sekaligus melakukan
rekonstruksi akan lebih aman dan mudah, sehingga amputasi tidak perlu dilakukan
pada 90 sampai 95% dari penderita osteosarkoma.7 Dalam penelitian terbukti tidak
terdapat perbedaan survival rate antara operasi amputasi dengan limb-
sparingresection.17 Amputasi terpaksa dikerjakan apabila prosedur limb-salvage tidak
dapat atautidak memungkinkan lagi dikerjakan. Setelah melakukan reseksi tumor,
terjadi kehilangan cukup banyak dari tulang dan jaringan lunaknya, sehingga
memerlukan kecakapan untuk merekonstruksi kembali dari ekstremitas
tersebut.Biasanya untuk rekonstruksi digunakan endo-prostesis dari methal.18-20
Prostesis ini memberikan stabilitas fiksasi yang baik sehingga penderita dapat
menginjak (weight-bearing) dan mobilisasi secara cepat, memberikan stabilitas sendi
yang baik, dan fungsi dari ekstremitas yang baik danmemuaskan. Begitu juga
endoprostesis methal meminimalisasi komplikasi postoperasinya dibanding dengan
menggunakan bone graft.
3.Follow-Up Post-Operasi.
Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat multiagent seperti pada
sebelumoperasi. Setelah pemberian kemoterapinya selesai maka dilakukan pengawasan
terhadap kekambuhan tumor secara local maupun adanya metastase, dan komplikasi
terhadap proses rekonstruksinya.Biasanya komplikasi yang terjadi terhadap
rekonstruksinya adalah: longgarnya prostesis, infeksi, kegagalan mekanik. Pemeriksaan
fisik secara rutinpada tempat operasinya maupun secara sistemik terhadap terjadinya
kekambuhan maupun adanya metastase. Pembuatan plain-foto dan CT scan dari lokal
ekstremitasnya maupun pada paru-paru merupakan hal yang harus dikerjakan.

11
Pemeriksaan ini dilakukan setiap 3bulan dalam 2 tahun pertama post opersinya, dan
setiap 6 bulan pada 5 tahun berikutnya.

12
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN OSTEOSACROMA

KASUS 2: KASUS OSTEOSARKOMA


Tuan bibi,60 tahun di rawat di RSU tanjung jaya,karena mengalami
osteosarkoma,keluhan yang paling dirasakan yaitu nyeri hebat pada lutut
kananya,skala nyeri 7,nyeri muncul setiap saat dan terus menerus.lutut kananya
membesar sebesar buah kelapa dan diameter 15cm,teraba keras,terlihat pembuluh
darah vena,klien mengalami nyeri juga saat berjalan atau beraktivitas saat
menggunakan kaki kananya .klien terbaring terus di tempat tidur karena nyeri dan
kelemahan .Setiap beraktivitas klien merasa lelah dan cape ,aktivitas mandi BAB
di bantu.terpasang kateter sudah 7hari yang lalu,daerah ujung gland terasa gatal
dan panas.TD 100/70, N:88x/mnt,suhu 38 oC,CT Scan menunjukan adanya
mestastase hingga femur.
Penyelesaiaan :
Analisa Data
TGL/NO DATA MASALAH (P) PENYEBAB (E)
DS : Nyeri Akut Agen injuri
P : palliative : klien biologis
mengeluh sakit karena
mengalami osteosarkoma
Q : quality/quanty : nyeri
yang dirasakan klien terus
menerus.
R ::region ; nyeri dirasa pada
lutut bagian kanan.
S : scale ; klien menyatakan
bahwa nyerinya ada pada
skala 7 (0-10)
T : nyeri muncul setiap saat
dan terus menerus dan juga
nyeri apabila beraktivitas
menggunakan kaki kanannya
Data yang belum ada:sejak
kapan mulai nyeri dan nyeri
yg seperti apa yang di rasa

DO :lutut kananya membesar


sebesar buah kelapa dan
diameter 15cm akibat

13
osteosarkoma
 TD:100/70,
N:88x/mnt,suhu 38 oC
Data yang belum ada :
 Tingkah laku menahan
nyeri
 Posisi menahan nyeri
 Gangguan tidur
 Terfokus pada diri
sendiri
 Fokus menyempit
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan)
 Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
 Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
 Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
 Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
 Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
DS : Infeksi

Data yang belum ada:


Rubor

DO :

 Kalor : daerah ujung


gland terasa gatal dan
panas
 Fungsio lasea : ,klien

14
mengalami nyeri saat
berjalan atau beraktivitas
saat menggunakan kaki
kananya
 TD:100/70,
N:88x/mnt,suhu 38 oC

 Tumor : adanya
osteosarkoma pada lutut
 CT Scan menunjukan
adanya metastase hingga
femur
Data yang belum ada :
 Psikolgik (orientasi
afektif)
 Mal nutrisi
 Bentuk darah abnormal,
contoh :
leukositosis/leukopenia
 Perubahan faktor
pembekuan,
 Trombositopeni
 Sickle cell
 Thalassemia,
 Penurunan Hb,
 Imun-autoimum tidak
berfungsi.
 Biokimia, fungsi regulasi
(contoh : tidak
berfungsinya sensoris)
 Disfugsi gabungan
 Disfungsi efektor
 Hipoksia jaringan
 Perkembangan usia
(fisiologik, psikososial)
 Fisik (contoh : kerusakan
kulit/tidak utuh,
berhubungan dengan
mobilitas)
DS : Gangguan Pengobatan dan
 klien mengatakan Mobilitas fisik penurunan
mengalami nyeri saat kekuatan otot
berjalan atau
beraktivitas saat
menggunakan kaki
kananya
 Setiap beraktivitas
klien merasa lelah

15
dan cape
DO :
 Klien terpasang infus
dan kateter. aktivitas
mandi BAB di bantu
 klien terbaring terus
di tempat tidur
karena nyeri dan
kelemahan
 TD:100/70,
N:88x/mnt,suhu 38
o
C

Data yang belum


ada :
 Penurunan waktu
reaksi
 Kesulitan merubah
posisi
 Perubahan gerakan
(penurunan untuk
berjalan, kecepatan,
kesulitan memulai
langkah pendek)
 Keterbatasan motorik
kasar dan halus
 Keterbatasan ROM
 Gerakan disertai
nafas pendek atau
tremor
 Ketidak stabilan
posisi selama
melakukan ADL
 Gerakan sangat
lambat dan tidak
terkoordinasi

Prioritas Diagnosa :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis
2. Infeksi
3. Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan
pengobatan

Intervensi Masalah :

16
TANGG N TUJUAN/HASIL YANG RENCANA
AL/ O. DIHARAPKAN TINDAKAN
JAM D
KEPERAWATA
X
N
1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC : Pain
selama 3×24 jam diharapkan nyeri dapat Manajemen
berkurang kriteria hasil : Pain Level 1. Lakukan
pengkajian
 Mampu mengontrol nyeri (tahu
nyeri secara
penyebab nyeri, mampu
komprehens
menggunakan tehnik
if termasuk
nonfarmakologi untuk mengurangi
lokasi,
nyeri, mencari bantuan)
karakteristik
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang
, durasi,
dengan menggunakan manajemen
frekuensi,
nyeri
kualitas dan
 Mampu mengenali nyeri (skala,
faktor
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
presipitasi
 Menyatakan rasa nyaman setelah
2. Observasi
nyeri berkurang
reaksi
 Tanda vital dalam rentang normal
nonverbal
 Tidak mengalami gangguan tidur
dari
ketidaknya
manan
3. Bantu
pasien dan
keluarga
untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
4. Kontrol
lingkungan
yang dapat
mempengar
uhi nyeri
seperti suhu
ruangan,
pencahayaa
n dan
kebisingan
5. Kurangi
faktor
presipitasi
nyeri
6. Kaji tipe

17
dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
7. Ajarkan
tentang
teknik non
farmakologi
: napas dala,
relaksasi,
distraksi,
kompres
hangat/
dingin
8. Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri:
……...
9. Tingkatkan
istirahat
10. Berikan
informasi
tentang
nyeri seperti
penyebab
nyeri,
berapa lama
nyeri akan
berkurang
dan
antisipasi
ketidaknya
manan dari
prosedur
11. Monitor
vital sign
sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
2 Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC :
Environment
selama 3 x 24 jam, diharapkan infeksi

18
teratasi kriteria hasil: Immune status Management
(Manajemen
 Klien terbebas dari cedera
lingkungan)
 Klien mampu menjelaskan
1. Sediakan
cara/metode untukmencegah
lingkungan
injury/cedera
yang aman
 Klien mampu menjelaskan factor
untuk
risiko dari lingkungan/perilaku
pasien
personal
2. Identifikasi
 Mampumemodifikasi gaya hidup
kebutuhan
untukmencegah injury
keamanan
 Menggunakan fasilitas kesehatan
pasien,
yang ada
sesuai
 Mampu mengenali perubahan status
dengan
kesehatan kondisi fisik
dan fungsi
kognitif
pasien dan
riwayat
penyakit
terdahulu
pasien
3. Menghindar
kan
lingkungan
yang
berbahaya
(misalnya
memindahk
an
perabotan)
4. Memasang
side rail
tempat tidur
5. Menyediaka
n tempat
tidur yang
nyaman dan
bersih
6. Menempatk
an saklar
lampu
ditempat
yang mudah
dijangkau
pasien.
7. Membatasi
pengunjung

19
8. Memberika
n
penerangan
yang cukup
9. Menganjurk
an keluarga
untuk
menemani
pasien.
10. Mengontrol
lingkungan
dari
kebisingan
11. Memindahk
an barang-
barang yang
dapat
membahaya
kan
12. Berikan
penjelasan
pada pasien
dan
keluarga
atau
pengunjung
adanya
perubahan
status
kesehatan
dan
penyebab
penyakit.

3 Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC :


selama 3 x 24 jam, diharapkan gangguan Exercise
therapy :
mobilitas fisik teratasi dengan kriteria
ambulation
hasil : ADLs 1. Monitoring
 Klien meningkat dalam aktivitas fisik vital sign
 Mengerti tujuan dari peningkatan sebelm/ses
mobilitas udah
 Memverbalisasikan perasaan dalam latihan dan
meningkatkan kekuatan dan lihat
kemampuan berpindah respon
 Memperagakan penggunaan alat pasien saat
Bantu untuk mobilisasi (walker) latihan

20
2. Konsultasi
kan
dengan
terapi fisik
tentang
rencana
ambulasi
sesuai
dengan
kebutuhan
3. Bantu klien
untuk
mengguna
kan
tongkat
saat
berjalan
dan cegah
terhadap
cedera
4. Ajarkan
pasien atau
tenaga
kesehatan
lain
tentang
teknik
ambulasi
5. Kaji
kemampua
n pasien
dalam
mobilisasi
6. Latih
pasien
dalam
pemenuha
n
kebutuhan
ADLs
secara
mandiri
sesuai
kemampua
n
7. Dampingi
dan Bantu
pasien saat

21
mobilisasi
dan bantu
penuhi
kebutuhan
ADLs ps.
8. Berikan
alat Bantu
jika klien
memerluka
n.
9. Ajarkan
pasien
bagaimana
merubah
posisi dan
berikan
bantuan
jika
diperlukan

Catatan Perkembangan :
KASUS 2: KASUS OSTEOSARKOMA
Tuan bibi,60 tahun di rawat di RSU tanjung jaya,karena mengalami
osteosarkoma,keluhan yang paling dirasakan yaitu nyeri hebat pada lutut
kananya,skala nyeri 7,nyeri muncul setiap saat dan terus menerus.lutut kananya
membesar sebesar buah kelapa dan diameter 15cm,teraba keras,terlihat pembuluh
darah vena,klien mengalami nyeri juga saat berjalan atau beraktivitas saat
menggunakan kaki kananya .klien terbaring terus di tempat tidur karena nyeri dan

22
kelemahan .Setiap beraktivitas klien merasa lelah dan cape ,aktivitas mandi BAB
di bantu.terpasang kateter sudah 7hari yang lalu,daerah ujung gland terasa gatal
dan panas.TD 100/70, N:88x/mnt,suhu 38 oC,CT Scan menunjukan adanya
mestastase hingga femur.
Evaluasi hasil :
CATATAN PERKEMBANGAN
No No. Implementasi Evaluasi Paraf
DX
1 1 DS: S:
 Klien mengeluh nyeri  Klien mengeluh nyeri
DO: bertambah, skala 8
 Luka oprasi sepanjang 15 cm O:
pelvis sebelah kanan  TD 100/70 mmHg , N
88x/menit. ,S:38OC
 TD 100/70 mmHg A: Masalah belum teratasi
O
,S:38 C.N:88x/mnt P: Lanjutkan intervensi 1 - 11
2 2 DS: - S: -
DO: O:
 TD:100/70,  Tumor : adanya
N:88x/mnt,suhu 38 oC osteosarkoma pada lutut
 CT Scan menunjukan
 Tumor : adanya adanya metastase hingga
osteosarkoma pada lutut femur
 CT Scan menunjukan  daerah ujung gland terasa
adanya metastase hingga gatal dan panas
femur  TD:100/70,
N:88x/mnt,suhu 38 oC
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1 – 11

3 3 DS: S:
 klien mengatakan  Setiap beraktivitas klien
mengalami nyeri saat merasa lelah dan cape
berjalan atau beraktivitas
saat menggunakan kaki O:
kananya  Klien terpasang infus dan
 Setiap beraktivitas klien kateter. aktivitas mandi
merasa lelah dan cape BAB di bantu
DO :  klien terbaring terus di
 Klien terpasang infus dan tempat tidur karena nyeri
kateter. aktivitas mandi dan kelemahan
BAB di bantu  TD:100/70,
 klien terbaring terus di N:88x/mnt,suhu 38 oC
tempat tidur karena nyeri
dan kelemahan

23
 TD:100/70, A: Masalah belum Teratasi
N:88x/mnt,suhu 38 oC P: Lanjutkan intervensi 1- 9

BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sarkoma osteogenik atau osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut. Kasus sarkoma osteogenik paling banyak menyerang anak remaja dan

24
mereka yang baru menginjak masa dewasa, tetapi dapat juga menyerang penderita
penyakit Paget yang berusia lebih dari 50 tahun.
Penyebab utama masih misteri, tetapi faktor genetik, virus onkologi, dan
terpapar radiasi disinyalir sebagai asal muasal timbul sarkoma osteogenik ini.
Nyeri yang menyertai destruksi tulang dan erosi adalah gejala umum dari penyakit
ini.
Beberapa jenis tumor primer seperti sarkoma osteogenik dapat dirawat paling
baik dengan jalan amputasi atau melakukan pembedahan ablative secara
menyeluruh. Meskipun kemoterapi dan imunoterapi agaknya juga mempunyai
kemampuan untuk menyembuhkan, tetapi sering kali perlu dilakukan pembedahan
untuk membuang tumor dan semua jaringan di sekitarnya. Selain itu, juga
dikembangkan terapi x-ray sinar tingkat tinggi.

B. Saran
Setelah penulis menjabarkan mengenai kasus osteosarkoma, diharapkan
memberi suatu pencerahan dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai kasus ini.
Namun, dalam uraiannya, penulis sadar bahwa masih banyak hal yang dirasa
kurang dan oleh karenanya penulis mengharapkan suatu masukan dan saran untuk
kebaikan mendatang dalam segala bidang, terutama kasus osteosarkoma ini.
Penelusuran lebih jauh dan dalam lagi mengenai perkembangan kasus
osteosarkoma ini merupakan jalan terbaik untuk mendapat informasi yang lebih
relevan disamping makalah ini.

Daftar Pustaka

1. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/dr
%20siki_9.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19573/4/Ch
apter%20II.pdf. Di akses pada tanggal 22 pukul 16.00
2. http://wikimedya.blogspot.com/2010/11/definisi-konsep-penyakit-
osteosarcoma.html. Di akses pada tanggal 22 pukul 16.10
3. http://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&cd=2&sqi=2&ved=0CB8QFjAB&url=http%3A%2F

25
%2Fiwansaing.files.wordpress.com%2F2009%2F06%2F15-askep-kanker-
tulang-167-. Di akses pada tanggal 22 pukul 16.15
4. 174.doc&rct=j&q=askep%20pada%20klien
%20osteosarcoma&ei=CvR6TuieDI6nrAfarPDBCA&usg=AFQjCNHFxS
YVnL4ix_L7xchh_DUkstxOOQ&cad=rja. Di akses pada tanggal 22 pukul
16.30
5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19573/4/Chapter
%20II.pdf. Di akses pada tanggal 22 pukul 16.35
6. http://ifaria.files.wordpress.com/2010/01/patofis-osteosarcoma.doc. Di
akses pada tanggal 22 pukul 17.00
7. http://www.scribd.com/doc/49448400/PATOFISIOLOGI-
OSTEOSARCOMA. Di akses pada tanggal 22 pukul 17.10

26

Anda mungkin juga menyukai