Laporan Praktikum Ekotoksikologi Dan Kesehatan Lingkungan
Laporan Praktikum Ekotoksikologi Dan Kesehatan Lingkungan
KESEHATAN LINGKUNGAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5 / KELAS A:
Mochamad Nur Ihsan 21080116120012
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya polutan dalam suatu lingkaran (ekosistem), dalam waktu singkat, dapat
menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme. Selnjutnya perubahan tersebut dapat
mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme, perubahan populasi, komposisi
komunitas, dan fungsi ekosistem. Perubahan biokimiawi sampai dengan ekosistem
menunjukkan adanya peningkatan respon terhadap bahan kimia, peningkatan kesulitan untuk
mengetahui hubungan respon dengan bahan kimia spesifik terutama dengan hubungan nya
dengan air.
2.1.2.1.Buah
Buah kacang hijau berbentuk polong yang bulat silindris atau pipih dengan ujung
agak runcing atau tumpul dengan panjang polong berkisar 5-16 cm. Setiap polong berisi 10-
15 biji. Polong muda berwarna hijau dan akan berubah menjadi kecoklatan atau kehitaman
setelah tua. Pada polong terdapat rambut-rambut pendek (Purwono dan Hartono, 2005: 16).
2.1.2.2.Biji
Biji kacang hijau memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan dengan biji kacang
lainnya. Kebanyakan warna bijinya adalah hijau kusam atau hijau mengkilap, namun ada
juga yang berwarna kuning coklat atau kehitaman cokelat (Andrianto dan Indarto, 2004: 15).
2.1.2.3.Perakaran
Rukmana (1997: 15) menjelaskan sistem perakaran kacang hijau adalah tunggang
dengan banyak cabang. Berdasarkan penyebaran cabang-cabang akarnya, sistem perakaran
kacang hijau dikelompokkan menjadi mesophytes dan xerophytes. Sistem perakaran
mesophytes memunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dengan tipe
pertumbuhannya menyebar, sistem perakaran xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit
dan memanjang ke arah bawah. Akar kacang hijau terdapat nodul atau bintil akar. Semakin
banyak nodul akarnya maka akan semakin tinggi kandungan Nitrogen (N) di dalamnya
sehingga dapat menyuburkan tanah.
2.1.2.4.Batang
Kacang hijau memiliki batang yang berukuran kecil, bertrikoma, berwarna hijau
kemerahan atau kecoklatan. Batangnya bulat berbuku-buku.Setiap buku menghasilkan satu
tangkai daun, kecuali untuk daun pertama yang terbentuk sepasang dan letaknya saling
berhadapan. Batang tumbuh tegak mencapai ketinggian 30-110 cm dan cabangnya tersebar
kemana-mana (Andrianto dan Indarto, 2004:15).
2.1.2.5.Daun
Kacang hijau memiliki daun trifoliate, terdiri dari 3 helaian, bentuk daun terletak
bersilangan. Tangkai daun berwarna hijau tua atau 17hijau muda dengan panjang tangkai
melebihi panjang daun (Andrianto dan Indarto, 2004: 16).
2.1.2.6.Bunga
Bunga kacang hijau termasuk bunga kupu-kupu dan merupakan bunga berumah satu
atau memiliki kelamin ganda. Bunga berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat. Proses
penyerbukan terjadi pada malam hari. Pada pagi hari bunga akan mekar dan menjadi layu
pada sore hari (Purwono dan Hartono, 2005: 1)
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Surfaktan ialah molekul
organik dengan bagian lifofilik dan bagian polar, yang berfungsi menurunkan tegangan
permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Surfaktan membentuk bagian penting dari semua detergen komersial. Terdapat empat
kategori surfaktan, yaitu :
a. Anionik :
- Alkyl Benzene Sulfonate
- Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
- Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b. Kationik :
- Garam Ammonium
2.2.2 Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan
dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Bahan ini ditambahkan
untuk menyingkirkan ion kalsium dan magnesium (kesadahan) dari air pencuci.
Pembangun dapat melakukan hal ini lewat pengkelatan (pembentukan kompleks) atau
lewat pertukaran ion-ion ini dengan natrium. Pembangun juga meningkatkan pH untuk
membantu emulsifikasi minyak dan bufer terhadap perubahan pH. Pembangun yang
paling lazim ialah natrium tripolifosfat (5Na+ P3O105-), tetapi karena limbah fosfat dapat
mencemari lingkungan, jumlah yang digunakan dibatasi oleh peraturan; baru-baru ini,
natrium sitrat, natrium karbonat, dan natrium silikat mulai menggantikan natrium
tripolifosfat sebagai pembangun.
2.2.3 Zeolit
Zeolit (natrium aluminosilikat) digunakan sebagai penukar ion, terutama untuk
ion kalsium.
2.2.4 Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan Detergen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
2.2.5 Bahan antiredeposisi (anti deposition agent)
Bahan antiredeposisi ialah senyawa yang ditambahkan ke detergen pakaian
untuk mencegah pengendapan kembali kotoran pada pakaian. Contoh yang paling lazim
ialah selulosa eter atau ester.
2.2.6 Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih
menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung
dengan daya cuci Detergen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi
produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Gambar 3 Detergen
Detergen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun
lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk Detergen yakni surfaktan dan builders,
diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan
lingkungannya.Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban
alami yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil
pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak
dengan bahan kimia dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’
pada kulit.. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi
kesehatan. Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri Detergen.
Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi terhadap
lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.Builders, salah
satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam Detergen adalah phosphate. Phosphate tidak
memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang
dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat
menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga
badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang
berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan
menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen
di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya.
Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam Detergen telah dilarang. Sebagai alternatif,
telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam Detergen.
Detergen dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan, misalnya pertumbuhan kacang hijau
karena air detergen yang disiramkan pada tumbuhan bersifat limbah dan memiliki banyak
dampak negatif (Parti dkk, 2012).
So Klin Lantai adalah salah satu contoh pembersih lantai yang mengandung bahan aktif
anti kuman yang terdiri dari Benzalkonium Chloride 1,5%. Fungsi dari bahan aktif
Benzalkonium Chloride sebagai disinfektan untuk menghilangkan bakteria dan micro-
organisme yang tidak diinginkan (membunuh kuman). Senyawa benzalkonium termasuk pada
golongan senyawa amfoterik karena menghasilkan dua muatan listrik apabila dilarutkan,
yaitu muatan anion dan muatan kation. Senyawa ini tidak dipengaruhi oleh kesadahan air dan
bahan organik, tidak berbau, tidak beracun, tidak korosif, dan cenderung membentuk busa.
Klorida yang ditambahkan pada pembersih ini tidak dapat bertindak sebagai sanitaiser,
melainkan sebagai bahan yang dapat meningkatkan efektifitas daya pembersih. Pembersih ini
tidak stabil pada kondisi pH tinggi tetapi tidak menimbulkan korosi. Cairan pembersih dapat
digunakan untuk membersihkan lantai ruangan maupun lantai kamar mandi ( Handayani,
2015 ) Oleh karena itu So Klin Lantai termasuk ke dalam deterjen.
a) Uji Pendahuluan
Dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi batas ambang atas dan ambang bawah. Berikut
adalah langkah-langkahnya:
1. Memasukkan air sebanyak 3 ml pada masing-masing wadah yang sudah
dibersihkan.
2. Mencampurkan deterjen dengan konsentrasi berturut-turut 0.1 ml/3ml; 0,3
ml/3ml; 1 ml/3ml; 3 ml/3ml, dan 0 ml/3ml untuk control;
3. Melakukan pengamatan mortalitas tanaman kacang hijau setelah 96 jam.
b) Uji Sesungguhnya
Uji ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi dimana kecambah uji
mati 50% selama jangka waktu 96 jam. Berikut adalah langkah-langkahnya:
1. Menambahkan air bersih pada wadah baru
2. Menambahkan 10 kecambah ditiap wadah plastik
3. Melakukan perhitungan menggunakan rumus untuk mencari konsentrasi
deterjen:
𝐍 𝐚
𝐋𝐨𝐠 = 𝐤 (𝐋𝐨𝐠 )
𝐧 𝐧
𝐚 𝐛 𝐜 𝐝 𝐞
= = = =
𝐧 𝐚 𝐛 𝐜 𝐝
Tunas mulai
5 28 Februari (3 hari) - 7 mm-1 cm
menegak
Jam Ke -
Prosentase
Konsentrasi
24 48 72 96 (%)
0 ml 0 0 0 0 0
0,1 ml 0 0 0 1 20
0,3ml 0 0 1 1 40
1ml 0 1 1 1 60
3ml 0 1 2 2 100
Dari hasil tes pendahuluan di dapatkan range konsentrasi untuk tes sesungguhnya
adalah 0,3 ml – 3 ml. Dilakukan 5 perlakuan, untuk mendapatkan konsentrasi untuk uji
sesungguhnya melalui perhitungan di bawah ini:
𝑵 𝒂
𝒍𝒐𝒈 = 𝒌 (𝒍𝒐𝒈 )
𝒏 𝒏
Keterangan :
N = Konsentrasi ambang atas
n = Konsentrasi ambang bawah
K = Jumlah konsentrasi yang di uji
𝒂 𝒃 𝒄 𝒅 𝒆 𝑵
= = = = =
𝒏 𝒂 𝒃 𝒄 𝒅 𝒆
3 𝑎
log = 4 (log )
0,3 0,3
𝑎
log 10 = 4 (log )
0,3
𝑎
log 10 = 4 (log )
0,3
1 = 4 (log 𝑎 − log 0,3)
1 = 4 log 𝑎 − log 4 log 0,3
1 = 4 log 𝑎 + 2,09
4 log 𝑎 = 1 − 2,09
4 log 𝑎 = 1 − 2,09
4 log 𝑎 = −1,09
− 1,09
log α =
4
log 𝑎 = −0,2725
𝑎 = 0,53
Setelah diketahui nilai a maka nilai b,c,d,dan e dapat kita cari sesuai perhitungan di bawah ini
𝑎 𝑏
=𝑎
𝑛
0,53 b
= 0,53
0,3
0,3𝑏 = 0,2809
𝑏 = 0,94
𝑏 𝑐
=
𝑎 𝑏
0,94 𝑐
=
0,53 0,94
c = 1,67
𝑐 𝑑
=
𝑏 𝑐
𝑐 𝑑
=
0,94 𝑐
0,94 d = 2,79
d = 2,97
Dari perhitungan di atas maka di dapatkan konsentrasi untuk Uji Sesungguhnya, yaitu:
a = 0,53 ≈ 0,5
b = 0,94 ≈ 0,9
c = 2,79 ≈ 2,7
d = 2,79 ≈ 2,9
4.2.2 Uji Sesungguhnya
Jam Ke - Prosentase
Konsentrasi
24 48 72 96 (%)
0 ml 0 0 0 0 0
0,5 ml 0 0 0 1 20
0,9 ml 0 0 1 1 40
2,7ml 0 1 1 2 60
2,9 ml 1 1 2 1 80
Probab Upper
ility Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower Bound Bound
Dari Hasil SPSS di tabel confidence limit (tulisan berwarna hijau) diperoleh hasil LC50-96
jam dari praktikum kelompok kami yaitu pada konsentrasi 1,296 ml.
BAB V
PEMBAHASAN
( KURANG GRAFIK )
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan :
Kesimpulan yang didapatkan dari Praktikum Ekotoksikologi ini adalah :
1. Bahan toksik yang dimasukkan ke dalam tumbuhan pada saat percobaan,
memberikan dampak pada pertumbuhan dan kematian kecambah. Dampak yang
diperlihatkan tergantung dari banyaknya konsentrasi bahan toksik yang
ditambahkan.
2. Konsentrasi maksmimum yang dapat diterima oleh kecambah yaitu 3 ml, karena
pada konsentrasi ini semua tumbuhan kecambah mengalami kematian
3. Ketahanan hidup kecambah bervariasi tergantung penambahan volume dari
deterjen, tetapi pada kondisi 96 jam kebanyakan kecambah mengalami kondisi
kematian dapat dilihat dari tabel
6.2. Saran
Saran yang diberikan untuk Praktikum Ekotoksikologi ini adalah:
1. Sebaiknya bahan toksik yang digunakan lebih bervariasi agar hasil yang didapat
antar kelompok dapat dibandingkan.
2. Sebaiknya mengunakan berbagai jenistumbuhan yang digunakan agar hasil yang
didapat juga dapat dibandingkan jangan hanya tumbuhan kecambah / kacang ijo.
LAMPIRAN
( KURANG DOKUMENTASI )
DAFTAR PUSTAKA