Anda di halaman 1dari 28

Sistem pengelolaan Sampah Di Pemukiman

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah adalah bahan buangan sebagai akibat aktifitas manusia dan binatang,yang
merupakan bahan yang sudah tidak digunakan lagi,sehingga dibuang sebagai barang yang tidak
berguna.
Pada awal kehidupan manusia,sampah belum menjadi suatu masalah,tetapi dengan
bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap,maka makin hari menjadi
masalah yang cukup besar,hal ini jelas bila kita melihat modernisasi kehidupan dan
perkembangan teknologi yang mengakibatkan perkembangan aktifitas manusia,sehubungan
dengan kegiatan manusia maka permasalahan sampah akan berkaitan baik dari segi
ekonomi,sosial,dan budaya.
Kesehatan sesorang maupun masyarakat merupakan masalah yang banyak ditemukan,
sampah sendiri bila diamankan tidak akan menjadi potensi yang dapat mempengaruhi
lingkungan.
Secara umum pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan
dapat mengakibatkan :

 Tempat berkembangnya dan sarang dari pada serangga dan tikus


 Dapat menjadi sumber pengotoran tanah,sumber-sumber air permukaan tanah/air dalam
tanah ataupun udara
 Dapat menjadi sumber dan tempat hidup dari kuman-kuman yang membahayakan
kesehatan

1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana sistem pengelolaan sampah
yang baik di suatu pemukiman penduduk atau kawasan masyarakat.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
 Untuk mengetahui dan mengoptimalkan pengelolaan sampah secara umum disuatu pemukiman
penduduk atau kawasan masyarakat.

1.3.2 Tujuan Khusus


 Untuk mengetahui pengertian pengelolaan sampah
 Untuk mengetahui sumber-sumber dan karakteristik sampah
 Untuk mengetahui unsur-unsur dan sistem pengelolaan sampah
 Untuk mengetahui manfaat pengelolaan sampah
 Untuk mengetahui pengaruh sampah terhadap kesehatan
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
 Sebagai panduan bagi mahasiswa untuk melakukan praktek selanjutnya
 Dapat mengenal secara dekat dan nyata dengan kondisi di suatu lingkungan kerja
 Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam praktek pada kondisi kerja sebenarnya
1.4.2 Bagi Masyarakat
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik
 Institusi atau masyarakat dapt memanfaatkan tenaga mahasiswa dalam tugas pemantauan
sanitasi lingkungan terutama tentang pengelolaan sampah yang baik.
1.4.3 Bagi Jurusan Kesehatan Lingkungan
 Sebagai Sarana pemantapan ilmu bagi mahasiswa
 Sebagai referensi atau pedoman bagi Jurusan Kesehatan Lingkungan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengelolaan Sampah


Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai suatu pengetahuan tentang pengendalian
bagaimana sampah dihasilkan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan
pembuangan sampah dengan menggunakan suatu cara yang sesuai denagn prinpsip-prinsip
kesehatan masyarakat, ekonomi,tekhnik pelestarian lingkungan,keindahan dan dengan
mengindahkan tanggung jawab dan sikap masyarakat.
2.2 Sumber Sampah
Sumber dari sampah pada umumnya berhubungan erat dengan penggunaan tanah dan
pembagian daerah untuk berbagai kegunaan,Sumber smpah dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kategori sebagai berikut :

1. Pemukiman penduduk

Pada tempat pemukiman biasanya sampah yang dihasilkan oleh suatu keluarga tunggal atau
beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama.Jenis sampah yang dihasilkan
biasanya sisa makanan,bahan-bahan sisa sari penolahan makanan atau sampah basah
(garbage),sampah kering (rubbish),abu dan sampah-sampah khusus.

2. Tempat-tempat umum dan perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan
melakukan kegiatan,termasuk tempat-tempat perdagangan,tempat-tempat tersebut mempunyai
potensi yang cukup besar dalam menghasilkan sampah.Jenis sampah yang dihasilkan dapat
berupa sisa makanan (sampah basah),sampah kering,abu,sisa bahan bangunan,sampah
khusus,dan kadang juga terdapat sampah bahaya.
Contoh tempat tersebut adalah : toko,rumah makan/warung,tempat-tempat penginapan dan
sebagainya.

3. Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah

Yang dimaksud dengan sarana pelayanan masyarkat di sini misalnya :

 Tempat-tempat hiburan umum (taman)


 Jalan umum
 Tempat-tempat parkir
 Tempat-tempat pelayanan kesehatan
 Komplek militer
 Gedung-gedung pertemuan
 Pantai tempat berlibur
 Sarana pemerintah yang lain

Tempat tersebut di atas biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

4. Industri (berat-ringan)

Dalam pengertian ini termasuk :

 Pabrik-pabrik produksi bahan-bahan


 Sumber-sumber alam misalnya sumber energi
 Perusahaan kimia
 Perusahaan kayu
 Perusahaan logam
 Tempat pengolahan air minum/air kotor
 Kegiatan industri yang bersifat distribusi ataupun memproses suatu bahan mentah

Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah,sampah kering,abu,sisa-sisa
bahan bangunan,sampah khusus dan sampah berbahaya.

5. Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang,dari daerah pertanian ini,misalnya dari
kebun,kandang,ladang/sawah.Sampah yang dihasilkan dapat berupa bahan-bahan makanan yang
membusuk,sampah pertanian,pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

2.3 Jenis dan Karakteristik Sampah


sampah-sampah yang dibuang oleh si penghasil sampah dapat di klasifikasikan dalam
beberapa jenis :

1. Sisa makanan atau sampah basah (garbage)


Sampah yang termasuk jenis ini adalh sampah basah yang dihasilkan dalam proses
pengolahan makanan.
Karakteristik dari sampah jenis ini ialah dapat membusuk dan dapat terurai dengan
cepat khususnya bila cuaca panas.Proses pembusukan sering kali menimbulkan bau
busuk.Bahan-bahan yang dapat membusuk ini sangat penting diketahui dalam usaha
pengumpulan dan pengelolaan sampah secara berdaya guna dan berhasil guna,sampah jenis
ini bisa dihasilkan pada tempat pemukiman,rumah makan/warung,rumah sakit,pasar dan
sebagainya.

2. Sampah Kering (Rubbish)

Sampah kering terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau pun yang tidak dapat
terbakar,yang dihasilkan oleh rumah tangga, kantor-kantor, perdagangan dan sebagainya, tidak
termasuk sisa makanan dan benda-benda yang sangat mudah membusuk.Jenis dari sampah
kering yang dapat terbakar misalnya: kertas,plastik,tekstil,karet,kulit kayu,daun-daun
kering.Jenis sampah kering yang tidak dapat terbakar misalnya kaca,kaleng,logam dan lain-lain.

3. Abu dan Residu

Benda yang tertinggal dari pembakaran kayu,arang,dan benda yang lain yang dapat terbakar

4. Sampah dari bangunan

Sampah yang terjadi karena penghancuran atau pembangunan suatu gedung,sering kali
diklasifikasikan dalam sampah kering,misalnya batu,beton,batu bata,papan,sisa pipa dan
sebaginya

5. Sampah Khusus

Sampah yang sulit untuk diklasifikasikan,misalnya sampah jalanan,sekam,binatang mati dan


juga bekas kendaraan.

6. Sampah pertanian
Sampah dari tumbuhan tanaman atau sampah dari binatang di daerah pertanian.

7. Sampah berbahaya

Bahan kimia,biologi,bahan yang dapat terbakar,dapat meletus atau mengandung


radioaktif.Sampah tersebut dapat menimbulkan bahaya baik dalam waktu singkat maupun dalam
jangka panjang terhadap manusia,tumbuhan,atau binatang hidup.Sering dijumpai dalam bentuk
cair,tetapi juga dalam bentuk gas atau padat,sampah berbahaya harus mendapat perhatian khusus.

8. Sampah pengolahan air minum/air kotor

Sampah yang berupa Lumpur dari perusahaan air minum atau pengolahan air kotor,dapat
diklasifikasikan dalam jenis tersendiri
2.4 Unsur-unsur dan sistem pengelolaan sampah
Unsur-unsur dalam pengelolaan sampah sebagai berikut :
1) Proses menghasilkan sampah
Pengawasan dalam tahap ini sulit dilaksanakan, karena dipengaruhi oleh individu
ataupun lokasi dimana suatu proses tersebut sewaktu menghsilkan sampah.Dari pandangan
ekonomi saat proses sampah dihasilkan adalah saat yang sangat tepat untuk memisahkan antara
berbagai jenis sampah denagn maksud agar sampah yang masih dapat dimanfaatkan kembali
dapat dipisahkan dari sampah yang harus dibuang.
2) Waktu penyimpanan (sampah sementara)
Dalam pengelolaan sampah,maka sampah ditampung sementara (biasanya pada
rumah tangga) merupakan unsur yang penting hubungannya dengan masyakat sekitar,sebab
penampungan sampah yang tidak baik pada setiap rumah akan menarik serangga,tikus dan juga
dapat menimbulkan gangguan bau dan pandangan yang kurang sedap.
Tempat penampungan/bak sampah harus memenuhi syarat antara lain :
 Tidak berkarat
 Kedap air
 Tertutup
 Mudah dibersihkan
 Tidak mudah rusak
 Berkualitas tinggi
 Alasnya harus dijaga supaya tidak mudah berlubang
3) Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah yang dimaksud bukan sekedar mengumpulkan sampah saja,tetapi
juga mengangkut sampah dari rumah-rumah ketempat pengumpulan,tempat pengolahan,atau
tempat pemanfaatan kembali.dalam pengelolaan sampah,pengumpulan paling banyak memakan
biaya,kurang dari 80% dari semua dana pengelolaan.Dalam hal ini dianjurkan agar pengumpulan
sampah dapat dilakukan satu minggu dua kali,hal ini penting untuk menghindari perkembangan
lalat dan tikus.
4) Pengangkutan sampah
Pengangkutan sampah dalam pengertian ini adalh pemindahan sampah (dari tempat
sampah sementara/pengumpulan) ketempat pembuangan (biasanya pembuangan akhir) dengan
kendaraan yang relative lebih besar.Unsur pengangkutan ini penting sekali,khusus di daerah
perkotaan.
5) Pengolahan dan pemanfaatan kembali
dalam pengertian ini termasuk semua tekhnik,perlengkapan dan prasarana untuk
meningkatkan efisiensi dari semua unsure yang lain dan untuk memanfaatkan kembali semua
barang-barang yang masih dapat dimanfaatkan,serta usaha untuk memperoleh manfaat dari
sampah misalnya mendapatkan energi dari sampah.
6) Pembuangan (akhir)
Unsur terakhir dalam prengelolaan sampah adalah pembuangan.Dalam tahap ini semua
sampah dari rumah tangga atau residu dari incinerator dibuang ketempat pembuangan yang dapat
berupa sanitary land fill atau open dumping.
Selain unsur dalam pengelolaan sampah yang perlu diperhatikan adalah system
pengelolaannya sebagai berikut:
 Organisasi
 Keuangan
 Penyusunan kegiatan operasional
 Perlengkapan pengelolaan
 Personalia
 Pencatatan dan pelaporan
 Beberapa peraturan perundangan

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya sampah


 Lokasi geografi
 Musim
 Frekuensi pengumpulan
 Penggunaan mesin penghancur sampah
 Sifat penduduk
 Upaya pemakaian dan pemanfaatan kembali
 Peraturan pemerintah setempat
 Sikap masyarakat
2.6 Manfaat
1. Untuk menjadikan sampah sebagai barang yang bernilai guna dan berdaya guna
2. Agar tidak merusak atau mengganggu nilai-nilai estetika,karena timbunan sampah dimana-mana
3. dapat mengurangi berkembangnya penyakit yang diakibatkan sampah
4. Dapat mengurangi permasalahan sampah yang telah melimpah ruah dimuka bumi ini
5. Dapat meningkatkan pengetahuan masyarkat bahwa pentingnya peran serta masyarkat dalam
pengelolaan sampah secra terpadu.
2.7 Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan
Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan
tidak langsung. Yang dimaksud dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena
kontak yang langsung dengan sampah tersebut. Misalnya: sampah beracun, sampah yang korosif
terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik, dan lain-lainnya. Selain itu ada pula sampah
yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit.
Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukkan, pembakaran
dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan
secara fakultatif dan secara anaerobik apabila oxygen telah habis, dekomposisi anaerobik akan
menghasilkan cairan yang disebut leachate beserta gas. Efek tidak langsungnya berupa penyakit
bawaan vektor yang berkembangbiak didalam sampah.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran permasalahan sampah di daerah pemukiman
Jumlah penduduk merupakan sebagai salah satu parameter untuk menentukan jenis
pengelolaan sampah di suatu pemukiman penduduk,berdasarkan kepadatan suatu daerah dibagi
menjadi tiga yaitu :
 Kepadatan 0-150 jiwa/ha merupakan daerah dengan kepadatan penduduk rendah
 Kepadatan 150-200 jiwa/ha merupakan daerah dengan kepadatan penduduk sedang
 Kepadatan > 200 jiwa/ha merupakan daerah dengan kepadatan penduduk tinggi.
Kebanyakan masalah yang ditemui di suatu pemukiman adalah kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang pembuangan sampah,banyak masyarakat yang membuang sampah di daerah
bantaran sungai dan ada juga sampah tersebut yang dibuang ke TPS yang ada secara sendiri-
sendiri,kemudian dari TPS,sampah tersebut diangkut ke TPA seminggu sekali dengan
menggunakan kendaraan PEMDA.
Bagan pembuangan sampah di daerah pemukiman :

Berdasarkan jenis sampah yang banyak ditemui di daerah pemukiman adalah :


 40% sampah organik (sayuran,buah-buahan,sampah dapur dan lain-lain)
 30% sampah plastik (bungkus munuman,makanan,dan minuman botol)
 20% sampah kertas
 10% sampah lainnya (logam kaca,dan sampah bangunan)
3.2 Perencanaan pengelolaan sampah
Sebelum di lakukan pengelolaan sampah yang baik kita harus melakukan semua persiapan,dimana
semua persiapan tersebut harus diikuti dengan system komunikasi yang baik dengan unsur-unsur
yang ada di masyarakat.
Ada 4 siklus pemecahan masalah dalam masyarakat yaitu :
 Kebutuhan masyarakat :
Kebutuhan masyarakat ditentukan oleh masyarakat sendiri,biasanyan berkaitan dengan
biaya,pelayanan tersedia,dan sumber daya lingkungan
 Pengenalan dan pembatasan masalah :
Penguasa yang bertanggung jawab menerima dan menafsirkan kebutuhan
masyarkat.Penguasa bertanggung jawab untuk mengadakan pembatasan dan spesifikasi

 Aktifitas Perencanaan :

Aktifitas perencanaan dilakukan oleh staf atau penasehat ahli atas pimpinan
penguasa.Program alternatif dikembangkan untuk memecahkan masalah yang khusus
 Aktifitas membuat keputusan :
Ini adalah langkah kegiatan dalam siklus pemecahan masalah.penguasa
mempertimbangkan berbagai alternatif,memilih perlengkapan,menentukan biaya,dan cara-cara
pelaksanaan.

Selasa, 30 April 2013

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap
menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah pembuangan sampah. Sampah-sampah itu
diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan
tanpa di apa-apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar dimana
lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan menjadi bibit penyakit di kemudian hari.

Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan bila tidak dikelola dengan baik, tetapi ada sisi
manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat
diubah menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya dan juga kesadaran dari masyarakat untuk
mengelolanya.

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Pengertian pencemaran sampah yang termasuk pencemaran ?
2. Apa saja jenis-jenis sampah ?
3. Bagaimanakah pengaruh sampah terhadap lingkungan hidup ?
4. Upaya-upaya pengelolaan sampah ?

1.3 Tujuan penulisan


Di harapkan para pembaca dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
kelestarian lingkungan hidup terutama yang mencakup pengelolaan sampah dan pembaca diharapkan
dapat menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pencemaran


Pencemaran adalah masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air atau
udara, baik yang disengaja maupun yang tida disengaja. Pencemaran juga dapat dikatakan berubahnya
tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Pencemaran terhadap
lingkungan dapat terjadi dimana saja dengan laju yang sangat cepat, dan beban pencemaran yang
semakin berat akibat limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.

Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan, yang salah satu contohnya
adalah sampah. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam
sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan
selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan
konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.

Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam (misal
gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas pencemaran yang disebabkan oleh
aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan dikendalikan.

Karena kegiatan manusia, pencemaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut
tidak dapat dihindari, namun yang dapat kita lakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan
pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar
tidak mencemari lingkungan.

2.2 Jenis-jenis sampah

1. Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :
A. Sampah organik - dapat diurai (degradable)

Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun
kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos

B. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)

Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya.

2. Berdasarkan Sumbernya
Menurut sumbernya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Sampah alam
2. Sampah manusia
3. Sampah konsumsi
4. Sampah nuklir
5. Sampah industri
6. Sampah pertambangan.

3. Berdasarkan Bentuknya
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut
bentuknya sampah dapat dibagi menjadi :

A. Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat
berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain.
Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah
organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti
sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-
potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya. Berdasarkan kemampuan
diurai oleh alam (biodegradability), maka sampah dapat dibagi lagi menjadi:

1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau
anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.

2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi
menjadi:

a) Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi
seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

b) Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali
seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
B. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke
tempat pembuangan sampah.

1. Sampah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet dan industri. Sampah ini mengandung patogen
yang berbahaya.

2. Sampah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian.
Sampah ini mungkin mengandung patogen.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga
dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk
industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan
jumlah konsumsi. Untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah
sembarangan misalnya membuang ke selokan.

C. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti
halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini
dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

D. Sampah manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil
pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi
kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit. Sampah dapat
berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan
terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
E. Limbah radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan
thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir
disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang
dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).

2.3 Pengaruh sampah terhadap lingkungan hidup

Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar terhadap lingkungan
hidup yang berada disekitarnya, dimana sampah akan menimbulkan beberapa dampak negatif dan
bencana seperti :

1. Dampak Terhadap Kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol)
merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti
lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan
adalah sebagai berikut:

1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah
(haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan
sampahnya kurang memadai.
2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam
pencernaaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
4. Sampah beracun:

Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang
telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik
yang memproduksi baterai dan akumulator.
2. Rusaknya Lingkungan

Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai
organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan
berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan
menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini
dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.

3. Terjadinya Banjir

Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang
meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat akibat hujan
besar dan peluapan air sungai. Sampah yang dibuang ke dalam got/saluran air yang menyebabakan
manpat adalah faktor utama yang belum disentuh, berton-ton sampah masuk aliran sungai dan
memampatkan aliran dan menyebabkan polusi sampah di muara pantai,sungai dan danau.

Banjir dan sampah, keduanya dipandang oleh sebagian golongan sangat berhubungan dengan
sebab-akibat. Dimana sampah mengakibatkan banjir dan banjir mengakibatkan sampah. bukan semata
masalah perilaku, namun lebih dalam dari itu adalah masalah kesejahteraan.

Sampah sungai berasal dari sampah rumah tangga dari warga yang bertempat tinggal dipinggiran
sungai, mereka tidak mempunyai tempat pembuangan sampah resmi yang dikoordinir lingkungannya.
Ini berkaitan juga dengan kebiasaan warga/penduduk yang tidak mempunyai kesadaran artinya polusi,
tenggang rasa serta kebiasaan mau enaknya sendiri. Ini berkaitan budaya masyarakat yang kurang
pembinaan tentang artinya kebersihan lingkungan dan cara mengatasi.

4. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi


Dampak dyang apat ditimbulkan sampah terhadap keadaan sosial ekonomi adalah :

1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi
masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-
mana.
2. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.

3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal
penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan
pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).

4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak
bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.

5.Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti
tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau
tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu
lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

2.4 Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau


pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan
dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam .
Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian
khusus untuk masing masing jenis zat.

Praktek pengelolaan sampah berbeda beda satu Negara ke Negara yang lain (sesuai budaya
yang berkembang) , dan hal ini berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , serta
rberbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak
berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh
perusahaan pengolah sampah.

Pengelolaan sampah memiliki tujuan untuk mengubah sampah menjadi material yang memiliki
nilai ekonomis dan juga untuk mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi
lingkungan hidup. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe
zat sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah, dan ketersediaan area.

Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah, dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa


metode atau cara sebagai berikut :

1. Melakuakan Metode Pembuangan dan Penimbunan

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah,
metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak
terpakai, lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yg
dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan
murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan
menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya
Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon
dioksida yang juga sangat berbahaya.Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern
diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis
plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup
untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem
pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan
keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar
gas untuk membangkitkan listrik.

2. Melakukan Metode Daur-ulang


Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali
disebut sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang yaitu pengampilan bahan sampah untuk
diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode
baru dari Daur-Ulang yaitu :

A. Pengolahan kembali secara fisik

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang telah dibuang contohnya kaleng minum alumunium, kaleg baja
makanan / minuman, botol bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus . Pengumpulan biasanya
dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah / kendaraan sampah khusus),
atau dari sampah yang sudah tercampur. Jenis sampah plastik lain yang dapat digunakan seperti (PVC,
LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau
mobil lebih susah, karena bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.

B. Pengolahan kembali secara biologis

Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan / kertas, bisa diolah dengan
menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah
kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian ba han-bahan organik secara terkontrol
menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme bisa
dioptimalisasi pertumbuhannya dengan pengkondisian sampah dalam keadaan basah (nitrogen), suhu
dan kelembaban udara (tidak terlalu basah dan atau kering), dan aerasi yang baik (kandungan oksigen).
Secara umum, metode ini bagus karena menghasilkan pupuk organik yang ekologis (pembenah lahan)
dan tidak merusak lingkungan. Serta sangat memungknkan melibatkan langsung masyarakat sebagai
pengelola (basis komunal) dengan pola manajemen sentralisasi desentralisasi (se-Desentralisasi) atau
metode Inti (Pemerintah/Swasta)-Plasma (kelompok usaha di masyarakat). Hal ini pula akan berdampak
pasti terhadap penanggulangan pengangguran. Metode ini yang perlu mendapat perhatian serius/penuh
oleh pemerintah daerah (kab/kota)

Proses pembuatan kompos adalah dengan menggunakan aktivator EM-4, yaitu proses
pengkomposan dengan menggunakan bahan tambahan berupa mikroorganisme dalam media cair yang
berfungsi untuk mempercepat pengkomposan dan memperkaya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan
adalah : Bahan Baku Utama berupa sampah organik, Kotoran Ternak, EM4, Molase dan Air. Sedangkan
peralatan yang digunakan adalah : Sekop, Cakar, Gembor, Keranjang, Termometer, Alat pencacah, Mesin
giling kompos dan Ayakan.

Contoh dari pengolahan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program
(program tong hijau) di toronto, kanada dimana sampah organik rumah tangga seperti sampah dapur dn
potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

C. Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar
tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai
bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan borlaer untuk
menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan Gusifikasi adalah dua bentuk perlakuan
panas yang berhubungan, dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen.
Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat
mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk
menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan
menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi busure plasma yang canggih digunakan untuk
mengonversi material organik langsung menjadi gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan
hidrogen). Gas kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

3. Melakukan Metode Penghindaran dan Pengurangan


Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah bentuk, atau
dikenal juga dengan “Penguangan sampah” metode pencegahan termasuk penggunaan kembali barang
bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa
digunakan kembali, mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai,
mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pencemaran adalah masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air atau udara
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Pencemaran juga bisa dikatakan berubahnya tatanan
(komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

2. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.

3. Jenis-jenis sampah secara umum terbagi menjadi 2, yaitu sampah organic dan anorganik

4. Sampah menimbulkan beberapa masalah terhadap lingkungan hidup dimana sampah menyebabkan
kerusakan lingkungan, munculnya penyakit, terjadinya banjir, sampai kerugian ekonomi.

5. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari sampah ialah dengan mendaur
ulang sampah, melak.ukan penimbunan sampah, dan tentunya kesadaran dari masing-masing individu

3.2 Saran
Di harapkan kepada para mahasiswa dan pembaca makalah ini khususnya program studi
biologi untuk lebih mendalami ilmu tentang upaya-upaya pengelolaan sampah untuk kelestarian
lingkungan hidup. Karena pencemaran oleh sampah sudah sangat mengkhawatirkan dimana lingkungan
yang kita huni ini sudah tercemar oleh berbagai jenis sampah, baik yang berbahaya maupun tidak, baik
yang dapat dimanfaatkan maupun tidak.
Untuk para mahasiswa yang ingin mengetahui lebih dalam/banyak tentang makalah ini, di
sarankan untuk mencari buku yang lebih khusus di perpustakaan atau website yang relevan dan
terpercaya di internet.

DAFTAR PUSTAKA

Agung Suprihatin, S. Pd; Ir. Dwi Prihanto; Dr. Michel Gelbert. 1996. Pengelolaan Sampah. Malang : PPPGT /
VEDC Malang.

Anonim 2012.A. https://www.google.co.id. Diakses tanggal 25 November 2012

Anonim 2012.B. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah. Diakses tanggal 25 November 2012

Anonim 2012.C. http://carapedia.com/pengertian_definisi_sampah. Diakses tanggal 25 November 2012.

Anonim 2012.D. http://soerya.surabaya.go.id. Diakses tanggal 25 November 2012

Anonim 2012.E. http://insanutamasdit.wordpress.com. Diakses tanggal 25 November 2012

Apriadji, Wied Harry.1994. Memproses sampah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ary Nilandari. 2006. Aku Bisa Menghemat Listrik. Jakarta : Dian Rakyat.

Suhadi. 1995. Wiraswasta Sampah. Surabaya: Bina Ilmu.

MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH

Juli 12, 2011 · Filed under Uncategorized

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah
meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah.
Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi
serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga
memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan.
Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang
tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain
akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu
kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan
lautan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi:
1) sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa sayuran, sisa
daging, daun dan lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet,
logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang
berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang
mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya.
Apresiasi pemerintah dan masyarakat selalu dituntut untuk melakukan pengelolaan sampah
sehingga pada gilirannya sampah dapat diolah secara mandiri dan menjadi sumberdaya.
Mencermati penomena di atas maka sangat diperlukan model pengelolaan sampah yang baik dan
tepat dalam upaya mewujudkan perkotaan dan perdesaan yang bersih dan hijau.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Makalah ini akan membahas tentang “Penanggulangan Masalah
Sampah Perkotaan Dan Perdesaan”.

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan disusunnya makalah untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Selain itu
penyusunan ini juga untuk membuka jendela pengetahuan tentang permasalahan pengolahan
sampah yang ada saat ini. Harapan penulis adalah agar makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi
diri sendiri, akan tetapi bermanfaat juga bagi meraka yang membutuhkan untuk referensi ataupun
bahan bacaan semata

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengolahan Sampah


Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif
pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan
dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa
menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah
yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan
terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan
sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru. Daripada mengasumsikan bahwa
masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus
dijadikan prioritas utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang
secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada
saat ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan
proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.

2.2 Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Sampah


Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut pandang kesehatan
lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media
berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara
menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari
udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak
menimbulkan kebakaran dan yang lainnya ( Aswar, 1986).
Meningkatnya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat urban dapat disaksikan dari
Kota Denpasar, yaitu pada tahun 2002 rata-rata produksi sampah sekitar 2.114 m3/hari yang
bersumber dari sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah
spesifik. Dalam jangka waktu 4 tahun, yaitu tahun 2006, jumlah produksi sampah telah
meningkat menjadi 2.200 m3/hari (Tim Kota Sanitasi Kota Denpasar, 2007). Sementara itu,
rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
menjadi suatu permasalahan yang perlu mendapat perhatian dalam pengelolaan lingkungan
bersih dan sehat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah di antaranya: (1) sosial politik, yang
menyangkut kepedulian dan komitment pemerintah dalam menentukan anggaran APBD untuk
pengelolaan lingkungan (sampah), membuat keputusan publik dalam pengelolaan sampah serta
upaya pendidikan, penyuluhan dan latihan keterampilan untuk meningkatkan kesadaran dan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, (2) Aspek Sosial Demografi yang meliputi
sosial ekonomi (kegiatan pariwisata, pasar dan pertokoan, dan kegiatan rumah tangga, (3) Sosial
Budaya yang menyangkut keberadaan dan interaksi antarlembaga desa/adat, aturan adat (awig-
awig), kegiatan ritual (upacara adat/keagamaan), nilai struktur ruang Tri Mandala, jiwa
pengabdian sosial yang tulus, sikap mental dan perilaku warga yang apatis, (4) keberadan lahan
untuk tempat penampungan sampah, (5) finansial (keuangan), (6) keberadaan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), dan (5) kordinasi antarlembaga yang terkait dalam penanggulangan masalah
lingkungan (sampah).
Sampah semakin hari semakin sulit dikelola, sehingga disamping kesadaran dan partisipasi
masyarakat, pengembangan teknologi dan model pengelolaan sampah merupakan usaha
alternatif untuk memelihara lingkungan yang sehat dan bersih serta dapat memberikan manfaat
lain.

2.3 Kondisi Pengelolaan Sampah Saat Ini


Bahwa pada saat ini sampah sulit dikelola karena berbagai hal, antara lain:
a. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk
mengelola dan memahami porsoalan sampah,
b. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan
tentang sampah
c. Meningkatnya biaya operasional pengelolaan sampah
d. Pengelolaan sampah yang tidak efisien dan tidak benar menimbulkan permasalahan
pencemaran udara, tanah, dan air serta menurunnya estetika
e. Ketidakmampuan memelihara barang, mutu produk teknologi yang rendah akan mempercepat
menjadi sampah.
f. Semakin sulitnya mendapat lahan sebagai tempat pembuangan ahir sampah.
g. Semakin banyaknya masyarakat yang keberatan bahwa daerahnya dipakai tempat pembuangan
sampah.
h. Sulitnya menyimpan sampah yang cepat busuk, karena cuaca yang panas.
i. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan
memelihara kebersihan.
j. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah
dikelola oleh pemerintah.
Penanganan sampah yang telah dilakukan adalah pengumpulan sampah dari sumber-sumbernya,
seperti dari masyarakat (rumah tangga) dan tempat-tempat umum yang dikumpulkan di TPS
yang telah disediakan. Selanjutnya diangkut dengan truk yang telah dilengkapi jarring ke TPA.
Bagi daerah-daerah yang belum mendapat pelayanan pengangkutan mengingat sarana dan
prasara yang terbatas telah dilakukan pengelolaan sampah secara swakelola dengan beberapa
jenis bantuan fasilitas pengangkutan. Bagi Usaha atau kegiatan yang menghasilkan sampah lebih
dari 1 m3/hari diangkut sendiri oleh pengusaha atau bekerjasama dengan pihak lainnya seperti
desa/kelurahan atau pihak swasta. Penanganan sampah dari sumber-sumber sampah dengan cara
tersebut cukup efektif.
Beberapa usaha yang telah berlangsung di TPA untuk mengurangi volume sampah, seperti telah
dilakukan pemilahan oleh pemulung untuk sampah yang dapat didaur ulang. Ini ternyata sebagai
matapencaharian untuk mendapatkan penghasilan. Terhadap sampah yang mudah busuk telah
dilakukan usaha pengomposan. Namun usaha tersebut masih menyisakan sampah yang harus
dikelola yang memerlukan biaya yang tinggi dan lahan luas. Penanganan sisa sampah di TPA
sampai saat ini masih dengan cara pembakaran baik dengan insenerator atau pembakaran di
tempat terbuka dan open dumping dengan pembusukan secara alami. Hal ini menimbulkan
permasalahan baru bagi lingkungan, yaitu pencemaran tanah, air, dan udara.
Pengelolaan sampah dimasa yang akan datang perlu memperhatikan berbagai hal seperti:
1. Penyusunan Peraturan daerah (Perda) tentang pemilahan sampah
2. Sosialisasi pembentukan kawasan bebas sampah, seperti misalnya tempat-tempat wisata,
pasar, terminal, jalan-jalan protokol, kelurahan, dan lain sebagainya
3. Penetapan peringkat kebersihan bagi kawasan-kawasan umum
4. Memberikan tekanan kepada para produsen barang-barang dan konsumen untuk berpola
produksi dan konsumsi yang lebih ramah lingkungan
5. Memberikan tekanan kepada produsen untuk bersedia menarik (membeli) kembali dari
masyarakat atas kemasan produk yang dijualnya, seperti bungkusan plastik, botol, alluminium
foil, dan lain lain.
6. Peningkatan peran masyarakat melalui pengelolaan sampah sekala kecil, bisa dimulai dari
tingkat desa/kelurahan ataupun kecamatan, termasuk dalam hal penggunaan teknologi daur
ulang, komposting, dan penggunaan incenerator.
7. Peningkatan efektivitas fungsi dari TPA
8. Mendorong transformasi (pergeseran) pola konsumsi masyarakat untuk lebih menyukai
produk-produk yang berasal dari daur ulang.
9. Pengelolaan sampah dan limbah secara terpadu.

2.4 Model Pengelolaan Masalah Sampah Perkotaan Dan Perdesaan


Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada Pasal 5 UU Pengelolan Lingkungan Hidup No.23
Th.1997, bahwa masyarakat berhak atas Lingkungan hidup yang baik dan sehat. Untuk
mendapatkan hak tersebut, pada Pasal 6 dinyatakan bahwa masyarakat dan pengusaha
berkewajiban untuk berpartisipasi dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan, mencegah
dan menaggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Terkait dengan ketentuan tersebut,
dalam UU NO. 18 Tahun 2008 secara eksplisit juga dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai
hak dan kewajiban dalam pengelolaan sampah. Dalam hal pengelolaan sampah pasal 12
dinyatakan, setiap orang wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara berwawasan
lingkungan. Masyarakat juga dinyatakan berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan, pengelolaan dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah. Tata cara partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan
tatanan sosial budaya daerah masing-masing. Berangkat dari ketentuan tersebut, tentu menjadi
kewajiban dan hak setiap orang baik secara individu maupun secara kolektif, demikian pula
kelompok masyarakat pengusaha dan komponen masyarakat lain untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan sampah dalam upaya untuk menciptakan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang
baik, bersih, dan sehat.
Beberapa pendekatan dan teknologi pengelolaan dan pengolahan sampah yang telah
dilaksanakan antara lain adalah:
1. Teknologi Komposting
Pengomposan adalah salah satu cara pengolahan sampah, merupakan proses dekomposisi dan
stabilisasi bahan secara biologis dengan produk akhir yang cukup stabil untuk digunakan di
lahan pertanian tanpa pengaruh yang merugikan (Haug, 1980). Penelitian yang dilakukan oleh
Wahyu (2008) menemukan bahwa pengomposan dengan menggunakan metode yang lebih
modern (aerasi) mampu menghasilkan kompos yang memiliki butiran lebih halus, kandungan C,
N, P, K lebih tinggi dan pH, C/N rasio, dan kandungan Colform yang lebih rendah dibandingkan
dengan pengomposan secara konvensional.
2. Teknologi Pembuatan Pupuk Kascing
3. Pengelolaan sampah mandiri
Pengolahan sampah mandiri adalah pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di
lokasi sumber sampah seperti di rumah-rumah tangga. Masyarakat perdesaan yang umumnya
memiliki ruang pekarangan lebih luas memiliki peluang yang cukup besar untuk melakukan
pengolahan sampah secara mandiri. Model pengelolaan sampah mandiri akan memberikan
manfaat lebih baik terhadap lingkungan serta dapat mengurangi beban TPA. Pemilahan sampah
secara mandiri oleh masyarakat di Kota Denpasar masih tergolong rendah yakni baru mencapai
20% (Nitikesari, 2005).
4. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat
Pola pengelolaan sampah berbasis masyarakat sebaiknya dilakukan secara sinergis (terpadu) dari
berbagai elemen (Desa, pemerintah, LSM, pengusaha/swasta, sekolah, dan komponen lain yang
terkait) dengan menjadikan komunitas lokal sebagai objek dan subjek pembangunan, khususnya
dalam pengelolaan sampah untuk menciptakan lingkungan bersih, aman, sehat, asri, dan lestari.
Undang-Undang tentang pengelolaan sampah telah menegaskan berbagai larangan seperti
membuang sampah tidak pada tempat yang ditentukan dan disediakan, membakar sampah yang
tidak sesaui dengan persyaratan teknis, serta melakukan penanganan sampah dengan
pembuangan terbuka di TPA. Penutupan TPA dengan pembuangan terbuka harus dihentikan
dalam waktu 5 tahun setelah berlakunya UU No. 18 Tahun 2008. Dalam upaya pengembangan
model pengelolaan sampah perkotaan harus dapat melibatkan berbagai komponen pemangku
kepentingan seperti pemerintah daerah, pengusaha, LSM, dan masyarakat. Komponen
masyarakat perkotaan lebih banyak berasal dari pemukiman (Desa Pakraman dan Dinas),
sedangkan di perdesaan umumnya masih sangat erat kaitannya dengan keberadaan kawasan
persawahan dengan kelembagaan subak yang mesti dilibatkan. Pemilihan model sangat
tergantung pada karakteristik perkotaan dan perdesaan serta karakteristik sampah yang ada di
kawasan tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan diberlakukannya UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah maka diperlukan
model pengelolaan sampah yang baik dan tepat untuk dikembangkan di perkotaan dan perdesaan
sehingga kualitas kesehatan, kualitas lingkungan dapat ditingkatkan serta sampah dapat menjadi
sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Model hendaknya melibatkan berbagai komponen pemangku kepentingan dan memperhatikan
karakteristik sampah, karakteristik perkotaan atau perdesaan serta keberadaan sosial-budaya
masyarakat setempat.

3.2 Saran
Kita sebagai warga masyarakat harusnya lebih paham dan mengerti tentang pengolahan sampah
dan harus lebih sadar akan kebersihan lingkungan yang kita diami. Karena dampak dari
lingkungan kotor dapat mendatangkan penyakit bagi kita sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Untuk itu mulai sekarang marilah kita menggalakan hidup sehat dengan tidak membuang sampah
sembarangan dan selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah


Nitikesari, Putu Ening. 2005. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Penanganan
Sampah Secara Mandiri di Kota Denpasar. Tesis Magister Program Pascasarjana Universitas
Udayana, Denpasar.
PPLH UNUD. 2005. Laporan Pengkajian Penyusunan Pedoman Dan Kriteria Adipura Regional
Provinsi Bali. Laporan Penelitian Kerjasama PPLH UNUD dengan PUSREG Bali-Nusra.
Denpasar.
Bapedalda Provinsi Bali dan PPLH UNUD. 2005. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
Bali. Denpasar.
PPLH UNUD. 2007. Kajian Sosial Kemasyarakatan Model Pengelolaan Sampah Di Lingkungan
Pemukiman Perkotaan Di Provinsi Bali. Laporan Penelitian Kerjasama PPLH UNUD dengan
PUSREG Bali-Nusra. Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai