3. Materi Pembelajaran
a. Pengertian Bunuh diri
b. Penyebab bunuh diri
c. Tanda dan gejala bunuh diri
d. Peran keluarga dengan pasien resiko bunuh diri
e. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga
4. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Tanya jawab
1
5. Media
a. Flip Chart
b. Leaflet
6. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta Keterangan
1 5 menit Pembukaan 1. Memperkenalkan 1. Menjawab Moderator
diri salam dan
2. Menjelaskan mendengarkan
tujuan penyuluhan 2. Melihat dan
3. Melakukan mendengarkan
kontrak waktu 3. Memahami
4. Menjelaskan
mekanisme
penyuluhan
2 15 Pelaksanaan 1. Menggali 1. Mendengarkan 1. Moderator
2.Penyaji
menit pengetahuan dan dan menjawab
menjelaskan
pengalaman 2. Mendengarkan,
materi
peserta tentang memperhatikan
tentang peran
bagaimana peran dan memahami
keluarga pada
keluarga dengan materi
pasien dengan
pasien dengan
resiko bunuh
resiko bunuh diri
diri.
2. Memberikan
materi tentang
pengertian,
penyabab, tanda
dan gejala dan
peran keluarga
pasien dengan
resiko bunuh diri.
1. Moderator
3. 10 Penutup 1. Memberi 1. Mengajukan
2
menit kesempatan pertanyaan
peserta untuk
2. Semua
bertanya
anggota
2. Membahas 2. Mendengarkan
penyuluhan
masing-masing dan
3. Moderator
pertanyaan yang memperhatikan
diajukan peserta
3. Menanyakan 3. Menjawab
kembali tentang pertanyaan
materi yang telah
diberikan
4. Menyimpulkan 4. Memperhatikan
materi penyuluhan
5. Mengucapkan 5. Menjawab
terima kasih salam
6. Mengucapkan
salam penutup
7. Kriteria Evaluasi
Evaluasi Struktur
Peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang Wijaya
Kusuma RSJ Menur
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
Evaluasi Hasil
Pasien dapat menjawab pertanyaan tentang materi yang telah
3
disampaikan
Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan adalah semua pasien
Pasien antusias terhadap materi penyuluhan yang disampaikan
Pasien mendengarkan penyuluhan dengan seksama
Pasien mengajukan pertanyaan
8. Pengorganisasian
Pembimbing : Hanik Endang, Ns.,M.Kep
Tri Darmi Herawati, S.Kep.,Ns
Moderator : Lailatul, S.Kep
Penyaji : Anis Ika N, S.Kep
Observer : Khumidatun Niswah, S.Kep
Nurya, S.Kep
Fasilitator : Nuril Istiqomah, S.Kep
Anis Ika Nur Rohmah, S.Kep
Lailil Fatkuriyah, S.Kep
9. Job Description
a. Moderator
Memandu jalannya acara penyuluhan
b. Penyaji
Menyajikan materi kepada peserta
c. Observer
Menilai jalannya acara penyuluhan
d. Fasilitator
Mendampingi peserta dan memotivasi peserta untuk tetap mengikuti acara
4
MATERI SAP
PERAWATAN PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang bermaksud membunuh diri
sendiri. Hal ini telah didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri
sebelumnya. 30% orang yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang
yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide diyakini
merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi
kesedihan yang mendalam.
Bunuh diri merupakan suatu kejadian yang tidak jarang terjadi. Pada
umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh
stress. Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang di antaranya:
a. Suicidal ideation
Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah
metode yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan klien pada
tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini
memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
b. Suicidal intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan
yang konkrit untuk melakukan bunuh diri
c. Suicidal threat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yan
dalam, bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya
d. Suicidal gesture
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada
diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi
sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang
dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya
meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya.
Hal ini terjadi karena individu mengalami ambivalen antara mati dan hidup
5
dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan
untuk hidup, ingin diselamatkan, dan individu ini sedang mengalami
konflik mental. Tahap ini sering di namakan “Crying for help” sebab
individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu diselesaikan.
e. Suicidal attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu
ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang
mematikan. walaupun demikian banyak individu masih mengalami
ambivalen akan kehidupannya.
6
3. Tanda-tanda Beresiko Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan psikiatri.
Meskipun suicide (bunuh diri) adalah perilaku yang membutuhkan
pengkajian yang komprehensif pada kasus depresi, penyalahgunaan NAPZA,
skizofrenia, gangguan kepribadian( paranoid, borderline, antisosial), suicide
tidak bisa disamakan dengan penyakit mental. Ada 4 hal yang krusial yang
perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah:
1. Bunuh diri merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat
inap di rumah sakit jiwa
2. Faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang
adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi
staf yang lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya
informasi tentang pasien.
3. Pengkajian bunuh diri seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di
rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan
pengobatan atau treatmen lainnya.
4. Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri
perawat terhadap isyarat perilaku pasien yang mendukung terjadinya
resiko bunuh diri adalah hal yang penting dalam menurunkan angka bunuh
diri di rumah sakit.
Sebagai perawat perlu mempertimbangkan bahwa pasien memiliki
resiko apabila menunjukkan perilaku sebagai berikut :
1. Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri
2. Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri
3. Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri
4. Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa
5. Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
6. Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alkohol
7. Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
8. Menunjukkan impulsivitas dan agressif
9. Sedang mengalami kehilangan yang cukup signifikan atau kehilangan
yang bertubi-tubi dan secara bersamaan
7
10. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misalnya
pistol, obat, racun.
11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan
pengobatan
12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.
Banyak instrumen yang bisa dipakai untuk menentukan resiko klien
melakukan bunuh diri diantaranya dengan SAD PERSONS
NO. SAD PERSONS Keterangan
1 Sex (jenis kelamin) Laki laki lebih komit melakukan suicide 3 kali lebih
tinggi dibanding wanita, meskipun wanita lebih
sering 3 kali dibanding laki laki melakukan
percobaan bunuh diri
2 Age ( umur) Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun atau lebih
muda, 45 tahun atau lebih tua dan khususnya umur
65 tahun lebih.
3 Depression 35 – 79% oran yang melakukan bunuh diri
mengalami sindrome depresi.
4 Previous attempts65- 70% orang yang melakukan bunuh diri sudah
(Percobaan pernah melakukan percobaan sebelumnya
sebelumnya)
5 ETOH ( alkohol) 65 % orang yang suicide adalah orang
menyalahnugunakan alkohol
6 Rational thinking LossOrang skizofrenia dan dementia lebih sering
(Kehilangan berpikirmelakukan bunuh diri disbanding general populasi
rasional)
7 Sosial support lackingOrang yang melakukan bunuh diri biasanya
(Kurang dukungankurannya dukungan dari teman dan saudara,
sosial) pekerjaan yang bermakna serta dukungan spiritual
keagaamaan
8 Organized planAdanya perencanaan yang spesifik terhadap bunuh
(perencanaan yangdiri merupakan resiko tinggi
teroranisasi)
9 No spouse ( TidakOrang duda, janda, single adalah lebih rentang
memiliki pasangan) disbanding menikah
10 Sickness Orang berpenyakit kronik dan terminal beresiko
8
tinggi melakukan bunuh diri.
9
Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.
Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan
sosial yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya,
koping mekanisme yang biasa digunakan.
2. Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko,
managemen untuk klien yang memiliki resiko tinggi;
Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat
ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.
Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat
membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik,
sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya.
Membuat kontrak baik lisan maupun tertulis dengan perawat untuk tidak
melakukan tindakan yang mencederai diri Misalnya : ”Saya tidak akan
mencederai diri saya selama di RS dan apabila muncul ide untuk mencederai
diri akan bercerita terhadap perawat.”
Makanan seharusnya diberikan pada area yang mampu disupervisi dengan
catatan :
o Yakinkan intake makanan dan cairan adekuat
o Gunakan piring plastik atau kardus bila memungkinkan.
o Cek dan yakinkan kalau semua barang yang digunakan pasien
kembali pada tempatnya.
Ø Ketika memberikan obat oral, cek dan yakinkan bahwa semua obat diminum.
Ø Rancang anggota tim perawat untuk memonitor secara kontinyu.
Ø Batasi orang dalam ruangan klien dan perlu adanya penurunan stimuli.
Ø Instruksikan pengunjung untuk membantasi barang bawaan ( yakinkan untuk tidak
memberikan makanan dalam tas plastic)
Ø Pasien yang masih akut diharuskan untuk selalu memakai pakaian rumah sakit.
Ø Melakukan seklusi dan restrain bagi pasien bila sangat diperlukan
Ø Ketika pasien sedang diobservasi, seharusnya tidak menggunakan pakaian yang
menutup seluruh tubuhnya. Perlu diidentifikasi keperawatan lintas budaya.
Ø Individu yang memiliki resiko tinggi mencederai diri bahkan bunuh diri perlu
adanya komunikasi oral dan tertulis pada semua staf.
10
3. Membantu meningkatkan harga diri klien
Ø Tidak menghakimi dan empati
Ø Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
Ø Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain
Ø Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls
yang rendah
Ø Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.
4. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social
Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien
membutuhkan dukungan social yang adekuat
Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk
jejaring sosial yang bisa di akses.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas social
5. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.
Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif
Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.
Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi
sebelum anda memiliki pikiran bunuh diri’
Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping
Explorasi perilaku alternative
Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai
Bantu klien untuk mengidentifikasi pola piker yang negative dan
mengarahkan secara langsung untuk merubahnya yang rasional.
7. Initiate Health Teaching dan rujukan, jika diindikasikan
Ø Memberikan pembelajaran yan menyiapkan orang mengatasi stress (relaxation,
problem-solving skills).
Ø Mengajari keluarga technique limit setting
Ø Mengajari keluarga ekspresi perasaan yang konstruktif
Ø Intruksikan keluarga dan orang lain untuk mengetahui peningkatan resiko :
perubahan perilaku, komunikasi verbal dan nonverbal, menarik diri, tanda depresi.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://organisasi.org/tips-cara-membuat-mencari-teman-kawan-sahabat-sobat-
yang-banyak-baik-dan-benar
12