Manajemen Keperawatan Kelompok III
Manajemen Keperawatan Kelompok III
RUANG BERNADETH II A
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK III
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya sehingga kelompok dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya
yang berjudul “Manajemen Keperawatan pada Ruangan Bernadeth II A”
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi dan
kelompok boleh menyelesaikan tugas ini dengan baik. Olehnya itu, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
sistematika penulisan maupun isi dari makalah. Oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga dalam penyusunan makalah
selanjutnya kami boleh memperbaiki kesalahan sebelumnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian
terutama bagi mahasiswa (i) STIK Stella Maris.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Penerapan
manajemen keperawatan memerlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi manajemen. Fungsi manajemen akan
mengarahkan perawat dalam mencapai sasaran yang akan ditujunya. Menurut Freeman
dan Gilbert (1996) dalam Schlosser (2003) terdapat beberapa elemen utama dalam fungsi
manajemen keperawatan diantaranya yaitu planning, organizing, actuating (coordinating
& directing), staffing, leading, reporting, controlling dan budgeting.
Sama halnya dengan yang lain manajemen keperawatan di dunia pada dasarnya
berfokus pada perilaku manusia untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada
pelayanan di suatu kegiatan. Pengorganisasian dalam manajemen keperawatan
mempunyai banyak aktifitas penting, antara lain bagaimana asuhan keperawatan dikelola
secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah sakit dengan jumlah staf
keperawatan dan fasilitas yang ada. Untuk diperlukan pembagian tugas, kerja sama, dan
koordinasi sehingga semua pasien mendapatkan pelayanan yang optimal. Oleh karena itu
menejer keperawatan perlu menetapkan kerangka kerja, yaitu dengan cara:
mengelompokan dan membagi kegitan yang harus dilakukan, menentukan jalinan
hubungan kerja antara tenaga dan menciptakan hubungan antara kepala-staf melalui
penugasan,delegasi dan wewenang.
Di Indonesia, terdapat beberapa fungsi manajemen keperawatan, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, yang harus dilakukan oleh
manajer dalam bentuk supervisi.Supervisi yang dilakukan oleh manajer keperawatan
secara baik dan terus menerus dapat memastikan pemberian asuhan keperawatan sesuai
dengan standar praktek keperawatan. Dengan supervisi kepala ruangan sebagai manajer
dapat mempengaruhi kinerja perawat pelaksana. Manajemen Keperawatan di Indonesia
di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan Keperawatan di
masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode perlakuan asuhan
keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang.
Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil.
Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga
daripada seorang pegawai, maka setiap tahapan didalam proses manajemen lebih rumit
dibandingkan proses keperawatan.
Keperawatan sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan di Rumah Sakit wajib
memberikan layanan kesehatan yang prima, efisien, efektif, dan produktif kepada
masyarakat. Perawat merupakan kelompok pemberi jasa layanan kesehatan terbesar di
Rumah Sakit yang jumlahnya mencapai 40%-60%, mengerjakan hampir 90% layanan
kesehatan Rumah Sakit melalui asuhan keperawatan dan sangat berpengaruh pada hasil
akhir (outcames) pasien. Di Rumah Sakit, perawat memiliki peran fundamental yang luas
selama 24 jam sehari. Layanan prima keperawatan di Indonesia dikembangkan dan
diberikan kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan Model Praktik
Keperawatan Profesional..
Manajemen keperawatan di RS Stella Maris telah berjalan dalam pelayanan
kesehatan. Dengan memanfaatkan sumber daya yang telah tersedia untuk menunjang
tujuan yang akan dicapai bersama. Namun, masih ada beberapa hal yang berbanding
terbalik dari teori manajemen keperawtaan dengan apa yang terjadi di RS Stella Maris
Makassar. Oleh kerena itu kelompok melakukan kajian ke Rumah Sakit Stella Maris
Makassar untuk membandingkan manajemen keperawatan di Rumah Sakit Stella Maris
Makassar dengan teori manajemen keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk mengetahui manajemen keperawatan di Rumah Sakit Stella
Maris Makassar dengan membandingkannya dengan teori.
2. Tujuan Khusus
C. Sasaran
1. Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi Rumah Sakit Stella Maris Makassar mengenai penrapan
Manajemen Keperawatan dan sebagai evaluasi dalam manajemen keperawatan.
2. Mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa mengenai system manajemen
keperawatan yang ada di Rumah sakit Stella Maris Makassar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Analisis Situasi Keperawatan
1. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi
yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program
kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan
kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang
(Opportunity) dan tantangan (ThreathS).
c. Opportunities (Peluang) atau disingkat dengan “O”, yaitu Peluang yang dapat
dimanfaatkan bagi organisasi ataupun proyek untuk dapat berkembang di
kemudian hari.
d. Threats (Ancaman) atau disingkat dengan “T”, yaitu Ancaman yang akan
dihadapi oleh organisasi ataupun proyek yang dapat menghambat
perkembangannya.
(Strength-S) (Weaknesses-W)
1. 1.
2 2.
Struktur organisasi rumah sakit harus efektif, mudah beroperasi dan tidak banyak
birokrasi.Penetapan struktur organisasi ini dimaksudkan untuk bisa membagi tugas
pekerjaan, memberikan wewenang, melakukan pengawasan dan meminta pertanggung
jawaban.Suatu organisasi rumah sakit yang sukses mempunyai ciri struktur
organisasinya tidak berbentuk piramid tapi datar. Jenjang hirarkinya pendek dan
pengorganisasiannya berorientasi kepada tim yang mudah dibentuk.
4. Lingkungan Kerja
a. Ruang Lingkup K3 di RS
1) Fasilitas higene yang memonitor dampak lingkungan kerja pada tenaga kerja
diantaranya pencahayaan, bising, suhu/iklim kerja.
2) Fasilitas keselamatan kerja yang mencakup pengamanan pada perlengkapan
kerja, penggunaan alat pelindung diri dan sinyal/rambu-rambu peringatan dan
alat pemadam kebakaran
3) Fasilitas kesehatan kerja yang mencakup kontrol awal berkala dan khusus, gizi
kerja, kebersihan diri dan lingkungan
4) Ergonomi yakni kesehatan pada alat kerja dengan tenaga kerja
b. Kondisi Darurat
1) Kebakaran
2) Kecelakaan, contoh : terpeleset dan tertusuk jarum
3) Masalah tenaga, contoh : masalah listrik, air, dll
4) Ganggaun keamanan, contoh : huru-hara, demonstrasi, pencurian
5) Bencana alam, contoh : gempa bumi, angin topan, banjir, dll
6) Kondisi darurat di ruangan, contoh : henti jantung, henti napas
5. Sumber Daya
a. Man (Manusia)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah tujuan yang paling menetukan.
Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa ada manusia, tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya
manusia adalah mahkluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya
orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.
b. Money (Uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidakt tukar dan dapat di abaikan. Uang
merupakan alat pengukur nilai. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat di ukur dari
jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan
alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan besarnya uang
yang harus di sediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang di
butuhkan dan harus di beli, serta beberapa hasil yang akan di capai dari suatu
organisasi.
c. Material (Bahan)
Materi terdiri atas bahan setengah jadi dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk
mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya,
bahan/materi harus dapat digunakan sebagai salah satu saran. Materi dan manusia
tidak dapat dipisahkan karena tanpa materi, hasil yang dikehendaki tidak akan
tercapai.
d. Machine (Mesin)
Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin dapat
membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta
menciptakan efisiensi kerja.
e. Method (Metode)
Dalam pelaksanaan kerja, diperlukan metode kerja. Tatacara kerja yang baik
dapat memperlancar jalannya pekerjaan. Metode dapat dinyatakan sebagai
penetapan cara pelaksanaan kerja suatau tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat, meskipun
metode baik bila orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak
mempunyai pengalaman, hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian,
manusia tetap berperan utama dalam manajemen.
f. Market (Pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab barang yang
diproduksi tidak laku, proses produksi barang dapat berhenti. Hal ini berarti
proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti
menyebarkan hasil produksi merupakan faktor yang menentukan dalam
perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai, kualitas dan harga barang harus sesuai
dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
2. Metode Penugasan
a. Metode penugasan fungsional
Pada model fungsional pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Seitap perawat diberikan satu atau
beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu
ruangan. Seorang perawat mungkin bertanggung jawab dalam pemberian
obat,mengganti balutan,monitor infus dan sebagainya. Prioritas utama yang
dikerjakan adalah memenuhi kebutuhan fisik sesuai dengan kebutuhan pasien dan
kurang menekankan kepada pemenuhan kebuthan pasien secara holistic, sehingga
dalam menerapkannya kualitas asuhan keperawatan sering terabaikan, karena
pemberian asuhan yang terfragmentasi.
b. Model penugasan alokasi pasien atau keperawatan total
Dengan model penugasan alokasi pasien atau keperawatan total merupakan
pengorganisasian pelayanan asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa pasien
oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode tertentu atau
sampai pasien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan pasien.
c. Model penugasan tim keperawatan atau keperawatan berkelompok
Model tim merupakan suatu model pemberian asuhan keperawatan ketika
perawat profesional yang berpengalaman. Pembagian tugas didalam kelompok
dilkukan oleh pemimpin kelompok/ketua tim . selain itu ketua tim bertanggung
jawab dalam pengarahan anggota tim. Sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan. Selanjudnya ketua tim
melporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan
terhadap klien.
3. Dokumentasi keperawatan
Jenis model dokumentasi keperawatan
a. SOR (Source Oriented Record)
Catatan yang berorientasi pada sumber informasi. Tim kesehatan mempunyai
catatan sendiri dari hasil observasi dan tidak bergantung dengan anggota tim
kesehatan lain, misalnya catatan/dokumen dokter,perawat,ahli gizi,fisioterapi,dan
lain-lain. Model dokumentasi SOR terdiri dari 5 komponen yaitu:
1) Lembar penerimaan berisi biodata pasien
2) Lembar order/instruksikan dokter
3) Lembar riwayat medic/penyakit
4) Catatan perawat
5) Catatan dan laporan khusus
Keuntungan :
4) Catatan perkembangan
Catatan perkembangan membentuk rangkaian informasi dalam sistem
pendekatan berorientasi masalah. Catatan ini dirancang sesuai dengan format
khusus untuk mendokumentasikan informasi mengenai setiap nomor dan judul
masalah yang sudah terdaftar.
c. POR (Progress Oriented Record)
Catatan yang berorientasi pada kemajuan dan perkembangan pasien. Terdiri
dari 3 bagian, yaitu:
1) Catatan perawat (ditulis setiap 24 jam)
a) Pengkajian dilakukan lebih dari satu perawat terhadap keadaan klien
b) Tindakan keperawatan yang bersifat mandiri
c) Tindakan keperawatan yang bersifat pendelegasian
d) Tindakan yang dilakukan oleh dokter
e) Kunjungan berbagai anggota team
2) Flowsheet (lembar alur)
Lembar alur memungkinkan perawat untuk mencatat hasil observasi atau
pengukuran yang dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara
naratif, termasuk data klinik klien tentang tanda-tanda vital (tekanan
darah,nadi,suhu,pernafasan),berat badan,jumlah masukan dan keluaran cairan
dalam 24 jam,dan pemberian obat.
3) Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan
Pada catatan ini terutama dipersiapkan ketika klien akan dipulangkan atau
dipindahkan pada tempat perawatan lainnya guna perawatan lanjutan.
Kelompokan dokumentasi pemulangan meliputi masalah kesehatan yang
masih aktif, pengobatan terakhir, penanganan yang masih harus diteruskan,
kebiasaan makan dan istirahat, kemampuan untuk asuhan mandiri, jaringan
dukungan, pola gaya hidup, dan agama.
d. CBE (Charting By Expectation)
Charting By Expectation adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara
naratif dari hasil atau penemuan yang menyimpan dari keadaan normal atau
standar.
Komponen CBE terdiri dari:
a) Dokumentasi berupa kesimpulan dari penemuan-penemuan penting dan
menjabarkan indikator pengkajian. Dalam hal ini penemuan tersebut
termasuk instruksi dari Dokter atau Perawat, serta catatan pendidikan dan
pemulangan klien.
b) Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik keperawatan sehingga
mengurangi pencatatan tentang hal rutin secara berulang kali.
e. PIE (Problem Intervention-Evaluation)
Sistem pencatatan adalah suatu pendekatan orientasi – proses pada dokumentasi
dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa keperawatan.
Adapun karakteristik dari model dokumentasi PIE, antara lain:
1) Proses dokumentasi PIE dimulai pengkajian waktu klien masuk diikuti
pelaksanaan pengkajian sistem tubuh setiap pergantian jaga (8 jam).
2) Data masalah hanya dipergunakan untuk asuhan keperawatan klien jangka
waktu yang lama dengan masalah yang kronis.
3) Intervensi yang dilaksanakan dan rutin dicatat dalam “flowsheet”
4) Catatan perkembangan digunakan untuk pencatatan intervensi keperawatan
yang spesifik berhubungan dengan masalah spesifik.
5) Intervensi langsung terhadap penyelesaian masalah ditandai dengan “l”
(intervensi) dan nomor masalah klien yang relevan dicatat.
6) Keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi diidentifikasi dengan tanda
“E” (Evaluasi) dan nomor masalah.
7) Setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal setiap 8 jam (setiap
pergantian jaga ).
Keuntungan :
a) Memungkinkan penggunaan proses keperawatan.
b) Rencana tindakan dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
c) Memungkinkan pemberian asuhan keperawatan yang kontinyu karena
secara jelas mengidentifikasi masalah klien dan intervensi
keperawatan.
d) Perkembangan klien mulai dari masuk sampai pulang dapat mudah
digambarkan.
Kekurangan :
NURSE STATION
NURSE STATION
NURSE STATION
b. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang
hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP,
2006).
6. Ronde Keperawatan
Beberapa ahli mengungkapkan pengertian dari ronde keperawatan. Chambliss
(1996), ronde keperawatan adalah pertemuan antara staff yang usai kerja melaporkan
pada staf yang mulai kerja tentang kondisi pasien, dengan staf menjelaskan apa yang
telah dilakukan dan mengapa dilakukan yang membawa setiap kasus ke dalam
kerangka kerja berfikir staf, dan secara sistematis menegakkan kemampuan sistem
untuk menangani masalah medis.
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas &
melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau
konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim.
7. Discharge Planning
Discharge planning adalah mekanisme untuk memberikan perawatan kontinu,
informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan setelah pulang, perjanjian
evaluasi,dan instruksi perawatan diri. Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak
pasien di terima di suatu agen pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana
rentang waktu pasien untuk menginap semakin pendek.
Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologi, sosial,
budaya dan ekonomi. Proses discharge planning ada 3 fase yaitu fase akut, tansisional
dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut perhatian utama medis berfokus pada
usaha discharge planning, sedangkan pada fase transisional kebutuhan pelayan akut
selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai
dipersiapkan untuk pulang dan direncanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada
fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan
dan pelaksanaan aktifitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah
pemulangan.
BAB III
ISI/HASIL
O: T:
KETUA TIM
PERAWAT PELAKSANA
PERAWAT PELAKSANA
SPS/PEKARYA
4. Lingkungan Kerja
a. Ruang Lingkup
1) Terdapat hand higene disetiap tempat tidur pasien, nurse station, disetiap
akamr pasien, dan disepanjang lorong rumah sakit. Terdapat AC di setiap
ruang kamar pasien. Dan lampu di nurse station, disetiap kamar pasien,
kamar mandi, WC umum, dan sepanjang lorong rumah sakit.
2) Di nurse station terdapat masker, handscun, dan hand drub. Pada lorng
ruang erawatan terdapat jalur evakuasi yang bertujuan untuk emnunjukkan
jalan keluar jika terjadi bencana, terdapat 2 tabung pemadam kebakaran di
lorong ruang perawatan, dan terdapat helm keselamatan kerja.
3) Setiap pegawai atau perawat di ruangan mempunyai BPJS untuk jaminan
kesehatannya. Setiap jam istirahat pegawai atau perawat di ruangan
mendapatkan makanan dari rumah sakit, contoh : nasi, ikan, sayur, buah-
buahan dan tambahan lainnya. Pegawai atau perawat di ruangan tidak
diperbolehkan memelihara kuku atau mempunyai kuku yang panjang dan
selalu mencuci tangan sesudah melakukan tindakan pada pasien agar
tidak tertular penyakit dari pasien.
4) Alat-alat medis di ruangan di pisahkan antara alat medis yang steril dan
yang non-steril
b. Kondisi darurat
1) Di sepanjang lroong ruangan terdapat 2 alat pemadam kebakaran
2) Selalu melakukan proses pelaporan KTD (Kejadian Tidak Diharapkan),
dan jika salah satu perawat tertusuk jarum dari pasien yang menderita
penyakit menular, perawat pergi melaporkan ke bagian Pasien Safety.
3) Untuk menyesuaikan tenga kerja yang ada, kepala ruangan menggunakan
rumus doughlas dan selalu mengadakan mornign brifing yang bertujuan
utnuk menghitung pasien dan kapasitas bed serta menghitung tingkat
ketergantungan pasien.
4) Di ruang perawatan BIIAterdapat 2 buah CCTV
5) Para pegawai dan perawat selalu mengutamakan keselamatan pasien,
contoh : jika terjadi kebakaran atau bencana alam, perawat saling bahu-
membahu membawa pasien keluar dari ruangan dan mencari tempat
aman.
6) Jika ada pasien mengalami kegawat daruratan, perawat terkadang
melakukan BHD (Bantuan Hidup Dasar) dan jika ada pasien yang
menolak di RJP perawat memberikan form penolakan dan memberi tanda
warna ungu pada status pasien.
5. Sumber Daya
a. Man (Manusia)
Jumlah perawat diruangan Bernadeth II A adalah 21 orang dengan rincian
sebagai berikut :
No Nama Karyawan Lulusan Jabatan
Nurse
501 503 505 507 509 R. 515
station
6. Identifikasi terhadap Klien (Subjek, kegiatan keperawatan) : Karakteristik, kebutuhan,
KARU
tingkat ketergantungan (EKA)
7. Metode Penugasan
8. Dokumentasi keperawatan (LORENS)
9. Timbang Terima Ship Wastafel
10. Pre
502Post Conference
504 506 508 510 512 514
11. Ronde Keperawatan wc
d. Machine (Teknologi)
e. Metod (Metode)
f. Market (Pasar)
1. DP : 7 Perawat
2. DS : 4 perawat
3. DM : 4 perawat
KLASIFIKASI PASIEN
Berdasarkan kategori tersebut didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada Pagi,
Sore, dan Malam sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien :
KLASIFIKASI PASIEN
Dst. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
1. Minimal care: 12 pasien
Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan Ruang Perawatan Bernadeth IIa adalah
2. Metode Penugasan
Metode yang digunakan di rumah sakit STELLA MARIS Ruang bernadeth IIA
menggunakan metode TIM, dimana dalam metode tersebut di pimpin oleh katim yang
berpendidikan DIII. Perawat pelaksana yang bertugas dibagi menjadi 2 tim, dimana
tingkat pendidikan perawat berbeda-beda. Dalam 1 tim digabung antara perawat DIII
dan profesi nurse, serta jumlah tenaga perawat dinas pagi 6-7 orang. Dimana 3 orang
perawat melakukan asuhan keperawatan 5-8 pasien yang mengalami total care. 2
orang perawat melakukan asuhan keperawatan 5 -9 pasien yang mengalami parsial
dan 2 orang perawat melakukan asuhan keperawatan 6-10 minimal care.
3. Dokumentasi keperawatan
6. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan yang ada dilapangan sudah sesuai dengan teori keperawatan
sebab interaksi antara perawat dengan perawat,perawat dengan pasien sudah sesuai
prosedur sebagaimana yang dimaksudkan dalam teori keperawatan dan pelayanan
kesehatan dimana setiap staff (perawat) melakukan pengkajian mengenai masalah
kesehatan pasien untuk mendapatkan informasi yang akurat sebagai data untuk
menentukan masalah keperawatan serta mendiskusikan dengan pasien maupun
keluarga mengenai tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat kepada
pasien serta mengevaluasi bersama pasien tindakan keperawatan yang telah diterima
oleh pasien,selain itu setiap perawat melaporkan setiap hasil kerja yang telah
dilakukan kepada perawat yang akan memulai kerja mengenai kondisi setiap pasien
dan menjelaskan tindakan apa yang telah dilakukan terhadap pasien yang
bersangkutan disertai alasan kenapa tindakan tersebut dilakukan serta instruksi-
instruksi dari dokter baik yang sudah dilaksanakan maupun tindakan yang akan
dilaksanakan kepada pasien selanjutnya.selain itu tindakan yang diberikan kepada
setiap pasien sudah sesuai dengan standar keperawatan yang ada diruangan tersebut
dan dilakukan secara sistematis mengenai tindakan yang diberikan terhadap masalah
kesehatan pasien.
7. Discharge Planning
Discharge planning di ruang Bernadeth II A telah diberikan oleh perawat sejak
pasien pertama masuk rumah sakit serta selama perawatan pasien di Rumah Sakit
pasien dan keluarga di berikan discharge planning dan telah di dilaksanakan dalam
upaya untuk memberikan perawatan setelah pulang ke rumah untuk menjamin
keberlanjutan asuhan berkualitas antara RS, di rumah, dan komuitas dengan
memfasilitasi komunikasi yang efektif.
BAB IV
PEMBAHASAN
EKSPEKTASI
1. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang
selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja.
Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan
(Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan
tantangan (ThreathS).
c. Opportunities (Peluang) atau disingkat dengan “O”, yaitu Peluang yang dapat
dimanfaatkan bagi organisasi ataupun proyek untuk dapat berkembang di
kemudian hari.
d. Threats (Ancaman) atau disingkat dengan “T”, yaitu Ancaman yang akan
dihadapi oleh organisasi ataupun proyek yang dapat menghambat
perkembangannya.
REALITA
1. Analisis SWOT
S: W:
O: T:
EKSPEKTASI
EKSPEKTASI
Struktur organisasi rumah sakit harus efektif, mudah beroperasi dan tidak banyak
birokrasi.Penetapan struktur organisasi ini dimaksudkan untuk bisa membagi tugas
pekerjaan, memberikan wewenang, melakukan pengawasan dan meminta pertanggung
jawaban.Suatu organisasi rumah sakit yang sukses mempunyai ciri struktur organisasinya
tidak berbentuk piramid tapi datar. Jenjang hirarkinya pendek dan pengorganisasiannya
berorientasi kepada tim yang mudah dibentuk.
REALITA
3. Struktur Organisasi Rumah Sakit/Bidang Keperawatan & Ruang Perawatan
Struktur rumah sakit harus efektif mudah beroperasi, Diharapkan untuk bisa
membagi tugas pekerjaan, memberikan wewenang dan melakukan pengawasan suatu
organisasi.Rumah sakit yang sukses mempunyai ciri struktur tidak berbentuk piramid
tapi lebih baik berbentuk datar, dibandingkan dengan dirumah sakit didapatkan struktur
organisasi yang berbentuk datar dan terdpat pembagian tugas yang dipimpin oleh wakil
direktur keperawatan selanjutnya pemberian wewnang kepada kepala ruangan untuk
melakukan pengawasan tugas terhadap pegawai yang ada diruang tersebut. Hal ini
sejalan dengan teori dan yang ditemui di Rumah Sakit. Bisa dilihat pada BAB II.
EKSPEKTASI
4. Lingkungan Kerja
a) Ruang Lingkup K3 di RS
1) Fasilitas higene yang memonitor dampak lingkungan kerja pada tenaga kerja
diantaranya pencahayaan, bising, suhu/iklim kerja.
2) Fasilitas keselamatan kerja yang mencakup pengamanan pada perlengkapan
kerja, penggunaan alat pelindung diri dan sinyal/rambu-rambu peringatan dan
alat pemadam kebakaran
3) Fasilitas kesehatan kerja yang mencakup kontrol awal berkala dan khusus, gizi
kerja, kebersihan diri dan lingkungan
4) Ergonomi yakni kesehatan pada alat kerja dengan tenaga kerja
b) Kondisi Darurat
1) Kebakaran
2) Kecelakaan, contoh : terpeleset dan tertusuk jarum
3) Masalah tenaga, contoh : masalah listrik, air, dll
4) Ganggaun keamanan, contoh : huru-hara, demonstrasi, pencurian
5) Bencana alam, contoh : gempa bumi, angin topan, banjir, dll
6) Kondisi darurat di ruangan, contoh : henti jantung, henti napas
REALITA
4. Lingkungan Kerja
a. Ruang Lingkup
1) Terdapat hand higene disetiap tempat tidur pasien, nurse station, disetiap akamr
pasien, dan disepanjang lorong rumah sakit. Terdapat AC di setiap ruang kamar
pasien. Dan lampu di nurse station, disetiap kamar pasien, kamar mandi, WC
umum, dan sepanjang lorong rumah sakit.
2) Di nurse station terdapat masker, handscun, dan hand drub. Pada lorng ruang
erawatan terdapat jalur evakuasi yang bertujuan untuk emnunjukkan jalan
keluar jika terjadi bencana, terdapat 2 tabung pemadam kebakaran di lorong
ruang perawatan, dan terdapat helm keselamatan kerja.
3) Setiap pegawai atau perawat di ruangan mempunyai BPJS untuk jaminan
kesehatannya. Setiap jam istirahat pegawai atau perawat di ruangan
mendapatkan makanan dari rumah sakit, contoh : nasi, ikan, sayur, buah-buahan
dan tambahan lainnya. Pegawai atau perawat di ruangan tidak diperbolehkan
memelihara kuku atau mempunyai kuku yang panjang dan selalu mencuci
tangan sesudah melakukan tindakan pada pasien agar tidak tertular penyakit
dari pasien.
4) Alat-alat medis di ruangan di pisahkan antara alat medis yang steril dan yang
non-steril
b. Kondisi darurat
1) Di sepanjang lroong ruangan terdapat 2 alat pemadam kebakaran
2) Selalu melakukan proses pelaporan KTD (Kejadian Tidak Diharapkan), dan jika
salah satu perawat tertusuk jarum dari pasien yang menderita penyakit menular,
perawat pergi melaporkan ke bagian Pasien Safety.
3) Untuk menyesuaikan tenga kerja yang ada, kepala ruangan menggunakan rumus
doughlas dan selalu mengadakan mornign brifing yang bertujuan utnuk
menghitung pasien dan kapasitas bed serta menghitung tingkat ketergantungan
pasien.
4) Di ruang perawatan BIIAterdapat 2 buah CCTV
5) Para pegawai dan perawat selalu mengutamakan keselamatan pasien, contoh :
jika terjadi kebakaran atau bencana alam, perawat saling bahu-membahu
membawa pasien keluar dari ruangan dan mencari tempat aman.
6) Jika ada pasien mengalami kegawat daruratan, perawat terkadang melakukan
BHD (Bantuan Hidup Dasar) dan jika ada pasien yang menolak di RJP perawat
memberikan form penolakan dan memberi tanda warna ungu pada status pasien.
EKSPEKTASI
5. Sumber Daya
a. Man (Manusia)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah haat tujuanl yang paling menetukan.
Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa ada manusia, tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya
manusia adalah mahkluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya or-
orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.
b. Money (Uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidakt tukar dan dapat di abaikan. Uang
merupakan alat pengukur nilai. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat di ukur dari
jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat
(tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan besarnya uang
yang harus di sediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang di butuhkan
dan harus di beli, serta beberapa hasil yang akan di capai dari suatu organisasi.
c. Material (Bahan)
Materi terdiri atas bahan setengah jadi dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk
mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya,
bahan/materi harus dapat digunakan sebagai salah satu saran. Materi dan manusia
tidak dapat dipisahkan karena tanpa materi, hasil yang dikehendaki tidak akan
tercapai.
d. Machine (Mesin)
Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin dapat
membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta
menciptakan efisiensi kerja
e. Method (Metode)
Dalam pelaksanaan kerja, diperlukan metode kerja. Tatacara kerja yang baik dapat
memperlancar jalannya pekerjaan. Metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara
pelaksanaan kerja suatau tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-
pertimbangan kepada sasaran, fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta
uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat, meskipun metode baik bila orang yang
melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman, hasilnya tidak
akan memuaskan. Dengan demikian, manusia tetap berperan utama dalam
manajemen.
f. Market (Pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab barang yang diproduksi
tidak laku, proses produksi barang dapat berhenti. Hal ini berarti proses kerja tidak
akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil
produksi merupakan faktor yang menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat
dikuasai, kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya
beli (kemampuan) konsumen.
REALITA
6. Sumber Daya
a. Man (Manusia)
Jumlah perawat diruangan Bernadeth II A adalah 21 orang dengan rincian sebagai
berikut :
No Nama Karyawan Lulusan Jabatan
b. Money (Uang)
Kepala ruangan mengatakan bahwa anggota mendapatkan gaji diakhir bulan.
Denganpendapatan gaji :
S1 : ≤ rp. 2.700.000
DIII : ≤ rp. 2.400.000
Kepala ruangan : ≤ rp. 3.000.000
c. Material (Fisik)
Nurse
501 503 505 507 509 R. 515
station
7. Identifikasi terhadap Klien (Subjek, kegiatan keperawatan) : Karakteristik, kebutuhan,
KARU
tingkat ketergantungan (EKA)
8. Metode Penugasan
9. Dokumentasi keperawatan (LORENS)
10. Timbang Terima Ship Wastafel
11. Pre
502Post Conference
504 506 508 510 512 514
12. Ronde Keperawatan wc
d. Machine (Teknologi)
f. Market (Pasar)
Untuk mempromosikan RS Stella Maris kepada masyarakat dilakukan oleh bidang
marketing yang diketuai oleh kepala Ruangan dengan cara memasang iklan di internet
mengenai RS STELLA MARIS, pembuatan brosur, menjajaki promosi dengan
berbagai perusahaan juga melibatkan institusi STIK STELLA MARIS dalam
mempromosikan RS.
EKSPEKTASI
d. Tingkat ketergantungan
Jika dibandingkan dengan teori identifikasi terhadap klien yang diterapkan oleh ruang
perawatan St Bernadeth IIA sudah sesuai dengan teori dimana setiap pasien yang
dirawat dalam ruang perawatan tersebut diklasifikasikan dalam beberapa kategori dan
berdasarkan tingkat kebutuahn pasien, dan asuhan keperawatan yang diberikan oleh
perawat kepada setiap klien baik dalam keperawatan yang agak berat maupun
keperawatan yang maksimal.
Selain itu tindakan keperawatan yang diberikan kepada setiap pasien mulai dari
tingakat ketergantungan yang mandiri sampai pada tingkat keperawatan yang intensif
sudah dilakukan sesuai dengan standar pelayanan operasional.
EKSPEKTASI
2. Metode Penugasan
a. Metode penugasan fungsional
Pada model fungsional pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelesaian
tugas dan prosedur keperawatan. Seitap perawat diberikan satu atau beberapa tugas
untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Seorang
perawat mungkin bertanggung jawab dalam pemberian obat,mengganti
balutan,monitor infus dan sebagainya. Prioritas utama yang dikerjakan adalah
memenuhi kebutuhan fisik sesuai dengan kebutuhan pasien dan kurang menekankan
kepada pemenuhan kebuthan pasien secara holistic, sehingga dalam menerapkannya
kualitas asuhan keperawatan sering terabaikan, karena pemberian asuhan yang
terfragmentasi.
b. Model penugasan alokasi pasien atau keperawatan total
Dengan model penugasan alokasi pasien atau keperawatan total merupakan
pengorganisasian pelayanan asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa pasien oleh
satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode tertentu atau sampai
pasien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan
menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan pasien.
c. Model penugasan tim keperawatan atau keperawatan berkelompok
Model tim merupakan suatu model pemberian asuhan keperawatan ketika perawat
profesional yang berpengalaman. Pembagian tugas didalam kelompok dilkukan oleh
pemimpin kelompok/ketua tim . selain itu ketua tim bertanggung jawab dalam
pengarahan anggota tim. Sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan
keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
menjalani kesulitan. Selanjudnya ketua tim melporkan pada kepala ruangan tentang
kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.
REALITA
2. Metode Penugasan
Di ruangan bernadeth IIa cocok menggunakan metode tim karena jumlah pasien yang
cukup banyak, dalam metode tersebut peran katim dalam membagi penugasan, serta
bertanggung jawab dalam mengawasi para anggotanya, dalam metode tim juga perawat
profesi nurse dan DIII dapat saling bekerjasama, serta saling membantu dalam
melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dan memantau bagiaman perkembangan
kesehatan pasien.
EKSPEKTASI
3. Dokumentasi keperawatan
a. SOR (Source Oriented Record)
Catatan yang berorientasi pada sumber informasi. Tim kesehatan mempunyai
catatan sendiri dari hasil observasi dan tidak bergantung dengan anggota tim
kesehatan lain, misalnya catatan/dokumen dokter,perawat,ahli gizi,fisioterapi,dan
lain-lain. Model dokumentasi SOR terdiri dari 5 komponen yaitu:
1) Lembar penerimaan berisi biodata pasien
2) Lembar order/instruksikan dokter
3) Lembar riwayat medic/penyakit
4) Catatan perawat
5) Catatan dan laporan khusus
1) Keuntungan :
a) Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah diidentifikasi.
b) Memudahkan perawat untuk secara bebas bagaimana informasi informasi
akan dicatat.
c) Format dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian,
perubahan intervensi dan respon klien atau hasil
2) Kerugian :
a) Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi, karena tidak
berdasarkan urutan waktu.
b) Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan
masalah dan tindakan kepada klien.
c) Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak
b. POR (Problem Oriented Record )
Model dokumentasi yang berorientasi pada masalah klien. Model ini
memusatkan data tentang klien dan didokumentasikan dan disusun menurut masalah.
Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah
yang dikumpulkan oleh dokter, perawat, atau tenaga kesehatan lain yang terlibat
dalam pemberian layanan pada klien. Model ini memiliki 4 komponen, antara lain :
1) Data dasar
Data dasar berisi kumpulan dari data atau semua informasi baik subyektif
maupun obyektif yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk Rumah
Sakit atau pertama kali periksa.
2) Data masalah
Daftar masalah merupakan suatu daftar inventaris masalah yang sudah dinomori
menurut prioritas . daftar masalah ini bias mencerminkan keadaan pasien,
masalah-masalah ini diberi nomor sehingga akan memudahkan bila perlu dirujuk
ke masalah tertentu dalam catatan klinik tersebut. Daftar masalah ini berfungsi
sebagai indeks maupun gambaran dari klien tersebut.
3) Daftar awal rencana
Rencana awal dibuat berdasarkan daftar masalah yang telah diidentifikasi.
Rencana awal perawat disusun berupa rencana asuhan yang menyeluruh dan
didokumentasikan setelah data dasar dikumpulkan dan analisis data dirumuskan.
4) Catatan perkembangan
Catatan perkembangan membentuk rangkaian informasi dalam sistem pendekatan
berorientasi masalah. Catatan ini dirancang sesuai dengan format khusus untuk
mendokumentasikan informasi mengenai setiap nomor dan judul masalah yang
sudah terdaftar.
c. POR (Progress Oriented Record)
Catatan yang berorientasi pada kemajuan dan perkembangan pasien. Terdiri dari 3
bagian, yaitu:
1) Catatan perawat (ditulis setiap 24 jam)
a) Pengkajian dilakukan lebih dari satu perawat terhadap keadaan klien
b) Tindakan keperawatan yang bersifat mandiri
c) Tindakan keperawatan yang bersifat pendelegasian
d) Tindakan yang dilakukan oleh dokter
e) Kunjungan berbagai anggota team
EKSPETASI
4. Timbang Terima Ship
Operan shift berperan penting dalam menjaga kesinambungan layanan keperawatan
selama 24 jam (Kerr,2002). Tujuan komunikasi selama operan adalah untuk membangun
komunikasi yang akurat, reliable (Lardnert,1996), tentang tugas-tugas yang akan
dilanjutkan oleh staf pada shift berikutnya agar layanan kepearwatan bagi pasien
berlangsung aman dan efektif, menjaga keamanan, kepercayaan, dan kehormatan pasien,
mengurangi kesenjangan dan ketidakakuratan perawatan, serta memberi kesempatan
perawat meninggalkan pelayanan langsung.
Operan disisi tempat tidur (bedside) yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi
masing-masing ruangan. Implementasi operan diruang MPKP berupa komunikasi dan
proses serah terima antara shift pagi, sore, dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas
pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan
dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggungjawab shift sore (Keliat,2006).
Operan dilaksanakan secara tertulis dan verbal di kantor perawatan (nurse station) dan
dilanjutkan ke sisi pasien guna memvalidasi data. Alur dan format pedoman operan di
ruang MPKP adalah sebagai berikut.
REALITA
4. Timbang Terima Ship
a. Kepala ruangan membagi ruangan kepada shift pagi
b. Penanggung jawab shift malam membuka acara dengan salam
1) Penanggung jawab shift malam memimpin operan ke shift pagi menyampaikan :
2) Kondisi/keadaan pasien: Diagnosis keperawatan, tujuan keperawatan yang sudah
dicapai, tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan, hasil asuhan keperawatan
3) Tindak lanjut untuk untuk shift berikutnya
c. Perawat pada shift pagi mengklarifikasi penjelasan yang sudah disampaikan dipimpin
oleh penanggungjawab shift pagi
d. Penanggungjawab shift malam memimpin ronde ke kamar-kamar pasien dan
menjelaskan pergantian shift kepada pasien
e. Kepala ruangan merangkum informasi operan: memberikan saran tindak lanjut,
menghitung dan mencatat jumlah pasien
EKSPEKTASI
5. Pre Post Conference
a. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006).
b. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference
adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006).
REALITA
5. Pre dan Post Conference
Di ruang perawatan Bernadeth II A Pre Conference dilakukan setelah operan dari
dinas malam ke dinas pagi yang di pimpin oleh katim, begitupun dengan Post
Conference dilakukan setelah kegiatan selesai atau sebelum operan ke dinas berikutnya.
Kegiatan ini biasa di pimpin oleh katim ataupun perawat pelaksana. Dalam pelaksanaan
Pre dan Post Conerence di ruang Bernadeth II A sudah berjalan dengan baik walaupun
terkadang memakan waktu yang lama karena pembahasan terlalu melebar dan bahkan
ada hal-hal ayang tidak seharusnya di bahas dalam Pre dan Post Conerence.
EKSPEKTASI
6. Ronde Keperawatan
Beberapa ahli mengungkapkan pengertian dari ronde keperawatan. Chambliss
(1996), ronde keperawatan adalah pertemuan antara staff yang usai kerja melaporkan
pada staf yang mulai kerja tentang kondisi pasien, dengan staf menjelaskan apa yang
telah dilakukan dan mengapa dilakukan yang membawa setiap kasus ke dalam kerangka
kerja berfikir staf, dan secara sistematis menegakkan kemampuan sistem untuk
menangani masalah medis.
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas & melaksanakan
asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala
ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim.
REALITA
6. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan yang ada dilapangan sudah sesuai dengan teori keperawatan
sebab interaksi antara perawat dengan perawat,perawat dengan pasien sudah sesuai
prosedur sebagaimana yang dimaksudkan dalam teori keperawatan dan pelayanan
kesehatan dimana setiap staff (perawat) melakukan pengkajian mengenai masalah
kesehatan pasien untuk mendapatkan informasi yang akurat sebagai data untuk
menentukan masalah keperawatan serta mendiskusikan dengan pasien maupun keluarga
mengenai tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat kepada pasien serta
mengevaluasi bersama pasien tindakan keperawatan yang telah diterima oleh
pasien,selain itu setiap perawat melaporkan setiap hasil kerja yang telah dilakukan
kepada perawat yang akan memulai kerja mengenai kondisi setiap pasien dan
menjelaskan tindakan apa yang telah dilakukan terhadap pasien yang bersangkutan
disertai alasan kenapa tindakan tersebut dilakukan serta instruksi-instruksi dari dokter
baik yang sudah dilaksanakan maupun tindakan yang akan dilaksanakan kepada pasien
selanjutnya.selain itu tindakan yang diberikan kepada setiap pasien sudah sesuai dengan
standar keperawatan yang ada diruangan tersebut dan dilakukan secara sistematis
mengenai tindakan yang diberikan terhadap masalah kesehatan pasien.
EKSPEKTASI
7. Discharge Planning
Discharge planning adalah mekanisme untuk memberikan perawatan kontinu,
informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan setelah pulang, perjanjian evaluasi,
dan instruksi perawatan diri. Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien di
terima di suatu agen pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang
waktu pasien untuk menginap semakin pendek.
Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologi, sosial,
budaya dan ekonomi. Proses discharge planning ada 3 fase yaitu fase akut, tansisional
dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut perhatian utama medis berfokus pada usaha
discharge planning, sedangkan pada fase transisional kebutuhan pelayan akut selalu
terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan
untuk pulang dan direncanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan
berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan
aktifitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan.
REALITA
7. Discharge Planning
Discharge planning di ruang Bernadeth II A telah diberikan oleh perawat sejak
pasien pertama masuk rumah sakit serta selama perawatan pasien di Rumah Sakit pasien
dan keluarga di berikan discharge planning dan telah di dilaksanakan dalam upaya untuk
memberikan perawatan setelah pulang ke rumah untuk menjamin keberlanjutan asuhan
berkualitas antara RS, di rumah, dan komuitas dengan memfasilitasi komunikasi yang
efektif.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Manajemen keperawatan dikatakan baik apabila dalam satu Tim bisa berpartisipasi
secara aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiharto, Achmad Sigit, dkk. 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi MPKP di Rumah
Sakit. Jakarta : EGC.
Sabarguna, Boy Subirosa. 2011. Studi Kelayakan Pembangunan Rumah Sakit. Jakarta :
Salemba Medika.
Sabarguna, Boy Subirosa. 2011. Business Plan Rumah Sakit. Jakarta : Salemba Medika.