MANAJEMEN KEPERAWATAN
PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
Oleh :
Syahrida Agustina
Syarifah Salmah
Wijayanti Wulandari
Jean Fransisca Aurora
M. Ridhani Mahli
Kelompok : VI
Kelas B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dah
hidayah-Nya kelompok mampu menyelesaikan tugas Manajemen Keperawatan
dengan judul “Perencanaan Manajemen Keperawatan”. Kelompok mengucapkan
banyak terimakasih kepada rekan – rekan yang berperan membantu dalam
terselesaikannya makalah ini. Tak lupa pula kelompok mengucapkan terimakasih
kepada dosen pengajar Bapak H. Iswantoro, S.Kp., MM. Kelompok menyadari
makalah ini masih banyak memerlukan masukan. Oleh karena ini penulis
menerima masukan dan saran dari para pembaca makalah ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih semoga mekalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakan ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................... 20
3.2 Saran ......................................................................................... 20
Daftar Pustaka ............................................................................................. 21
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan
professional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran, bersifat
sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisien
(Swansburg, 1993). Seorang manajer keperawatan harus memiliki
kemampuan leadership/ kepemimpinan yang baik seperti keterampilan
membuat visi dan kreativitas (Marquis & Huston, 2000). Salah satu analisis
yang cukup populer di kalangan pelaku organisasi adalah Analisis SWOT.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai
berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu perencanaan.
1.3.2 Untuk mengetahui apa itu analisis SWOT.
1.3.3 Untuk mengetahui perencanaan dalam manajemen keperawatan.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja jenis perencanaan dalam manajemen
keperawatan.
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana perencanaan SDM keperawatan.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
- Dinas pagi 47 %.
- Dinas sore 36 %.
- Dinas malam 17 %.
4
Dari keempat komponen dasar tersebut, Strength (kekuatan) dan Weakness
(Kelemahan) adalah faktor internal organisasi/proyek itu sendiri seperti
sumber daya yang dimiliki, keuangan atau finansial, kelebihan atau
kelemahan internal organisasi dan pengalaman-pengalaman organisasi
sebelumnya (baik yang berhasil maupun yang gagal), sedangkan
Oppoturnities (Peluang) dan Threats (Ancaman) merupakan faktor eksternal
yang mempengaruhi perkembangan organisasi ataupun proyek seperti tren,
budaya, sosial politik, ideologi, perekonomian, sumber-sumber permodalan,
peraturan pemerintah, perkembangan teknologi, peristiwa-peristiwa yang
terjadi, dan lingkungan. Oleh karena itu, Analisis SWOT juga sering disebut
dengan Analisis Internal-Eksternal (Internal-External Analisis) dan Matriks
SWOT juga sering dikenal dengan Matrix IE (IE Matrix).
5
kotak lainnya merupakan isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil
titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal.
6
dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap
peluang itu (investasi).
2.3.1.4 Sel D : Damage Control
Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel
karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi
dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang
salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi.
Strategi yang harus diambil adalah Damage Control
(mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah
dari yang diperkirakan.
2.3.2 Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Data SWOT kualitatif diatas dapat dikembangkan secara kuantitatif
melalui perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce
dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi
yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu :
2.3.2.1 Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor
serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a×b) pada
setiap faktor S-W-O-T.
2.3.2.2 Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan
W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x)
selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara
perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik
pada sumbu Y.
2.3.2.3 Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y)
pada kuadran.
7
Keterangan :
a. Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan
berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap
sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara
maksimal.
b. Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun
menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam
kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat
sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan
untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi
sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera
memperbanyak ragam strategi taktisnya.
c. Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun
sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah
8
strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan
sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus
memperbaiki kinerja organisasi.
d. Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan
menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal
organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya
organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok.
Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
9
2.3.1.4 Menarik kesimpulan hasil penilaian.
2.3.2 Melakukan analisis kesempatan organisasi.
Untuk dapat melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi,
perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
2.3.2.1 Menetapkan unsur-unsur yang akan dinilai.
Biasanya unsur-unsur yang akan dinilai tersebut merupakan
hal-hal yang baru bagi organisasi. Misalnya perubahan
kebijakan peerintah, perubahan tingkat sosial-ekonomi
penduduk, perubahan keadaan sosial budaya penduduk dan
lain sebagainya.
2.3.2.2 Memberikan nilai untuk setiap unsur yang akan dinilai.
Nilai yang diberikan secara umum dapat dibedakan atas dua
macam sebagai berikut : nilai daya tarik (attractiveness) yang
dinyatakan dengan tinggi dan rendah dan nilai kemungkinan
keberhasilan (succces probability) yang dinyatakan dengan
tinggi dan rendah.
2.3.2.3 Membuat matrik dari hasil penilaian yang dilakukan.
2.3.2.4 Menarik kesimpulan hasil penilaian.
2.3.3 Melakukan analisis hambatan organisasi.
Untuk dapat melakukan analisis hambatan yang dihadapi oleh
organisasi, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
2.3.3.1 Menetapkan unsur-unsur yang akan dinilai.
Sama halnya dengan kesempatan, biasanya unsur-unsur yang
akan dinilai merupakan hal-hal yang baru bagi organisasi.
Misalnya perubahan kebijakan pemerintah, perubahan
keadaan sosial ekonomi penduduk, perubahan keadaan sosial
budaya penduduk dan lain sebgaainya.
2.3.3.2 Memberikan nilai untuk setiap unsur yag akan dinilai.
Nilai yanng diberikan secara umum dapat dibedakan atas dua
macam sebagai berikut: nilai kemungkinan munculnya
hambatan (probability of occurance) yang dinyatakan dengan
10
sering dan jarang dan nilai seriusnya hambatan (seriousness)
yang dinyatakan dengan serius dan tidak.
2.3.3.3 Membuat matrik dari hasil penilaian yang dilakukan.
2.3.3.4 Menarik kesimpulan hasil penilaian.
Tenaga paramedis, Disiplin waktu para Mendapat dukungan Berdirinya rumah sakit
perawat maupun bidan dokter masi perlu penuh dari pemerintah khusus di sekitar
berpendidikan minimal ditingkatkan
D-III
Usia pegawai dan Kondisi keamanan masih Kinerja dari para Daya beli masyarakat
perawat relatif muda kurang pegawai baik perawat, menurun
(tenaga produktif) bidan, dan spesialis
masih dapat
ditingkatkan
Tarif pelayanan sesuai Lokasi rumah sakit Peran serta masyarakat Tingkat pendidikan
perda kurang strategis cukup baik. penduduk sekitar rendah
Mempunyai .
lokasi/suasana yang - - -
aman
11
seluruh pegawai rumah
sakit masih relatif
kurang
3 Tenaga paramedis,
perawat maupun bidan
+1 0,13 +0,13
berpendidikan minimal
D-III
4 Usia pegawai dan
perawat relatif muda +3 0,07 +0,21
(tenaga produktif)
6 Kondisi keamanan
masih kurang -3 0,11 -0,33
9 Mempunyai suasana
yang nyaman +1 0,05 +0,05
Total 1 +0,29
2 Mendapat dukungan
+1 0,08 +0,08
penuh dari pemerintah
3 Kinerja dari para
pegawai baik perawat,
bidan, dan spesialis +2 0,10 +0,2
masih dapat
ditingkatkan
4 Pemanfaatan sarana
dan prasarana dapat +2 0,09 +0,18
ditingkatkan
12
khusus di sekitar
6 Pemanfaatan sarana
dan prasarana dapat +2 0,05 +0,1
ditingkatkan
8 Tingkat pendidikan
penduduk sekitar -2 0,10 -0,2
rendah.
Total 1 +0,13
13
b. Mengadakan pelatihan yang dikhususkan untuk para dokter, perawat,
bidan dan tenaga kerja yang lainnya untuk memperbaiki kualitas SDM.
c. Meningkatkan keamanan.
d. Menetapkan kebijakan baru yang mendukung perkembangan Rumah
Sakit.
14
bagaimana cara mencapainya, dan bagaimana cara menilainya.
Perumusan tujuan dalam organisasi pelayanan keperawatan
merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Untuk merumuskan
suatu tujuan organisasi pelayanan keperawatan yang baik, ada
beberapa persyaratan yang harus diperhatikan.
15
2.5.3 Rencana Tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali.
Rencana tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun
sebelumnya. Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang.
16
dikerjakan. Apa pun resikonya, seorang manajer keperawatan
harus berani mengambil keputusan terhadap perencanaan
yang dibuat dan akan dikerjakan.
2.6.2.3 Orientasi suatu rencana adalah masa depan. Artinya, rencana
diibaratkan suatu titik yang akan kita tuju dan kita capai.
Rencana harus mempunyai arah ke depan, maju, dan realistis.
Sebagai contoh: dalam lima tahun ke depan berapa jumlah
SDM keperawatan yang dibutuhkan dan lain-lain.
2.6.2.4 Rencana harus mempunyai makna. Artinya, janganlah
membuat suatu rencana yang tidak jelas arah dan tujuannya.
Janganlah hanya berpikiran “daripada tidak mempunyai
rencana” karena pekerjaan yang sudah kita lakukan akan sia-
sia. Dengan dukungan data dan fakta yang objektif, akan
memunculkan masalah yang actual sehingga perencanaan
yang dibuat akan bermakna. Jika dilaksanakan, akan
mempermudah usaha yang akan dilakukan dalam pencapaian
tujuan organisasi.
2.6.3 Tujuan Perencanaan SDM Keperawatan
Menurut Hasibuan (2005), tujuan perencanaan SDM keperawatan
adalah sebagai berikut :
2.6.3.1 Menentukan kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan.
Perencanaan yang baik akan menghasilkan suatu draf yang
memunculkan kualifikasi SDM keperawatan seperti apa yang
dibutuhkan. Contoh kebutuhan SDM berdasarkan tingkat
pendidikan (D3 Keperawatan atau S1 Keperawatan), kebutuhan
SDM berdasarkan spesialisasi (perawat anak, perawat medical
bedah, perawat kegawatdaruratan, perawat maternitas, dan lain-
lain). Selain itu, draf yang ada juga memuat berapa jumlah
kebutuhan SDM keperawatan yang sudah ada dan berapa
kekurangannya. Hal ini semua dapat dijadikan dasar untuk
melakukan pengembangan tenaga keperawatan.
17
2.6.3.2 The right man on the right place and the right man on the
right job (efektivitas dan efisiensi).
Penempatan SDM keperawatan sesuai minat, spesialisasi, dan
kualifikasi pendidikannya akan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan tugas-tugas keperawatan.
2.6.3.3 Menjamin tersedianya tenaga keperawatan masa sekarang
maupun masa mendatang.
Perencanaan SDM keperawatan harus dibuat secara cermat dan
teliti. Data-data penunjang harus tersedia dengan cukup, antara
lain dalam hal apakah dalam waktu dekat atau beberapa tahun
kemudian ruang perawatan akan dikembangkan, berapa jumlah
tenaga keperawatan yang kira-kira dibutuhkan, dan berapa jumlah
tenaga keperawatan yang pension tahun ini atau tahun-tahun
berikutnya.
2.6.3.4 Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.
Perencanaan yang cermat akan menghasilkan hitung-hitungan
yang matang dalam hal SDM. Dengan demikian, tidak sampai
terjadi penggendutan ataupun kekurangan SDM pada spesifikasi
area tertentu atau area secara keseluruhan yang menjadi penyebab
tumpang tindihnya pelaksanaan tugas.
2.6.3.5 Mempermudah koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi
(KIS).
2.6.3.6 Menjadi pedoman dalam menetapkan program penarikan,
seleksi, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan.
2.6.3.7 Menjadi pedoman dalam melaksanakan mutasi dan pensiun
tenaga keperawatan.
2.6.4 Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Menurut Depkes (2002), kebutuhan tenaga keperawatan di rumah
sakit berada di ruangan antara lain: rawat inap, gawat darurat, critical
care, kamar operasi, dan rawat jalan. Penghitungan kebutuhan SDM
18
keperawatan di masing-masing ruangan ini mempunyai rumus yang
berbeda.
2.4.4.1 Ruang Rawat Inap
2.6.4.1 Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di
ruang rawat inap berdasarkan Rumus Depkes adalah
sebagai berikut :
1. Berdasarkan klasifikasi pasien
2. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
2.6.4.2 Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di
ruang rawat inap berdasarkan klasifikasi pasien adalah
sebagai berikut. Cara penghitungannya didasarkan atas:
1. Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis
kasus;
2. Rata-rata pasien per hari;
3. Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien;
4. Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari;
5. Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam/hari.
19
Perlu diketahui bahwa perawat tidak hanya mengerjakan tugas-tugas
keperawatan, tetapi juga mengerjakan tugas-tugas non keperawatan.
Dengan demikian, perlu dihitung pula jumlah perawat guna
mengerjakan tugas-tugas non keperawatan tadi. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut. Tugas-tugas non keperawatan
diperkirakan sebesar 25% dari jam pelayanan keperawatan. Jumlah
tenaga keperawatan dibutuhkan adalah sebagai berikut.
Jumlah tenaga keperawatan = tenaga tersedia + faktor koreksi
= 16,5 + 4,1 = 20,6 orang (dibulatkan menjadi 21 perawat).
Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan diruangan tersebut adalah 21
orang perawat.
a) Penghitungan kebutuhan SDM keperawatan berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien dibedakan menjadi beberapa
kategori, antara lain sebagai berikut.
b) Asuhan keperawatan minimal
c) Asuhan keperawatan sedang
d) Asuhan keperawatan agak berat
e) Asuhan keperawatan maksimal
20
Jumlah tenaga keperawatan dibutuhkan adalah sebagai berikut.
Jumlah tenaga keperawatan = tenaga tersedia + faktor koreksi
= 15,9 + 3,9 = 19,8 orang (dibulatkan menjadi 20 perawat).
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan diruangan tersebut adalah 20
orang perawat.
Penghitungan kebutuhan SDM keperawatan berdasarkan Rumus
Douglas.
Selain penghitungan Depkes (2002), ada cara penghitungan lain,
yaitu dari Douglas (1992), ini mengacu pada klasifikasi pasien
berdasarkan tingkat ketergantungan sebagai berikut.
Contoh Kasus:
Ruang inap X dengan jumlah pasien sebanyak 20 orang dengan
klasifikasi sebagai berikut : 5 orang pasien dengan klasifikasi
minimal, 12 orang pasien dengan klasifikasi parsial, dan 3 orang
pasien dengan klasifikasi total. Jumlah perawat yang dibutuhkan
di ruangan tersebut adalah:
Jumlah perawat dinas pagi
5 x 0,17 = 0,85
12 x 0,27 = 3,24 = 5,17 orang
21
3 x 0,36 = 1,08
Jumlah perawat dinas siang
5 x 0,14 = 0,70
12 x 0,15 = 1,80 = 3,4 orang
3 x 0,30 = 0,90
Jumlah perawat dinas malam
5 x 0,07 = 0,35
12 x 0,10 = 1,20 = 2,15 orang
3 x 0,20 = 0,60
Dengan demikian, jumlah perawat yang dibutuhkan setiap hari
adalah 5,17+3,4+2,15= 10,72 (dibulatkan menjadi 11 orang).
Hasil tersebut ditambah lagi dengan perawat yang libur atau cuti
sebanyak lebih kurang 4 orang, 1 orang kepala ruang, dan 2 orang
ketua tim/perawat primer. Jumlah perawat yang dibutuhkan
diruang rawat tersebut adalah 18 orang.
Penghitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan rumus
Gillies.
Perhitungan jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
formula Gillies (1989) menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
BOR : bed occupancy rate
TT : tempat tidur
Jumlah hari libur = loss day (hari minggu + cuti + hari besar)
dalam satu tahun sekitar 78 hari.
Jam kerja efektif = 7 jam per shif
Contoh kasus:
Ruang A mempunyai jumlah tempat tidur sebanyak 25 buah
dengan BOR 80%, rata-rata jam perawatan per hari adalah 4 jam.
Jumlah perawat yang dibutuhkan Ruang A:
Jadi, kebutuhan perawat di Ruang A adalah 15 orang.
22
Penghitungan kebutuhan perawat berdasarkan rumus PPNI.
Penghitungan kebutuhan jumlah perawat di ruang rawat inap
menurut PPNI menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan :
TT = tempat tidur
BOR = Bed occupancy rate
Contoh kasus.
Ruang A mempunyai jumlah tempat tidur sebanyak 25 buah
dengan BOR 80%, rata rata jam perawatan perhari adalah 4 jam.
Berapa jumlah perawat yang di butuhkan ruang A :
Jadi kebutuhan jumlah perawat di ruang A adalah 22 orang.
Penghitungan jumlah perawat antara rumus Gillies dan rumus
PPNI menghasilkan nilai yang berbeda. Rumus Gillies
menghasilkan nilai yang selalu lebih kecil karena Gillies
mengasumsikan bahwa perawat di AS sudah profesional sehingga
bekerja lebih efektif dan efisien.
23
(365 – (12 hr libur nasional + 12 hari cuti tahunan) x ¾ = 255
hari)
Jumlah ¾ adalah indeks yang berasal dari karakteristik jadwal
kerja perawat di rumah sakit pemerintah dan swasta yang
berbentuk yayasan. Indeks ini diperoleh dari setiap empat hari
kerja efektif jaga malam, perawat mendapat libur satu hari.
Contoh kasus.
Rata rata jumlah pasien per hari adalah 25 orang, jumlah jam
perawatan per orang per hari adalah 3 jam, dan jam efektif per
hari adalah 7 jam. Maka, kebutuhan tenaga keperawatan di ruang
gawat darurat adalah:
24
Dasar penghitungan tenaga perawat di kamar operasi menurut
Depkes (2002) adalah sebagai berikut :
a. Jumlah dan jenis operasi
b. Jumlah kamar operasi
c. Pemakaian kamar operasi (di perkirakan 6 jam perhari) pada
hari kerja
d. Tugas perawat di kamar operasi, instrumentator, perawat
sirkulasi (2 orang/tim)
e. Ketergantungan pasien.
Operasi ringan = 1 jam/operasi
Operasi sedang = 2 jam/operasi
Operasi besar = 5 jam/operasi
Contoh kasus :
RS ‘KAKAK” terdapat 25 operasi / hari dengan rincian sebagai
berikut.
Operasi ringan : 8 orang
Operasi sedang : 10 orang
Operasi besar : 7 orang
Jumlah kebutuhan perawat di kamar operasi RS “KAKAK”
adalah
Jadi jumlah kebutuhan perawat di kamar operasi adalah 19 orang.
25
Hasil yang di peroleh tersebut di tambah dengan faktor koreksi
sebesar 15% dari hasil penghitungan. Dengan demikian, jumlah
perawat yang di butuhkan di rawat jalan adalah 4 + (15% x 4) = 5
orang.
Untuk itu, guna menghasilkan data dan hasil yang lebih akurat, manajer
keperawatan harus melakukan penghitungan yang lebih teliti terkait
dengan klasifikasi pasien dan jumlah jam perawatan. Pengklasifikasian
yang ceroboh dan penghitungan jumlah jam keperawatan yang tidak akurat
akan menghasilkan nilai yang tidak dapat menjawab persoalan kebutuhan
tenaga keperawatan.
26
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2005). Perencanaan dalam
manajemen keperawatan memiliki perumusan visi, misi, filosofi dan tujuan.
Jenis perencanaan dalam manajemen keperawatan terdapat 3 jenis, antara lain
rencana harian, bulanan dan tahunan. Di dalam perencanaan manajemen
keperawatan juga terdapat perencanaan SDM keperawatan. Tujuan dari
perencanaan SDM keperawatan antara lain :
3.1.1 Menentukan kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan.
3.1.2 The right man on the right place and the right man on the right
job (efektivitas dan efisiensi).
3.1.3 Menjamin tersedianya tenaga keperawatan masa sekarang maupun
masa mendatang.
3.1.4 Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.
3.1.5 Mempermudah koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS).
3.1.6 Menjadi pedoman dalam menetapkan program penarikan, seleksi,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan.
3.1.7 Menjadi pedoman dalam melaksanakan mutasi dan pensiun tenaga
keperawatan.
3.2 Saran
Untuk itu apabila kita sebagai perawat dalam memimpin kita harus terlebih
dahulu membuat suatu perencanaan terhadap setiap tindakan yang dilakukan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28