Anda di halaman 1dari 4

TUGAS AGAMA

Seven Dimensions of Religion Terkait dengan Agama Mahasiswa (Kristen)

NAMA : DIAN LEANDRO PURBA


NIM : 41150067
KELOMPOK : A
AGAMA : KRISTEN PROTESTAN
PRODI : KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

2017
Ninian Smart menyebutkan bahwa dimensi agama terdapat tujuh bagian, yaitu dimensi
praktis atau ritual, dimensi naratif atau mistis (Narrative and Mythic), dimensi pengalaman dan
emosional (Experiential and emotional), dimensi sosial atau organisasional/institusional (Social
and Institutional), dimensi etis atau legal (Ethical and legal), dimensi doktrinal atau filosofis
(Doctrinal and philosophical), dan dimensi material.
Dimensi Praktikal dan Ritual adalah pengalaman religius yang diungkapkan dan
ditampilkan secara kelihatan dan nyata melalui ritual-ritual. Di dalam ritual itu, pengalaman
perjumpaan dengan Tuhan diungkapkan dengan berbagai macam hal sesuai dengan agama yang
dianut seperti berdoa, mengucap syukur, memuji dan memuliakan Tuhan, sehingga terjadilah
komunikasi manusia dengan Tuhan. Di dalam perayaan kebaktian umat Kristiani biasanya
penyelamatan Tuhan yang dulu dialami oleh tokoh-tokoh agama awal, dihadirkan kembali dalam
beberapa perayaan, agar umat mengingat dan menghidupi kembali pengalaman religius tokoh-
tokoh awal tersebut. Misalnya: perayaan Paskah dan perayaan Natal.
Dimensi Naratif dan Mitis adalah penyampaian/pemberitaan kisah atau cerita-cerita suci,
untuk direnungkan, dan dicontoh karena di situ ditampilkan tokoh-tokoh suci, pahlawan ataupun
kejadian-kejadian yang penting dalam pembentukan agama yang bersangkutan. Pengalaman
religius orang beragama atau tokoh-tokoh agama tidak hanya diekspresikan dalam ritual saja
namun dibakukan dalam bentuk "buku". Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai
kebutuhan dan keinginan yang kuat untuk menyampaikan pengalaman religiusnya kepada orang
lain dalam bentuk cerita. Proses penulisan cerita- cerita tersebut mengalami " penafsiran oleh
penulis cerita itu (sesuai dengan pengalaman religius mereka). Contohnya di dalam Alkitab kisah
mengenai perjalan Tuhan Yesus Kristus serta murid-murid-Nya.
Dimensi sosial-institusional merupakan perwujudan secara tampak dari kehidupan orang
beragama itu sendiri. Perwujudan tersebut ada pada persekutuan atau ikatan orang-orang
beragama itu sendiri. Misalnya: Di dalam agama Kristen persekutuan orang-orang beriman
kepada Kristus (disebut gereja). Menurut konsep Kristen, Gereja adalah tanda dan sarana bagi
Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Artinya, Gereja merupakan tangan Tuhan di dunia ini
untuk menyelamatkan manusia..
Perilaku orang beragama menjadi amat khas karena dipengaruhi oleh ajaran-ajaran
agama. Oleh karena itu, agama memiliki dimensi legal-etis menyangkut tatatertib hidup dalam
agama itu. Dimensi legal-etis berkaitan dengan perilaku atau tingkah laku manusia serta norma-
norma dan tidak jarang disertai pula dengan system penghukuman kalau terjadi pelanggaran
etikal dan legal. Dimensi etikal berkaitan dengan "kebaikan" atau "kebenaran" tingkah laku,
sedangkan dimensi legal berkaitan dengan "syah"-nya atau "tepat"-nya tingkah laku. Hukum-
hukum di dalam Kitab Suci terus menerus ditafsirkan atau dibaca ulang dalam konteks zaman
ini. Hukum-hukum agama tersebut diyakini sebagai hukum-hukum dari Tuhan sendiri, yang pada
masa "awal" disampaikan pada tokoh-tokoh agama dan mempunyai kekuatan yang amat
mengikat bagi para pemeluk agama. Hukum-hukum agama tersebut telah ditulis secara jelas
didalam Kitab Suci. Pada umat Kristiani terdapat 10 perintah Allah di dalam perjanjian lama.
Dimensi Pengalaman dan Emosional adalah pengalaman religius/pengalaman
iman saat seseorang merasakan sentuhan Tuhan; seseorang merasakan kehadiran Tuhan dalam
hidupnya. Kehidupan orang beragama hal yang paling penting adalah pengalaman berjumpa
dengan "Yang Ilahi" atau disebut pengalaman religious atau pengalaman keagamaan.
Pengalaman religious inilah yang merupakan kekhususan orang beragama bila dibandingkan
dengan orang yang tidak beragama. Bagi orang beragama pengalaman dan emosi dalam
berjumpa dengan Tuhan ini merupakan factor amat penting. Dengan mengalami perjumpaan
dengan Tuhan secara terus menerus di dalam hidupnya, seorang yang beragama semakin dalam
keyakinannya kepada Tuhan. Tanpa pengalaman religius ini orang tidak akan tahan dalam
agamanya, karena Tuhan dianggap tidak berperan dalam hidupnya .Umat Kristen meyakini
bahwa Tuhan selalu menyertai kehidupan dan senantiasa hadir dalam setiap pergumulan yang
dihadapi dalam kehidupan. Sehingga sebagai perwujudan dari ungkapan tersebut orang Kristen
selalu mengucap syukur dalam segala hal karena Tuhan selalu ada dan menyertai. Mengucap
syukur dengan cara berdoa yang didasari dengan iman didalam Yesus Kristus sebagai
juruselamat.
Dimensi filosofis-doktrinal adalah dimensi agama yang menyajikan pemikiran
rasional,argumentasi, dan penalaran terutama menyangkut ajaran-ajaran agama, pendasaran
hidup, dan pengertian dari konsep-konsep yang dianut oleh agama itu. Di samping menangkap
informasi melalui cerita, akal budi manusia juga dapat mengerti atau memahami informasi-
informasi itu. Setelah informasi itu dimengerti, kemudian disimpulkan atau diabstraksikan
menjadi ajaran-ajaran. Bersumber pada catatan dan cerita-cerita, orang-orang beragama
merumuskan atau memformulasikan ajaran, doktrin, atau paham. Bagi orang beragama ajaran-
ajaran merupakan penjelasan tentang segala hal yang berkaitan dengan agama. Rumusan-
rumusan iman dari suatu agama menjadi unsur eksistensial dari agama. Dengan ajaran-ajaran itu,
maka agama terus dapat dipelajari dan dimengerti oleh umat manusia. Karena dimengerti, maka
agama itu dipeluk dan diyakini. Dengan demikian, ajaran-ajaran agama amat menentukan
keberadaan dan keberlangsungan agama itu. Dalam masing - masing agama menjelaskan tentang
hakekat dan peranan Allah . Dalam ajaran agama kristiani ada ajaran tentang Tritunggal yang
Maha Kudus.
Dimensi material menyangkut barang-barang, alat-alat yang digunakan untuk pemujaan
atau untuk pelaksanaan kehidupan agama itu. Di dalam agama-agama, penghayatan akan Tuhan
juga diwujudkan di dalam karya- karya yang berbentuk material. Barang-barang yang
digunakan orang-orang beragama menjadi religious atau suci, karena dikaitkan dengan
pengalaman religius orang-orang yang beragama. Gedung gereja bukanlah bangunan biasa, tetapi
suci karena menjadi tempat untuk merayakan pengalaman religius. Begitu juga karya-karya:
patung, salib dan altar
Daftar Pustaka

Smart, N. (1975). The Religious Experince of Mankind, c&. II. New York: Chales Scriber's Son.

Smart, N. (1989.). The World Religions; Old Traditions and Modern Transformation. London: Cambridge University
Press.

Wach, J. (1958). The Comparative Study of Religions. New York: Columbia University Press.

Anda mungkin juga menyukai