Anda di halaman 1dari 22

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 20 tahun
MRS : 31 Mei 2013, pukul 12:58 WIB di IGD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Dokter yang merawat : Dr. Edy Purwanta, Sp.OG

ANAMNESIS
Allo & Autoanamnesis
Keluhan Utama :
Keluar darah dari vagina banyak sejak satu jam sebelum masuk RS, ada gumpalan yang keluar
dari vagina.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Os merasakan keluar darah sejak satu jam sebelum masuk RS, darah keluar banyak disertai
perasaan menggigil, pusing dan sakit di bagian perut bagian bawah. Os tidak sadarkan diri saat
dibawa ke RS.

Riwayat Pemeriksaan Kehamilan


Os memeriksakan kehamilannya dengan Bidan secara rutin 1 bulan sekali

Riwayat Penyakit Dahulu :


Asma, Hipertensi, dan DM disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Asma, Hipertensi, dan DM disangkal.

1
Riwayat Pengobatan :
Os tidak mengkonsumsi obat-obatan.

Riwayat Perkawinan :
OS telah menikah dengan usia pernikahan 2 bulan.

Riwayat Haid :
• Menarche usia 15 tahun, teratur, nyeri saat haid (+), lama 3 hari, siklus 28 hari.
• HPHT : Pertengahan September 2012 (Os tidak ingat)
• Taksiran Persalinan : Pertengahan Juni 2013.

Riwayat Persalinan :
• P1 A0
No Tempat Penolong Thn Aterm Jenis Penyulit Anak
bersalin persalinan
JK BB (g) Keadaan
PB (cm)
1. Rumah Bidan 2013 Preterm Spontan Os tidak tahu karna langsung dilarikan
Bersalin ke IGD

Riwayat Operasi :
OS belum pernah dioperasi.

Riwayat Alergi :
• Alergi Obat disangkal
• Alergi Makanan disangkal

Riwayat Kebiasaan :
Makan teratur, merokok (-), minuman beralkohol (-).

2
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : tampak sakit sedang


Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
- TD : 90/60 mmHg - Nadi : 119x/mnt
- Suhu : 35°C - RR : 22x/mnt

Status Generalis
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva : anemis +/+, Sclera : ikterik -/-
Jantung : BJ I & II murni normal, gallop (-), murmur (-)
Pulmo : pernapasan vesikuler, wheezing (-), rhonchi (-)
Ekstremitas :
- Atas : edema -/-, akral hangat, RCT ≤ 2 dtk
- Bawah : edema -/-, akral hangat, RCT ≤ 2 dtk

Status Obstetri
Pemeriksaan Abdomen
• Inspeksi : tampak datar dan telihat verban pasca operasi
• Palpasi: nyeri tekan di 4 kuadran
• TFU : 2 jari di bawah pusat
• Auskultasi : BU normal

3
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 31-05-2013

PEMERIKSAAN
HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hematologi
Hemoglobin 8.0 L g/dL 10.8 – 15.6
Hematokrit 25 H % 33 – 45

Trombosit 234 ribu/L 184 – 488

Leukosit 18.88 L ribu/L 4.50 – 13.50


Elektrolit
Natrium (Na) darah 2.9 L mEq/L 3.5 – 5.0
Chlorida (Cl) darah 97 mEq/L 94 – 111

Diagnosis

P1 A0 dengan Hemorrhagic Post Partum Primer (ec. Sisa placenta dan laserasi dinding vagina)

Rencana Tindakan

1. Reposisi uterus
2. Curettage
3. Hentikan perdarahan
4. Pemeriksaan darah HHTL pre operasi
5. Observasi Vital sign

Kronologis Perjalanan Penyakit

Tanggal 31-05-1023/ Pukul : 09.00

Os datang ke Rumah Bersalin dengan keluhan mules dan flek sejak malam hari.

Pada pemeriksaan yang dilakukan oleh Bidan, didapatkan:

TD : 120/80

4
Pemeriksaan Dalam: Pembukaan servik 3 cm, portio tipis lunak, penurunan kepala Hodge 2.

Pukul : 11.30

Bayi lahir : tunggal spontan pervaginam, keadaan bayi baik.

Pukul : 11.42

Placenta lahir, dugaan selaput tertinggal.

Perineum : ada luka episiotomy

Saat VT teraba seperti uterus, Bidan tidak tahu keadaan portio.

KU Os : Baik

Pukul : 12.00

Os menggigil, merasa nyeri perut di bagian bawah, mulai terjadi perdarahan aktif. Os langsug
dibawa ke RS.

Pukul 12.58

Os tiba di UGDRSIJ dengan keadaan tidak sadarkan diri dan perdarahan.

5
FOLLOW UP

Tanggal O
S A P
31-05-2013 TD HR S RR
Jam 17.00 100/60 72x 36,4oC 18x Observasi
Jam 20.00 100/60 100x 36,2oC 18x perdarahan, terapi
injeksi :
ceftriaxone 1 gr
Os mengeluhkan Post
(1x2),
pusing dan lemas laparatomi
metronidazole
Sakit diluka + curettage
Jam 23.00 110/70 92x 36,2oC 20x 500 mg (2x1),
jahitan operasi H0
misoprostol tab.
200 𝜇 𝑔𝑟
Ferofort (2x1),
PRC 500cc

Tanggal O
S A P
01-06-2013 TD HR S RR
Sakit luka jahitan
05.00 110/60 86x 36,4oC 18x Post Terapi lanjutkan
operasi
laparatomi ditambah
17.00 Menggigil 100/60 88x o
36 C 22x
+ curettage paracetamol
Tidak ada
21.00 100/70 90x 36,7oC 20x H1 500mg (3x1)
keluhan

Tanggal O
S A P
02-06-2013 TD HR S RR
Sakit luka jahitan
05.00 operasi + 110/60 70x 36,4oC 20x Post laparatomi + Lanjutkan
mengigil curettage H2 terapi
17.00 Tidak ada 100/60 80x 36,2oC 22x

6
21.00 keluhan 110/70 82x 36,2oC 18x

Tanggal O
S A P
03-06-2013 TD HR S RR
05.00 110/70 78x 36,0oC 20x
Tidak ada Post laparatomi + Lanjutkan
17.00 100/70 86x o
37 C 22x
keluhan curettage H3 terapi
21.00 100/60 82x 36,9 Co 18x

PEMERIKSAAN
HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hematologi
Hemoglobin 10.6 L g/dL 10.8 – 15.6
Leukosit 5.37 ribu/L 4.50 – 13.50

Tanggal O
S A P
04-06-2013 TD HR S RR
05.00 110/60 80x 36,4oC 20x
Tidak ada Post laparatomi + Lanjutkan
17.00 100/60 80x 36,2 Co 18x
keluhan curettage H4 terapi
21.00 110/70 78x 36,2 Co 16x

7
Puerpurium Tanggal

31-05-2013 01-06-2013 02-06-2013 03-06-2013 04-06-2013


Conjungtiva Anemis Anemis Anemis Anemis Anemis
Payudara Lembek Lembek Lembek Keras Lembek
Laktasi Colostrums Colostrums Colostrums Colostrums Colostrums
Abdomen Lemas Lemas Lemas Lemas Lemas
Uterus Baik Baik Baik Baik Baik
TFU 1 jari dibawah 1 jari 2 jari dibawah 2 jari dibawah 3 jari dibawah
pusat dibawah pusat pusat pusat
pusat
Luka Hecting Baik Baik Baik Baik Baik
Lochea Rubra Rubra Rubra Rubra Rubra
BAK
BAB

8
Bab II

Tinjauan Pustaka – Inversio Uteri

A. Latar belakang
Di negara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian maternal merupakan masalah besar
namun sejumlah kematian yang cukup besar tidak dilaporkan dan tidak tercatat dalam statistik
resmi. Tingkat kematian maternal di negara-negara maju berkisar antara 5 – 10 per 100.000
kelahiran penduduk, sedangkan di Indonesia diperkirakan sekitar 450 per 100.000 kelahiran
hidup .
Penyebab kematian maternal cukup kompleks, salah satunya adalah terjadinya perdarahan post
partum . Perdarahan post partum adalah sebab penting kematian ibu, ¼ dari kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan (perdarahan post partum, plasenta previa, solutio plasenta,
kehamilan ektopik, abortus dan ruptur uteri) disebabkan oleh perdarahan post partum. Yang
termasuk etiologi perdarahan post partum adalah atonia uteri, retensio plasenta, trauma jalan
lahir, inversio uteri, ruptur uteri dan gangguan sistem pembekuan darah.
Inversio uteri merupakan suatu keadaan kegawatdaruratan obstetrik yang jarang terjadi (1 per
2000 – 12.000 kelahiran), namun umumnya kelainan tersebut menyebabkan keadaan gawat
dengan angka kematian yang tinggi (15 – 70%), biasanya yang terjadi adalah syok yang berat.
Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana badan rahim berbalik, menonjol melalui serviks
(leher rahim) ke dalam atau ke luar vagina.inversio uteri biasanya terjadi jika seorang pembantu
tenaga medis yang kurang berpengalaman terlalu banyak menekan puncak rahim atau terlalu
keras menarik tali pusar dari ari-ari yang belum terlepas.keadaan ini bisa menyebabakan
terjadinya syok, infeksi dan kematian.

B. Rumusan masalah
1) Apa yang dimaksud dengan inversion uteri?
2) Bagaimana insiden terjadinya inversion uteri?
3) Sebutkan dan jelaskan klasifikasi inversion uteri?
4) Bagaimana etiologi terjadinya inversion uteri?
5) Bagaimana Gejala klinis dari inversion uteri?
6) Sebutkan dan jelaskan Presentasi inversion uteri?

9
7) Bagaimana Diagnose inversion uteri ditegakkan?
8) Bagaimana cara Penanganan inversion uteri?
9) Jelaskan Manajemen penanganan inversion uteri?
10) Komplikasi apa saja yang mungkin menyertai inversion uteri?
11) Gambaran Prognosis dari penanganan inversion uteri?

C. Tujuan
1) Menjelaskan apa yang dimaksud inversion uteri.
2) Menggambarkan insiden terjadinya inversion uteri.
3) Menjelaskan klasifikasi inversion uteri.
4) Menjelaskan etiologi terjadinya inversion uteri.
5) Menjelaskan bagaiman gejala klinis dari inversion uteri.
6) Menjelaskan presentasi inversion uteri.
7) Menjelaskan diagnosa inversion uteri.
8) Menjelaskan cara penanganan inversion uteri.
9) Menjelaskan manajemen penanganan inversion uteri.
10) Mengetahui komplikasi apa saja yang mungkin memyertai inversion uteri.
11) Menggambarkan bagaimana prognosis dari penanganan inversion uteri.

10
PEMBAHASAN

A. Definisi inversio uteri


 Inversio Inversio Uteri Adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri)
memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum
uteri, bahkan ke dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometriumnya
sebelah luar. (Prawihardjo Sarwono, Prof. Dr, Ilmu Kebidanan ; Jakarta)
 uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke
dalam kavum uteri (Rustam Muchtar. Prof. Dr. MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid I, edisi 2 ;
1998)
 Keadaan inversio ini pertama dikenal oleh Hippocrates (460-770 SM). Kejadiannya tidak
banyak 1 : 5000 persalinan bahkan banyak yang melaporkan 1 dalam 20.000 persalinan
walaupun jarang terjadi, komplikasi yang disebabkannya cukup serius bila tidak segera
dikenal dan ditatalaksana dengan baik.

Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam kavum uteri, dapat
secara mendadak atau perlahan. Kejadian ini biasanya disebabkan pada saat melakukan
persalinan plasenta secara Crede, dengan otot rahim belum berkontraksi dengan baik.
Inversio uteri memberikan rasa sakit yang dapat menimbulkan keadaan syok adapun
menyebutkan bahwa inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya kedalam kavum uteri.

B. Insiden inversio uteri


Inversio Uteri merupakan kejadian yang sangat jarang terjadi yaitu berkisar antara 1:2000s/d
20.000 kehamilan namun dengan cepat dapat menyebabkan mortalitas maternal. Ini adalah
merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem.

C. Klasifikasi inversio uteri


Inversio dapat terjadi pada masa nifas atau diluar masa nifas. Diluar masa nifas biasanya
parsial atau inkomplit dan sering dihubungkan dengan adanya tumor uterus. Sedang inversio

11
yang terjadi pada masa nifas dapat terjadi akut atau kronik dan jarang terjadi serta sering
berulang.

Tipe inversio uteri

1. Inversio local : fundus uteri menonjol sedikit ke dalam kavum uteri.


2. Inversio parsial tonjolan fundus uteri terbatas hanya pada kavum uteri.
3. Inversio inkomplit : penonjolan sampai mencapai kanalis servikalis.
4. Inverio komplit : tonjolan telah mencapai ostium uteri eksternum .
5. Inversio total : tonjolan telah mencapai vagina atau keluar vagina.
Gambar 1 Reposisi Inversio Uteri

12
D. Etiologi
Penyebab inversio uteri dapat secara spontan atau karena tindakan. Faktor yang memudahkan
terjadinya adalah uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya, adanya atonia uteri dan
adanya kekuatan yang menarik fundus kebawah. sedangkan yang spontan dapat terjadi pada
grandemultipara, atonia uteri, kelemahan alat kandungan (tonus otot rahim yang lemah,
kanalis servikalis yang longgar), dan tekanan intra abdominal yang tinggi (misalnya
mengejan dan batuk).
Inversio uteri karena tindakan dapat disebabkan karena perasat Crede yang berlebihan,
tarikan tali pusat, dan pada manual plasenta yang dipaksakan, apalagi bila ada perlekatan
plasenta pada dinding rahim atau Karna tindakan atraksi pada tali pusat yang berlebihan yang
belum lepas dari dinding rahim. inversio uteri juga dapat terjadi waktu batuk, bersin atau
mengejan.
Berbagai faktor etiologi telah dikaitkan dengan inversi uterus, walaupun mungkin tidak ada
penyebab yang jelas. Diidentifikasi faktor etiologi meliputi:
 Tali pusat yang pendek
 Traksi yang berlebihan pada tali pusat
 Tekanan pada fundus yang berlebihan
 Sisa plasenta dan abnormal perlekatan plasenta (inkreta, perkreta, akreta)
 Menarik terlalu keras pada tali pusar untuk mempercepat pelepasan plasenta, terutama
jika plasenta melekat pada fundus.
 Endometritis kronis
 Kelahiran setelah sebelumnya operasi caesar
 Cepat atau tenaga His yang panjang
 Sebelumnya rahim inversi
 Obat tertentu seperti magnesium sulfat (sebagai relaksan otot selama persalinan)
 Unicornuate rahim
 Kelainan bawaan atau kelemahan rahim.
 Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif khususnya
bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan
keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenic (gambar 2 )

13
Gambar 2. Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri
dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan
inversio uteri
Hal ini biasanya tidak dianggap sebagai akibat dari penata laksanaan kala III persalinan yang
salah meskipun faktor-faktor yang tercantum di ataspun memegang peranan penting dalam
menimbulkannya, Namun sering kali dianggap berasal dari manajemen yang buruk pada kala
III persalinan, jika manajemen aktif kala III persalinan dilakukan dengan baik maka dapat
mengurangi resiko kejadian.

Inversio uteri dapat pula terjadi diluar persalinan. Mioma uteri submukosum yang sedang
dilahirkan secara perlahan-lahan menarik tempat insersinya pada dinding uterus ke bawah
kavum uteri, dan menyebabkan inversion uteri menahun.

E. Gejala klinis
Gejala inversion uteri dijumpai pada kala III atau postpartum. gejalanya pada permulaan
tidak selalu jelas, akan tetapi apabila kelainan itu sejak awalnya tumbuh dengan cepat,
seringkali timbul rasa nyeri yang keras dan bisa menyebabkan syok. Rasa nyeri keras
disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta ligamentum infundibulo pelvikum dan
ligamentum rotundum kanan dan kiri ke dalam terowongan inversio sehingga terjadi tarikan
yang kuat pada peritoneum parietal. Perdarahan yang banyak juga dapat terjadi, akibat dari
plasenta yang masih melekat pada uterus, hal ini dapat juga berakibat syok.
Pemeriksaan luar pada palpasi abdomen, fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba
lekukan pada fundus seperti kawah. Kadang-kadang tampak seperti sebuah tumor yang
merah di luar vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik.
Pada pemeriksaan dalam, bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba
fundus uteri cekung ke dalam; bila sudah komplit, di atas simfisis teraba kosong dan dalam
vagina teraba tumor lunak atau kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

Inversion uteri akut yang terjadi pada akhir persalinan menimbulakn gejala-gejala yang
mengkhawatirkan, seperti syok, nyeri keras, dan perdarahan. Rasa nyeri disebabkan oleh
tarikan pada peritoneum dari ligamentum infundibulopelvikum dan ligamentum rotundum
kanan dan kiri, yang mengikuti fundus uteri kedalam terowongan inversion. Kadang-kadang
terdapat pada inversio uteri bahwa plasenta seluruhnya atau untuk sebagian belum lepas dari

14
dinding uterus. Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak timbul pendarahan ; akan tetapi
bila lepas baru sebagian akan terjadi perdarahan. Peristiwa inversion uteri dapat
menyebabkan meninggalnya penderita. Akan tetapi, kadang-kadang gejala-gejalanya tidak
seberapa berat. Timbulnya perdarahan dan syok ringan diduga disebabkan oleh atonia uteri
postpartum. Jika penderita dapat mengatasi keadaan, inversion menjadi menahun. Pada yang
kronik ini yang timbul gejala berupa metroragia, nyeri pinggang, anemia, dan banyak
keputihan.

F. Presentasi
inversi uterus mungkin hadir:
 Akut - dalam waktu 24 jam setelah melahirkan
 Subakut - lebih dari 24 jam dan sampai 30 hari postpartum
 Kronis - lebih dari 30 hari setelah melahirkan

G. Diagnosa
Penegakan diagnosis sangat penting dan mungkin menyelamatkan nyawa ibu. Diagnosis
tidak sukar dibuat jika mengetahui kemungkinan terjadinya inversio uteri. Pada penderita
dengan syok, perdarahan, dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada
kala III atau setelah persalinan selesai, pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang
lunak di atas serviks uteri atau dalam vagina, sehingga diagnosis inversio uteri dapat dibuat.
Diagnose juga bisa ditegakkan apabila pemeriksa menemukan beberapa tanda inversi uterus
yang mencakup:
 Uterus menonjol dari vagina.
 Fundus tidak tampaknya berada dalam posisi yang tepat ketika dokter palpasi (meraba)
perut ibu.
 Adanya perdarahan yang tidak normal dan perdarahannya banyak bergumpal.
 Tekanan darah ibu menurun (hipotensi).
 Ibu menunjukkan tanda-tanda syok (kehilangan darah) dan kesakitan
 Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat.

15
 Bila baru terjadi maka, maka perognosis cukup baik akan tetapi bila kejadian cukup lama
maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis,
dan infeksi.
 Pemeriksaan penunjang (seperti USG atau MRI) dapat digunakan dalam beberapa kasus
untuk memperkuat diagnosis.

H. Diagnosis diferensial

Perlu dipikirkan sebagai diagnosis diferensial polip mioma submukosum, yang dilahirkan ke
vagina (miomgeburt). Diatas disebut bahwa mioma uteri submukosum dapat sebabkan
inversion uteri ; dalam hal ini diatas mioma uteri yang terletak dalam vagina masih terdapat
uterus dalam inversion. Pada polip mioma uteri submukosum tanpa inversion dapat diraba
sebuah tumor dalam vagina, yang dengan tangkainya melewati ostium ekternum, dan dapat
diraba pula korpus uteri diatas serviks. Selanjutnya, pemeriksaan dengan sonde uterus yang
dimasukkan terus sampai ujung kavum uteri, sedangkan pada inversio uteri sende mangalami
jalan buntu. Pemeriksaan dengan ultrasonografi akan membantu, apakah inversio atau mioma
yang sedang dilahirkan, pada inversio tidak terlihat uterus diatas mioma. Kalau perlu dan
masih ragu-ragu, dapat dilakukan biopsy, sehingga apakah pada gambaran histology
ditemukan endometrium atau miometrium. Pada inversio terlihat endometrium sedangkan
pada mioma uteri tampak jaringan otot.

I. Penanganan
90% kasus inversio uteri disertai dengan perdarahan yang masif dan “life-threatening”.
 Bila terjadi syok atau perdarahan, gejala ini diatasi dulu dengan infus intravena cairan
elektrolit dan tranfusi darah.
 Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan maka
harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin.
 Segera lakukan tindakan resusitasi.
 Bila plasenta masih melekat , jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu
perdarahan hebat .

16
 Lakukan tindakan resusitasi dengan cara: Tangan seluruhnya dimasukkan ke vagina
sedang jari tengah dimasukkan ke dalam cavum uteri melalui serviks uteri yang mungkin
sudah mulai menciut, telapak tangan menekan korpus perlahan-lahan tapi terus menerus
kearah atas agak kedepan sampai korpus uteri melewati serviks dan inversion.
 Salah satu tehnik reposisi lain yaitu dengan menempatkan jari tangan pada fornix
posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan
memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus kembali ke posisi semula .
 Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 – 4 jari yang diletakkan pada bagian
tengah fundus dilakukan dorongan kearah umbilikus sampai uterus kembali keposisi
normal.
 Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri.
Berikan oksitosin atau Suntikkan intravena 0,2 mg ergomitrin kemudian dan jika
dianggap masih perlu, dilakukan tamponade uterovaginal dan setelah terjadi kontraksi ,
tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang.
 Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui laparotomi

Sebagai tindakan pencegahan, dalam memimpin persalian harus selalu waspada akan
kemungkinan timbulnya inversion uteri. Janganlah memijat-mijat uterus yang tidak
berkontraksi dan lembek, dan jangan mengadakan tarikan pada tali pusat, sebelum yakin
bahwa plasenta sudah lepas. Pada inversio uteri yang sudah terjadi, sambil mengatasi syok
dilakukan reposisi manual dalam narcosis. Tangan kanan seluruhnya dimasukkan ke dalam
vagina, melingkari tumor dalam vagina, dan telapak tangan mendorong perlahan-lahan tumor
keatas melalui serviks yang masih terbuka. Setelah reposisi berhasil, tangan dipertahankan
sampai dirasakan uterus telah berkontraksi, dan kalau perlu dimasukkan tampon ke dalam
kavum uteri dan vagina. Tampon dibuka setelah 24 jam. Sebelumnya diberikan uterotonika
lebih dulu sebelum tampon diangkat. Umumnya reposisi, segera setelah inversio uteri, tidak
sulit.

Pada inversion uteri menahun prosedur diatas tidak dapat dilakukan karena lingkaran pada
ostium uteri eksternum sudah mengecil dan menghalangi lewatnya korpus uteri yang terbalik.
Dalam hal ini perlu dilakukan operasi setelah infeksi diatasi.

17
Operasi vaginal terdiri atas operasi menurut Kustner dan operasi menurut Spinelli. Pada
operasi pertama lingkaran dipotong disebelah belakang, sedang pada operasi kedua
pemotongan dilakukan disebelah depan. Pemotongan lingkaran dan dinding diatasnya
memungkinkan reposisi sesudah itu, luka dijahit kembali. Haultain dan Huntington
mengusahakan reposisi dengan laparotomi. Akhirnya, pada wanita yang mendekati akhir
masa reproduksi dapat dilakukan histerektomi.

J. Manajemen penanganan
Prinsip-prinsip penting adalah:
- Pengobatan harus mengikuti perkembangan logis.
- Hipotensi dan hipovolemia memerlukan cairan agresif dan penggantian darah.
Langkah mungkin termasuk:
 Dapatkan bantuan. Ini harus mencakup anestesi yang paling berpengalaman bantuan
yang tersedia.
 Secure akses intravena lebih lanjut dengan lubang yang besar cairan cannulae dan
dimulai. Resusitasi biasanya dimulai dengan kristaloid seperti normal saline atau
larutan Hartmann meskipun beberapa orang lebih suka koloid dari awal.
 Masukkan kateter kemih.
- Segera reposisi uterus sangat penting untuk inversi nifas akut. Ukuran bisa meliputi:
 Dapatkan bantuan dan mempersiapkan teater untuk laparotomi mungkin.
 tocolytics Administer untuk memungkinkan relaksasi rahim. Sebagai contoh:
Nitrogliserin (0,25-0,5 mg) secara intravena selama 2 menit Atau terbutaline 0,1-0,25
mg intravena perlahan-lahan atau Magnesium sulfat 4-6 g intravena selama 20 menit
- Percobaan prompt penggantian rahim. Hal ini paling baik dilakukan secara manual dan
secepat keterlambatan dapat membuat pengganti semakin sulit. Ganti rahim (dengan
plasenta jika masih menempel) dengan perlahan dan terus mendorong ke atas.
- Jika ini gagal maka anestesi umum biasanya diperlukan. rahim kemudian dapat
digantikan dengan menempatkan tinju di fundus dan secara bertahap mendorongnya
kembali ke dalam panggul melalui leher rahim melebar secara manual.

18
- Menjaga bimanual kompresi uterus dan pijat sampai rahim baik dikontrak dan perdarahan
telah berhenti.
- Jika ini tidak berhasil pendekatan bedah diperlukan. Laparotomi untuk penggantian
bedah yang lebih biasa (menemukan dan menerapkan traksi ke ligamen putaran), tetapi
atau bahkan pendekatan laparoskopi vagina dapat digunakan.
- Jika Anestesi umum atau rahim relaksan kemudian berhenti, diganti dengan uterotonika
(oksitosin atau ergometrine atau prostaglandin).
- Antibiotik Mulai diberikan melanjutkan uterotonika yang sbelumnya diberikan selama
paling sedikit 24 jam. Monitor erat setelah penggantian untuk menghindari reinversion.
- Pada inversio uteri menahun, ditemukan beberapa lama setelah persalinan sebaiknya
ditunggu berakhirnya involusi untuk kemudian dilakukan operasi pervaginam menurut
spinelli.

K. Komplikasi
Komplikasi meliputi endomyometritis , kerusakan usus atau pelengkap rahim.

L. Prognosis
Prognosis inversi uteri di pengaruhi oleh kecepatan penanganan, makin lambat keadaan ini di
ketahui dan di obati makin buruk prognosanya dan jika dikelola dengan benar maka akan
membawa prognosa yang baik pula.

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kegawatdaruratan pada kala III persalinan yang dapat menimbulkan perdarahan adalah
terjadinya inversi uterus. Inverse uterus adalah keadaan di mana lapisan dalam uterys
(endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat komplit
dan inkomplit.
Factor-factor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah adanya atonia uteri, serviks yang
masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus kebawah(misalnya karena
adanya plasenta akreta, inkreta, dan perkreta yang plsentanya ditarik keras dari bawah) atau
adanya tekanan pada fundus uteri dari atas (maneuver crade) atau tekanan intra abdominal
yang keras dan tiba tiba (misalnya batuk keras atau bersin).
Melakukan traksi umbilicus pada pertolongan aktif kala III dengan uterus yang masih atonia
memungkinkan terjadinya inversio uteri.
Inversion uteri ditandai dengan tanda- tanada:
 Syok karena kesakitan.
 Perdarahan banyak bergumpal.
 Pada vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat.

20
 Bila baru terjadi, maka prognosisnya cukup baik akan tetapi jika kejadiannya cukup lama,
maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis
dan infeksi.
Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan terjadinya inversio uteri. Tarikan
pada tali pusat sebelum plasenta benar-benar lepas sebaiknya tidak dilakukan apabila dicoba
melakukan perasat Crede harus diindahkan sepenuhnya syarat-syaratnya. Pendorongan rahim
juga tidak dibenarkan.
Penangannya yaitu apabila terjadi inversio uteri dengan gejala-gejala syok, yang pertama
dilakukan adalah memperbaiki keadaan umumnya, dengan memberikan oksigen, infus
intravena cairan elektrolit dan transfusi darah. Segera sesudah itu dilakukan reposisi dengan
anestesi umum. Caranya yaitu dengan memasukkan satu tangan seluruhnya ke dalam vagina
sedangkan jari-jari tangan dimasukkan ke dalam kavum uteri melalui serviks uteri, telapak
tangan menekan korpus perlahan-lahan tetapi terus menerus ke arah atas agak ke depan
sampai korpus uteri melewati serviks dan inversio ditiadakan, Suntikkan intravena 0,2 mg
ergomitrin atau uterotonika (oksitosin, methergin, atau prostaglandin) jika dianggap masih
perlu. Kemudian dilakukan tamponade vagina. Apabila reposisi pervaginam gagal,
selanjutnya dapat dilakukan tindakan pembedahan (Laparatomi).

21
DAFTAR PUSTAKA

 Prof. dr. Abdul, dkk, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 1999
 Wiknjosastro, H., Inversio Uteri, Ilmu Kebidanan, hal 22-24 dan hal 660-662, Ilmu
Kebidanan Fakultas Kedokteran UI, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono,
Prawirohardjo, 1997.
 http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=ms|id&u=http://yuchan135.blogspot.co
m/2010/06/inversio-uteri.html
 http://anggrekidea.blogspot.com/2007/11/perdarahan-postpartum_15.html
 http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/inversio-uteri.html
 http://medicom.blogdetik.com/2009/03/18/inversio-uteri/
 http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/07/inversio-uteri.html

22

Anda mungkin juga menyukai