Anda di halaman 1dari 26

JENIS - JENIS KARANGAN

OLEH :
AKBAR HIDAYAT
ZAMIRA ULFA
MARLIZON

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011

1
BAB I
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya semata kami dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Bahasa
Indonesia. Sebagai wujud dari pengabdian kami kepada Allah SWT sekaligus
bentuk realisasi dari tanggung jawab dan kewajiban kami selama mengikuti mata
kuliah ini.

Makalah ini berisi materi tentang “jenis-jenis karangan”. Pembahasan


yang memaparkan tentang jenis-jenis karangan itu sendiri. Sehingga makalah
dapat digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya.

Makalah ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa/i sebagai


materi dalam belajar atau sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan yang
telah ada, serta sebagai bahan untuk penentuan nilai tugas oleh dosen
pembimbing. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Allah
SWT, kepada kedua orang tua, teman-teman, dan semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Pekanbaru, 4 Oktober 2011

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------- 1


1.1. Latar Belakang-------------------------------------------------------------------- 1
1.2. Permasalahan --------------------------------------------------------------------- 1
1.3. Tujuan Penulisan ----------------------------------------------------------------- 2
1.4. Manfaat penulisan ---------------------------------------------------------------- 2
BAB II PEMBAHASAN ----------------------------------------------------------- 3
2.1 Penggolongan Karangan Menurut Bobot Isinnya ---------------------------- 3
2.1.1 Karangan Ilmiah ---------------------------------------------------------------- 3
2.1.2 Karangan Ilmiah Populer ------------------------------------------------------ 3
2.1.3 Karangan Nonilmiah. --------------------------------------------------------- 4
2.2 Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajian dan tujuan
penyampaian. -------------------------------------------------------------------- 4
2.2.1 Narasi ---------------------------------------------------------------------- 4
2.2.2 Deskripsi ---------------------------------------------------------------------- 9
2.2.3 Eksposisi ---------------------------------------------------------------------- 11
2.2.4 Argumentasi --------------------------------------------------------------------- 14
2.2.5 Persuasi ---------------------------------------------------------------------- 17
2.3 Analisis Singkat dan Implikasi ( Ilmu Pemerintahan) ----------------------- 19
BAB III SIMPULAN ------------------------------------------------------------- 21
3.1 Simpulan ---------------------------------------------------------------------- 21
3.2 Saran ---------------------------------------------------------------------- 21

3
DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------- 22

4
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ------------------------------------------------------------------------ 7

Tabel 2.2 ------------------------------------------------------------------------ 14

5
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengertian mengarang yang dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga
(2011:125) sebagai berikut : Mengarang berarti menyusun atau merangkai.
Kegiatan mengarang tidak hanya tertulis tetapi juga bisa berlangsung secara
lisan . Seseorang yang berbicara, misalnya dalam sebuah diskusi atau pidato
secara serta merta (impromptu), otaknya terlebih dahulu harus mengarang
sebelum mulutnya berbicara. Pada saat berbicara , pembicara berusaha keras
mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur atau fokus. Sambil memikir-
mikirkan susunan kata, pilihan kata, struktur kalimat, bahkan cara penyajiannya.
Apa yang didengar atau yang ditangkap orang dari penyajian lisan itu, itulah
karangan lisan tidak dilanjutkan . Mengarang lisan hanya membantu pemahaman
arti kata mengarang.
Mengarang tidak perlu ditulis, mengarang menggunakan bahasa sebagai
mediumnya secara lisan. Namun Karena tujuan dalam ini mengenai karangan
tertulis, maka dijelaskan tentang karangan tertulis. Berarti mengarang adalah
pekerjaan merangkai kata, kalimat dan alinia untuk menjabarkan dan mengulas
topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan. Dapat juga
dikatakan bahwa mengarang adalah “Keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang
untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada pembaca untuk dipahami”.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis
merumuskan permasalahan pokok dalam makalah ini adalah: “Apa saja jenis-jenis
karangan yang dipelajari dalam Bahasa Indonesia?”

1.3 Tujuan Penulisan

6
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mendeskripsikan tentang jenis-
jenis karangan . Selain itu juga untuk melaksanakan tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat diambil dari penyajian makalah ini yaitu agar
pembaca dan penulis bisa lebih mengetahui tentang jenis-jenis karangan.

BAB II

7
PEMBAHASAN

2.1 Penggolongan Karangan Menurut Bobot Isinya


2.1.1 Karangan Ilmiah
Pengertian karangan ilmiah yang dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga
(2011:126) sebagai berikut : Karangan ilmiah adalah tulisan yang berisi
argumentasi penalaran keilmuwan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis
yang formal dengan sistematis-metodis, dan sintesis analitis. Karangan ilmiah
ialah semua bentuk karangan berupa buku, artikel dalam buku atau jurnal,
disertasi, skripsi, dan laporan yang disajikan secara sistematis, cermat tidak
emotif, tidak persuasive , kata-katanya mudah diidentifikasi, tulus tidak mengejar
kepentingan pribadi dan semata - mata memberi informasi.
Karangan ilmiah memiliki tiga ciri yang dikemukakan oleh Charlina dan
Sinaga (2011:126) sebagai berikut. Pertama, karangan ilmiah merupakan
pembahasan suatu hasil penelitian. Kedua, tulisan ilmiah bersifat metodis dan
sitematis. Ketiga tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Penulis ilmiah harus
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bahasa dalam karangan itu disebut
ilmiah apabila lafal, kosa kata, peristilahan, tata kalimat dan ejaan mengikuti
bahasa yang telah dibakukan (distandardisasi). Jenis-jenis karangan ilmiah
menurut Hasnah Faizah (2009:98) itu dapat dibedakan berdasarkan materi, cara
yang dipakai , susunan, tujuan, serta panjang pendeknya laporan, maka karangan
ilmiah dapat berupa makalah, paper (working paper), laporan penelitian lapangan,
buku pelajaran, modul,diktat, Skripsi, tesis, serta disertasi.

2.1.2 Karangan Ilmiah Populer


Pengertian karangan ilmiah populer yang dikemukakan oleh Charlina dan
Sinaga (2011:126) sebagai berikut : Bahasa dalam karangan ilmiah menggunakan
bahasa yang khusus untuk bidang ilmu tertentu, sedangkan dalam karangan ilmiah
populer bahasa yang terlalu teknis tersebut terkadang dihindari. Sebagai gantinya
digunakan istilah umum, selain itu sistematika penulisan dalam karya ilmiah

8
populer tidak terikat pada konvesi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan
sistematis. Penulisan lebih condong agak longgar tetapi tetap sistematis.

2.1.3 karangan Nonilmiah


Pengertian karangan nonilmiah yang dikemukakan oleh Charlina dan
Sinaga (2011:126) sebagai berikut : Karangan nonilmiah adalah karangan yang
tidak terikat pada aturan baku, berbeda dengan tulisan ilmiah, sumber tulisan
ilmiah, dapat sesuatu yang abstrak dan subjektif, seperti ilusi, imajinasi, atau
emosi. Unsur subjektif tersebut yang membuat kebenaran tulisan nonilmiah sangat
subjektif atau hanya berlaku untuk orang tertentu saja (tidak umum). Sedangkan
menurut Hermandra (2008:118) karangan non ilmiah yaitu karangan yang tidak
terikat pada aturan baku.Yang tergolong kedalam karangan non ilmiah antara lain
anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi dan naskah drama.

2.2. Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajian dan Tujuan


Penyampaiannya

2.2.1 Narasi

Pengertian narasi menurut Lembaga Bimbingan Belajar Quantum Inovatif


didalam buku panduan siap SMPTN (2009:187) sebagai berikut: Karangan narasi
adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan
agar pembaca seolah olah mengalami kejadian yang diceritakan itu. Adapun
Pengertian narasi yang dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga (2011:127)
sebagai berikut : Karangan narasi berasal dari (narration= Bercerita ) adalah suatu
bentuk tulisan yang berusaha menciptakan , mengisahkan, merangkaikan tindak –
tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang
berlangsung dalam satu kesatuan waktu. Pengertian lainnya narasi oleh
http://iaibcommunity .wordpress . com /2008/04/23/jenis-jenis-karangan/sebagai
berikut: Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat
peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula

9
tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan
konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu,
ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan
berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Contoh narasi yang
berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang
berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam. Pola narasi secara
sederhana: awal – tengah – akhir. Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu
memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat
mengikat pembaca. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu
konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan
mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang
mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang
menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha
menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya
sendiri.

Ciri narasi yang dikemukakan didalam buku Detik-Detik Ujian Nasional


Bahasa Indonesia (2007:7) sebagai berikut: pelaku , alur, latar dan jalan cerita
runtut. Narasi dapat dibagi dua yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
Contoh karangan narasi yang dikemukakan didalam buku Panduan EYD dan Tata
Bahasa Indonesia :
Mulyadi hanya bisa termenung melihat Tata meninggalkannya. Ia bisa
saja berteriak memanggilnya, tapi lidahnya membeku, ia bisa saja berlari
mengejarnya, tapi kakinya membatu. Harga dirinya sebagai lelaki tak
mengizinkannya untuk memohon agar Tata sudi kembali kepadanya.

Contoh lain narasi yang dikemukakan oleh Hermandra (125:2008) yaitu :

Saya cepat merasakan ada kesalahan. Seorang petugas saya tanyai,


ternyata saya harus kembali kepintu bersinar X yang telah saya lewati tadi. Akan
tetapi , untuk mencari terminal saya harus naik bus yang sudah menunggu
dibawah terminal. Kalau saya jalan kaki, saya butuh waktu satu jam. Saya agak
panik juga. Pesawat ke Singapura take off 15.15 WIB sedangkan sekarang jam
menunjukkan pukul 14.30 Wib , saya pun masih diterminal. Saya langsung lari
menurut petunjuk petugas untuk mengejar bus yang ada dibawah terminal . Saya
langsung lari menurut petunjuk petugas untuk mengejar bus yang sudah ada

10
dibawah terminal. Saya kembali beradu pandang dengannya dipintu masuk.
Tatapannya jelas menyiratkan sapaan khusus, mungkin dia bertanya tanya. Saya
memperhatikan tahi lalatnya. Ada sebersit uban dirambutnya yang berombak.
Lalu kami sama-sama menahan senyum waktu ia berdiri disebelah penjaga pintu.
Pastilah dia pimpinan atau barangkali pemilik rombongan ketoprak ini.

Narasi dapat dibagi dua yang dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga
(2011:126) yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.

A. Narasi Ekspositoris
Karangan narasi ekspositoris bertujuan untuk memberi informasi kepada
pembaca agar pengetahuannya bertambah luas, selain itu juga untuk mengunggah
amanah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran
utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah
membaca kisah tersebut. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris
mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para
pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan itu
dimaksudkan untuk menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan
atau pengertian pembaca, tidak peduli apakah disampaikan secara tertulis atau
secara lisan.
Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat
generalisasi. Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang
menyampaikan suatu proses yang umum,yang dapat dilakukan siapa saja dan
dapat pula dilakukan siapa saja dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang.
Dengan melaksanakan tipe kejadian itu secara berulang-ulang, maka seseorang
dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu. Misalnya suatu
wacana naratif yang menceritakan bagai mana seorang menyiapkan nasi goreng,
bagaimana membuat roti, bagaimana membangun sebuah kapal dengan
mempergunakan bahan fero-semen dan sebagainya.
Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan
suatu peristiwa yang khas, yang hanya satu kali terjadi . Peristiwa yang khas
adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali karena ia merupakan
pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja . Narasi mengenai

11
pengalaman seseorang yang pertama kali masuk sebuah perguruan tinggi,
pengalaman seseorang pertama kali mengarungi samudra luas, pengalaman
seorang gadis yang pertama kali menerima curahan kasih dari seorang pria
idamannya dan sebagainya.

B. Narasi Sugestif
Pengertian karangan narasi sugestif yang dikemukakan oleh Charlina dan
Sinaga (2011:129) sebagai berikut : Narasi sugestif pertama-tama bertalian
dengan dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaian didalam suatu kejadian
atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung dalam satu kesatuan
waktu, atau tujuan atau sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan
seseorang. Tetapi berusaha memberi makna peristiwa atau kejadian itu, maka
narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi.
Narasi sugestif tidak bercerita atau memberikan komentar mengenai
sebuah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh
kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tetentu untuk
menghadapi peristiwa yang berhadapan dimatanya. Narasi menyediakan sesuatu
kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang melibatkan simpati atau
antipasti mereka kepada kejadian itu sendiri. Inilah yang disebut dengan makna
yang tersirat dalam sebuah rangkaian kejadian itu. Dibawah ini merupakan tabel
perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif yang dikemukakan oleh
Tukan (2006:71) sebagai berikut:
Tabel : 2.1
Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif
Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif
Berfungsi memperluas pengetahuan Menyampaikan makna atau amanat
pembaca yang tersirat terhadap pembaca.
Menyampaikan informasi mengenai Menimbulkan daya imajinasi
sebuah peristiwa
Berdasarkan pada penalaran untuk Penalaran hanya sebagai alat untuk

12
mencapai kesepakatan rasional menyampaikan makna.
Bahasanya cendrung bersifat Bahasanya cendrung bersifat
informative dengan menggunakan figuratife dengan menggunakan kata-
kata-kata denotative kata konotatif.

C. Pengembangan Narasi
Penjelasan Pengembangan narasi tentang pengembangan narasi yang
dikemukan oleh Charlina dan Sinaga (2011:136) yaitu sebagai berikut: Mencari
alur dalam karangan narasi, kita memperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi
sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain: alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan pemilihan detail
peristiwa.

a. Alur
Mencari alur dalam karangan narasi memang sulit. Alur bersembunyi
dibalik jalannya cerita bukanlah alur, jalan cerita hanyalah manifestasi, bentuk
bentuk jasmaniah dari alur cerita. Alur dengan jalan cerita memang tidak
terpisahkan, tetapi harus dibedakan. Suatu konflik dalam narasi tidak bisa
dipaparkan begitu saja, harus ada dasarnya. Alur sering dikupas menjadi elemen-
elemen pengenalan, timbulnya konflik, topik memuncak, klimaks dan pemecahan
masalah.

b. Penokohan
Salah satu ciri khas narasi ialah mengisahkan tokoh cerita bergerak dalam
suatu rangkaian perbuatan.

c. Latar (Seting)
Latar adalah tempat atau waktunya tempat terjadi nya perbuatan tokoh
atau peristiwa yang dialami tokoh. Dalam karangan narasi terkadang tidak
disebutkan secara jelas tempat tokoh berbuat atau mengalami peristiwa tertentu.

13
Sering kita menjumpai cerita yang hanya mengisahkan latar secara umum.
Misalnya disebuah pulau , disebuah desa dan sebagainya.

d. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam karangan narasi menjawab pertanyaan siapakah
yang menceritakan kisah itu. Apapun sudut pandang yang yang dipilih pengarang
akan menentukan menentukan sekali gaya dan corak cerita.

e. Pemilihan Detail Peristiwa


Salah satu ciri khas narasi adanya organisasi-organisasi detail-detail
kedalam urutan waktu yang menyarankan adanya bagian awal, tengah dan akhir.

2.2.2 Deskripsi
Hermandra (2008:124) mengungkapkan pengertian deskripsi sebagai
berikut: merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah
benda sebagaimana adanya. Karangan deskripsi memerlukan pengamatan dan
penelitian. Hasil pengamatan dituangkan dalam kata-kata yang kaya akan nuansa
dan bentuk rangkaian kata membuat pembaca menerimanya seolah olah melihat,
mendengar, merasakan, menikmati sendiri objek itu. Deskripsi adalah bentuk
tujuan yang yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca
dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Dalam tulisan deskripsi
penulis tidak boleh mencampur adukkan keadaan yang sebenarnya dengan
interprestasinya sendiri. Agar karangan sesuai dengan tujuan penulisnya,
diperlukan pendekatan realistis dan pendekatan impresionistis.
Ciri-ciri karangan deskripsi dan langkah melukiskan deskripsi dibuku Star
Idola Bahasa Indonesia SMA(2006:47) sebagai berikut:
1. Melukiskan suatu objek
2. Mengambarkan sesuatu secara rinci
3. Berhubungan dengan pengalaman panca indra
4. Konkret, mudah difahami, seolah olah pendengar / pembaca seperti melihat,
mendengar atau merasakan.

14
Adapun langkah langkah melukiskan deskripsi yaitu:
1. Menentukan tema
2. Merumuskan tujuan
3. Mengumpulkan bahan
4. Membuat kerangka karangan
5. Mengembangkan kerangka karangan

Contoh karangan deskripsi di Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia:


Malam itu indah sekali , bintang-bintang dilangit berkerlap kerlip
memancarkan cahaya. Udara dingin menusuk kulit . Sesekali terdengar suara
jangkrik mengusik sepinya malam.

Contoh lain oleh Lembaga Bimbingan Belajar Quantum Inovatif didalam


buku panduan siap SMPTN (2009:188) sebagai berikut:
Hari masih pagi-pagi dan diperkuburan dekat pacet, tidak beberapa jauh
dari rumah sakit, sunyi senyap. Tempat itu sebenarnya merupakan tempat
peristirahatan yang sunyi dan aman. Tak ada suatu bunyi ataupun suara yang
ganjil yang mengusik ketenangan yang mulia dan kudus itu . Celah-celah
kembang Flamboyan yang merah - merah , turun melandai ketanah . Cahaya
matahari , laksana hujan yang jatuh ditiup angin, menyirami tanah kuning kelabu.

A. Pengembangan Deskripsi
a. Pendekatan Realistis
Penulis dituntut memotret objek sesuai dengan apa yang dilihatnya
sehingga benar-benar bisa dirasakan oleh pembaca sebagai sesuatu yang wajar.

b. Pendekatan Impresionistis
Berusaha mengambarkan sesuatu secara subjektif , setiap penulis bebas
memberikan pandangan terhadap bagian yang terlihat, dirasakan atau dinikmati
serta mampu mengeksppresikan setiap peristiwa yang dijumpai.

15
2.2.3 Ekposisi

Pengertian eksposisi, teknik eksposisinya dan contoh yang dikemukakan


oleh charlina dan sinaga (2011:140-143) sebagai berikut : Eksposisi dipungut dari
bahasa Inggris exposition yang berarti “membuka” atau “memulai”. Karangan
eksposisi merupakan karangan yang bertujuan untuk membantu, mengupas,
menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi masalah yang
dikomunikasikan terutama adalah informasi. Hal atau sesuatu yang
dikomunikasikan itu mungkin berupa : (a) data faktual, misalnya tentang suatu
kondisi yang benar-benar terjadi atau bersifat historis, tentang bagaimana sesuatu,
tentang bagaimana suatu operasi diperkenalkan. Karangan eksposisi adalah
karangan yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek. Dari
karangan jenis ini diharapkan para pembaca dapat memahami hal atau objek itu
dengan sejelas-jelasnya. Untuk memaparkan masalah yang dikemukakan,
karangan eksposisi menggunakan contoh, grafik, serta berbagai bentuk fakta dan
lainnya. Karangan eksposisi dapat dikembangkan antara lain dengan teknik
proses, teknik sebab akibat, teknik ilustrasi, teknik perbandingan, dan teknik
klasifikasi.

1) Teknik Proses

Proses merupakan suatu tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau


menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk
menyusun sebuah proses, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

1. Penulis harus mengetahui perincian-perincian secara jelas.


2. Penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
3. Penulis menjelaskan tiap urutan ke dalam detail-detail yang tegas sehingga
pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas.
.

16
2.Teknik Sebab –Akibat

Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dengan mempergunakan


pola sebab-akibat. Dengan mempergunakan pola sebab-akibat. Dalam hal ini,
sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian
pengembangannya. Namun demikian, dapat juga terbalik: akibat dijadikan
gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu peru
dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Persoalan sebab-akibat
sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Bila disusun untuk mencari
hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses itu dapat disebut proses kausal.

Contoh yang diungkapkan oleh Charlina dan Sinaga (2011:141) yaitu:


Saat ini, tidak bisa dipungkiri, televisi sudah menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari. Kebutuhan mendapat berbagai informasi dan hiburan
memang sangat tergantung pada televisi, walau tak jarang ada dampak negatif
yang bisa ditimbulkannya, terutama bagi anak-anak. Asyik menikmati berbagai
acara sehingga malas belajar, meniru adegan berbahaya, serta mengucapkan kata-
kata kasar dan kotor merupakan sebagian dampak negatif televisi terhadap anak-
anak. Belum lagi masalah kesehatan organik pada anak seperti terganggunya
penglihatan karena menonton televisi dengan jarak pandang yang terlalu dekat,
atau berubahnya perilaku anak yang menjadi lebih agresif akibat program-
program yang seharusnya tidak dipertontonkan.

3).Teknik Ilustrasi

Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrasi


kongkret. Dalam karangan ekposisi, ilustrasi-ilustrasi tersebut untuk membuktikan
suatu pendapat. Ilustrasi-ilustrasi tersebut dipakai untuk sekedar menjelaskan
maksud penulis. Dalam hal ini, pengalaman-pengalaman pribadi merupakan
bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum
tersebut.

4).Teknik Perbandingan
Pengembangan karangan ekposisi dapat juga dilakukan dengan teknik
perbandingan. Teknik perbandingan dalam ekposisi mengemukakan uraian yang

17
membandingkan antara hal-hal yang kita tulis dengan sesuatu yang lain.
Perbandingan ini kita lakukan dengan menunjukkan persamaan-persamaan dengan
perbedaan-perbedaan antara keduanya. Yang dapat dibandingkan atau
dipertentangkan adalah dua hal yang tingkatnya sama dan kedua hal itu
mempunyai kesamaan dan perbedaan.
Contoh:
Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha
tampil di muka umum seperti yang diharapkan rakyatnya. Kalau keluar kota
paling senang menggunakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scarf.
Lain halnya dengan Margareth Thatcher. Sejak menjadi pemimpin partai
konservatif, ia melembutkan gaya berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian
sekaligus dua kali setahun. Ia lebih cenderung berbelanja di tempat yang agak
murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan, ke pemakaman, dan ke upacara
resmi misalnya ke parlemen.

5).Teknik Klasifikasi

Dalam pengembangan paragraf, kadang-kadang kita mengelompokkan


hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan ini biasanya diperinci lagi
lebih lanjut kedalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Dengan klasifikasi
suatu pokok masalah yang majemuk dipecah atau diuraikan menjadi bagian-
bagian, dan kemudian digolong-golongkan secara logis dan jelas menurut dasar
penggolongan yang berlaku sama bagi tiap bagian tersebut.

Contoh:
Dalam karangan-mengarang atau tulis-menulis, dituntut beberapa
kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan
pengembangan atau penyajian. Yang termasuk kemampuan kebahasaan ialah
kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi, kosa kata, diksi, dan kalimat. Yang
dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan menata paragraf,
kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan
membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.

2.2.4 Argumentasi

Pengertian argumentasi dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga


(2011:143) sebagai berikut : Argumentasi bermakna ‘alasan’. Argumentasi berarti

18
‘pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan’. Dengan demikian, karangan
argumentasi adalah karangan yang mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti
yang kuat dan menyakinkan. Alsan-alasan, bukti, dan sejenisnya, digunakan
penulis untuk mempengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap,
atau keyakinan penulis. Dengan demikian, karangan argumentasi adalah karangan
yang mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan menyakinkan.
Alsan-alasan, bukti, dan sejenisnya, digunakan penulis untuk mempengaruhi
pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap, atau keyakinan penulis.

Dalam beberapa hal, karangan argumentasi memiliki persamaan dengan


karangan ekposisi. Persaman tersebut antara lain kedua jenis karangan tersebut
sama-sama memerlukan data dan fakta yang meyakinkan. Namun demikian,
terdapat pula perbedaan yang mencolok antara keduanya. Dibawah merupakan
persamaan dan perbedaan eksposisi dan argumentasi dikemukakan oleh Charlina
dan Sinaga (2011:143) sebagai berikut :

Tabel : 2.2

persamaan dan perbedaan antara ekposisi dan argumentasi

Persamaan Perbedaan
1. Argumentasi dan eksposisi sama- 1.Tujuan eksposisi hanya
sama menjelaskan pendapat, gagasan, menjelaskan dan menerangkan
dan keyakinan kita. sehingga pembaca memperoleh
informasi yang sejelas-jelasnya.
Argumentasi bertujuan untuk
mempengaruhi pembaca sehingga
pembaca menyetujui bahwa
pendapat, sikap, dan keyakinan kita
benar.
2. Argumentasi dan eksposisi sama- 2. Eksposisi menggunakan contoh,
sama memerlukan fakta yang diperkuat grafik, dan lain-lainnya untuk
atau diperjelas dengan angka, peta, menjelaskan sesuatu yang kita

19
diagram, grafik, gambar, dan lain- kemukakan. Argumentasi mem
lainnya. berikan contoh, grafik, dan lain-
lainnya itu untuk membuktikan
bahwa sesuatu yang kita kemukakan
itu benar.
3. Argumentasi dan eksposisi sama- 3. Penutup akhir pada eksposisi
sama memerlukan analisis dan sintesis biasanya menegaskan lagi dari
dalam pembahasannya. sesuatu yang telah diuraikan
sebelumnya. Penutup pada akhir
argumentasi biasanya berupa
kesimpulan atas sesuatu yang telah
diuraikan sebelumnya.
4.Argumentasi dan eksposisi sama-sama
menggali idenya dari pengalaman,
pengamatan dan penelitian, sikap dan
keyakinan.

Contoh menurut Lembaga Bimbingan Belajar Quantum Inovatif didalam


buku panduan siap SMPTN (2009:188) sebagai berikut:

Memelihara ayam itu sangat mudah . Bukti bahwa memelihara ayam itu
mudah , dapat kita lihat dengan menjamurnya usaha pertenakan ayam dibeberapa
daerah. Banyak orang yang berhasil dalam usaha berternak ayam. Memelihara
ayam tidak banyak mengalami gangguan yang berarti. Adapun munculnya
beberapa penyakit atau gangguan-gangguan kecil lainnya, anggaplah sebagai
variasi untuk mendorong perkembangan usaha perternakan kearah yang lebih
maju.
Pengembangan karangan argumentasi dapat dilakukan dengan teknik
induktif dan teknik deduktif yang dikemukakan oleh charlina dan sinaga beserta
contohnya (2011:144-145) sebagai berikut :

1) Teknik induktif

20
Pengembangan argumentasi dengan teknik induktif adalah penyusunan
argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan terlebih dahulu bukti-bukti
yang berkaitan dengan topik. Berdasarkan bukti-bukti itu kemudian diambil
sebuah kesimpulan yang bersifat umum. Bukti-bukti yang dikemukakan dapat
berupa contoh-contoh, fakta-fakta, pengalaman, laporan-laporan, data statistik,
dan sebagainya.

Contoh :
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa yang dipakai dengan fungsi
pemakaian bahasa. Bahasa yang difungsikan untuk menulis karangan ilmiah
disebut laras ilmiah. Bahasa yang difungsikan untuk menulis karya sastra disebut
laras sastra. Laras ilmiah yang selalu memakai ragam itu tentulah tidak cocok
dipakai untuk menulis karya sastra, misalnya dongeng yang memakai ragam
nonformal. Contoh lain, “bahasa iklan” yang umumnya memakai ragam
semiformal, bahkan banyak yang nonformal, tentu tidak pas kalau disajikakn
dengan “bahasa ilmiah”. Jadi, bahasa dengan ciri tertentu yang dipakai
(difungsikan) untuk keperluan tertentu itulah yang dinamakan laras bahasa.

2) Teknik Deduktif

Pengembangan argumentasi dengan teknik deduktif ini dimulai dengan


suatu kesimpulan umum yang kemudian disusul uraian mengenai hal-hal yang
khusus. Pengembangan karangan argumentasi dengan teknik deduktif juga
memerlukan bukti-bukti untuk mendukung uraian yang disajikan. Alasan-alasan
atau bukti-bukti yang memperkuat atau mendukung kesimpulan dalam
argumentasi deduktif ini disebut premis.

Contoh :
Kata merupakan salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting.
Dengan kata-kata kita berfikir, menyatakan perasaan, serta gagasan. Dengan kata-
kata orang menjalin persahabatan, dua bangsa melakukan perjanjian perdamaian
dan kerja sama. Tetapi sebaliknya, dengan kata-kata pula mungkin suatu
pertengkaran bahkan peperangan dimulai.

21
2.2.5 Persuasi

Pengertian persuasi yang dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga beserta


contoh (2011:145) sebagai berikut : Istilah persuasi merupakan aliran bentuk kata
persuation dalam bahasa inggris. Dalam bahasa inggris kata to persuade berarti
”membujuk” atau “meyakinkan”. Karangan persuasi adalah karangan yang
bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang
dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu
pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-
fakta yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga
kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan. Disamping itu, dalam menulis
karangan persuasi harus pula diperhatikan penggunaan diksi yang berpengaruh
kuat terhadap emosi atau perasaaan orang lain.

Contoh yang dikemukakan didalam buku Panduan EYD dan Tata Bahasa
Indonesia :

Penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman dalam jangka waktu
lama tidak lagi menyuburkan tanaman dan memberantas hama . Pestisida justru
dapat mencemari lingkungan dan menjadikan tanah lebih keras sehingga perlu
penggolongan dengan biaya yang tinggi. Oleh karena itu , hindarilah penggunaan
pestida secara berlebihan.

Contoh lain yang dikemukakan oleh Charlina dan Sinaga (2011:146) sebagai
berikut :
... Nokia N96 merupakan komputer multimedia canggih berkamera 5 mega
pixel dari rangkaian N-Series dengan 24 gigabyte internal memory (16 GB
internal + 8 GB microSD). Produksi ini merupakan Nokia N-Series dengan
kapasitas penyimpanan terbesar yang belum pernah ada sebelumnya untuk
download, berbagi blogging, sinkronisasi dan menonton video atau foto,
mendengarkan musik dan hiburan lainnya.
“Rekam dan bagikan seketika video dan foto pribadi anda cukup dengan 1
klik untuk unload ke share on flicker”, ucapnya. Nokia N96 dioptimalkan untuk
menikmati hiburan TV dan video dalam dunia 3G. “Anda bisa merekam video
hingga durasi 40 jam dan diputar kembali dengan kualitas DVD. Bagikan lokasi,
panduan perjalanan, foto liburan anda, lengkap dengan informasi lokasi melalui
A-GPS dan Nokia Maps,” katanya.

22
A. Alat Pengembangan Karangan Persuasi

Untuk dapat menyusun karangan persuasi yang efektif diperlukan


kemampuan menciptakan persuasi, yaitu kemampuan memanfaatkan alat-alat
persuasi sebagai berikut :

1) Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi. Sebagai alat, bahasa sangat luwes dalam
menjalankan fungsinya. Artinya, bahasa dapat dipakai oleh pemakainya
untuk kepentingan apa saja dalam batas-batas fungsinya sebagai alat
komunikasi.
2) Nada
Nada yang dimaksud adalah nada pembicaraan. Nada berkaitan dengan
sikap pengarang dalam menyampaikan gagasannya. Sebagai pengarang,
tentunya kita harus menentukan nada karangan persuasi kita. Kita harus bisa
membayangkan respon apa yang ada pada pembaca. Sebuah karangan akan
direspon oleh pembaca dengan rasa kasihan, maka persuasi harus
disampaikan dengan nada sedih. Bila pembaca merasa takut, maka nada
persuasi haruslah nada marah dan menakutkan.
3) Detail
Detail adalah uraian terhadap ide pokok sampai ke bagian yang sekecil-
kecilnya. Dalam karangan persuasi, detail cukup penting dalam
kedudukannya sebagai alat persuasi. Untuk memilih detail pengembangan
persuasi perlu kita pertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Penting tidaknya detail itu untuk keperluan persuasi dan pemahaman
pembaca.
b. Jumlah detail yang harus dikumpulkan untuk mendukung ide pokok.
c. Macam detail yang seharusnya diangkat untuk mendukung ide pokok.
d. Kapan setiap detail itu dihadirkan.
e. Ada tidaknya korelasi dan relevansi detail dengan ide pokok yang
sebaiknya diangkat.

23
4) Organisasi
Organisasi menyangkut masalah pengaturan detail dalam sebuah karangan.
Dalam persuasi, pengaturan detail menggunakan prinsip mengubah
keyakinan dan pandangan. Artinya, detail-detail itu bagaimana pun
pengaturannya harus kita usahakan mampu mengarahkan keyakinan dan
pandangan pembaca. Penataan detail-detail ini ada beberapa cara, antara lain,
cara induktif, cara deduktif, cara kronologi, dan cara penonjolan.

5) Kewenangan

Kewenangan (autority) dapat kita sebut sebagai alat persuasi. Kewenangan


dalam persuasi tidak selalu berkaitan dengan kewenangan hukum.
Kewenangan menyangkut “penerimaan atau kesadaran” pembaca terhadap
pengarang. Seorang pengarang diyakini pembacanya sebagai orang yang
berwenang apabila dia : (a) mempunyai dasar hukum menduduki jabatan-
jabatan tertentu, (b) berkecimpung dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan
tertentu, dan (c) mampu menunjukkan pola pikir yang bermutu.

2.3 Analisis Singkat dan Implikasi (Ilmu Pemerintahan)


Bagaimanapun juga hal yang berkaitan dengan penulisan karangan itu
sangat dibutuhkan didalam Ilmu Pemerintahan. Hal-hal yang berkaitan tentang
aspek pemerintahan itu melalui sebuah karya yang dituangkan melalui tulisan
setelah adanya komunikasi, biasanya dalam ilmu pemerintahan yang diutamakan
adalah komunikasinya, tapi selain itu juga tidak terlepas dalam adanya tulisan
karena dengan adanya tulisan yaitu baik yang berbentuk narasi, deskripsi, skripsi
dan lain-lain, itu semua memerlukan suatu karya yang bagus dan optimal agar
karya tersebut diterima dan agar tujuannya dapat terlaksana. Komunikasi lewat
lisan dan tertulis harus selaras dan berjalan lurus agar dalam kegiatan ilmu peme
rintahan itu berjalan afektif dan baik. Pastinya dalam membuat kebijakan dalam
pemerintahan itu memerlukan suatu tindakan tertulis maupun lisan. Untuk itu
menulis karangan itu dibutuhkan dalam implementasi pemerintahan.

24
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat dan alinia untuk
menjabarkan dan mengulas topik dan tema terentu guna memperoleh hasil akhir
sebuah karangan. Karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi
dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasaan . Karangan pada prinsipnya
lebih tinggi daripada alinia.
Seorang pengarang dapat menyampaikan suatu pokok persoalan melalui
banyak cara sesuai dengan tujuannya. ia dapat menyampaikan dengan cara:
a. Deskripsi suatu objek secara rinci sesuai dengan tujuannya.
b. Narasi yaitu Menceritakan suatu peristwa didalam dimensi ruang dan waktu
secara kronologis.
c. Argumentasi yaitu Mengemukakan pendapatanya diikuti gagasan yang
bersifat mempengaruhi agar orang melakukan kehendaknya.
d. Mengemukakan pendapatnya diikuti dengan argument atau alasan sehingga
pembaca meyakini kebenaran pendapatnya tersebut.
e. Memaparkan suatu hal tanpa mempengaruhi pembaca, tetapi memberikan
keterangan atau penjelasan tentang sesuatu tersebut sehingga pembaca
mendapatkan tambahan pengetahuan.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan digunakan
sebaik-baiknya. jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah. Tim penulis
mohon maaf dan jika ada kritik dan saran kami terima agar memperbaiki
makalah-makalah berikutnya.

25
DAFTAR PURSTAKA

Charlina dan Mangatur Sinaga. 2011. MKDU Bahasa Indonesia. Pekanbaru:


Berhati Publishing.

Faizah, Hasnah. 2009. Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Pekanbaru:
Cendikia Insani.

Hermandra. 2008. Bahasa Indonesia Diperguruan Tinggi. Pekanbaru: Cendikia


Insani.

HTTP://iaibcommunity .wordpress . com /2008/04/23/ jenis-jenis-karangan

Redaksi Transmedia. 2010. Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta
Selatan: Transmedia.

Tim Quantum Inovatif. 2009. Buku Panduan Super Intensive SMPTN.


Pekanbaru:Quantum Inovatif.

Tukan. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia SMA Kelas XI. Jakarta: Yudhistira.

Widodo. 2006. Buku Latihan Siswa Star Idola Bahasa Indonesia


SMA/MA. Solo: Putra Kertonatan.

26

Anda mungkin juga menyukai