Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Dewi Retnowati

Nomor Register : 02-21-57

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SLTP

Status perkawinan : Janda

Alamat : Jl. Kenongo Sari VI/39, Pepelegi, Waru, Sidoarjo

Diagnosa : F 20.33

B. SUSUNAN KELUARGA

Ayah : Sumarli (Alm)

Ibu : Surati

Pasien anak kedua dari lima bersaudara

Jenis
No. Nama Umur Pendidikan Status Pekerjaan Keterangan
kelamin
Pegawai
1 Rudi L 40 thn SLTA Menikah Sehat
Pabrik
Tidak
2 Dewi P 35 thn SLTP Janda Sakit
Bekerja
Pegawai
3 Toto L 29 thn SLTA Menikah Sehat
Pabrik

1
4 Dodo L 27 thn SLTA Menikah Satpam Sehat
Pegawai
5 Dina P 25 thn SLTA Menikah Sehat
Swasta

C. KESAN PENERIMAAN

 Sikap keluarga terhadap Dokter Muda sangat ramah, baik, dan terbuka.

 Kunjungan rumah disambut dengan baik oleh ibu dan kakak sepupu laki-laki pasien yang

tinggal serumah dengan pasien.

 Ibu dan kakak sepupu pasien menceritakan semua perihal kehidupan penderita dan

riwayat gangguan jiwa yang diderita pasien dengan jelas.

 Keluarga menanyakan bagaimana keadaan dan perkembangan kejiwaan pasien selama

dirawat di RS Jiwa Menur Surabaya.

D. RIWAYAT HIDUP PENDERITA

1. Masa Prenatal

Sewaktu masa kehamilan, Ibu pasien tidak sedang mengalami kelainan maupun penyakit

fisik.

2. Masa Natal

Penderita lahir normal di bidan, cukup bulan. Setelah lahir pasien berwarna merah, dan

langsung menangis.

3. Masa Post-Natal

 Tumbuh kembang penderita seperti berdiri, berjalan, dan berbicara, dalam batas

normal tidak ada kelainan

2
 Saat bayi, balita, dan anak-anak penderita tidak pernah mengalami panas tinggi

dengan kejang, maupun penyakit serius lainnya.

 Penderita tidak pernah mengalami cedera dan trauma kepala.

4. Riwayat Pendidikan

Pendidikan terakhir pasien SLTP. Pasien sempat mengenyam SLTA tapi saat ujian akhir,

pasien tidak mengikuti ujian karena tidak mau ujian karena merasa sudah lelah

bersekolah. Pasien mengenyam pendidikan di SMEA.

5. Riwayat Sakit

 Sebelum mengalami gangguan seperti ini tidak bekerja. Pasien sering membantu

pekerjaan orang tua di rumah. Pasien memiliki kepribadian sulit bersosialisasi dengan

tetangga, pendiam dan memang jarang bercerita dengan keluarganya. Menurut

keluarga, pasien mempunyai watak yang keras kepala. Namun sejak muncul

gangguan ini, pasien sering marah dan ngamuk-ngamuk dengan keluarganya serta

sering lari ke jalan.

 Tahun 2001 pasien di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya dengan keluhan

sering bicara sendiri dan lari ke jalan untuk menabrakkan diri ke mobil atauu mottor

(rasa ingin bunuh diri). Pasien juga mengatakan pada ibu pasien bahwa pasien seperti

itu dalam keadaan tidak sadar karena ada yang menggerakkan badannya dan saat

sadar pasien menangis mengatakan “Mengapa saya begini ya, Bu? Saya kenapa,

Bu?”. Menurut keluarga pasien seperti ini sejak ayahnya meninggal. Selain itu pasien

juga mengatakan ke keluarga kalau ingin bunuh diri. Sejak tahun 2001 pasien

menderita sakit di lambung dan setiap sakit di lambung, pasien kumat lagi dalam

3
bentuk perilaku marah-marah dan berbicara sendiri serta mengatakan kata-kata kasar,

sehingga di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Menur.

 Setelah 2 bulan di rawat di Rumah Sakit Jiwa Menur, pasien KRS dan setelah itu

hanya kontrol ke poli jiwa 3 bulan berturut-turut. Setelah kontrol selama 3 bulan

pasien merasa sudah sembuh dan tidak mau minum obat lagi. Keluarga mendukung

pilihan pasien karena keluarga merasa pasien tidak pernah menunjukkan gejala

seperti sebelumnya walaupun tidak minum obat. Pasien juga mengatakan ke keluarga

jika pasien bosan minum obat yang banyak. Selain itu, setelah KRS pasien sempat

bekerja di restoran.

 Hingga tahun 2002 awal (1 tahun kemudian) pasien berperilaku seperti biasa dan

bekerja seperti biasanya. Kira-kira bulan Juni 2002 pasien menikah dan tahun 2004

pasien lahir anak laki-laki pasien. Menurut keterangan keluarga pasien menikah

dengan pria asal Mojokerto. Sejak pasien mengandung anaknya yang pertama, suami

pasien sibuk bekerja dan akhirnya tahun 2003 awal (ketika pasien masih

mengandung) suami pasien tiba-tiba ditugaskan ke Kalimantan dan pasien tidak

mengetahui hal itu dari suaminya melainkan dari adik ipar pasien. Sejak saat itu

hingga anak pasien lahir, pasien sama sekali tidak dihubungi oleh suaminya dan tidak

dinafkahi sehingga pasien kembali ke Sidoarjo untuk tinggal bersama ibunya.

 Setelah kejadian itu, pasien berhenti bekerja demi mengurus anaknya semata wayang.

Ketika itu pasien memilih bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan buruh setrika

panggilan di beberapa rumah agar dapat sembari mengurus anaknya. Selama ini

pasien tidak menunjukkan perilaku yang mengarah ke gangguan jiwa.

4
 Tahun 2005-2007, pasien seringkali terlihat sedih jika sendiri dan mengatakan bahwa

ingin bunuh diri dan mengatakan lebih baik mati dibandingkan hidup seperti ini,

namun pasien tidak mengatakan kepada ibunya perihal penyebab pasien sering

menangis ketika sendiri. Ibu pasien mengatakan pertengahan tahun 2007 pasien mulai

menunjukkan gejala bingung, marah-marah dan sering berbicara sendiri yang kali ini

disertai rasa ingin bunuh diri. Ketika itu, pasien dikatakan berhenti bekerja dan

akhirnya dibawa kembali ke Rumah Sakit Jiwa Menur walaupun sebelumnya pasien

menolak di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Menur karena merasa tidak gila. Hal lain yang

dikatakan ibu pasien adalah setiap pasien mengeluh lambungnya sakit, gejala-gejala

gangguan jiwa pasien akan muncul dan membuat ibu pasien khawatir.

 Pasien akhirnya di rawat di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya untuk kedua kalinya

pada Oktober 2007 dan KRS 1 bulan kemudian (November 2007). Setelah KRS,

pasien beraktivitas seperti biasa dan pasien di rasa sudah membaik oleh keluarga.

Setelah KRS, pasien hanya kontrol 1 kali saja dan tidak pernah kontrol kembali ke

poli jiwa. Pasien mulai bekerja lagi bulan Maret 2008 (4 bulan setelah KRS). Selama

4 bulan, pasien tidak menunjukkan gejala gangguan jiwa seperti sebelumnya hingga

akhirnya bekerja lagi sebagai buruh setrika panggilan.

 Setelah 10 tahun berlalu, keluarga pasien tidak mendapati gejala gangguan jiwa yang

bermakna. Namun pada bulan November 2017 pasien mulai menunjukkan gejala lagi.

Keluarga mengatakan pasien seringkali tanpa sadar ingin mencekik anaknya namun

pasien sebelum mencekik anaknya bertanya dulu pada anaknya apa mau di cekik atau

tidak, namun beberapa saat kemudian pasien seperti tersadar dan meminta maaf pada

anak dan keluarganya karena ingin mencekik anaknya. Selain itu, ibu pasien juga

5
kadang pernah ingin di cekik oleh pasien. Pasien juga mengatakan sering melihat

orang-orang yang sudah meninggal dan ingin ikut ayahnya. Ibu pasien mengatakan

pasien menunjukkan gejala sakit di lambung lagi seperti mual karena pasien seharian

bekerja sebagai buruh setrika dan belum makan sama sekali. Keluarga pasien mengira

pasien depresi karena sakit di lambungnya tak kunjung hilang hingga timbul gejala

seperti ini lagi. Keluarga pasien juga mengatakan sudah sempat di bawa ke dokter

spesialis penyakit dalam dan sempat opname selama 2 minggu di RSUD Sidoarjo kira

kira 1 bulan lalu, namun ketika di opname tidak ada gejala gangguan jiwa yang

muncul. Setelah opname pasien mengikuti kegiatan pengajian rutin berharap akan

lebih tenang. Tanggal 8 Desember 2017 akhirnya pasien merasakan akan kumat dan

panik karena sakit di lambungnya sehingga tidak bisa tidur. Merasakan ada hal aneh

di dalam dirinya, pasien berinisiatif sendiri ingin di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Menur

untuk di ECT (Electro Convulsion Theraphy) agar lebih tenang karena sebelumnya

pasien merasa tenang setelah di ECT. Akhirnya pasien di bawa ke Rumah Sakit Jiwa

Menur Surabaya diantar kakak sepupu pasien.

E. FAKTOR HEREDITER

Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan seperti pasien.

F. FAKTOR PREMORBID

Pasien sulit bersosialisasi, pasien lebih tertutup apabila memiliki masalah, jarang bercerita

dengan keluarganya dan pasien tidak mempunyai teman akrab karena mempunyai sifat

kurang percaya diri.

6
G. HUBUNGAN DALAM KELUARGA

 Hubungan dengan Ibu, Ayah, Adik dan keluarga lainnya baik.

 Hubungan dengan tetangga sekitar baik, sering bersosialisasi dengan tetangga sekitar.

 Hubungan dengan mantan suami tidak baik karena tidak pernah bertemu sejak di tinggal

bekerja ke Kalimantan.

H. SOSIAL EKONOMI

Keluarga pasien termasuk keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah, pasien tidak

bekerja. Untuk biaya perawatan dan pengobatan pasien di Rumah Sakit Jiwa Menur

Surabaya, di tanggung oleh BPJS.

I. KEADAAN RUMAH DAN LINGKUNGAN

1. Ukuran rumah : 8 meter x 9 meter (72 m2)

2. Status rumah : Milik orang tua pasien

3. Bangunan rumah :

 Dinding rumah terbuat dari tembok permanen

 Rumah berlantai keramik krem

4. Keterangan rumah :

 Rumah mempunyai 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur, ruang tamu.

 Kamar pasien dilengkapi satu buah kasur, dan 1 lemari. Kamar tampak kotor dan

tidak tertata rapi.

 Rumah tampak sederhana, dan tertata kurang rapi

 Ventilasi dan pencahayaan kurang

7
5. Keadaan lingkungan :

 Rumah pasien satu area dengan rumah saudara-saudara kandung pasien kecuali kakak

tertua pasien yang tinggal di luar daerah.

 Jarak antara perumahan dengan jalan raya kira-kira 1 km dari jalan raya.

 Lingkungan sekitar, jarak antar rumah penduduk saling berdempetan.

J. PENYULUHAN YANG DIBERIKAN KEPADA KELUARGA

 Tidak mengucilkan pasien sepulang dari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

 Perhatikan hal-hal yang menimbulkan rasa sedih atau marah pada pasien, sebisa mungkin

hindarkan pasien dari hal-hal seperti itu.

 Ajak pasien komunikasi berbincang-bicang tentang hal-hal yang ringan dan menarik

seperti acara TV, atau olahraga.

 Jangan terlalu sering menasihati atau memarahi pasien, karena hal tersebut dapat

menjadikan pasien merasa tertekan.

 Memperhatikan kebutuhan pasien seperti rutin konsumsi obat, mengantarkan saat

kontrol, makan, minum, mandi.

 Motivasi dan melatih pasien memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

 Pengawasan dalam konsumsi obat, berikan sesuai dengan dosis dan petunjuk dokter dan

menaati jangka waktu pemberian obat.

 Perhatikan efek samping obat yang terlihat pada pasien.

 Mengingatkan dan mengantarkan pasien untuk kontrol rutin ke dokter, bila obat habis

atau tampak efek samping obat yang tidak biasa, ataupun jika tidak tampak

perkembangan yang bermakna dalam kejiwaan pasien.

8
6 Meter

DAPUR KAMAR III

KAMAR

MANDI

8 Meter
KAMAR II
RUANG TAMU

KAMAR I

TERAS

Gambar 1. Denah Rumah Pasien

9
Gambar 2. Rumah Tampak Depan dan Ruang Tamu Rumah Pasien

10
Gambar 3. Kamar Pasien

Gambar 4. Dapur

11
Gambar 5. Dokter Muda bersama Kakak Sepupu Pasien (kiri), Anak Pasien (tengah) dan Ibu
Pasien (kanan)

12

Anda mungkin juga menyukai