A. IDENTITAS PASIEN
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SLTP
Diagnosa : F 20.33
B. SUSUNAN KELUARGA
Ibu : Surati
Jenis
No. Nama Umur Pendidikan Status Pekerjaan Keterangan
kelamin
Pegawai
1 Rudi L 40 thn SLTA Menikah Sehat
Pabrik
Tidak
2 Dewi P 35 thn SLTP Janda Sakit
Bekerja
Pegawai
3 Toto L 29 thn SLTA Menikah Sehat
Pabrik
1
4 Dodo L 27 thn SLTA Menikah Satpam Sehat
Pegawai
5 Dina P 25 thn SLTA Menikah Sehat
Swasta
C. KESAN PENERIMAAN
Sikap keluarga terhadap Dokter Muda sangat ramah, baik, dan terbuka.
Kunjungan rumah disambut dengan baik oleh ibu dan kakak sepupu laki-laki pasien yang
Ibu dan kakak sepupu pasien menceritakan semua perihal kehidupan penderita dan
1. Masa Prenatal
Sewaktu masa kehamilan, Ibu pasien tidak sedang mengalami kelainan maupun penyakit
fisik.
2. Masa Natal
Penderita lahir normal di bidan, cukup bulan. Setelah lahir pasien berwarna merah, dan
langsung menangis.
3. Masa Post-Natal
Tumbuh kembang penderita seperti berdiri, berjalan, dan berbicara, dalam batas
2
Saat bayi, balita, dan anak-anak penderita tidak pernah mengalami panas tinggi
4. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien SLTP. Pasien sempat mengenyam SLTA tapi saat ujian akhir,
pasien tidak mengikuti ujian karena tidak mau ujian karena merasa sudah lelah
5. Riwayat Sakit
Sebelum mengalami gangguan seperti ini tidak bekerja. Pasien sering membantu
pekerjaan orang tua di rumah. Pasien memiliki kepribadian sulit bersosialisasi dengan
keluarga, pasien mempunyai watak yang keras kepala. Namun sejak muncul
gangguan ini, pasien sering marah dan ngamuk-ngamuk dengan keluarganya serta
Tahun 2001 pasien di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya dengan keluhan
sering bicara sendiri dan lari ke jalan untuk menabrakkan diri ke mobil atauu mottor
(rasa ingin bunuh diri). Pasien juga mengatakan pada ibu pasien bahwa pasien seperti
itu dalam keadaan tidak sadar karena ada yang menggerakkan badannya dan saat
sadar pasien menangis mengatakan “Mengapa saya begini ya, Bu? Saya kenapa,
Bu?”. Menurut keluarga pasien seperti ini sejak ayahnya meninggal. Selain itu pasien
juga mengatakan ke keluarga kalau ingin bunuh diri. Sejak tahun 2001 pasien
menderita sakit di lambung dan setiap sakit di lambung, pasien kumat lagi dalam
3
bentuk perilaku marah-marah dan berbicara sendiri serta mengatakan kata-kata kasar,
Setelah 2 bulan di rawat di Rumah Sakit Jiwa Menur, pasien KRS dan setelah itu
hanya kontrol ke poli jiwa 3 bulan berturut-turut. Setelah kontrol selama 3 bulan
pasien merasa sudah sembuh dan tidak mau minum obat lagi. Keluarga mendukung
pilihan pasien karena keluarga merasa pasien tidak pernah menunjukkan gejala
seperti sebelumnya walaupun tidak minum obat. Pasien juga mengatakan ke keluarga
jika pasien bosan minum obat yang banyak. Selain itu, setelah KRS pasien sempat
bekerja di restoran.
Hingga tahun 2002 awal (1 tahun kemudian) pasien berperilaku seperti biasa dan
bekerja seperti biasanya. Kira-kira bulan Juni 2002 pasien menikah dan tahun 2004
pasien lahir anak laki-laki pasien. Menurut keterangan keluarga pasien menikah
dengan pria asal Mojokerto. Sejak pasien mengandung anaknya yang pertama, suami
pasien sibuk bekerja dan akhirnya tahun 2003 awal (ketika pasien masih
mengetahui hal itu dari suaminya melainkan dari adik ipar pasien. Sejak saat itu
hingga anak pasien lahir, pasien sama sekali tidak dihubungi oleh suaminya dan tidak
Setelah kejadian itu, pasien berhenti bekerja demi mengurus anaknya semata wayang.
Ketika itu pasien memilih bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan buruh setrika
panggilan di beberapa rumah agar dapat sembari mengurus anaknya. Selama ini
4
Tahun 2005-2007, pasien seringkali terlihat sedih jika sendiri dan mengatakan bahwa
ingin bunuh diri dan mengatakan lebih baik mati dibandingkan hidup seperti ini,
namun pasien tidak mengatakan kepada ibunya perihal penyebab pasien sering
menangis ketika sendiri. Ibu pasien mengatakan pertengahan tahun 2007 pasien mulai
menunjukkan gejala bingung, marah-marah dan sering berbicara sendiri yang kali ini
disertai rasa ingin bunuh diri. Ketika itu, pasien dikatakan berhenti bekerja dan
akhirnya dibawa kembali ke Rumah Sakit Jiwa Menur walaupun sebelumnya pasien
menolak di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Menur karena merasa tidak gila. Hal lain yang
dikatakan ibu pasien adalah setiap pasien mengeluh lambungnya sakit, gejala-gejala
gangguan jiwa pasien akan muncul dan membuat ibu pasien khawatir.
Pasien akhirnya di rawat di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya untuk kedua kalinya
pada Oktober 2007 dan KRS 1 bulan kemudian (November 2007). Setelah KRS,
pasien beraktivitas seperti biasa dan pasien di rasa sudah membaik oleh keluarga.
Setelah KRS, pasien hanya kontrol 1 kali saja dan tidak pernah kontrol kembali ke
poli jiwa. Pasien mulai bekerja lagi bulan Maret 2008 (4 bulan setelah KRS). Selama
4 bulan, pasien tidak menunjukkan gejala gangguan jiwa seperti sebelumnya hingga
Setelah 10 tahun berlalu, keluarga pasien tidak mendapati gejala gangguan jiwa yang
bermakna. Namun pada bulan November 2017 pasien mulai menunjukkan gejala lagi.
Keluarga mengatakan pasien seringkali tanpa sadar ingin mencekik anaknya namun
pasien sebelum mencekik anaknya bertanya dulu pada anaknya apa mau di cekik atau
tidak, namun beberapa saat kemudian pasien seperti tersadar dan meminta maaf pada
anak dan keluarganya karena ingin mencekik anaknya. Selain itu, ibu pasien juga
5
kadang pernah ingin di cekik oleh pasien. Pasien juga mengatakan sering melihat
orang-orang yang sudah meninggal dan ingin ikut ayahnya. Ibu pasien mengatakan
pasien menunjukkan gejala sakit di lambung lagi seperti mual karena pasien seharian
bekerja sebagai buruh setrika dan belum makan sama sekali. Keluarga pasien mengira
pasien depresi karena sakit di lambungnya tak kunjung hilang hingga timbul gejala
seperti ini lagi. Keluarga pasien juga mengatakan sudah sempat di bawa ke dokter
spesialis penyakit dalam dan sempat opname selama 2 minggu di RSUD Sidoarjo kira
kira 1 bulan lalu, namun ketika di opname tidak ada gejala gangguan jiwa yang
muncul. Setelah opname pasien mengikuti kegiatan pengajian rutin berharap akan
lebih tenang. Tanggal 8 Desember 2017 akhirnya pasien merasakan akan kumat dan
panik karena sakit di lambungnya sehingga tidak bisa tidur. Merasakan ada hal aneh
di dalam dirinya, pasien berinisiatif sendiri ingin di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Menur
untuk di ECT (Electro Convulsion Theraphy) agar lebih tenang karena sebelumnya
pasien merasa tenang setelah di ECT. Akhirnya pasien di bawa ke Rumah Sakit Jiwa
E. FAKTOR HEREDITER
F. FAKTOR PREMORBID
Pasien sulit bersosialisasi, pasien lebih tertutup apabila memiliki masalah, jarang bercerita
dengan keluarganya dan pasien tidak mempunyai teman akrab karena mempunyai sifat
6
G. HUBUNGAN DALAM KELUARGA
Hubungan dengan tetangga sekitar baik, sering bersosialisasi dengan tetangga sekitar.
Hubungan dengan mantan suami tidak baik karena tidak pernah bertemu sejak di tinggal
bekerja ke Kalimantan.
H. SOSIAL EKONOMI
Keluarga pasien termasuk keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah, pasien tidak
bekerja. Untuk biaya perawatan dan pengobatan pasien di Rumah Sakit Jiwa Menur
3. Bangunan rumah :
4. Keterangan rumah :
Kamar pasien dilengkapi satu buah kasur, dan 1 lemari. Kamar tampak kotor dan
7
5. Keadaan lingkungan :
Rumah pasien satu area dengan rumah saudara-saudara kandung pasien kecuali kakak
Jarak antara perumahan dengan jalan raya kira-kira 1 km dari jalan raya.
Tidak mengucilkan pasien sepulang dari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
Perhatikan hal-hal yang menimbulkan rasa sedih atau marah pada pasien, sebisa mungkin
Ajak pasien komunikasi berbincang-bicang tentang hal-hal yang ringan dan menarik
Jangan terlalu sering menasihati atau memarahi pasien, karena hal tersebut dapat
Pengawasan dalam konsumsi obat, berikan sesuai dengan dosis dan petunjuk dokter dan
Mengingatkan dan mengantarkan pasien untuk kontrol rutin ke dokter, bila obat habis
atau tampak efek samping obat yang tidak biasa, ataupun jika tidak tampak
8
6 Meter
KAMAR
MANDI
8 Meter
KAMAR II
RUANG TAMU
KAMAR I
TERAS
9
Gambar 2. Rumah Tampak Depan dan Ruang Tamu Rumah Pasien
10
Gambar 3. Kamar Pasien
Gambar 4. Dapur
11
Gambar 5. Dokter Muda bersama Kakak Sepupu Pasien (kiri), Anak Pasien (tengah) dan Ibu
Pasien (kanan)
12