Disentri PDok
Disentri PDok
PENDAHULUAN
Penyakit ini tersebar diseluruh dunia dan banyak terdapat di negara (sub) tropis
melalui makanan yang terinfeksi serta kontak seksual. Bila tidak diobati dengan
tepat dapat menjadi sistemis dan menjalar ke organ-organ lain, khususnya hati.
Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia 1-5 tahun.
Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista amoeba. Kista ini
memegang peranan dalam penularan penyakit lebih lanjut bila terbawa ke bahan
makanan atau air minum oleh lalat atau tangan manusia yang tidak bersih. Di
negara beriklim tropis banyak didapatkan strain patogen dibanding di negara maju
endemik, jarang menimbulkan epidemi. Epidemi sering terjadi lewat air minum
yang tercemar .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
1
Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja.
yang lebih besar, tetapi jarang pada balita. Disentri amoeba adalah penyakit
infeksi usus besar yang disebabkan oleh parasit usus Entamoeba histolytica.
diare semakin parah. Bakteri tersebut bila terus hidup dan berkembang biak dalam
usus akan merusak dinding usus besar dan menyebabkan usus menjadi luka,
II.2 EPIDEMIOLOGI
besar terlihat di daerah tropis dan negara berkembang yang memiliki higienitas
dan sanitasi yang buruk. Dari populasi dunia, 10% diperkirakan terinfeksi oleh
90% dari populasi yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala. Penyebaran dari
amoebiasis sebagian besar melalui fecal oral, dimana kista tertelan bersama
sayuran yang terkontaminasi maupun tangan yang tidak bersih. Lalat juga
berperan dalam transmisi penyebaran penyakit ini. Disentri amoeba jarang terjadi
.
pada anak-anak dibawah 5 tahun
II.3 ETIOLOGI
2
komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat
berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan
II.4 PATOFISIOLOGI
besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus dan
menimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampai
saat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien,
yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk
ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi di
di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yang
minimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi
3
tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum
terminalis.
E. histolytica terdapat dalam dua bentuk yaitu: kista dan trofozoit yang
bergerak. Penularan terjadi melalui bentuk kista yang tahan suasana asam. Di
dalam lumen usus halus, dinding kista pecah mengeluarkan trofozoit yang akan
menjadi dewasa dalam lumen kolon. Akibat klinis yang diti,bulkan bervariasi,
sebagian besar asimtomatik atau menimbulkan sakit yang sifatnya ringan sampai
berat.
dengan sedikit reaksi radang. Mukosa di antara ulkus terlihat normal. Ulkus dapat
terjadi di semua bagian kolon, tersering di sekum, kemudian kolon asenden dan
Akibat invasi amuba ke dinding usus, timbul reaksi imunitas humoral dan
limfosit sitotoksik CD8. Invasi yang mencapai lapisan muskularis dinding kolon
4
dapat menimbulkan jaringan granulasi dan terbentuk massa yang disebut
Pasien ini tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan karena
amoeba yang berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi ke dinding
usus.
mengeluh perut kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang. Dapat
timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang juga tinja
bercampur darah dan lendir. Terdapat sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid,
ulkusnya. Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau sedikit demam ringan
(subfebris). Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan.
5
Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berta dibanding disentri ringan, tetapi
lendir dan darah. Pasien mengeluh perut kram, demam dan lemah badan disertai
Keluhan dan gejala klinis lebih berta lagi. Penderita mengalami diare disertai
darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi (400C-40,50C)
dengan periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan berbulan-
II. 6 DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pasien Biasanya datang dengan keluhan yang khas, yaitu nausea, muntah,
nyeri abdomen, demam, dan defekasi yang sering. Patogen pada usus halus
biasanya tidak invasif dan patogen ileokolon lebih bersifat invasif. Pasien yang
6
sebagai gejala prominen bersamaan dengan diare air tapi jarang mengalami
demam. Muntah yang dialami saat beberapa jam setelah makan menandakan
adanya keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan, Diarea air merupakan
gejala tipikal dari organisme yang menginvasi epitel usus dengan inflamasi
minimal, seperti virus enterik, atau organisme yang menempel tetapi tidak
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena
nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi
bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air
kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan
ortostatik.
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare
7
amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus, biasanya
memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis. pasien
dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa,
volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan untuk mellihat
adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri, adanya telur
cacing dan parasit dewasa. Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik
dalam tiga bulan sebelumnya atau yang mengalami diare di rumah sakit sebaiknya
dengan diare berdarah, atau pasien dengan diare akut persisten. Biopsi mukosa
a) Pemeriksaan tinja
penting. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk
8
Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari
bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. Dengan sediaan
langsung tampak kista berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya
sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat melihat intinya, dapat digunakan larutan
lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak.
metode konsentrasi dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan
Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan
tinja yang masih segar dan sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja yang
mengandung darah dan lendir. Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang
seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan tampak amoeba dengan eritrosit di
dalamnya. Bentik inti akan nampak jelas bila dibuat sediaan dengan larutan eosin.
gejala disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba.
Akan tetapi pemeriksaan ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini
akan didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat
9
Gambar : Hasil pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi
ulkus tidak tampak. Kadang pada kasus amoebiasis kronis, foto rontgen kolon
dengan barium enema tampak ulkus disertai spasme otot. Pada ameboma Nampak
10
Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati
amebik dan epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus jaringan
(invasif). Oleh karena itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri
amoeba dan negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu menderita
1. Disentri basiler
Penyakit ini biasanya timbul secara akut, sering disertai adanya toksemia,
tenesmus akan tetapi sakit biasanya sifatnya umum. Tinja biasanya kecil-kecil,
banyak, tak berbau, alkalis, berlendir, nanah dan berdarah, bila tinja berbentuk
dilapisi lendir. Daerah yang terserang biasanya sigmoid dan dapat juga menyerang
sehingga menyebabkan kematian sel dan respon radang cepat (secara klinis
dikenal sebagai kolitis). Serogroup ini menyebabkan lesi seperti disentri basiller,
sistemik, nyeri kejang abdomen, tenesmus, dan diare cair atau darah.
11
Manifestasi klinis dari EHEC dapat menyebabkan penyakit diare sendiri
atau dengan nyeri abdomen. Diare pada mulanya cair tapi beberapa hari menjadi
II. 8 PENATALAKSANAAN
1. Medika Mentosa
Terapi medikamentosa yang dapat diberikan pada pasien dengan
selama 10 hari.
b) Kolitis ameba akut. Metronodazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10
750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari ditambah dengan obat luminal
macam obat.
Beberapa obat yang juga dapat digunakan untuk amebiasis ekstra
intestinal antara lain: 1) kloroquin fosfat 1 gram perhari selama 2 hari dilanjutkan
selama 10 hari. Emetin merupakan obat yang efektif untuk membunuh trofozoit di
jaringan atau yang berada di dinding usus, tetapi tidak bermanfaat untuk ameba
yang berada di lumen usus. Beberapa dasawarsa yang lalu emetin sangat populer
12
namun saat ini ditinggalkan karena efek toksiknya, yaitu dapat menimbulkan mual
muntah, diare, kram perut, nyeri otot, takikardia, hipotensi, nyeri prekardial, dan
sedangkan aritmia dan QRS yang melebar jarang ditemukan. Disarankan pasien
yang mendapatkan obat ini dalam keadaan tirah baring dengan pemantauan EKG.
Hindari penggunaan emetin bila terdapat kelainan ginjal, jantung, otot, sedang
3. Terapi Baru
Penatalaksanaan penyakit ini dengan cara terbaru ialah 7 :
13
Pencegahan Kebersihan perorangan antara lain mencuci tangan
dengan bersih secara menyeluruh menggunakan sabun dan air panas
setelah mencuci anus dan sebelum maka. Menghindari berbagai
handuk atau kain wajah.Kebersihan lingkungan antara lain memasak
air minum sampai mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran atau
memasaknya sebelum dimakan, buang air besar di jamban, tidak
menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik
makanan yang dihidangkan,membuang sampah di tempat sampah
yang ditutup untuk menghindari lalat .
e) Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau
smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap
bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel
mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat
merangsang sekresi elektrolit .
f) Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta,
Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu
dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen akan
mengurang frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat
mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit.pemakaiannya adalah 5-
10 cc/2x sehari dilarutkan dalam air atau dalam bentuk kapsul dan
tablet .
g) Probiotik
Probiotik merupakan mikroorganisme yang bila dikonsumsi per-oral
akan memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia dan
merupakan strain flora usus normal yang telah diisolasi dari tinja
manusia sehat. Kaitan ilmiah antara probiotik dan manfaatnya bagi
kesehatan manusia pertama kali diungkapkan oleh ahli mikrobiologi
Rusia yang bernama Metchnikoff (1907). Ia mengatakan bahwa asam
laktat yang dihasilkan oleh laktobacillus dalam yogurt dapat
menghambat pertumbuhan beberapa spesies bakteri patogen .
h) Zink
14
Pemberian zink selama diare akut efektif menurunkan lamanya dan
beratnya penyakit. Oleh karena itu pengobatan dengan menggunakan
zink mempunyai potensi menurunkan kematian diare sebanyak 2.5
juta orang setiap tahunnya. Secara keseluruhan penurunan resiko diare
yang lama, (diare yang berakhir 7 hari) sebanyak < 20% dan
mempunyai interval kepercayaan, zink dan suplemen vitamin A
berinteraksi dalam menurunkan prevalensi dari diare .
yang penting dan melindungi membrana sel dari kerusakan oksidatif. Zink tidak
terjadi pada anak-anak dengan diare akut sebagai akibat kehilangan melalui usus.
berhubungan dengan peningkatan derajat keparahan diare. Pemberian zink dengan dosis
II.9 KOMPLIKASI
badan. Tanda - tanda dehidrasi akan sulit untuk dilihat, tetapi peningkatkan rasa
haus, mulut kering, keletihan (terutama jika memburuk pada saat berdiri), atau
warna gelap saat berkemih. Dehidrasi berat menyebabkan perubahan kimia dalam
15
tubuh dan dapat mengancam jiwa. Dehidrasi akibat diare dapat menyebabkan
Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri amoeba, baik berat maupun
Komplikasi intestinal
Perforasi usus : Hal ini dapat terjadi bila abses menembus lapisan
muscular dinding usus besar. Sering mengakibatkan peritonitis yang
mortalitasnya tinggi. Peritonitis juga dapat disebabkan akibat pecahnya
abses hati amoeba.
Komplikasi ekstraintestinal
16
embolisasi ameba dan dinding usus besar lewat vena porta, jarang lewat
pembuluh getah bening.
Abses otak, limpa dan organ lain : Keadaan ini dapat terjadi akibat
embolisasi ameba langsung dari dinding usus besar maupun dari abses hati
walaupun sangat jarang terjadi.
Amebiasis kulit : Terjadi akibat invasi ameba langsung dari dinding usus
besar dengan membentuk hiliran (fistel). Sering terjadi di daerah perianal
atau dinding perut. Dapat pula terjadi di daerah vulvovaginal akibat invasi
ameba yang berasal dari anus.
II.10 PROGNOSIS
pengobatan dini yang tepat serta kepekaan ameba terhadap obat yang diberikan.
Pada umumnya prognosis amoebiasis adalah baik terutama pada kasus tanpa
komplikasi. Prognosis yang kurang baik adalah abses otak ameba. Pada bentuk
17
yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila mendapatkan pengobatan dini.
Tetapi pada bentuk yang sedang, biasanya angka kematian rendah. Bentuk
dysentriae biasanya berat dan masa penyembuhan lama meskipun dalam bentuk
Dengan pemberian pengobatan yang tepat serta adekuat, sebagian besar kasus
disentri bakteri dan amebic akan mereda dalam waktu 10 hari, dan sebagian besar
individu akan sembuh dalam waktu 2 sampai 4 minggu setelah mulai pengobatan.
Prognosis untuk penyakit yang tidak diobati bervariasi dengan status kekebalan individu
dan tingkat keparahan penyakit. Dehidrasi ekstrim akan memperpanjang pemulihan dan
menempatkan orang pada risiko yang lebih besar untuk komplikasi serius. Pada
Kebanyakan orang dewasa di negara maju bisa sembuh sepenuhnya dari episode disentri.
risiko lebih besar untuk mengalami dehidrasi ialah anak-anak , disentri basiler pada
khususnya dapat menyebabkan kematian anak karena dehidrasi dalam waktu 12 - 24 jam .
parah. Pasien yang mengalami hal yang lebih parah pada kasus disentri amuba adalah
pasien – pasien yang memiliki peningkatan risiko untuk komplikasi seperti kolitis
fulminan atau abses hati. Sekitar 0,5 persen dari pasien dengan disentri amuba bisa
Antara 2 dan 7 persen kasus abses amoebic hati, jika terjadi pecahnya abses maka tingkat
kematian akan menjadi tinggi. Pria 7 – 12 kali lebih mungkin untuk mengalami abses hati
daripada wanita. Setiap pasien yang didiagnosis dengan disentri ameba harus dilakukan
pemeriksaan tinjanya untuk melihat apakah ada kambuh saat 1, 3, dan 6 bulan setelah
pengobatan dengan obat, untuk mengetahui apakah mereka telah mengalami komplikasi .
18
BAB III
KESIMPULAN
klinis disentri amoeba yaitu perut kembung, nyeri perut ringan yang bersifat
kejang, diare ringan, subfebris, keadaan umum pasien biasanya baik, mual dan
pengobatan yang tepat serta adekuat, sebagian besar kasus disentri bakteri dan amebic
19
akan mereda dalam waktu 10 hari, dan sebagian besar individu akan sembuh dalam waktu
2 sampai 4 minggu setelah mulai pengobatan. Prognosis untuk penyakit yang tidak
diobati bervariasi dengan status kekebalan individu dan tingkat keparahan penyakit.
Dehidrasi ekstrim akan memperpanjang pemulihan dan menempatkan orang pada risiko
yang lebih besar untuk komplikasi serius. Kebanyakan orang yang terinfeksi Entamoeba
histolytica tidak menjadi parah. Pasien yang mengalami hal yang lebih parah pada kasus
disentri amuba adalah pasien – pasien yang memiliki peningkatan risiko untuk
DAFTAR PUSTAKA
Shashank R. Joshi, Samar Barnejee, et al. 2012. Medical Update Vol. 23. India:
Kedokteran : Jakarta.
7. Sagala, Khalid Huda. 2013. Diare Akut Infeksius Pada Dewasa. Available at :
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar4.pdf,
8. Simadibrata, Marcellus dan Daldiyono. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
FKUI:Jakarta.
20
10.Tilak, KVGK.. 2013. Infectious Disease Amoebiasis . Available at:
http://www.apiindia.org/medicine_update_2013/chap01.pdf.
11. Utah Departement of Health. 2003. Amebiasis (amebic dysentery). Available
at: http://health.utah.gov/epi/fact_sheets/amebia.pdf,
12.Soewondo, Eddy Soewandojo. 2009. Amebiasis. Dalam : Sudoyo, Aru W., et al. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing
13.Younger, Paula. 2012. The Gale Encyclopedia of Medicine 4th edition. Michigan :
21