Referat Pengelolaan Preoperatif
Referat Pengelolaan Preoperatif
Latar Belakang
PEMBAHASAN
Pengelolaan Pre-operatif
A. Informed Concent
Informed Concent merupakan proses komunikasi antara dokter dan
pasien tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter
terhadap pasien. Kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan formulir
Informed Consent secara tertulis. Hal ini didasari atas hak seorang pasien
atas segala sesuatu yang terjadi pada tubuhnya serta tugas utama dokter
dalam melakukan penyembuhan terhadap pasien. Tujuan pemberian
informasi secara lengkap mengenai penyakit serta tindakan medis yang
akan dilakukan adalah agar pasien bisa menentukan sendiri keputusannya
sesuai dengan pilihannya sendiri.
B. Anamnesa
C. Pemeriksaan Fisik
5. Abdomen
Pristaltik (kesan normal/meningkat/menurun), hati dan limpa
(teraba/tidak, batas, ukuran, per-mukaan), distensi, massa atau asites
(dapat menjadi predisposisi untuk regurgitasi).
6. Urogenitalia.
Kateter (terpasang/tidak), urin [volume : cukup (0,5-1 cc/jam),
anuria (< 20 cc/24 jam), oliguria (25 cc/jam atau 400 cc/24jam), Poliuria
(> 2500 cc/24 jam)], kualitas (BJ, sedimen), tanda-tanda sumbatan saluran
kemih (seperti kolik renal).
7. Muskulo Skletal
Edema tungkai, fraktur, gangguan neurologik /kelemahan otot
(parese, paralisis, neuropati perifer, distropi otot).
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin preoperatif sekarang diminimalisasi,
pemeriksaan tersebut sudah seharusnya disesuaikan dengan keadaan masing-
masing pasien.
The National Institute for Clinical Excellence telah membuat pedoman
dan sebagian besar rumah sakit memiliki versi pedoman ini sendiri-sendiri.
Hal-hal berikut inilah yang harus dijadikan sebagai pedoman.
1. Hemoglobin.
Pasien yang sehat yang akan menjalani pembedahan elektif dengan
perkiraan kehilangan darah < 10% dari total volume darah tidak
memerlukan penilaian hemoglobin. Penilaian Hemoglobin diperlukan pada
neonatus < 6 bulan, wanita > 50 tahun, pria > 65 tahun, penyakit Sickle
Cell, malignansi, kelainan hematologis, kehilangan darah preoperative,
trauma, malnutrisi, penyakit sistemik lainnya dan ASA 3 atau di atasnya.
2. Ureum dan elektrolit
Tidak diindikasikan pada pasien sehat yang akan menjalani operasi
elektif. Diindikasikan pada pasien > 65 tahun, penyakit ginjal, diabetes,
hipertensi, penyakit jantung iskemik/vaskuler, penyakit liver. Pasien yang
dalam pengobatan digoksin, diuretik, steroid, ACE inhibitor dan agen anti
aritmia. Koreksi kelainan elektrolit yang cepat sebaliknya dapat membuat
pasien yang stabil menjadi bermasalah, seperti demielinisasi pontin sentral
saat koreksi hiponatremi, dan aritmia pada saat koreksi hipokalemia. Bila
mungkin, operasi seharusnya ditunda dan kelainan elektrolit dikoreksi secara
perlahan-lahan (kuranglebih 2-3 hari untuk hiponatremia).
3. Pembekuan
Diindikasan pada pasien dengan ggguan perdarahan yang sudah
diketahui atau koagulopati, pasien dengan terapi antikoagulan, tranfusi
darah saat ini menggantikan > 20% volume darah total, infus koloid atau
substansi plasma saat ini menggantikan > 20% volume darah total (volume
darah berkisar antara 70-80 ml/kg BB), memar yang diketahui sebabnya, kehilangan
darah dan atau penurunan hemoglobin yang tidak diketahui penyebabnya,
hipersplenisme, gangguan liver, gagal ginjal.
4. Elektrokardiogram
Diindikasikan pada pria > 40 atau wanita > 50, penyakit
kardiovaskuler, penyakit ginjal, diabetes, ketidakseimbangan elektrolit,
aritmia, pasien yang diterapi dengan antihipertensi, antiaritmia, dan
antiangina. Perubahan pada EKG terkini ( dalam waktu 3 bulan) harus
dianggap signifikandan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
5. Foto rontgen thoraks
Diindikasikan pada pasien dengan penyakit dada, penyakit
kardiovaskuler yang membatasi aktivitas, perokok lama dengan gejala
penyakit dada, penyakit keganasan.
6. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan lain mungkin diperlukan untuk penilaian lengkap
terhadap suatu penyakit yang berbahaya, efektivitas suatu pengobatan, dan
apakah pasien dalamkondisi medis optimum serta resiko-resiko lain yang ada pada
pasien. Pemeriksaannya dapat meliputi test fungsi paru, analisa gas darah
(penyakit paru dengan toleransi aktivitas yang terbatas), echocardiografi
(penyakit jantung dengan indikasi fungsi terbatas), EKG (penyakit arteri
koroner dengan angina), enzim-enzim hepar (pada alkoholisme, penyakit
liver), gula darah (diabetes), fungsi endokrin (hipo/hipertiroidisme).
Beberapa pemeriksaan juga diperlukan sebagai dasar untuk
membandingkan preoperative dengan intra dan post operatif (misalnya
analisa gas darah).
E. Persiapan Preoperatif
Alasan puasa sebelum operasi yaitu untuk meminimalkan isi perut dan
adanya resiko yang berhubungan dengan regurgitasi dan aspirasi paru
setelah induksi anestesi. Meskipun puasa cukup, beberapa pasien masih beresiko
muntah dan mengalami aspirasi paru, beberapa pasien mempunyai kemampuan
pengosongan lambung yang lambat atau penurunan tonus sfingter esofagus
yang lemah. Pada operasi elektif, umumnya :
Pada orang dewasa, puasa makan makanan padat 6 jam sebelum operasi.
Mereka boleh sarapan makanan ringan jika operasi dijadwalkan
siang.
Anak dan balita puasa boleh makan atau minum susu 6 jam sebelum
operasi.
Semua pasien tidak boleh minum sejak 2 jam sebelum operasi
Bayi diperbolehkan menyusui ASI atau formula sampai 4 jam sebelum operasi.
F. Premedikasi
Adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi dengan tujuan
melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi, diantaranya:
1. Meredakan kecemasan dan ketakutan
Bisa digunakan diazepam peroral 10-15 mg beberapa jam sebelum induksi
anesthesia. Jika disertai nyeri karena penyakit dapat diberikan opioid,
misalnya petidin 50 mg IM.
2. Memperlancar induksi anestesia.
3. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus.
4. Meminimalkan jumlah obat anestetik.
5. Mengurangi mual-muntah pasca bedah.
Sering ditambah suntikan intramuscular untuk dewasa dropedirol 2,5-5 mg
atau ondansentron 2-4 mg.
6. Menciptakan amnesia.
7. Mengurangi isi cairan lambung.
8. Mengurangi reflex yang membahayakan.
G. Perencanaan Anestesi
Rencana anestesi diperlukan untuk menyampaikan strategi penanganan
anestesi secara umum. Secara garis besar komponen dari rencana anestesi
adalah :
1. Ringkasan tentang anamnesis pasien, dan hasil-hasil pemeriksaan fisik
sehubungan dengan penatalaksanaan anastesi, buat dalam daftar masalah,
satukan bersamaan dengan beberapa daftar masalah yang digunakan oleh
dokter yang merawat.
2. Perencanaan teknik anestesi yang akan digunakan termasuk tehnik-tehnik
khusus (seperti intubasi fiberoptik, monitoring invasif).
3. Perencanaan penanganan nyeri post operasi bila perlu.
4. Tindakan post operatif khusus jika terdapat indikasi (misalnya perawatan
di ICU).
5. Jika ada indikasi buat permintaan evaluasi medik lebih lanjut.
6. Pernyataan tentang resiko-resiko yang ada, informed consent, dan
pernyataan bahwa semua pertanyaan telah dijawab.
7. Klasifikasi status fisik dan penilaian singkat.
H. Menentukan Prognosis
Pada kesimpulan evaluasi preanestesi setiap pasien ditentukan kalsifikasi
status fisik menurut American Society of Anestesiologist (ASA). Hal ini
merupakan ukuran umum keadaan pasien. Klasifikasi status fisik menurut
ASA adalah sebagai berikut :
ASA 1 : Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik
selain penyakit yang akan dioperasi.
ASA 2 : Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai
dengan sedang selain penyakit yang akan dioperasi. Misalnya diabetes
mellitus yang terkontrol atau hipertensi ringan.
ASA 3 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang
akan dioperasi, tetapi belum mengancam jiwa. Misalnya diabetes
mellitus yang tak terkontrol, asma bronkial, hipertensi tak terkontrol.
ASA 4 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam
jiwa selain penyakit yang akan dioperasi. Misalnya asma bronkial
yang berat, koma diabetikum
ASA 5 : Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan
anestesi mungkin saja dapat menyelamatkan tapi risiko kematian tetap
jauh lebih besar. Misalnya operasi pada pasien koma berat.
ASA 6 : Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana
organnya akan diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ
donor bagi yang membutuhkan.
Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E
(emergency) atau D (darurat).
BAB III
KESIMPULAN
http://www.rcn.org.uk/__data/assets/pdf_file/0009/78669/002779.pdf
http://id.scribd.com/doc/154925826/PERSIAPAN-PREOPERATIF-
PREMEDIKASI
http://id.scribd.com/doc/184890749/EVALUASI-PREOPERATIF-ANESTESI