GANGGUAN SOMATOFORM
Disusun oleh:
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan somatoform (somatoform disorder) adalah suatu kelompok
gangguan ditandai oleh keluhan tentang masalah atau simptom fisik yang tidak
dapat dijelaskan oleh penyebab kerusakan fisik (Nevid, dkk, 2005). Pada
gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada
gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan
sebagai penyebabnya. Gejala dan keluhan somatik menyebabkan penderitaan
emosional/gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan
sosial atau pekerjaan. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura
yang disadari atau gangguan buatan.
2.2 Etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam
transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan
metabolism (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer
non dominan (Kapita Selekta, 2001).
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut
(Nevid, dkk, 2005):
a. Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada
gangguan somatisasi).
b. Faktor Lingkungan Sosial
Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti “peran
sakit” yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.
c. Faktor Perilaku
Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:
3
Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar
dari situasi yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan
sekunder).
Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit”
Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau
gangguan dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan
yang diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan
atau kerusakan fisik yang dipersepsikan.
d. Faktor Emosi dan Kognitif
Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab
ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:
Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai
tanda dari adanya penyakit serius (hipokondriasis).
Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari
impuls-impuls yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom
fisik (gangguan konversi).
Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin
merupakan suatu strategi self-handicaping (hipokondriasis).
4
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian
(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk
dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa
perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam
kasus-kasus lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita
penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.
Gambaran keluhan gejala somatoform :
Neuropsikiatri:
“kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik” ;
“ saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika
ditanya”
Kardiopulmonal:
“ jantung saya terasa berdebar debar…. Saya kira saya akan mati”
Gastrointestinal:
“saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan
belum ada dokter yang dapat menyembuhkannya”
Genitourinaria:
“saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah
dilakukan pemeriksaan namun tidak di temukan apa-apa”
Musculoskeletal
“saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan
sepanjang waktu”
Sensoris:
“ pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan
kacamata tidak akan membantu”
5
Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi :
DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari
PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh.
Pada bagian psikiatri, gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah
gangguian somatisasi dan hipokondriasis
Definisi
Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan keluhan
somatik yang beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun
(namun biasanya pada usia remaja), bertahan paling tidak selama beberapa
tahun, dan berakibat antara menuntut perhatian medis atau mengalami
hendaya yang berarti dalam memenuhi peran sosial atau pekerjaan.
Keluhan-keluhan yang diutarakan biasanya mencakup sistem-sistem organ
yang berbeda seperti nyeri yang samar dan tidak dapat didefinisikan, problem
menstruasi/seksual, orgasme terhambat, penyakit-penyakit neurologik,
gastrointestinal, genitourinaria, kardiopulmonar, pergantian status kesadaran
yang sulit ditandai dan lain sebagainya. Jarang dalam setahun berlalu tanpa
munculnya beberapa keluhan fisik yang mengawali kunjungan ke dokter.
Orang dengan gangguan somatisasi adalah orang yang sangat sering
6
memanfaatkan pelayanan medis. Keluhan-keluhannya tidak dapat dijelaskan
oleh penyebab fisik atau melebihi apa yang dapat diharapkan dari suatu
masalah fisik yang diketahui. Keluhan tersebut juga tampak meragukan atau
dibesar-besarkan, dan orang itu sering kali menerima perawatan medis dari
sejumlah dokter, terkadang pada saat yang sama.
Etiologi
Belum diketahui. Teori yang ada, teori belajar, terjadi karena individu belajar
untuk mensomatisasikan dirinya untuk mengekspresikan keinginan dan
kebutuhan akan perhatian dari keluarga dan orang lain
Epidemiologi
wanita : pria = 10 :1, bermula pada masa remaja atau dewasa muda
rasio tertinggi usia 20- 30 tahun
pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita gangguan
somatoform (beresiko 10-20x > besar dibanding yang tidak ada riwayat).
Atau :
7
4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang
berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak,
dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau
selama miksi)
2 G gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya
mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
1 G seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya
indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak
teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang
kehamilan).
1 G pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri
(gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan,
retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan
ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia;
atau hilangnya kesadaran selain pingsan).
8
Contoh Penulisan Dignosis multiaksial (PERKIRAAN) :
Prognosis
Dubia et malam. Pasien susah sembuh walau sudah mengikuti pedoman
pengobatan. Sering kali pada pasien wanita berakhir pada percobaan bunuh
diri.
Etiologi : unknown
Epidemiologi,
Bervariasi, di USA 10%-12% terjadi pada usia dewasa, dan 20 % menyerang
wanita.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak
Digolongkan
Atau :
9
9
Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya
nafsu makan, keluhan gastrointestinal atau saluran kemih)
Salah satu (1)atau (2)
Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum yang diketahui
atau oleh efek langsung dari suatu zat (misalnya efek cedera,
medikasi, obat, atau alkohol)
Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan,
keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang
ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan menurut
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratonium.
Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting
lainnya. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.
Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental
lain (misalnya gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan
mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).
Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti
pada gangguan buatan atau berpura-pura)
Prognosis
10
10
Bervariasi, sulit diprediksi karena prognosisnya bergantung pada gejala yang
lebih dominan.
3. F.45.2 Gangguan Hipokondriasis
Definisi
Hipokondriasis adalah keterpakuan (PREOKUPASI) pada ketakutan
menderita, atau keyakinan bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang
serius, meski tidak ada dasar medis untuk keluhan yang dapat ditemukan.
Berbeda dengan gangguan somatisasi dimana pasien biasanya meminta
pengobatan terhadap penyakitnya yang seringkali menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan obat, maka pada gangguan hipokondrik pasien malah takut
untuk makan obat karena dikira dapat menambah keparahan dari sakitnya.
Ciri utama dari hipokondriasis adalah fokus atau ketakutan bahwa simtom
fisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius
yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung. Rasa takut tetap
ada meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak
berdasar. Gangguan ini paling sering muncul antara usia 20 dan 30 tahun,
meski dapat terjadi di usia berapa pun.
Orang dengan hipokondriasis tidak secara sadar berpura-pura akan simptom
fisiknya. Mereka umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik, seringkali
melibatkan sistem pencernaan atau campuran antara rasa sakit dan nyeri.
Berbeda dengan gangguan konversi yang biasanya ditemukan sikap
ketidakpedulian terhadap simtom yang muncul, orang dengan hipokondriasis
sangat peduli, bahkan benar-benar terlalu peduli pada simtom dan hal-hal
yang mungkin mewakili apa yang ia takutkan.
Pada gangguan ini, orang menjadi sangat sensitif terhadap perubahan ringan
dalam sensasi fisik, seperti sedikit perubahan dalam detak jantung dan sedikit
sakit serta nyeri. Padahal kecemasan akan simtom fisik dapat menimbulkan
sensasi fisik itu sendiri, misalnya keringat berlebihan dan pusing, bahkan
pingsan. Mereka memiliki lebih lanjut kekhawatiran akan kesehatan, lebih
banyak simtom psikiatrik, dan memersepsikan kesehatan yang lebih buruk
11
11
daripada orang lain. Sebagian besar juga memiliki gangguan psikologis lain,
terutama depresi mayor dan gangguan kecemasan.
Etiologi : masih belum jelas
Epidemiologi
Biasanya terjadi pada usia dewasa, rasio antara wanita dan pria sama
Untuk diagnosis pasti gangguan hipokondrik, kedua hal ini harus ada:
a) Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu
penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun
pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik
yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan
deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai
waham)
b) Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari
beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik
yang melandasi keluhan-keluhannya
Ciri-ciri diagnostik dari hipokondriasis
Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa
ia menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru
orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis
yang tepat
Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran
tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting
lain. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan
kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik,
12
12
gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan
somatoform lain.
Prognosis
10 % pasien bisa sembuh, 65 % berlanjut manjadi kronik dengan onset yang
berfluktuasi, 25 % prognosisinya buruk.
13
13
F.45.31 = Saluran Pencernaan Bgn Atas
F.45.32 = Saluran Pencernaan Bgn Bawah
F.45.33 = Sistem Pernapasan
Definisi
Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan
dengan faktor psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor
psikologis. Pasien sering wanita yang merasa mengalami nyeri yang
penyebabnya tidak dapat ditemukan. Munculnya secara tiba-tiba, biasanya
setelah suatu stres dan dapat hilang dalam beberapa hari atau berlangsung
bertahun-tahun. Biasanya disertai penyakit organik yang walaupun demikian
tidak dapat menerangkan secara adekuat keparahan nyerinya (Tomb, 2004).
Individu yang merasakan nyeri akibat gangguan fisik, menunjukkan lokasi
rasa nyeri yang dialaminya dengan lebih spesifik, lebih detail dalam
memberikan gambaran sensoris dari rasa nyeri yang dialaminya, dan
menjelaskan situasi dimana rasa nyeri yang dirasakan menjadi lebih sakit atau
lebih berkurang (Adler et al., dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).
Sedangkan pada nyeri somatoform, pasien malah bertindak sebaliknya.
Epidemiologi
Terjadi pada semua tingkatan usia, di USA 10-15% pasien datang dengan
keluhan nyeri punggung.
14
14
Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset,
kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.
Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-
buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood,
kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria
dispareunia.
Contoh Penulisan Diagnosis Multiaksial
Prognosis :
jika gejala terjadi < 6 bulan, cenderung baik, dan jika gejala terjadi > 6 bulan,
cenderung buruk (cenderung menjadi kronik).
Pedoman Diagnostik :
keluhan yanga da tidak melalui saraf otonom, terbatas secara
spesifik pd bgn tubuh/sistem tertentu
tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan
15
15
termasuk didalamnya, pruritus psikogenik, ”globus
histericus”(perasaan ad benjolan di kerongkongan>>>disfagia) dan
dismenore psikogenik
TAMBAHAN DSM IV
A. Gangguan Konversi
Definisi
Adalah suatu tipe gangguan somatoform yang ditandai oleh
kehilangan atau kendala dalam fungsi fisik, namun tidak ada penyebab
organis yang jelas. Gangguan ini dinamakan konversi karena adanya
keyakinan psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan
penyaluran, atau konversi, dari energi seksual atau agresif yang direpresikan
ke simtom fisik. Simtom-simtom itu tidak dibuat secara sengaja atau yang
disebut malingering. Simtom fisik biasanya muncul tiba-tiba dalam situasi
yang penuh tekanan. Tangan seorang tentara dapat menjadi “lumpuh” saat
pertempuran yang hebat, misalnya.
Dinamakan gangguan konversi karena adanya keyakinan
psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau
konversi, dari energi seksual atau agresif yang direpresikan ke simtom fisik.
Gangguan ini sebelumnya disebut neurosis histerikal atau histeria dan
memainkan peranan penting dalam perkembangan psikoanalisis Freud.
Menurut DSM, simtom konversi menyerupai kondisi neurologis atau
medis umum yang melibatkan masalah dengan fungsi motorik (gerakan) yang
volunter atau fungsi sensoris. Beberapa pola simtom yang klasik melibatkan
kelumpuhan, epilepsi, masalah dalam koordinasi, kebutaan, dan tunnel vision
(hanya bisa melihat apa yang berada tepat di depan mata), kehilangan indra
16
16
pendengaran atau penciuman, atau kehilangan rasa pada anggota badan
(anastesi).
Simtom-simtom tubuh yang ditemukan dalam gangguan konversi
sering kali tidak sesuai dengan kondisi medis yang mengacu. Misalnya
konversi epilepsi, tidak seperti pasien epilepsi yang sebenarnya, dapat
mempertahankan kontrol pembuangan saat kambuh; konversi kebutaan, orang
yang penglihatannya seharusnya mengalami hendaya dapat berjalan ke kantor
dokter tanpa membentur mebel; orang yang menjadi “tidak mampu” berdiri
atau berjalan di lain pihak dapat melakukan gerakan kaki lainnya secara
normal.
Etiologi
Teori psikoanalisis, (1895/1982), Breuer dan freud : disebabkan
ketika seseorang mengalami peristiwa yang menimbulkan
peningkatan emosi yang besar, namun afeknya tidak dapat
diekspresikan dan ingatan tentang peristiwa tersebut dihilangkan dari
kesadaran.
Teori behavioral, Ullman&Krasner (dalam Davidson, Neale, Kring,
2004), terjadi karena individu mengadopsi simtom untuk mencapai
suatu tujuan. Individu berusaha untuk berperilaku sesuai dengan
pandangan mereka mengenai bagaimana seseorang dengan penyakit
yang mempengaruhi kemampuan motorik atau sensorik, akan
bereaksi.
Epidemiologi
Terjadi pada 11-500 per 100.000 penduduk. Biasanya terjadi pada usia anak-
anak (akhir) hingga dewasa (awal). Jarang terjadi sebelum usia 10 tahun dan
setelah 35 tahun.
17
17
1) Paling tidak terdapat satu simtom atau defisit yang melibatkan
fungsi motorik volunternya atau fungsi sensoris yang menunjukkan
adanya gangguan fisik.
2) Faktor psikologis dinilai berhubungan dengan gangguan tersebut
karena onset atau kambuhnya simtom fisik terkait dengan munculnya
stresor psikososial atau situasi konflik.
3) Orang tersebut tidak dengan sengaja menciptakan simtom fisik
tersebut atau berpura-pura memilikinya dengan tujuan tertentu.
4) Simtom tidak dapat dijelaskan sebagai suatu ritual budaya atau
pola respon, juga tidak dapat dijtelaskan dengan gangguan fisik apa
pun melalui landasan pengujian yang tepat.
5) Simtom menyebabkan distres emosional yang berarti, hendaya
dalam satu atau lebih area fungsi, seperti fungsi sosial atau pekerjaan,
atau cukup untuk menjamin perhatian medis.
6) Simtom tidak terbatas pada keluhan nyeri atau masalah pada fungsi
seksual, juga tidak dapat disebabkan oleh gangguan mental lain.
Prognosis
Baik jika, onset awal, ada faktor presipitasi yang jelas, intelegensia masih
baik, segera dilakukan treatment. Prognosis buruk jika terjadi hal sebaliknya.
Definisi
Gangguan dismorfik tubuh (body dismorphic disorder) ditandai oleh
kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuh
mengalami cacat. Orang dengan gangguan ini terpaku pada kerusakan fisik
yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka.
18
18
Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksakan diri di
depan cermin dan mengambil tindakan yang ekstrem untuk mencoba
memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan, seperti menjalani operasi plastik
yang tidak dibutuhkan, menarik diri secara sosial atau bahkan diam di rumah
saja, sampai pada pikiran-pikiran untuk bunuh diri. Orang dengan gangguan
dismorfik tubuh sering menunjukkan pola berdandan atau mencuci, atau
menata rambut secara kompulsif, dalam rangka mengoreksi kerusakan yang
dipersepsikan. Contoh lain, seseorang merasa wajahnya seperti piringan,
terlalu rata, sehingga tidak mau difoto. Mereka dapat melakukan apa saja
untuk memperbaiki keadaan yang “rusak” tersebut.
Pada gangguan dismorfik tubuh, individu diliputi dengan bayangan
mengenai kekurangan dalam penampilan fisik mereka. Membuatnya bisa
berlama-lama berkaca di depan cermin memandang bentuk tubuh yang
dianggapnya kurang, sering pasien mendatangi spesialis bedah dan
kecantikan.
Etiologi, unknown
Epidemiologi
Muncul kebanyakan pada wanita, biasanya dimulai pada akhir masa remaja,
dan biasanya berkaitan dengan depresi, fobia social, gangguan kepribadian
(Phillips&McElroy, 2000; Veale et al.,1996 dalam Davidson, Neale, Kring,
2004).
19
19
Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan
mental lain (misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh
pada anorexia nervosa).
Prognosis : beravariasi(???)
20
20
Preokupasi dengan
gagasan sakit serius Kepercayaan
Seperti waham HIPOKONDRIASIS
22
22
- Anti Anxietas
Antidepressan
Dibandingkan
Obat Lain
23
Penyembuhan Nyeri Dan NSAID
Pertimbangkan
Akupunnktur
Dibandingkan
Obat Lain
24
2.5 Pendekatan Penanganan
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk menangani gangguan
somatoform adalah sebagai berikut:
Penanganan Biomedis
Pada penanganan biomedis dapat digunakan antidepresan yang terbatas
dalam menangani hipokondriasis yang biasanya disertai dengan depresi.
Terapi Kognitif-Behavioral
Terapi ini dapat berfokus pada menghilangkan sumber-sumber
reinforcement sekunder (keuntungan sekunder), memperbaiki
perkembangan keterampilan coping untuk mengatasi stres, dan
memperbaiki keyakinan yang berlebihan atau terdistorsi mengenai
kesehatan atau penampilan seseorang. Terapi ini berusaha untuk
mengintegrasikan teknik-teknik terapeutik yang berfokus untuk membantu
individu melakukan perubahan-perubahan, tidak hanya pada perilaku nyata
tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan dan sikap yang mendasarinya.
BAB III
KESIMPULAN
25
25
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki
gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat
ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gambaran yang penting dari gangguan
somatoform adalah adanya gejala fisik, pada mana tak ada kelainan organik atau
mekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebut terdapat bukti positif atau perkiraan
yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan adanya faktor psikologis atau
konflik.
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala
fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah
berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa
tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya.
Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi :
gangguan somatisasi, gangguan somatoform tak terperinci, gangguan
hipokondriasis, disfungsi otonomik somatoform, gangguan nyeri somatoform
menetap, gangguan somatoform lainnya, dan gangguan somayoform YTT.
Sedangkan pada DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal
dari PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
26
26
___. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. 2001. Media Aesculapicus : Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Kaplan, B.J., Sadock, V.A, 2007, Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry :
Behavioral
27
27