Cont Tugas Dr. Radit
Cont Tugas Dr. Radit
PEMBIMBING
PENYUSUN
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah -
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam kami curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Adapun judul untuk penulisan ini adalah ” Peran Asuhan Antenatal Dalam Upaya Menurunkan
Angka Kematian Maternal di Indonesia”. Dalam penyusunan makalah ini, kami telah
mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki. Namun tetap ada hambatan dan
kendala yang harus dilewati.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr.dr. Raditya Wratsangka, Sp.OG(K) selaku
pembimbing, teman-teman dan seluruh pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………...……………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN….……………………………………………………………………..4
BAB V KESIMPULAN…..…...………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSAKA…..…….…………………………………………………………………..18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada
tahun 2015-2017 didapatkan terdapat penurunan angka kematian ibu (AKI) dari 4.999 pada
tahun 2015 menjadi 4912 di tahun 2016 dan di tahun 2017 (semester I) didapatkan sebanyak
1712 kasus. Namun angka tersebut masih tertinggi di antara Negara ASEAN dan tren
penurunannya sangat lambat.1
Secara profesional dokter dan bidanlah yang memiliki peran dalam menurunkan angka
kematian ibu dalam praktek klinik. Dokter dan bidan menjadi garda terdepan dalam mendeteksi
kemungkinan terdapatnya resiko, mendorong program keluarga berencana, pelayanan asuhan
anternatal yang terfokus, pencegahan abortus tidak aman, pertolongan persalinan oleh tenaga
terampil, rujukan dini tepat waktu kasus gawat darurat obstetri dan pertolongan segera – adekuat
kasus gawat darurat obstetri di rumah sakit rujukan.2
4
BAB II
KELUARGA BENCANA
5
2.4 Akseptor Keluarga Berencana
Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)
Jenis-jenis Akseptor KB
a. Akseptor Aktif adalah: Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat
kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
b. Akseptor Aktif Kembali adalah : Pasangan Usia Subur yang telah menggunakan
kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali
menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah
berhenti/istirahat kurang lebih tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.
c. Akseptor KB Baru adalah: Akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat/obat
kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau
abortus.
d. Akseptor KB Dini adalah: Para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam
waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
e. Akseptor Langsung : Para Istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40
hari setelah melahirkan atau abortus.
f. Akseptor dropout adalah: Akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3
bulan (BKKBN, 2007).
6
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan”
atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel
telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka
yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks
dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan
(Suratun, 2008).
Dalam konteks gerakan KB nasional, konsep mandiri merupakan suatu inovasi baru
dimana titik berat dalam penawaran dalam awal pelaksanaan program KB, berubah
menjadi fokus permintaan. Dengan kata lain mandiri dalam program KB meminta
masyarakat untuk berinisiatif serta berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan yang
berhubungan dengan perencanaan keluarga, khususnya kebutuhan alat kontrasepsi di
tempat pelayanan KB.
Pelayanan kontrasepsi sebagai sebagian dari pelayanan KB merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan, jenis pelayanan yang dapat diberikan kepada konsumen pada
kemampuan fasilitas kesehatan dan ini berhubungan dengan jenjang pelayanan. Fasilitas
pelayanan KB professional dapat bersifat teknik statis atau mobile ( TKBK, Pusling ) dan
diselenggarakan oleh tenaga professional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan atau
perawat kesehatan. Pelayanan yang mobile diperlukan untuk menjangkau pedesaan yang
terpencil. Fasilitas pelayanan KB professional statis meliputi pelayanan KB sederhana,
lengkap, sempurna dan paripurna.
Fasilitas pelayanan KB sederhana menyediakan jenis alat kontrasepsi seperti
kondom, obat vaginal, pil KB, suntik KB, IUD, menanggulangi efek samping, dan
berupaya rujukan. Tenaga pelaksanannya minimal perawat kesehatan atau bidan yang
dilatih. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan. Upaya ini bersifat
sementara dapat juga bersifat permanen, penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah
satu variabel yang mempengaruhi fertilitas, konsumen memerlukan kontrasepsi dengan
kemampuan yang dapat dipercayai untuk mencegah kehamilan.
Alat kontrasepsi yang bermutu minimal memiliki ciri-ciri sebagai berikut : punya
daya guna, aman, estestis, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus- menerus dan
7
efek sampingnya sedikit-dikitnya. Angka-angka konkret mengenai jumlah konsumen
yang harus menderita akibat komplikasi pemakaian KB, jumlah kegagalan alat
kontrasepsi, berapa banyak pengguna KB yang dapat ditolong ataupun tidak dan berapa
jumlah akseptor yang harus drop – out.6
Jenis-jenis alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan adalah :
1. IUD ( INTRA UTERINA DEVICE)
IUD ( INTRA UTERINA DEVICE ) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau
AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik yang halus dan berbentuk
spiral atau lainnya yang dipasang ke dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh
dokter dan bidan yang sudah dilatih. Kontra indikasi pemasangan IUD / AKDR :
1. Adanya sangkaan kehamilan
2. Pendarahan di saluran kencing
Efektivitas : Sangat efektif, yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama satu
tahun penggunaan.
2 . IMPLANT Adalah alat kontrasepsi yang berbentuk kecil seperti karet elastis
yang ditanam dibawah kulit dan pemakain alat ini dalam jangka waktu 3 – 5 tahun.
Kontraindikasi penggunaan IMPLANT : Pada kebanyakan klien dapat
menyebabkan perubahan pola haid berupa bercak Pendarahan ( spotting,
hipermenorea serta amenorea ). Evektivitas : Sangat efektif ( kegagalan 0,2 – 1
kehamilan per 100 perempuan ).
3 . MOW ( Metode Operatif Wanita ) Metode Operatif Wanita adalah metode
operasi melalui operasi rongga perut dengan pemotongan pada tubapalopi.
Sehingga dengan demikian tidak akan terjadi pembuahan. Kontraindikasi
penggunaan MOW : Alergi terhadap obat anastesi, berat badan berlebihan ( obesitas
), infeksi pada saat melahirkan ( intrapartum ) dan nifas. Efektivitas : Sangat efektif
( gagal 0,1 – 0,7 per 100 perempuan.
BAB III
8
ANGKA KEMATIAN MATERNAL
Menurut DepKes, Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu hamil, bersalin
dan nifas (sampai 42 hari setelah bersalin), sebagai akibat dari kelainan yang berkaitan dengan
kehamilannya atau penyakit lain yang diperburuk oleh kehamilan, dan bukan karena kecelakaan.7
WHO mendefinisikan kematian ibu sebagai “kematian wanita saat hamil atau 42 hari
setelah kehamilan berakhir, tanpa melihat lamanya kehamilan dan lokasi persalinan, karena
sebab apapun terkait atau dipicu oleh kehamilan atau komplikasi dan manajemennya namun
bukan karena sebab-sebab kecelakaan atau insidental”.7
Terdapat dua alternatif alat ukur baru kematian ibu terkait dengan kehamilan, yaitu:
9
Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru merupakan target
Millenium Development Goals (MDGs) 2015, yakni menurunkan angka kematian ibu
(AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi (AKB)
menjadi 23 per 100.000 kelahiran hidup.8
Melalui program ini, pada tahun 2012 Pemerintah menjamin pembiayaan persalinan
sekitar 2,5 juta ibu hamil agar mereka mendapatkan layanan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan bayi yang dilahirkan sampai dengan masa neonatal di fasilitas kesehatan.
Program yang punya slogan Ibu Selamat, Bayi Lahir Sehat ini diharapkan memberikan
kontribusi besar dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir.9
10
a. Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetric mungkin dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.
b. Persalinan yang aman , memastikan bahwa semua penolong persalinan
mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk member pertolongan yang aman
dan bersih serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi
c. Pelayanan obstetric esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetric resiko tinggi
dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.
BAB IV
11
PERAN KELUARGA BERENCANA DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN
IBU
Kematian ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamila atau dalam periode 42
hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh
kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan oleh kecelakaan/cedera. Angka kematian
ibu(AKI)di Indonesia masih tertinggi di antara Negara ASEAN dan tren penurunannya sangat
lambat. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di
Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh
melonjak disbanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Target global MDGs
(Millenium Development Goals) ke-5 adalah menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup tahun 2015. Dalam hal ini, meningkatnya AKI ini menjadi tantangan besar bagi
bangsa Indonesia.4,10
Perawatan kesehatan ibu, bayi, dan anak menggunakan strategi perawatan berkelanjutan
(continuum care), yaitu pencapaian tingkat kesehatan yang dilakukan melalui serangkaian upaya
terpadu sejak periode prakehamilan. Salah satu layanan penting pada periode ini adalah
pelayanan kontrasepsi dan kesehatan reproduksi. Angka pemakaian kontrasepsi (Contraceptive
Prevalence Rate/CPR) bagi perempuan menikah usia 15-49 dengan semua cara menunjukkan
peningkatan dari 49,70 persen pada tahun 1991 menjadi 61,40 persen pada tahun 2007.10
Untuk menekan tingginya AKI salah satu pilar dari Safe Motherhood adalah Keluarga
Berencana. Dengan menggunakan kontrasepsi, seorang ibu dapat merencanakan keluarga lebih
baik, karena tercegah dari jarak kehamilan yang terlalu dekat, tercegah dari kehamilan yang
berisiko, tercegah dari kehamilan yang tak diinginkan, tercegah dari aborsi, dan dapat mengasuh
anak-anak dan keluarganya dengan baik. Sehingga, upaya Keluarga Berencana merupakan
investasi paling cost-effective dalam pembangunan. Secara global, upaya KB menjadi sangat
krusial dalam pencapaian MDGs ( Millenium Development Goals ) , karena terbukti dapat
menurunkan angka kemiskinan dan kelaparan, peningkatan pendidikan secara universal,
kesetaraan gender, kesehatan ibu dan anak, pertumbuhan ekonomi, dan keberlangsungan
lingkungan.11
Upaya menurunkan AKI diperkuat oleh program KB melalui peningkatan akses dan
kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi serta peningkatan advokasi, komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) KB. Dengan meningkatnya pemahaman dan kesadaran tentang KB
12
dan kesehatan reproduksi, pasangan usia subur/PUS akan dapat merencanakan kehamilannya
dengan baik sehingga kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak akan dapat ditingkatkan. Selain
itu, peningkatan pemahaman akan kesehatan reproduksi pada kelompok remaja juga akan
meningkatkan usia perkawinan dan menurunkan angka kelahiran pada kelompok remaja.10
Masih terdapat kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) berpengaruh
terhadap AKI. Unmet need didefinisikan sebagai wanita yang sebenarnya sudah tidak ingin
mempunyai anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilannya sampai dengan 24 bulan namun
tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya. Akibatnya wanita memiliki
risiko untuk hamil lagi sehingga jarak antar kelahiran dekat. Pendidikan merupakan salah satu
faktor penting dari kejadian unmet need. Pendidikan formal akan mempengaruhi ibu dalam
memahami dan menyerap informasi kesehatan, khususnya mengenai KB yang diberikan oleh
petugas kesehatan sehingga menurunkan angka unmet need dan menurunkan risiko kematian
ibu.10
BAB V
KESIMPULAN
13
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Secara umum keluarga berencana dapat
diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa
sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan
tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.
Penduduk telah menyadari pentingnya pembatasan jumlah anak demi
peningkatan kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, Indonesia masih memerlukan
program KB, tetapi dengan orientasi berbeda. Targetnya bukan lagi menurunkan
angka kelahiran, melainkan meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat
dalam pengaturan kelahiran. Termasuk menyediakan beragam alat kontrasepsi serta
membuat masyarakat paham akan alat kontrasepsi yang mereka pilih. Selain itu,
program KB juga tetap berusaha agar alat dan pelayanan kontrasepsi mudah
didapatkan masyarakat dengan harga yang terjangkau, termasuk mereka dalam
kelompok miskin. Dengan adanya program KB ini dapat bermanfaat untuk menurunkan
angka kematian ibu di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
14
1. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Inilah Capaian
Kinerja Kemenkes RI tahun 2015-2017. Agustus 16, 2017 [cited 2018 April 2]. Available:
http://www.depkes.go.id/article/view/17081700004/-inilah-capaian-kinerja-kemenkes-ri-
tahun-2015--2017.html
2. Kementrian Kesehatan RI. Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Redaksi Kementrian
Kesehatan RI 2013:1-32.
3. Chalid, M. Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu: Peran Petugas Kesehatan. Departemen
Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin 2015:1-8.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan:
Kesehatan Reproduksi, Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2013
5. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2014
6. Ide B. Pengawasan Wanita Hamil dalam : Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. 2007. p187-93.
7. Depkes RI. 2014. “Mother’s Day Situasi Kesehatan Ibu” Jakarta: Infodatin. Available at:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf.
8. Rustam Mochtar,.Prof,. DR,. Sinopsis Obstetri. Jilid II. EGC. Jakarta. 1998
15