Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat Profesi Ners Dosen Pembimbing Akademik Ns. Nuri Sukraeni, S.Kep, MNS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat Profesi Ners Dosen Pembimbing Akademik Ns. Nuri Sukraeni, S.Kep, MNS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat Profesi Ners
Dosen Pembimbing Akademik Ns. Nuri Sukraeni, S.Kep, MNS
Disusun Oleh :
Herry Wahyudi
G3A017106
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit kardiovaskuler yang banyak di derita di Indonesia
adalah penyakit gagal jantung, atau disebut Congestive Heart Failure (CHF).
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit gagal jantung
di Indonesia meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada
umur 65 – 74 tahun (0,5%) untuk yang terdiagnosis dokter, menurun sedikit
pada umur ≥75 tahun (0,4%), tetapi untuk yang terdiagnosis dokter atau gejala
tertinggi pada umur ≥75 tahun (1,1%). Untuk yang didiagnosis dokter
prevalensi lebih tinggi pada perempuan (0,2%) dibanding laki-laki (0,1%),
berdasar didiagnosis dokter atau gejala prevalensi sama banyaknya antara laki-
laki dan perempuan (0,3%).(1)
Gagal jantung sering disebut juga gagal jantung kongestif yaitu
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.(2) Penyakit ini dapat
disebabkan oleh berbagai penyakit kardiovaskuler lain yang mendahuluinya,
seperti penyakit jantung koroner, infark miokardium, stenosis katup jantung,
perikarditis, dan aritmia. Komplikasi yang dapat ditimbulkan meliputi syok
kardiogenik, episode tromboemboli, efusi dan temponade perikardium.(2)
Mengingat begitu banyak permasalahan yang muncul pada pasien CHF,
maka penulis ingin memperdalam ilmu tentang CHF (Congestif Heart
Failure) serta melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF
(Congestif Heart Failure)
Dalam penelitian yang dilakukan Tri Cahyo Sepdianto, Maria Diah
Ciptaning dan Tri Anjaswarni (2013) yang berjudul Peningkatan Saturasi
Oksigen Melalui Latihan Deep Diaphragmatic Breathing Pada Pasien Gagal
Jantung di RSD Mardi Waluyo Blitar menyatakan bahwa saturasi oksigen
dapat meningkat dengan menggunakan tekhnik latihan Deep Diaphragmatic
Breathing dengan dengan rata-rata 0,8 %, menurunkan derajat dyspnea 2,14
3
poin, tekanan darah sistolik 3 mmHg, tekanan darah diastolic 6,2 mmHg, nadi
2,98 kali permenit dan respirasi 4,76 kali permenit. Menurut data dari World
Health Organization (2012), diperkirakan 4,7 juta individu mengalami
kegagalan jantung, 12,4 juta menunjukan gambaran klinis penyakit jantung
koroner, 4,5 juta mengalami stroke, dan 50 juta mengalami hipertensi. Pasien
gagal jantung sering mengalami masalah keperawatan berupa penurunan curah
jantung, gangguan pertukaran gas dan intoleransi aktifitas akibat penurunan
saturasi oksigen. Perawat dapat memfasilitasi peningkatan pertukaran gas dan
saturasi oksigen melalui tindakan keperawatan kolaboratif dan mandiri.
Tindakan keperawatan mandiri dapat dilakukan dengan melakukan latihan
nafas dalam khususnya dengan latihan Deep Diaphragmatic Breathing. Deep
Diaphragmatic Breathing merupakan aktivitas keperawatan yang dapat
memfasilitasi rileksasi, meningkatkan aktivitas system saraf parasimpatis dan
sensitifitas baroreseptor. Deep Diaphragmatic Breathing juga dapat
menurunkan respirasi, menurunkan resepsi terhadap dyspnea, meningkatkan
saturasi oksigen dan meningkatkan kemampuan aktivitas pada pasien gagal
jantung (Benardi, et. Al, 2008).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaporkan asuhan keperawatan dan mampu
mengaplikasikan evidence based nursing peningkatan satrasi oksigen
melalui latihan deep diaphragmatic breathing pada Congestive Heart
Failure (CHF) di RSUD Tugurejo Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF)
b. Penulis mampu merumuskan masalah diagnosa keperawatan pada
Congestive Heart Failure (CHF)
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada
pasien Congestive Heart Failure (CHF)
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien Congestive
Heart Failure (CHF)
4
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi
jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri.(2)
5
B. ETIOLOGI(6)
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi
2. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel
jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan
6
D. PATOFISIOLOGI(2)
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu
sistem tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung
sehingga jantung tidak mampu memompa memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh. Gagal jantung ditandai dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf
dan hormonal yang nyata serta suatu keadaan patologik berupa penurunan
fungsi jantung. Salah satu respon hemodinamik yang tidak normal adalah
peningkatan tekanan pengisian (filling pressure) dari jantung atau preload.
Respon terhadap jantung menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi
yang bertujuan untuk meningkatkan volume darah, volume ruang jantung,
tahanan pembuluh darah perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga
menyebabkan aktivasi dari mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa
penimbunan air dan garam oleh ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik.
Penting dibedakan antara kemampuan jantung untuk memompa (pump
function) dengan kontraktilias otot jantung (myocardial function). Pada
beberapa keadaan ditemukan beban berlebihan sehingga timbul gagal jantung
sebagai pompa tanpa terdapat depresi pada otot jantung intrinsik. Sebaliknya
dapat pula terjadi depresi otot jantung intrinsik tetapi secara klinis tidak
tampak tanda-tanda gagal jantung karena beban jantung yang ringan. Pada
8
Pathways
10
E. MANIFESTASI KLINIS(2)(6)
Tanda dominan :
a. Meningkatnya volume intravaskuler
b. Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena
meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda
tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi
yaitu :
Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien
11
Pada gangguan serius ini, jantung tidak mampu lagi memelihara selaknya
peredaran darah, hingga volume-menit menurun dan arteri mendapat terlalu
sedikit darah. Sebagai akibat kelemahan jantung ini, darah terbendung di vena
kaki dan paru- paru, yang menimbulkan sesak dada dan udema pergelangan
kaki. Pada keadaan parah dapat terjadi udema paru yang sangat berbahaya
Penyaluran darah ke jaringan juga berkurang, sehingga ginjal mengekskresi
lebih sedikit natriurn dan air. Dalam hal akut, pasien perlu segera mungkin
dirawat di rumah sakit.
Untuk penanganan penderita gagal jantung, bila keadaannya berupa
insufisiensi ini umumnya dilakukan dengan tiga tindakan untuk meniadakan
cairan, yakni ; banyak istirahat untuk meringankan beban jantung,
pembatasan asupan garam, dm pengobatan dengan diuretika untuk
memperbesar ekskresi cairan. Yang terakhir perlu guna mengurangi
pengeluaran tenaga berlebihan yang memperkuat penyaluran darah ke otot,
sehingga mengurangi filtrasi glomeruler dengan akibat retensi natrium
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK(6)(8)
1. Radiografi toraks
Seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio kardiotorasik CTR > 50%,
terutama bila gagal jantung sudah kronis). Kardiomegali dapat disebabkan
oleh dilatasi ventrikel kiri atau kanan, LVH atau kadang oleh efusi
perikard.
2. Elektrokardiografi
Memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebagian besar pasien,
termasuk gelombang Q, perubahan ST-T, hipertrofi LV, gangguan
konduksi, aritmia
3. Ekokardiografi
13
G. KOMPLIKASI(2)(6)
a. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena
dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan
emboli sistemik tinggi, terutama pada CHF berat. Bisa diturunkan
dengan pemberian warfarin.
b. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa
menyebabkan perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan
denyut jantung (dengan digoxin atau β blocker dan pemberian
warfarin).
c. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik
dengan dosis ditinggikan.
d. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau
sudden cardiac death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang
berhasil diresusitasi, amiodaron, β blocker, dan vebrilator yang ditanam
mungkin turut mempunyai peranan.
H. PENATALAKSANAAN(2)(6)
Terapi Non Farmakologi
14
d. Glikosida digitalis
Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan penurunan
volume distribusi
e. Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat)
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi tekanan
terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh
darah vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan
meningkatkan kapasitas vena.
15
f. Inhibitor ACE
Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi sekresi
aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natrium dan air.
Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan tekanan darah
yang menyebabkan peningkatan curah jantung.
g. Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi
impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini
memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena
sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
e. Hygiene
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
f. Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
g. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
h. Interaksi sosial
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
17
K. INTERVENSI KEPERAWATAN(10)(11)
No Tujuan dan
Diagnosa Keperawatan Intervensi
. Kriteria Hasil
1. Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d gangguan Cardiac Pump - Evaluasi adanya
irama jantung, stroke effectiveness nyeri dada
volume, pre load Circulation Status - Catat adanya
dan afterload, Vital Sign Status disritmia jantung
kontraktilitas jantung. Tissue perfusion: - Catat adanya
18
- Monitor jumlah,
bunyi dan irama jantung
- Monitor
frekuensi dan irama
pernapasan
- Monitor pola
pernapasan abnormal
- Monitor suhu,
warna, dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi
penyebab dari perubahan
vital sign
- Jelaskan pada
pasien tujuan dari pemberian
oksigen
- Sediakan
informasi untuk mengurangi
stress
- Kelola
pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan
vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitasjantung
- Kelola
20
pemberian antikoagulan
untuk mencegah trombus
perifer
- Minimalkan
stress lingkungan
2. Bersihan jalan nafas tidak NOC:
efektif berhubungan Respiratory status : - Pastikan
dengan penumpukan Ventilation kebutuhan oral / tracheal
sekret Respiratory status : suctioning.
DS: Airway patency - Berikan O2
- Dispneu Aspiration Control - Anjurkan pasien
DO: Kriteria Hasil : untuk istirahat dan napas
- Penurunan - Mendemo dalam
suara nafas nstrasikan batuk efektif - Posisikan pasien
- Orthopneu dan suara nafas yang untuk memaksimalkan
- Cyanosis bersih, tidak ada ventilasi
- Kelainan sianosis dan dyspneu - Lakukan
suara nafas (rales, (mampu mengeluarkan fisioterapi dada jika perlu
wheezing) sputum, bernafas - Keluarkan
- Kesulitan dengan mudah, tidak sekret dengan batuk atau
berbicara ada pursed lips) suction
- Batuk, - Menunjuk - Auskultasi suara
tidak efekotif atau tidak kan jalan nafas yang nafas, catat adanya suara
ada paten (klien tidak tambahan
- Produksi merasa tercekik, irama - Berikan
sputum nafas, frekuensi bronkodilator
- Gelisah pernafasan dalam - Monitor status
- Perubahan rentang normal, tidak hemodinamik
frekuensi dan irama ada suara nafas - Atur intake
nafas abnormal) untuk cairan mengoptimalkan
- Mampu keseimbangan.
21
mengidentifikasikan - Monitor
dan mencegah faktor respirasi dan status O2
yang penyebab. - Pertahankan
- Saturasi hidrasi yang adekuat untuk
O2 dalam batas normal mengencerkan sekret
- Foto - Jelaskan pada
thorak dalam batas pasien dan keluarga tentang
normal penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.
3. Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
penurunan volume paru, - Respiratory status: Airway Management
hepatomegali, Ventilation - Buka jalan nafas, guanakan
splenomegali - Respiratory status teknik chin lift atau jaw
Airway patency thrust bila perlu
DS: - Vital sign Status - Posisikan pasien untuk
- Dyspnea Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
- Nafas - Mendemonstrasikan - Identifikasi pasien perlunya
pendek batuk efektif dan pemasangan alat jalan nafas
DO: suara nafas yang buatan
- Penurunan bersih, tidak ada - Pasang mayo bila perlu
tekanan sianosis dan dyspneu - Lakukan fisioterapi dada
inspirasi/ekspirasi (mampu jika perlu
- Penurunan mengeluarkan - Keluarkan sekret dengan
pertukaran udara per sputum, mampu batuk atau suction
menit bernafas dengan - Auskultasi suara nafas, catat
- Mengguna mudah, tidak ada adanya suara tambahan
kan otot pernafasan pursed lips) - Lakukan suction pada mayo
tambahan - Menunjukkan jalan - Berikan bronkodilator bila
- Orthopnea nafas yang paten perlu
(klien tidak merasa - Atur intake untuk cairan
tercekik, irama nafas, mengoptimalkan
22
elektrolit urine
- Monitor serum dan
osmilalitas urine
- Monitor BP, HR, dan RR
- Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
- Monitor parameter
hemodinamik infasif
- Catat secara akutar intake
dan output
- Monitor adanya distensi
leher, eodem perifer dan
penambahan BB
- Monitor tanda dan gejala
dari odema
- Beri obat yang dapat
meningkatkan output urin
5. Intoleransi aktifitas NOC : NIC :
berhubungan dengan - Energy conservation Energy Management
ketidakseimbangan antar - Self Care : ADL - Observasi adanya
suplai oksigen miokard Kriteria Hasil : pembatasan klien dalam
dan kebutuhan, adanya - Berpartisipasi dalam melakukan aktivitas
iskemik / nekrotik aktivitas fisik tanpa - Dorong anak untuk
jaringan miokard disertai peningkatan mengungkapkan perasaan
tekanan darah, nadi terhadap keterbatasan
dan RR - Kaji adanya factor yang
- Mampu melakukan menyebabkan kelelahan
aktivitas sehari hari - Monitor nutrisi dan
(ADLs) secara sumber energi tangadekuat
mandiri - Monitor pasien akan
26
yang disukai
- Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
- Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
- Monitor respon fisik,
emoi, social dan spiritual
BAB III
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN FOKUS
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. I
TTL : 21/01/1947
Umur : 71 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : DR ISMANGIL NO. 16 BONGSARI SMG, Kota
Semarang
Pekerjaan :-
Tanggal masuk : 21-01-2018
No CM : 55.38.07
Diagnosa Medis : CHF
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak napas
2. Riwayat kesehatan sekarang
Petugas panti wredha mengatakan sesak napas pada saat ingin dimandikan.
Pasien dibawa di IGD RSUD TUGUREJO pada tanggal 21/01/2018 jam
30
C. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Tidak terdapat lendir atau sputum pada jalan napas pasien, ada bunyi napas
tambahan ronchi
2. Breathing
Menggunakan otot tambahan, RR : 29 x/menit, napas tidak ada cuping
hidung, terpasang O2 nasal kanule 4 liter/menit, irama jantung
ireguler/tidak teratur, kedalaman napas dangkal, tidak terpasang
ventilator.
3. Circulation
Tidak ada sianosis, akral kulit hangat, CRT < 3 detik. TD 170/99 mmHg,
N : 79 x/menit, S: 37 0C, tidak terdapat perdarahan.
4. Disability
Tingkat kesadaran Composmentis, GCS 13 = E4 M4 V5, Pupil isokor,
diameter pupil 2 mm kanan dan kiri, ekstremitas bawah lemah, nilai
kekuatan otot
2|2
2|2
31
5. Eksposure
Tidak ada cedera leher, tidak ada jejas, tidak ada fraktur
D. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis GCS 13 = E 4 M 4 V5
Tanda-tanda vital :
Td :170/99 mmHg
Nadi : 79X/ menit
RR : 29 x/ menit
S : 37 0 C
SpO2 : 99 %
Kepala : Mesosephal, rambut hitam, tidak rontok dan bersih
Mata : cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik
Hidung : Bersih, tidak ada discharge, tak ada nafas cuping
hidung.
Mulut : Bersih mukosa bibir kering, tidak ada sianosis.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen.
Leher : Tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan.
Dada : Simetris, ada retraksi otot dada, pengembangan
dada simetris.
Jantung :
I : Ictus kordis tak tampak
Pa : ictus kordis teraba di SIC IV& V mid klavikula
Pe : Pekak, tak ada pembesaran jantung
A : Bunyi jantung murni BJ I-II
Paru :
I : Ada otot bantu pernpasan
Pa : Vocal premitus kanan dan kiri sama
32
E. Data Penunjang
1. Hasil Laboratorium
Hasil pemriksaan laboratorium tanggal 21 Januari 2018 jam 15.58 WIB
DO :
a. TD: 170/99 mmHg,
Nadi 79x/menit, RR:
29 x/mnt, SpO2 : 97%
b. Terpasang O2 kanul
4 Liter per menit
c. Klien tampak sesak
napas, tampak
pernapasan cuping
hidung, tampak
tarikan otot
pernapasan
sternokleidomastoid.
d. Terdengan ronchi di
paru kanan dan kiri,
paru kanan terdengar
lemah
e. Pemeriksaan EKG
21/1/18 : atrial
fibrillation
f. Gambaran foto thorax
pada tanggal 21
Januari 2018
menunjukkan Pulmo
: corak vasculer
kasar, Bercak
kesuraman,
Cephalisasi
35
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas jantung (00029)
Iskemik miokard
Isi sekuncup
D. FOKUS INTERVENSI
TUJUAN DAN KRITERIA
TGL Dx.Keperawatan RENCANA TINDAKAN
HASIL
21/1 Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan Cardiac Care Acute (4044)
jantung keperawatan selama 3x24 jam, 1. Evaluasi adanya nyeri dada
berhubungan penurunan curah jantung 2. Ajarkan tekhnik latihan
dengan perubahan teratasi dengan kriteria hasil : nafas dalam
kontrktilitas Cardiac pump effectiveness 3. Monitoring 12 lead EKG
jantung (00029) (0400) 4. Monitoring irama jantung
1. Tanda-tanda vital dalam 5. Monitor fungsi ginjal
36
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET
A. INDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. I
TTL : 21/01/1947
Umur : 71 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
37
DO :
a. TD: 170/99 mmHg,
Nadi 79x/menit, RR:
29 x/mnt, SpO2 : 97%
b. Terpasang O2 kanul
4 Liter per menit
c. Klien tampak sesak
napas, tampak
pernapasan cuping
hidung, tampak
tarikan otot
pernapasan
sternokleidomastoid.
d. Terdengan ronchi di
paru kanan dan kiri,
paru kanan terdengar
lemah
e. Pemeriksaan EKG
21/1/18 : atrial
fibrillation
38
Isi sekuncup
39
BAB V
PEMBAHASAN
1) Preload : setara dengan isi diastolik akhir yaitu jumlah darah yang
mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
2) Kontraktilitas : mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang
terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang
serabut jantung dan kadar kalsium.
3) Afterload : mengacu pada besarnya ventrikel yang harus di hasilkan
untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang di
timbulkan oleh tekanan arteriole.(2)
BAB VI
PENUTUP
A. SIMPULAN
Gagal jantung kongestif merupakan kondisi terminal pada banyak
jenis penyakit jantung, keadaan ini merupakan kondisi patologik ketika
fungsi jantung yang terganggu itu memuat jantung tidak mampu
mempertahankan curah jantung yang cukup, sehingga jantung tidak
mampu untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan
jaringan akan oksigen dan nutrisi.
Berdasarkan hasil pengaplikasian jurnal evidence based nursing
pada pasien gagal jantung dilakukan tekhnik latihan Deep Diaphragmatic
Breathing dengan hasil efektif meningkatkan saturasi oksigen yang
dilakukan selama 2 hari.
B. SARAN
1. Bagi Keluarga
Diharapkan dapat menerapkan tindakan tekhnik latihan Deep
Diaphragmatic Breathing pada perawatan pasien yang mengalami
penurunan saturasi oksigen.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan agar penerapan tindakan
tekhnik latihan Deep Diaphragmatic Breathing pada pasien mengalami
penurunan saturasi oksigen di ruangan dapat dimaksimalkan, sehingga
dapat memotivasi tenaga keperawatan yang ada di rumah sakit untuk
menerapkan tindakan mandiri sebelum tindakan kolaborasi.
3. Bagi Perawat
Diharapkan dalam melakukan tindakan tekhnik latihan Deep
Diaphragmatic Breathing pada pasien gagal jantung, sebaiknya perawat
melakukan teknik tersebut dengan baik dan benar sesuai dengan peran
46
DAFTAR PUSTAKA
47