Yth.
dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A
Disusun Oleh :
Mualimatul Kurniyawati 01.211.6451
Rizka Nur Ikfina 30101206783
Pembimbing:
dr. Slamet Widi Saptadi, Sp.A
dr. Zuhriah Hidajati, Sp.A, M.Si, M.Ed
dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A, M.Si, M.Ed
dr. Neni Sumarni, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Bangsa l : Perinatologi
No CM : 378513
Masuk RS : 9 November 2016
B. DATA DASAR
1. Anamnesis (Alloanamnesis)
2
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien pada tanggal 10
November 2016 pukul 18.30 WIB di ruang Perinatologi serta
didukung catatan medis.
Saat lahir, bayi menangis, tonus otot baik, pernafasan teratur, HR>
100, dengan warna badan merah jambu dan ujung-ujung biru
3
5 menit setelah diresusitasi bayi menangis kuat, tonus otot baik,
pernafasan teratur, HR> 100, dengan warna badan dan wajah
merah jambu.
10 menit setelah diresusitasi, bayi menangis kuat, tonus otot baik,
pernafasan teratur, HR>100, dengan warna badan dan wajah merah
jambu.
APGAR score didapatkan 9-10-10. Bayi kemudian dirawat di
perinatologi dan diobservasi DR dan GDS.
Assesment:
Neonatus aterm
Makrosomia
High Risk Baby
Virgoun Baby
Terapi :
Berikan diet sedikit secara bertahap
Program :
Cek DR dan GDS
9 November Keadaan bayi :
2016 Gerakan bayi aktif HR: 132x /menit
Usia: 0 hari Menangis kuat (+) RR: 40 x/menit
Pukul: 23.50 Kemerahan T: 36,7°C
Berat:4200 gram Tanda-tanda serotinus (+) N: i/t cukup
GDS di peri : 96 mg/dl
Assesment:
Neonatus aterm
Makrosomia
High Risk Baby
Virgoun Baby
Terapi :
4
Diet secara bertahap
Program :
Pantau KU
Pantau hipoglikemia
Berikan diet sedikit naik
bertahap
10 November Keadaan bayi : HR: 132x /menit
2016 Gerakan bayi aktif RR: 36 x/menit
Usia: 1 hari Menangis kuat (+) T: 36,5°C
Pukul: 8.00 Minum kuat (+) N: i/t cukup
Berat:4200 gram Tidak muntah
Hb: 17,5 ; Ht: 50,0; Leu: 9.200 ;
Trombo: 200.000; GDS: 105
(pukul 7.30)
Assesment:
Neonatus aterm
Makrosomia
Terapi :
Coba diet ASI: 8-10x, 200cc
ASI/PASI
Program :
Monitor pemberian ASI Eksklusif
Rencana rawat gabung atau
pulang
10 November Keadaan bayi : HR: 132x /menit
2016 Gerakan bayi aktif RR: 34 x/menit
Usia: 1 hari Menangis kuat (+) T: 36,5°C
Pukul: 14.00 Minum kuat (+) N: i/t cukup
Berat:4200 gram Program :
Boleh rawat gabung atau pulang
5
kehamilan seperti gonorea, klamidia, trikomonasis, kandidiasis
disangkal.
Riwayat ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan
selama istrinya hamil disangkal.
Riwayat ibu mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu,
mendapat pengobatan paru selama 6 bulan dan membuat
kencing berwarna merah disangkal.
Riwayat ibu demam tinggi selama proses kehamilan disangkal.
Riwayat ibu merokok disangkal.
Riwayat ayah merokok (+)
6
Kesan : Neonates aterm, makrosomia, vigorous baby, lahir
spontan
Riwayat Imunisasi
BCG :-
Polio :-
Hep B :-
Kesan : Imunisasi dasar belum dilakukan
Data Obstetri
7
Anak Jenis persalinan, Jenis kelamin, Keadaan anak
Thn
ke penolong, usia kehamilan BBL, PBL sekarang
Data Keluarga
Ayah Ibu
Perkawinan ke- I I
Umur Menikah 37 tahun 34 tahun
Pendidikan terakhir SMK SMU
Agama Islam Islam
Kesehatan Sehat Sehat
Data Perumahan
Kepemilikan rumah : Rumah sendiri
Keadaan rumah : Dinding rumah terbuat dari tembok, 3
kamar tidur, 1 kamar mandi di dalam rumah.
Sumber air bersih : Sumber air minum dari sumur, limbah
buangan dialirkan saluran atau selokan yang ada di belakang rumah.
Keadaan lingkungan : Antar rumah berdekatan, tidak terlalu
padat.
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 10 November 2016
Bayi perempuan usia 1 hari, berat badan 4200 gram, panjang badan 52
cm
Kesan umum : Composmentis, aktif, nafas spontan, menangis
kuat, minum kuat, ikterik (-)
Tanda vital : TD : Pemeriksaan tidak dilakukan
8
HR : 132 x/menit
RR : 36 x/menit
t : 36,5°C (axilla)
Status internus:
Kepala
Normocephalus , lingkar kepala 33 cm, ubun-ubun besar masih
terbuka, tidak tegang, tidak menonjol, caput succedaneum (-),
cephal hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata, agak
tebal, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan
Mata
Pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+) normal, kornea jernih,
sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), subconjungtival
bleeding (-)
Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), septum
deviasi (-).
Telinga
Normotia, discharge (-/-), kembali setelah dilipat.
Mulut
Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (-), labioschizis (-),
palatoschizis (-)
Thorax
Paru
o Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris
pada keadaan inspirasi dan ekspirasi. Retraksi
epigastrium (-).
o Palpasi : Stem fremitus tidak dilakukan, areola
mammae teraba, papilla mammae (+/+).
o Perkusi : Tidak dilakukan.
o Auskultasi : Suara dasar vesikuler, rhonki (-/-),
wheezing (-/-).
9
Jantung
o Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi : Ictus cordis tidak melebar
o Perkusi : Batas jantung sulit dinilai
o Auskultasi : Bunyi jantung I/II regular, Murmur (-),
Gallop (-)
Abdomen
o Inspeksi : Datar
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
o Palpasi : Supel, hepar, dan lien tidak teraba
membesar
o Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen
Tulang belakang
Tidak ada spina bifida, tidak ada meningocele
Genitalia
Jenis kelamin laki-laki, dalam batas normal
Anorektal
Anus/rektum (+/+) dalam batas normal
Kulit
Lanugo (+) halus, sianotik (-), pucat (-), ikterik (-), mudah
mengelupas (-)
Ekstremitas
Superior Inferior
Deformitas -/- -/-
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Ikterik -/- -/-
CRT <2” <2”
Tonus Normotonus Normotonus
Refleks Primitif:
o Refleks Hisap : (+)
10
o Refleks Rooting : (+)
o Rfleks Moro : (+)
o Refleks Palmar Grasp : (+)
o Refleks Plantar Grasp : (+)
3. Pemeriksaan Penunjang
4. Hb: 16,5 ; Ht: 50,0; Leu: 9.200 ; Trombo: 200.000; GDS: 105
10 November (7.30)
Pemeriksaan Nilai
HEMATOLOGI
Hemoglobin(g/dl) 16,5
(14-18)
Hematokrit(%) 50,0%
(42-52)
Leukosit(/ul) 92.000
(4.800-10.800)
Trombosit(/ul) 200.000
(150.000-400.000)
KIMIA DARAH
GDS(mg/dl) 105 mg/dL (jam 7.30)
(70-140)
5. Pemeriksaan Khusus
1. BALLARD SCORE
11
Maturitas
Score Maturitas Fisik Score
Neuromuskuler
Sikap tubuh 3 Kulit 3
Jendela siku-siku 2 Lanugo 2
Rekoil lengan 3 Lipatan telapak kaki 2
Sudut popliteal 3 Payudara 3
Tanda selempang 3 Bentuk telinga 2
Tumit ke kuping 3 Genitalia (laki-laki) 3
Total 17 Total 15
New Ballard Score= maturitas neuromuscular + maturitas fisik
= 17 + 15 = 38
Kesan : Kehamilan aterm 39 minggu.
12
2. KURVA LUBCHENCO
3. APGAR SCORE
Kelahiran spontan ditolong oleh dokter, APGAR score : 9-10-10
Kesan : Vigorous Baby
C. RESUME
Telah lahir bayi jenis kelamin perempuan dari seorang ibu
G3P2A0 usia 34 tahun, usia kehamilan 39 minggu, lahir secara spontan
ditolong oleh dokter pada tanggal 9/11/2016 pukul 23.15 WIB dengan
BBL: 4200 gram, PB: 52 cm, LK: 33 cm, LD: 34 cm, caput succadaneum
(-) , cephal hematoma (-) , air ketuban jernih dan tidak berbau busuk. Saat
lahir bayi menangis, pernapasan teratur, warna kulit kepala dan badan
serta ujung-ujung ekstremitas merah jambu, tonus otot baik. APGAR
Score 9 – 10– 10.
Dari pemeriksaan fisik tanggal 10 November 2016 didapatkan:
Bayi laki usia 1 hari, berat badan 4200 gram, panjang badan 52 cm
13
Kesan umum : Composmentis, tampak aktif, tidak ditemukan
tanda-tanda neonatus post-term, nafas spontan, menangis kuat, minum
kuat.
Tanda vital : TD : Pemeriksaan tidak dilakukan
HR : 132 x/menit
RR : 36 x/menit
t : 36,5°C (axilla)
Status internus:
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal.
Telinga : Dalam batas normal.
Mulut : Dalam batas normal
Thorax : Pergerakan dada simetris, retraksi epigastrium (-).
Paru : Dalam batas normal
Jantung : Dalam batas normal.
Abdomen : Dalam batas normal.
T. blkng : Dalam batas normal.
Genitalia : Laki-laki dalam batas normal.
Anorektal : Dalam batas normal.
Kulit : Lanugo halus, sianotik (-), pucat (-), ikterik (-),
mudah mengelupas (-)
Ekstremitas
Superior Inferior
Deformitas -/- -/-
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Ikterik -/- -/-
CRT <2” <2”
Tonus Normotonus Normotonus
14
Pemeriksaan Penunjang
Dalam batas normal
D. DIAGNOSA BANDING
a. Neonatus Aterm
i. Sesuai masa kehamilan (SMK)
ii. Kecil masa kehamilan (KMK)
iii. Besar masa kehamilan (BMK)
b. Makrosomia
i. Perhitungan kehamilan yang kurang tepat
ii. Bayi dari ibu dengan DM tak terkontrol
iii. Faktor genetic
iv. Bayi dari Ibu yang mengalami penambahan berat badan
c. Neonatal infeksi
Berdasarkan Etiologi :
i. Infeksi antenatal
1. Penyakit ibu (TORCH, TBC, Hepatitis B, Infeksi
virus, Trikomoniasis, Candidiasis vaginalis,
gonorrhea, non gonococcal servitis, sifilis,
komdiloma akuminata, ulkus molle,
limfogranuloma inguinal)
2. Ketuban
ii. Infeksi durante natal
1. Infeksi ascenden
2. Infeksi lintas amnion
3. Infeksi lintas jalan lahir
iii. Infeksi postnatal
1. Perawatan tali pusat tidak adekuat
2. Nosokomial (alat dan sarana yang tidak steril)
3. Partus tindakan
4. Penolong persalinan
15
Berdasarkan Waktu :
iv. Early onset (< 72 jam)
1. Ketuban pecah dini
2. Infeksi pada ibu (TORCH, TBC, Infeksi virus,
trikomoniasis, kandidiasis vaginalis, gonorrhea, non
gonococcal servitis, sifilis, kondiloma akuminata,
ulkus molle, limfogranuloma inguinal)
v. Late onset (> 72 jam)
1. Perawatan tali pusat
2. Infeksi Nosokomial
d. Resiko Hipoglikemia
i. Hiperinsulinisme endogen
ii. Penyakit kritis
iii. Defisiensi endokrin
iv. Tumor non-sel B
v. Pasca-prandial
E. DIAGNOSA SEMENTARA
a. Neonatus aterm
b. Berat badan lahir besar, besar untuk masa kehamilan
c. Vigorous baby
d. Resiko hipoglikemia dan Neonatal infeksi
F. TERAPI
a. Non Medikamentosa :
- Rawat perinatologi
- Jaga jalan nafas
- Jaga kehangatan
- Rawat tali pusat bayi
- Pantau KU
b. Medikamentosa:
- Diet 8-10x, 20cc ASI/PASI
16
G. PROGNOSIS
a. Ad vitam : ad bonam
b. Ad functionam : ad bonam
c. Ad sanationam : ad bonam
H. EDUKASI
a. Jaga kehangatan bayi
b. Rawat tali pusat
c. Pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan, berikan 2-3 jam sekali.
ASI harus diteruskan dan diberikan sesering mungkin.
d. Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun
sesudah menyusui. Jika ibu menggunakan botol susu, pastikan
botol susu dalam keadaan bersih dan harus selalu dicuci serta
direbus sebelum digunakan.
e. Untuk ibu pelajari cara menyusui yg benar. Kebanyakan bayi
cenderung menghisap udara yang berlebihan sewaktu menyusui.
Karena itu setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara
melektakkan bayi tegak lurus di pundak dan tepuk punggungnya
perlahan-lahan sampai ia mengeluarkan udara.
f. Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat untuk memantau tumbuh kembang
bayi serta pemberian imunisasi dasar.
g. Cepat temui dokter bila bayi mengalami:
i. Masalah bernafas
ii. Merintih
iii. Tampak kebiruan
iv. Suhu tubuh >38°C
v. Tersedak atau mengeluarkan ASI dari hidung saat
menyusui
vi. Muntah atau BAB berlebihan (>3x/hari)
vii. Mengeluarkan darah saat BAB dan BAK
viii. Kejang
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tidak semua bayi baru lahir yang memiliki berat badan lahir kurang dari
2500 gram lahir kurang bulan dan tidak semua bayi dengan berat badan lahir lebih
dari 2500 gram adalah aterm. Hal ini didokumentasikan oleh penelitian Guenwald
(1960) yang menunjukan bahwa sepertiga bayi baru lahir dengan berat badan
rendah sebenarnya adalah aterm. Oleh sebab itu diperlukan tinjauan lebih lanjut
mengenai berat badan lahir dan usia gestasi.1,2
Berat bayi yang ditimbang dalam waktu 24 jam setelah lahir di fasilitas
kesehatan (Rumah Sakit , Puskesmas dan Polindes) yang dilakukan oleh petugas
kesehatan (Dokter , Bidan dan Perawat)
Klasifikasi :
18
3. Bayi Badan Lahir Lebih
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram
Usia Gestasi
Klasifikasi :
Dari hubungan antara usia gestasi dengan berat badan lahir, bayi dapat
diklasifikasikan menjadi :
19
2. Dismaturitas
Bayi lahir pada masa gestasi itu, dan mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.1,4
20
Kulit tipis halus ruam dan pecah dan ; pecah –
pengelupasan ruam pecah dan
superfisial superficial ruam
dalam
Pucat ;
hanya
Merah Merah muda merah
Warna Merah tua muda pucat pada muda pada
Kulit menyeluruh tubuh telinga ,
bervariasi bibir ,
telapak
tangan atau
kaki
Sejumlah Beberapa
besar vena Vena-vena Beberapa vena besar Tidak
Opasitas dan venula dan vena besar tampak tampak
Kulit terlihat cabangnya nampak jelas tidak jelas pembuluh
jelas, terlihat pada pada –
terutama abdomen abdomen pembuluh
abdomen darah
Banyak Penipisan Sedikit Paling
sekali rambut lanugo dan tidak
Lanugo Tidak ada panjang dan terutama daerah separuh
lanugo tebal di bagian tanpa punggung
seluruh bawah rambut tanpa
punggung punggung lanugo
Garis-garis Identasi Identasi
merah jelas lebih dari nyata dan
Garis-garis pada lebih sepertiga dalam
merah tipis dari setengah bagian lebih dari
Lipatan pada bagian anterior sepertiga
Telapak Tidak ada setengah anterior bagian
Kaki lipatan bagian identasi pada anterior
kulit anterior kurang dari
kaki sepertiga
bagian
anterior
Puting Puting susu Areola Areola
susu tampak berbintik , berbintik ,
Bentuk hamper jelas ; pinggiran tdk pinggiran
Putting tidak areola halus terangkat , terangkat ,
nampak ; (diameter < diameter < diameter >
21
tidak ada 0,75 cm) 0,75 cm 0,75 cm
areola
22
menutup
keluar
1. Evaluasi neurologis
Tidak seperti penilaian umur kehamilan berdasarkan criteria fisik
yang dapat dilakukan segera setelah lahir, pemerksaan neurologis
harus dilakukan saat bayi berada dalam keadaan tenang dan
beristirahat. Dilema penilaian neurologis adalah ketidakpraktisan
penilaian dan dalam beberapa keadaan seperti asfiksia , depresi atau
infeksi dapat menyebabkan defisit neurologis, sehingga dapat terjadi
bias penilaian. Hal menyebabkan beberapa peniliti lebih mempercayai
criteria fisik daripada criteria neurologis dalam menilai usia gestasi. 1,4
23
PENILAIAN PERTUMBUHAN INTRAUTERIN
Nilai standard yang digunakan disusun untuk berat , panjang dan lingkar kepala
lahir terhadap umur kehamilan.
24
C. MAKROSOMIA
I. DEFINISI
Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari
4.000 gram.. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang
melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah
5,3% dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.
II. ETIOLOGI
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi
besar / baby giant.
1. Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu
yang menderita diabetes selama kehamilan. Sering memiliki kesamaan,
mereka cenderung besar dan montok akibat bertambahnya lemak tubuh
dan membesarnya organ dalam, mukanya sembab dan kemerahan
(plethonic) seperti bayi yang sedang mendapat kortikosteroid. Bayi dari
ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden sindrom
25
kegawatan pernafasan yang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal
pada umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar mungkin
terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola
sintesis surfakton.
2. Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi
besar (bayi giant).
3. Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga
mempengaruhi kelahiran bayi besar.
III. TANDA DAN GEJALA
Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir
Wajah menggembung, pletoris (wajah tomat)
Besar untuk usia gestasi
Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan polihidramnion
• Kadar gula darah yang lebih tinggi dari ukuran normal. Seorang bayi yang
didiagnosis makrosomia janin lebih mungkin dilahirkan dengan tingkat
gula darah yang lebih tinggi (toleransi glukosa menjadi terganggu).
26
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah efek ini bisa
meningkatkan risiko diabetes dewasa, obesitas, dan penyakit jantung
V. KOMPLIKASI
Bayi besar juga kerap menjadi penyulit pada saat persalinan normal,
karena dapat menyebabkan cedera baik pada ibu maupun bayinya.
Kesulitan yang dapat terjadi adalah :
Pada bayi :
a) Terjadinya distosia bahu yaitu kepala bayi telah lahir tetapi bahu
tersangkut di jalan lahir.
b) Asfiksia pada bayi sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan
untuk melahirkan bahu.
c) Brachial Palsy (kelumpuhan syaraf di leher) yang ditandai
dengan adanya gangguan motorik pada lengan.
d) Patah tulang selangka (clavicula) yang sengaja dilakukan untuk
dapat melahirkan bahu.
e) Kematian bila bayi tidak dapat dilahirkan.
Makrosomia dapat meningkatkan resiko pada bayi mengalami
hipoglikemia, hipokalsemia, hiperviskostas, dan
hiperbilirubinemia.
1. Hipoglikemia
27
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan
saraf pusat bahkan sampai kematian.
2. Hipokalsemia
28
laserasi limpa atau hati cedera flesus brakial, palsi fasial, cedera saraf
frenik atau hemoragi subdural.
4. Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:
29
D. HIPOGLIKEMIA
I. PENDAHULUAN
a. Definisi
Kadar glukosa plasma pada bayi, anak, dan dewasa normalnya 70-
100 mg/dL, ditemukan tanda hipoglikemia neurofisiologik pada kadar 50-70
mg/dL, hipoglikemia berat bila kadar glukosa plasma kurang dari 40 mg/dL,
dan terapi dianggap berhasil jika glukosa plasma meninggkat lebih dari 60
mg/dL.
b. KLASIFIKASI
30
Biasanya terjadi pada bayi baru lahir, misalnya karena asupan atau
masukan glukosa yang kurang, hipotermia, syok, dan pada bayi dari
ibu diabetes.
2. Bersifat menetap dan berulang
Terjadi akibat defisiensi hormon, hiperinsulinemia, serta kelainan
metabolisme karbohidrat dan asam amino, gangguan metabolisme
yang bersifat herediter (misalnya, glycogen storage diseases, disorders
of gluconeogenesis, fatty acid oxidation disorders).
Hipoglikemia pada balita atau anak yang lebih besar :
Hipoglikemia dapat terjadi akibat cadangan glikogen rendah,
pembentukan glikosa yang kurang, bayi dari ibu diabetes, ataupun
gangguan endokrin dan metabolisme.
Berdasarkan patofisiologi dapat dikelompokkan dalam empat
golongan anak dengan resiko terjadinya hipoglikemia :
1) Bayi dari ibu diabetes atau diabetes pada saat hamil,
2) Bayi berat badan lahir rendah yang mungkin mengalami
malnutrisi intrauterin,
3) Bayi sangat kecil atau sakit berat yang mengalami
hipoglikemia karena meningkatnya kebutuhan metabolisme
yang melebihi cadangan kalori,
4) Bayi dengan kelainan genetik atau gangguan metabolik primer
(jarang terjadi).
c. EPIDEMIOLOGI
31
dirawat berjumalah 80.000 pertahun. Sedangkan di Indonesia belum ada
data.
d. ETIOLOGI
Penyebab Hipoglikemi pada Neonatus :
a. Menurunnya pembentukan glukosa pada bayi kecil masa kehamilan
(KKMK),
b. Hiperinsulinemia,
c. Defisiensi Glukagon,
d. Peningkatan kecepatan pemakaian glukosa,
e. Pemantauan dan terapi hipoglikemia pada neonatus.
Hipoglikemia pada anak dapat terlihat saat terjadi gangguan pada
keseimbangan normal antara produksi dan pemakaian glukosa, kelainaan
sekresi hormon, interkonversi substrat, dan mobilisasi bahan bakar
metabolik berperan dalam menyebabkan kelainan pada produksi dan
penggunaan glukosa atau bisa pada kombinasi keduanya.
e. Patofisiologi
Pengaturan kadar glukosa darah sebagian besar bergantung pada
hati. Beberapa kinerja hati berupa :
1. Mengekstraksi Glukosa
2. Menyintesis Glikogen
3. Melakukan Glukoneogenesis
4. Dan jaringan-jaringan perifer hingga otot dan adiposa juga ikut berperan
dalam mempertahankan kadar glukosa plasma.
32
1. Hormon yang merendahkan kadar glukosa
Dalam hal ini hormon yang merendahkan kadar glukosa adalah
hormon insulin. Insulin adalah hormon predominan yang mengendalikan
kadar glukosa darah, karena hormon ini adalah satu-satunya hormon
yang secara langsung berefek menurunkan produksi glukosa endogen dan
mempercepat pemakaian glukosa. Biasanya hormon insulin digunakan
pada pasien yang mengalami penyakit diabetes yang harus menggunakan
insulin untuk merendahkan kadar glukosa dalam darah.
33
f. Manifestasi Klinis
g. Penegakkan Diagnosis
Untuk menetapkan diagnosis hipoglikemia secara benar harus
diperhatikan tanda dan gejala klinis hipoglikemia , dan dapat dilakukan
dengan mengikuti Trias Whipple.
Trias Whipple meliputi :
1. Gejala yang konsisten dengan hipoglikemia,
2. Kadar glukosa plasma rendah,
3. Gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat.
Pemeriksaan yang menunjang penentuan diagnosis adalah
pemeriksaan glukosa darah (GD), tes fungsi ginjal, tes fungsi hati,c-
peptida.
h. Differensial Diagnosis
Hipoglikemia karena :
34
Hiperinsulinisme endogen : insulinoma, kalainan sel B jenis lani,
sulfonilurea, autoimun, sekresi insulin ektopik.
Penyakit kritis : gagal hati, gagal ginjal, sepsis, starvasi, dan inasasi.
Defisiensi endokrin : kortisol, growth hormon, glukagon, epinefrin.
Tumor non-sel B : sarkoma, tumor adrenokortikal, hepatoma, leukimia,
limfoma melanoma.
Pasca-prandial : reaktif (setelah operasi)
i. Penatalaksanaan
a. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu
dimonitor dalam 3 hari pertama :
Periksa kadar glukosa saat bayi datang / umur 3 jam
Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa
normal dalam 2 kali pemeriksaan
Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari
penganganan hipoglikemia selesai
35
infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR (Kecepatan
infus ) = glucosa infus rate
GIR (mg/kg/menit) = kecepatan cairan (cc/jam) X konsentrasi
Dextrose (%) = 6 X berat (kg)
Monitoring Kembali :
Setelah itu periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan
tiap 3 jam
Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala,
ulangi seperti di atas.
Bila kadar glukosa 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
- Infus D 10% diteruskan
- Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
- ASI diberikan bila bayi dapat minum
Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
- Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal
- ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan
pelan-pelan
- Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
c. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala :
ASI diteruskan
Pantau, bila ada gejala manajemen seperti di atas
Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani
hipoglikemi
Kadar 25-45 mg/dl, naikkan frekuensi minum
Kadar ≥ 45 mg/dl, manajemen sebagai kadar glukosa normal
d. Kadar glukosa normal
IV teruskan
Periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali pemeriksaan dalam
batas normal, pengukuran dihentikan.
Bila kadar glukosa turun, atasi seperti di atas .
e. Persisten Hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)
36
Konsultasi endokrin
Terapi :
kortikosteroid hydrocortisone 5 mg/kg/hari 2X/hari IV atau
prednisone 2 mg/kg/hari per oral,
Mencari kausa hipoglikemia lebih dalam
Bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain :
somatostatin, glukagon, diazoxide, Human Growth
Hormon, pembedahan (jarang dilakukan)
j. Prognosis
E. NEONATAL INFEKSI
DEFINISI
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir dibagi dua yaitu early
infection (diperoleh dari ibu saat masih berada di dalam kandungan) dan
late infection (infeksi yg diperoleh dari lingkungan luar).
PATOFISIOLOGI
Infeksi pada neonates dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:
1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulai ibu ke plasenta.
Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilicus dan masuk ke janin.
Yang dapat masuk melalui cara ini antara lain:
a. Virus: rubella, poliomyelitis, coxakie, variola, varicella, CMV.
37
b. Spirochaeta: treponema palidum
c. Bakteri: E.Coli dan listeria monocytogenes
2. Infeksi intranatal
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga
amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu
antara pecahnya ketuban dengan lahirnya bayi lebih dari 12 jam)
memilik peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan
amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walau ketuban masih utuh,
misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina.
Infeksi janin terjadi melalui inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi
pneumonia congenital selain itu infeksi dapat sebabkan
septisemia.infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung
dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan “oral
trush”.
3. Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi
yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi
pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau
sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya
sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting karena mortalitas
pascanatal ini sangat tinggi.
DIAGNOSIS
38
berubah, hendaknya selalu diingat bahwa kelainan tersebut disebabkan
infeksi.
Menegakkan kemungkinan infeksi bayi baru lahir sangat penting,
terutama pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat
dan menimbulkan angka kematian yang tinggi. Di samping itu, gejala
klinis infeksi yang perlu mendapat perhatian yaitu:
Bayi malas minum
Bayi tertidur
Tampak gelisah
Pernafasan cepat
Berat badan turun drastis
Terjadi muntah dan diare
Panas badan dengan pola bervariasi
Aktivitas bayi menurun
Pada pemeriksaan dapat ditemui: bayi berwarna kuning,
pembesaran hepar, purpura, dan kejang-kejang
Terjadi edema
Sklerema
39
Gupte Score:
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1
Hasil: 3-5 screening NI; > 5 NI
KLASIFIKASI
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua
golongan besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan.
Infeksi berat (major infection): sepsis neonatal, meningitis,
pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus
neonatorum.
Infeksi ringan (minor infection): infeksi pada kulit, oftalmia
neonatorum, infeksi umbilicus, moniliasis.
1. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan
sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatuss dengan
gejala-gejala sistemik.
Faktor resiko:
o Persalinan lama
o Persalinan dengan tindakan
o Infeksi / febris pada ibu
o Air ketuban bau, keruh
o KPD > 12 jam
o Prematuritas & BBLR
40
o Fetal distress
Tanda & gejala:
o Refleks hisap lemah
o Bayi tampak sakit, tidak aktif, tampak lemah
o Hipotermia atau hipertermia
o Merintih
o Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus
Prinsip pengobatan:
o Penggunaan antibiotika
o Pemeriksaan laboratorium urin
o Biakan darah dan uji resistensi
41
o Dicurigai bila ketuban keruh atau bau
o Rhonki (+)
Pengobatan:
o Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium
staining dan lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan
nafas
o Bila setelah suction rhonki tetap ada, pasang ET
o Bila setelah suction rhonki hilang, lakukan resusitasi
o Terapi antibiotika
o Cek darah rutin, BGA, GDS, foto baby gram
4. Tetanus Neonatorum
Etiologi:
o Perwatan tali pusat yang tidak steril
o Pembantu persalinan yang tidak steril
Gejala:
o Bayi yang semula dapat menyusu menjadi kesulitan karena kejang
otot rahang dan faring
o Mulut mencucu seperti ikan (trismus)
o Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan
epistotonus
o Tangan mengepal (boxer hand)
o Kejang
o Kadang disertai sesak dan wajah bayi membiru
Tindakan:
o Berikan antikonvulsan dan bawa ke RS
o Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia
o Pasang IV line dan OGT
o Pemberian ATS 3000-6000 unit IM
o Penisilin prokain G 200000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10
hari
o Rawat tali pusat
42
o Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin
terjadinya rangsangan
5. Oftalmia neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria
gonorrhoeae saat bayi melewati jalan lahir
Dibagi menjadi 3 stadium:
o Stadium infiltratif
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme,
bisa terdapat pseudomembran.
o Stadium supuratif
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret
bercampur darah, yang khas sekret akan muncrat dengan
mendadak saat palpebra dibuka.
o Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak
begitu hebat lagi.
Penatalaksanaan:
o Bayi harus diisolasi
o Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap 15 menit
disusul dengan pemberian salep mata penisilin, salep mata
diberikan setiap jam selama 3 hari
o Penisilin prokain 50000 unit/KgBB IM. 3
PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan infeksi antara lain:
Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir
Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol
Gunakan teknik aseptic
Berhati-hati dengan instrument tajam dan bersihkan atau desinfeksi
instrument dan peralatan
43
Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin
44
DAFTAR PUSTAKA
45