Anda di halaman 1dari 6

Senyawa fenol, bekerja mencegah oksidasi zat yang peka akan oksidasi udara.

Fenol
bereaksi dengan menghancurkan radikal peroksi
ROO• dan radikal hidroksi HO•. Radikal peroksi dan radikal hidroksi mencabut atom

hidrogen fenol menghasilkan radikal fenoksi yang lebih stabil Leselie et


al., 2003).

Fungsi Asam benzoat sebagai pengawet


Di kebanyakan negara, senyawa asam benzoat dan garamnya lebih banyak dimanfaatkan sebagai
bahan pengawet makanan. Sebagai bahan pengawet, asam benzoat dan natrium benzoat akan
efektif apabila digunakan pada kisaran pH 2,5 – 4 dan menjadi kurang efektif apabila digunakan
pada pH diatas 4,5
(Rahman, 2007). Di USA, asam benzoat dan natrium benzoat merupakan salah satu senyawa yang
dikategorikan GRAS (Generally Recognized as Safe) dengan batasan maksimal adalah 0,1%.

Fungsi Asam benzoat sebagai anti oksidan


Secara struktur kimia, senyawa benzoat dan derivatifnya merupakan salah satu kelompok dari
senyawa fenolik, sama seperti asam sinamat yang ditandai pada struktur cincinnya yang tersusun
atas cincin fenil dengan adanya asam karboksilat sebagai gugus R nya (March, 1992; .Natella et al,
1999). Struktur kimia benzoat yang tersusun atas cincin fenil dengan beberapa gugus hidroksil itu
yang menyebabkan benzoat memiliki salah satu efek sebagai antioksidan. Derivatif benzoat yang
paling dikenal memiliki efek sebagai antioksidan salah satunya adalah Protocatechuic acid (Lin et al,
2007).

Sifat antioksidan yang diberikan oleh kebanyakan benzoat dan derivatifnya lebih mendasar pada
pencegahan yang disebabkan oleh sejumlah radikal bebas. Adanya gugus hidroksil (OH-) pada
cincin fenil itulah yang membuat senyawa benzoat memiliki efek sebagai antioksidan. Dalam hal ini,
gugus hidroksil tersebut berperan sebagai anti-radikal yang akan berfungsi sebagai pendonor
elektron terhadap senyawa radikal bebas yang menyebabkan adanya kestabilan muatan pada
senyawa radikal bebas tersebut (Anonim, 2012). Sroka (2005), mengatakan bahwa intensitas dari
aktivitas anti-radikal tersebut salah satunya sangat dipengaruhi oleh jumlah dari gugus hidroksil
yang terikat pada cincin aromatiknya.

Brogdon B., Freeman G., Friel T., dan Rosencrance S.2012. Papermaking method using one or more
quarterized dialkanolamine fatty acid ester compounds to faaty acid ester componds to control opacity
and paper product made thereby.
either anionic or nonionic wetting agents are generally used in oil in water foundations when the
pigments and fillers are incorporated in the water phase.

anionic surfactant have been most frequently used as the primary emulsifiers for oil in water
foundations because of their compatibility with the pigemnts and fillers, the slip they exhibit during rub-
out on skin, and the relative ease of achieving stable emulsions.

Surfactants in Personal Care Products and Decorative Cosmetics, Third Edition


edited by Linda D. Rhein, Mitchell Schlossman, Anthony O'Lenick, P. Somasundara

Epoxy Compounds—Advances in Research and Application: 2013 Edition


small molar number of the hidrophilic group, such as polyoxyethylene and glyserin, results in low HLB,
hidrophocity, and increased solubility in oil. Large molar number results in high HLB, hidrophopicity and
increased solubility in water. Two or more nonionic surfactant of different HLB values are used for
preparing emulsions.

surfaktan anionik busa dengan baik dan memiliki detergensi yang tinggi, kemampuan emulsifikasi, dan
permeabilitas. Mereka terutama digunakan sebagai bahan utama shampo, sabun tubuh, dan pembersih
wajah. Dari jumlah tersebut yang digunakan untuk shampo, banyak diproduksi dari minyak kelapa dan
minyak inti sawit dan memiliki gugus alkil yang terdiri atau gugus lauril C12.

FORMULAS, INGREDIENTS AND PRODUCTION OF COSMETICS surfactant anionic


By Hiroshi Iwata, Kunio Shimada

ini paling banyak digunakan karena bebas dari ketidakcocokan, stabilitas, dan toksisitas potensial dan
diklasifikasikan sebagai surfaktan non ionik yang larut dalam air dan larut air. kelarutan air agen ini
selanjutnya meningkat dengan penambahan gugus polioksietilena melalui hubungan eter dengan salah
satu kelompok alkohol. Berupa asam lemak, alcohol berlemak

ASAM STEARAT DAPAT BERFUNGSI sebagai emulgator dalam pembuatan krim jika direaksikan dengan
basa (KOH) atau trietanolamin untuk menetralkannya (Idson & Lazarus 1986).
Krim yang dibentuk berjenis minyak dalam air. Fraksi minyak berupa asam stearat, setil alkohol,
isopropyl meristat, dan propil paraben sedangkan fraksi air berupa akuades, gliserin, trietanolamin dan
metil paraben.

Kombinasi antara asam stearat dan trietanolamin akan membentuk suatu garam yaitu trietanolamin
stearat. Asam sterat diketahui merupakan pengemulsi anionik yang memiliki gugus hidrofilik bermuatan
negatif (anion) yaitu berupa gugus karbosil sedangkan gugus hidrofobiknya berupa gugus alkil. Gugus
anion karboksil asam stearat akan berikatan dengan kation amonium kuaterner yang berasal dari bahan
trietanolamin. Gugus alkil asam stearat yang bersifat hidrofobik akan berinteraksi dengan fase minyak,
sedangkan gugus karboksil asam stearat berikat dengan trietanolamin dan bahan fase air.
trietanolamina (TEA) digunakan sebagai emulsifier dan surfaktan sebagai penstabil pH pada produk
kosmetik.

Setil alkohol digunakan sebagai bahan pengemusi dan pengental. Setil alkohol diketahui berperan
sebagai pengemulsi nonionik yang memiliki gugus hidrofilik yang tidak bermuatan sehingga di dalam air
tidak terjadi ionisasi pada molekulnya. Sifat hidrofilik setil alkohol disebabkan adanya keberadaan gugus
hidroksil, sedangkan sifat hidrofobiknya disebabkan adanya keberadaan gugus alkil (Makmur dan Sudibjo, 2000).
Pengemulsi nonionik bekerja menstabilkan emulsi dengan cara menciptakan halangan sterik. Kelebihan
pengemulsi nonionik ini ialah bersifat stabil apabila dibandingkan pengemulsi ionik (anionik dan kationik)
terhadap adanya elektrolit maupun perubahan pH dalam sistem emulsi (Jones, 2008).

Gliserin merupakan fraksi air yang berfungsi sebagai humektan. Mekanisme kerja gliserin sebagai
humektan adalah dengan membentuk lapisan yang bersifat higroskopis sehingga dapat menarik atau
menyerap air dari udara dan mampu mempertahankannya. Proses ini juga dapat mencegah terjadinya
dehidrasi pada lapisan stratum corneum. Gliserin dapat berperan sebagai pelembab higroskopis karena
pada strukturnya memiliki gugus umum hidroksil yang memungkinkan berperan dalam pembentukkan
ikatan hidrogen dan menarik air. Keunggulan gliserin sebagai humektan dibandingkan dengan bahan
humektan lainnya adalah gliserin dapat menjaga kelembaban pada kulit karena banyaknya gugus
hidroksil sehingga semakin kuat dalam mengikat dan menahan air pada kulit (Fluhr, Bornkessel, and
Berardesca, 2006; Klatz and Goldman, 2003).

Isopropil miristat merupakan minyak sintetik dari reaksi esterifikasi isopropanol dan asam miristat. Isopropil
miristat digunakan sebagai bahan emolien yang berfungsi mengisi celah-celah antara kulit yang retak dengan butiran
minyak sehingga tekstur kulit menjadi lebih halus dan lembut.

Isopropil miristat dapat meningkatkan penetrasi kulit dengan meningkatkan kelarutan atau fluidisitas dari
stratum corneum sehingga dapat menurunkan fungsi kulit sebagai barrier penghalang (mengganggu struktur lipid
bilayer) yang bersifat reversibel.

Anda mungkin juga menyukai