Laporan Kasus Migrain
Laporan Kasus Migrain
STATUS PASIEN
1
1.5 Riwayat Penyakit Sekarang : (autoanamnesis)
Keluhan Utama
Sakit kepala hanya di kepala bagian sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 minggu yang lalu, pasien mengaku kepala terasa sakit, namun
hanya di bagian sebelah kiri saja. Sakit kepala dirasakan menusuk - nusuk,
kadang kepala juga terasa seperti kencang, seperti terhimpit sesuatu yang
berat. Tidak ada rasa pusing berputar. Sakit kepala tidak berkurang dengan
perubahan posisi. Sakit akan sedikit berkurang dengan istirahat, tapi tidak
pernah benar-benar sembuh dalam seminggu terakhir ini.
Menurut pasien, sakit kepala lebih terasa terutama pada malam hari,
namun pasien tidak mengetahui dengan pasti jika sakit kepalanya akan
muncul, tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Pasien bukan seorang peminum
kopi. Mual muntah disangkal pasien, demam disangkal pasien, pandangan
ganda disangakal pasien. Kuduk kaku juga disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit ini adalah serangan pertama yang dialami pasien. Sebelumnya psien
mengaku tidak pernah mengalami penyakit yang serupa.
2
3. Kulit
- Turgor : Baik
- Lembab / kering : Lembab
- Lapisan lemak : Ada
4. Status gizi : IMT = 65/ (1,58)2 = 26,1
(Overweight grade I)
Status Generalis
1. Kepala : Normocephale, rambut tidak mudah dicabut
Mata : Edema palpebra (-/-), ca (-/-), sklera ikterik (-/-).
Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), Lidah kotor (-)
Tenggorokan: Radang (-)
2. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-), JVP(5-2)
3. Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Auskultasi : Suara normal jantung regular, bising (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kanan atas di ICS II LPSD
Batas kiri atas di ICS II LPSS
Batas kanan bawah di ICS IV LPSD
Batas kiri bawah di ICS V 2 jari medial LMCS
Pulmo :
Inspeksi : Bentuk dada simetris normal, pergerakan paru
simetris
Palpasi : Pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang
tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara dasar paru kanan kiri vesikular normal,
wheezing (-), ronki (-)
3
4. Punggung : Kifosis, lordosis, skoliosis (-
), nyeri ketok CVA (-)
5. Abdomen :
Inspeksi : hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-)
Auskultasi : bisung usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
6. Genitalia : Tidak dilakukan
7. Anorektal : Tidak dilakukan
8. Ekstremitas :
Superior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), kekuatan otot 5-5
Inferior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), Kekuatan otot 5-5
1.9 Manajemen
Preventif :
Menyarankan kepada pasien agar istirahat secara teratur
Mengkonsumsi obat yang telah diberikan dengan rutin
Mencoba bersama pasien menncari dan mengenali apa penyebab migrain
pasien ini.
Promotif :
Mensosialisasikan kepada pasien tentang apa itu migrain dan apa
bahayanya.
Kuratif (resep) :
Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tab
4
Antasida doen 3 x 1 tab
Vitamin B comp 3 x 1 tab
Rehabilitatif :
Menyarankan kepada pasien untuk istirahat secara teratur
Mengenali dan mencari penyebab migrain yang di derita pasien, dan untuk
berobat secara teratur.
RESEP
Pro : Ny. N
Alamat : 40 tahun
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Menurut International Headache Society (IHS) migren adalah nyeri
kepala vaskular berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam.
Nyeri biasanya sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya
sedang sampai berat, diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai dengan mual
dan atau muntah, fotofobia, dan fonofobia.
B. EPIDEMIOLOGI
Dari hasil penelitian epidemiologi,migren terjadi pada hampir 30 juta
penduduk Amerika Serikat, 75 % diantaranya adalah wanita. Migren dapat
terjadi pada semua usia, tetapi biasanya muncul antara usia 10-40 tahun dan
angka kejadiannya menurun setelahusia 50 tahun. Migren tanpa aura
umumnya lebih sering dibandingkan migren disertai aura dengan persentase
sebanyak 90%.
C. ETIOLOGI
Faktor yang mempengaruhi terjadinya migren adalah sebagai berikut:
1. Riwayat penyakit migren dalam keluarga
2. Perubahan hormon (estrogen dan progesteron) pada wanita, khususnya
pada fase luteal siklus menstruasi.
3. Makanan yang bersifat vasodilator (anggur merah, natrium nitrat),
vasokonstriktor (keju, coklat), serta zat tambahan pada makanan.
4. Stres
5. Faktor fisik
6. Rangsang sensorik (seperti cahaya yang silau, bau menyengat)
7. Alkohol
8. Merokok
6
D. KLASIFIKASI
Menurut The International Headache Society (1988), klasifikasi
migren adalah sebagai berikut:
1. Migren tanpa aura
2. Migren dengan aura
a. Migren dengan aura yang khas
b. Migren dengan aura yang diperpanjang
c. Migren dengan lumpuh separuh badan (familial hemiflegic migraine)
d. Migren dengan basilaris
e. Migren aura tanpa nyeri kepala
f. Migren dengan awitan aura akut
3. Migren oftalmoplegik
4. Migren retinal
5. Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial
6. Migren dengan komplikasi
a. Status migren (serangan migren dengan sakit kepala lebih dari 72 jam)
Tanpa kelebihan penggunaan obat
Kelebihan penggunaan obat untuk migren
b. Infark migren
7. Gangguan seperti migren yang tidak terklasifikasikan
Dahulu dikenal adanya classic migraine dan common migraine.
Classic migraine didahului atau disertai dengan fenomena defisit neurologik
fokal, misalnya gangguan penglihatan, sensorik, atau wicara. Sedangkan
common migraine tidak didahului atau disertai dengan fenomena defisit
neurologic fokal. Oleh Ad Hoc Committee of the International Headache
Society (1987) diajukan perubahan nama atau sebutan untukkeduanya menjadi
migren dengan aura untuk classic migraine dan migren tanpa aura untuk
common migraine.
E. PATOFISIOLOGI
Migren bisa dipahami sebagai suatu gangguan primer otak (primary
of the brain) yang terjadi karena adanya kelainan pada aktivitas saraf sehingga
pembuluh darah mengalami vasodilatasi, yang disusul dengan adanya nyeri
7
kepala berikut aktivasi saraf lanjutannya. Serangan migren bukanlah didasari
oleh suatu primary vascular event.
Serangan migren bersifat episodik dan bervariasi baik dalam setiap
individu maupun antar individu. Variabilitas tersebut paling tepat dijelaskan
melalui pemahaman terhadap kelainan biologik dasar dari migren yaitu
disfungsi ion channel pada nuklei aminergik batang otak yang secara normal
berfungsi mengatur input sensoris dan memberikan kendali neural (neural
influences) terhadap pembuluh darah kranial. Dulu migren oleh Wolff
disangka sebagai kelainan pembuluh darah (teori vaskular). Sekarang
diperkirakan kelainan primer di otak. Sedangkan kelainan di pembuluh darah
sekunder.
Faktor pencetus timbulnya migren dapat dibagi dalam faktor
ekstrinsik dan faktor intrinsik. Dimana faktor eksintrik seperti stress
(emosional maupun fisik atau setelah istirahat dari ketegangan), makanan
tertentu (coklat, keju, alkohol, dan makanan yang mngandung bahan
pengawet), lingkungan, dan juga cuaca. Sedangkan faktor intrinsik, misalnya
perubahan hormonal pada wanita yang nyerinya berhubungan dengan fase
laten saat menstruasi. Selain itu, adanya factor genetik, diketahui
mempengarui timbulnya migren.
Mual dan muntah mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau
serotonin pada pusat muntah di batang otak (chemoreseptor trigger zone/
CTZ). Sedangkan pacuan pada hipotalamus akan menimbulkan fotofobia.
Proyeksi/pacuan dari LC ke korteks serebri dapat mengakibatkan oligemia
kortikal dan mungkin menyebabkan penekanan aliran darah, sehingga
timbulah aura.
Pencetus (trigger) migren berasal dari:
1. Korteks serebri: sebagai respon terhadap emosi atau stress,
2. Talamus: sebagai respon terhadap stimulasi afferen yang berlebihan: cahaya
yang menyilaukan, suara bising, makanan,
3. Bau-bau yang tajam,
4. Hipotalamus sebagai respon terhadap 'jam internal" atau perubahan
"lingkungan" internal (perubahan hormonal),
8
5. Sirkulasi karotis interna atau karotis eksterna: sebagai respon terhadap
vasodilator, atau angiografi.
F. MANIFESTASI KLINIS
Secara keseluruhan, manifestasi klinis penderita migren bervariasi pada
setiap individu. Terdapat 4 fase umum yang terjadi pada penderita migren, tetapi
semuanya tidak harus dialami oleh tiap individu. Fase-fase tersebut antara lain:
1. Fase Prodormal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya
berupa perubahan mood, irritable, depresi, atau euphoria, perasaan lemah,
letih, lesu, tidur berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (seperti
coklat) dan gejala lainnya. Gejala ini muncul beberapa jam atau hari
sebelum fase nyeri kepala. Fase ini member pertanda kepada penderita
atau keluarga bahwa akan terjadi serangan migren.
2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang
mendahului atau menyertai serangan migren. Fase ini muncul bertahap
selama 5-20 menit. Aura ini dapat berupa sensasi visual, sensorik, motorik,
atau kombinasi dari aura-aura tersebut.
Aura visual muncul pada 64% pasien dan merupakan gejala
neurologis yang paling umum terjadi. Yang khas untuk migren adalah
scintillating scotoma (tampak bintik-bintik kecil yang banyak), gangguan
visual homonim, gangguan salah satu sisi lapang pandang, persepsi adanya
cahaya berbagai warna yang bergerak pelan (fenomena positif). Kelainan
visual lainnya adalah adanya scotoma (fenomena negatif) yang timbul
pada salah satu mata atau kedua mata. Kedua fenomena ini dapat muncul
bersamaan dan berbentuk zig-zag. Aura pada migren biasanya hilang
dalam beberapa menit dan kemudian diikuti dengan periode laten sebelum
timbul nyeri kepala, walaupun ada yang melaporkan tanpa periode laten.
3. Fase Nyeri Kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral
dan awalnya berlangsung didaerah frontotemporalis dan ocular, kemudian
setelah 1-2 jam menyebar secara difus kea rah posterior. Serangan
berlangsung selama 4-72 jam pada orang dewasa, sedangkan pada anak-
aak berlangsung selama 1-48 jam. Intensitas nyeri bervariasi, dari sedang
9
sampai berat, dan kadang sangat mengganggu pasien dalam menjalani
aktivitas sehari-hari.
4. Fase Postdormal. Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasi
menurun, dan terjadi perubahan mood. Akan tetapi beberapa orang merasa
“segar” atau euphoria setelah terjadi serangan, sedangkan yang lainnya
merasa depresi dan lemas.
Gejala diatas tersebut terjadi pada penderita migren dengan aura,
sementara pada penderita migren tanpa aura, hanya ada 3 fase saja, yaitu fase
prodormal, fase nyeri kepala, dan fase postdormal.
G. KRITERIA DIAGNOSIS
1. Migren tanpa aura
Migren ini tidak jelas penyebabnya (idiopatik), bersifat kronis dengan
manifestasi serangan nyeri kepala 4-72 jam, sangat khas yaitu nyeri kepala
unilateral, berdenyut-denyut dengan intensitas sedang sampai berat dengan
disertai mual, fonofobia, dan fotofobia. Nyeri kepala diperberat dengan
adanya aktivitas fisik.
2. Migren dengan aura
Nyeri kepala ini bersifat idiopatik, kronis dengan bentuk serangan dengan
gejala neurologik (aura) yang berasal dari korteks serebri dan batang otak,
biasanya berlangsung 5-20 menit dan berlangsung tidak lebih dari 60 menit.
Neri kepaala, mual, atau tanpa fotofobia biasanya langsung mengikuti gejala
aura atau setelah interval bebas serangan tidak sampai 1 jam. Fase ini biasanya
berlangsung 4-72 jam atau sama sekali tidak ada.
Aura dapat berupa gangguan mata homonimus, gejala hemisensorik,
hemifaresis, disfagia, atau gabungan dari gejala diatas.
3. Migren Hemiplegik familial
Migren dengan aura termasuk hemiparesis dengan criteria klinik yang
sama seperti diatas dan sekurang-kurangnya salah satu anggota keluarga
terdekatnya mempunyai riwayat migren yang sama
10
4. Migren basilaris
Migren dengan aura yang jelas berasal dari batang otak atau dari kedua
lobi oksipitales. Kriteria klinik sama dengan yang diatas dengan tambahan dua
atau lebih dari gejala aura seperti berikut ini:
Gangguan lapangan penglihatan temporal dan nasal bilateral
Disartia
Vertigo
Tinitus
Penurunan pendengaran
Diplospi
Ataksia
Parastesia bilateral
Parestesia bilateral dan penurunan kesadaran
7. Migren oftalmoplegik
Migren jenis ini dicirikan oleh serangan yang berulangpulang yang
berhubungan dengan paresis satu atau lebih saraf otak okular dan tidak
didapatkan
11
kelainan organik. Kriteria diagnosis terdiri dari sekurang-kurangnya 2
serangan disertai paresisi saraf otak III, IV, dan VI serta tidak didapatkan
kelainan serebrospinal.
8. Migren retinal
Terjadi serangan berulang kali dalam bentuk skotoma monokular atau buta
tidak lebih dari satu jam. Dapet berhubungan dengan nyeri kepala atau tidak.
Gangguan ocular dan vascular tidak dijumpai.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis
banding.
1. CT scan dan MRI kepala
2. Pungsi lumbal
I. DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala tegang (tension headache)
2. Nyeri kepala Kluster (cluster headache)
3. Gangguan peredaran darah sepintas (Transient Ischemic Attack/TIA)
J. TERAPI
1. Terapi Medikamentosa
Pendekatan terapi migraine dapat dibagi kedalam terapi
nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi nonfarmakologis meliputi:
a. edukasi kepada penderita mengenai penyakit yang dialaminya
b. mekanisme penyakit
c. pendekatan terapeutik, dan
12
d. mengubah pola hidup dalam upaya menghindari pemicu serangan
migraine.
e. Tidur yang teratur
f. Makan yang teratur
g. Olahraga
h. Mencegah puncak stres melalui relaksasi, serta mencegah makanan
pemicu.
Pesan yang penting adalah, penderita lebih baik berupaya menjaga
keteraturan hidup (regularity of habits), daripada membatasi beragam
makanan dan aktivitas. Yang tidak dapat diketahui adalah sensitivitas dari
otak terhadap pemicu-pemicu pada waktu tertentu. Ketidakpastian ini
mengakibatkan banyak penderita menjadi putus asa menghadapi fakta
bahwa berbagai upaya yang dilakukannya untuk menghindari terpicunya
serangan migren memberikan hasil yang berbeda pada hari yang berlainan.
Penting dijelaskan pada penderita sifat alamiah dari variabilitas tersebut
diatas. Saat ini telah dipublikasikan evidence-based review dari
pendekatan nonfarmakologis dalam terapi migraine.
Medikamentosa untuk terapi migraine dapat dibagi menjadi: obat yang
diminumkan setiap hari tidak tergantung dari ada atau tidak nyeri kepala
yang bertujuan mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan serangan
(terapi preventif), dan obat yang diminumkan untuk menghentikan
serangan saat kemunculannya (terapi abortif).
Terapi untuk menghentikan serangan akut (terapi abortif) dapat dibagi
menjadi: terapi nonspesifik dan terapi spesifik migraine (migraine-specific
treatments). Yang tergolong kedalam terapi nonspesifik seperti:
a. Aspirin
b. Acetaminophen
c. Nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAID)
Pada banyak penderita, migraine menunjukkan respon yang baik
menggunakan terapi sederhana yang diberikan pada waktu serangan.
Terdapat sejumlah kunci bagi keberhasilan penggunaan analgetik dan
NSAID
13
d. Opiat .Sebenarnya penggunaan opiat saat ini dihindari karena hanya
meredam nyeri tanpa menekan mekanisme patofisiologi yang
melatarbelakangi serangan, dan seringkali menimbulkan gangguan
kognitif; penggunaannya juga dapat menimbulkan adiksi, serta pada
sebahagian besar penderita tidak memberikan khasiat yang melebihi
obat spesifik untuk migraine (migraine-specific therapy).
e. Analgetik kombinasi juga dipergunakan untuk mengatasi beragam
gangguan nyeri.
Sedangkan terapi spesifik yang meliputi:
a. Derivat Ergon
Kelebihan umum dari derivat ergot (ergotamine dan
dihydroergotamine) adalah biaya pengobatan yang rendah dan
pengalaman dari sejarah panjang penggunaannya. Kekurangannya
adalah aspek farmakologinya yang kompleks, farmakokinetiknya yang
sulit diperhitungkan (erratic pharmacokinetics), kurangnya pembuktian
mengenai dosis yang efektif, efek vasokonstriktor menyeluruhnya
yang bersifat poten dan menetap, yang dapat menimbulkan gangguan
vaskular yang merugikan, serta adanya resiko tinggi terjadinya overuse
syndromes dan rebound headaches.
b. Triptan
Dibandingkan dengan derivat ergot, golongan triptan memiliki
banyak kelebihan terutama, farmakologi yang bersifat selektif,
farmakokinetik yang jelas dan konsisten, Kekurangan yang paling
penting dari golongan triptan adalah biaya pengobatan yang tinggi dan
keterbatasan penggunaannya pada keadaan adanya penyakit
kardiovaskular termasuk perdarahan subarachnoid dan menginitis.
Triptan memiliki tiga mekanisme kerja yang potensial:
vasokonstriksi kranial, inhibisi neuronal perifer, dan inhibisi terhadap
transmisi yang melewati second-order neurons dari trigeminocervical
complex. Mekanisme mana diantara ketiganya yang berperan paling
penting belumlah jelas. Ketiga mekanisme kerja tersebut menghambat
efek yang ditimbulkan oleh teraktivasinya serabut aferen nosiseptif
14
trigeminal (activated nociceptive trigeminal afferents); melalui
mekanisme inilah triptan menghentikan serangan akut migraine
(Gambar 2).
K. KOMPLIKASI
1. Status Migren
Serangan migren dengan nyeri kepala lebih dari 72 jam walaupun telah
diobati sebagaimana mestinya. Telah diupayakan memberi obat yang
berlebihan namaun demikian nyeri kepala tidak kunjung berhenti. Contoh
pemberian obat yang berlebihan misalnya minum ergotamin setiap hari
lebih dari 30 mg tiap bulan, aspirin lebih dari 45 gr, morfin lebih dari 2
kali per bulan, dan telah mengkonsumsi lebih dari 300 mg diazepam atau
sejenisnya setiap bulannya.
2. Infark Migren
Penderita termasuk dalam kriteria migren dengan aura. Serangan yang
terjadi sama tetapi defisit neurologik tetap ada setelah 3 minggu dan
15
pemeriksaan CT scan menunjukkan hipodensitas yang nyata. Sementara
itu penyebab lain terjadinya infark dapat disingkirkan dengan pemeriksaan
angiografi, pemeriksaan jantung dan darah.
L. PROGNOSIS
Bagi banyak penderita migren,masa penyembuhan sangat penting,
terutama menghindari faktor pencetus. Migren pada akhirnya dapat sembuh
sempurna. Terutama pada wanita yang sedah memasuki masa menopause,
akan lebih aman mengalami serangan, berhubungan dengan produksi
serotonin.
16
BAB III
ANALISIS KASUS
17
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
Pada penyakit ini bisa disebabkan karena ada masalah dalam keluarga.
Namun pada pasien ini tidak mempunyai masalah yang menyebabkan keluhan
pasien, hubungan dengan keluarga karena hubungan pasien dan keluarga baik.
18
bahkan di akhir pekan. Pola tidur yang tidak teratur bisa menyebabkan
sakit kepala.
Makan – Melewatkan waktu makan, atau level gula darah yang rendah
bisa menyebabkan migrain. Termasuk di dalamnya minum air yang cukup
setiap harinya.
Olahraga – Sediakan waktu untuk berolahraga secara teratur. Namun
hindari olahraga yang terlalu berat karena bisa jadi kelelahan merupakan
pemicu migrain anda. Walaupun begitu, olahraga yang teratur bisa
membantu mencegah migrain, termasuk menghindari stres, yang mana
juga dapat memicu sakit kepala muncul.
Stres – Bagi penderita migrain, stres adalah musuh utama dan termasuk
pemicu migrain yang paling umum. Sediakan waktu untuk relaksasi dan
menenangkan diri setiap harinya, misalnya dengan mendengarkan musik
slow, pijatan ringan, atau terapi relaksasi lainnya.
Berikan kompres, baik panas atau dingin, pada dahi atau leher penderita
migrain saat serangan sakit kepala terjadi. Hal ini akan mengurangi rasa
sakit kepala.
19
Tempat gelap dan tenang
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono. 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
2. Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Gadjah Mada
University. Yogyakarta.
3. Mardjono Mahar dan Sidharta Priguna. 2004. Neurologi Klinis Dasar. Dian
Rakyat:Jakarta
4. Migrain. Di Akses tanggal 04 Januari 2014 available in URL
http://ml.scribd.com/doc/50946280/Kasus-migrain
21
DOKUMENTASI
22