Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

DISENTRI BASILER

Disusun Oleh :
dr. Restiana Hilda Islami

Pembimbing :
dr.Rusnandar,Sp.PD,FINASIM
dr. Priyanto

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SOEPRAPTO CEPU


BLORA
2015
Kasus 1

Topik : Disentri basiler

Tanggal (Kasus) : 20 Juni 2015 Persenter : dr.Restiana Hilda Islami

Tanggal Presentasi : September 2015 Pendamping : dr.

Tempat Presentasi : Ruang Komdik RSU Cepu

Obyektif Presentasi :

- Keilmuan
- Diagnostik dan Manajemen
- Dewasa
- Deskripsi: Wanita 50 Tahun, BAB cair dengan lendir darah
- Tujuan: mendiagnosis dan memberikan penganganan yang tepat pada pasien dengan
disentri basiler

Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka

Cara Membahas : Presentasi dan Diskusi


BAB I

LAPORAN KASUS

A. DATA PASIEN

Nama : Ny.S

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Horono,cepu

No. RM : 081422

Tanggal Periksa: 20 juni 2015

B. SUBYEKTIF - ANAMNESIS

Keluhan Utama: BAB cair

Riwayat Penyakit Sekarang

± 3 hari SMRS pasien mengeluh BAB cair.BAB cair warna kuning (+),ampas(+).Pasien
BAB lebih dari 5x sehari sedikit-sedikit sekitar seperempat gelas belimbing,BAB disertai
lendir dan darah.Pasien juga mengeluh demam (+) tidak terlalu tinggi.Demam dirasakan
kurang lebih 5 hari yang lalu. Nyeri pada perut (+) mulas dan melilit dan juga perut terasa
kembung.nyeri pada anus setelah BAB (+)
Nafsu makan pasien menurun semenjak sakit,makan dan minum hanya sedikit karena
terasa mual.Pasien belum pernah sakit seperti ini.Sebelumnya pasien berobat ke
Puskesmas,namun karena merasa tidak ada perubahan pasien berobat ke IGD RSUD
dr.Soeprapto Cepu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi : (-)
Riwayat diabetes : (-)

Riwayat alergi : (-)

Riwayat gastritis : (-)

Riwayat hepatitis : (-)

C. OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : tampak lemah, komposmentis

Vital Sign : Tensi : 100/60 Respiratory Rate : 20x/menit

Nadi :85x/menit Suhu : 380C

Kepala : bentuk mesocephal

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Mulut : sianosis(-),lidah tremor(-)

Leher : bentuk normal, trachea di tengah,pembesaran nnll(-/-)

Thorak : I: hemithorax dextra dan sinistra simetris,retraksi(-)

P: stem fremitus kanan dan kiri sama

P: paru kanan dan kiri sonor

A: SD vesikuler +/+ ,ronkhi(-/-),wheezing (-/-)

Cor : I : iktus cordis tidak tampak

P : iktus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS,tidak kuat angkat

P : batas jantung kesan normal

A : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,bising(-)


Abdomen: I : dinding perut sejajar dinding dada

A : bising usus (+) meningkat

P : supel, hepar/lien tidak teraba, turgor perut kembali cepat,nyeri tekan(-)

P : hipertimpani

Ekstremitas : akral dingin - - pitting oedem - -

- - - -

CRT < 2 detik

2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Nilai normal satuan Hasil


20/6/2015
DARAH
Hemoglobin Lk:13-18 Pr:12-16 gr% 10,9
Eritrosit 4,5-6 juta/mmk 3,78
MCV 82-92 Fl
MCH 27-31 pg
MCHC 32-37 g/dL
PCV 37-50 % 32,6
Lekosit 4-11 ribu/mmk 11.100
Trombosit 150-450 ribu/mmk 196000

*URIN
Warna kuning
PH 7,5
BJ 1,020
Protein -
Reduksi -
Urobilin -
Bilirubin -
Keton -
Sedimen -
Eritrosit 0-2
Leukosit 0-1
Epitel 1-2
Kristal -
Bakteri -
jamur
Imunoserologi
WIDAL
O Neg
H Neg
AH Neg
BO Neg
AO Neg
D. ASSESSMENT

Berdasarkan anamnesis,pemeriksaan fisik,dan penunjang pasien dicurigai mengarah ke


disentri basiler.Pasien wanita usia 50 tahun dating dengan keluhan BAB cair yang disertai lender
darah selama 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit.Menurut pasien tinja berkonsistensi cair
dengan sedikit ampas,dan anus terasa nyeri setelah BAB.Frekuensi BAB cair lebih dari 5
kali.Pasien juga mengeluh nyeri perut yang melilit dan juga kembung.Pasien demam sejak 2 hari
sebelum keluhan BAB cair muncul.Gejala-gejala di atas khas terdapat pada penyakit disentri
dimana ditemukan perubahan konsistensi serta ditemukan lender dan darah juga berbau
busuk.Gejala lain yang mendukung kea rah disentri adalah demam,nyeri dan kembung pada
perut,serta nyeri pada anus setelah BAB.Pada pemeriksaan fisiktidak ditemukan kelainan,hanya
terdapat kenaikan pada suhu tubuh.Pemeriksaan abdomen didapatkan bising usus yang
meningkat dan hipertimpani.Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi.

Prognosis disentri basiler pada umumnya baik,yang terpenting adalah melakukan pencegahan
agar tidak terinfeksi kembali salah satunya dengan melakukan program PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat) dari yang paling penting,yaitu mencuci tangan. Mencuci tangan sering
dianggap sebagai hal biasa di masyarakat. Ada yang tidak mencuci tangan sebelum makan,ada
yang mencuci tangan hanya sekedar dengan air. Padahal mencuci tangan merupakan pencegahan
terjadinya penyakit yang paling penting. Cara mencuci tangan yang paling benar yaitu dengan
cara memakai air bersih dan sabun atau antiseptik. Sabun dan antiseptik berguna untuk
membersihkan kuman atau bakteri yang ada di tangan. Mencuci tangan hingga steril
menggunakan sembilan langkah yang diterapkan dan dianjurkan oleh rumah sakit adalah cara
mencuci tangan yang paling benar. Mencuci tangan dilakukan setelah buang air besar,sebelum
memasak atau menjamah makanan,sebelum dan sesudah makan.
E. PLAN

Asessment : Disentri basiler

Ip Tx : - Infus asering 28 tpm

- Paracetamol tab 3x500 mg


- Ranitidin 3x1 tab
- Metronidazol 3x 500 tab
- Diagit tab post BAB 2 tab
Ip Mx : - Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
- tanda dehidrasi
- Penurunan kesadaran
- Tanda-tanda komplikasi
Ip Ex :
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan pemeriksaan-
pemeriksaan yang harus dilakukan.
 Pasien harus meningkatkan intake asupan makan dan minum agar tidak terjadi
dehidrasi.
 Pasien juga harus melakukan perilaku hidup sehat dan bersih agar tidak sakit
kembali
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI DISENTRI


Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron(usus), yang berarti
radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air besar dengan tinja
berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lender
(mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus). Disentri merupakan peradangan pada usus
besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus
(diare) yang bercampur lendir dan darah.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas
di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni :
1. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus,
2. Berak-berak, dan

3. Tinja mengandung darah dan lendir.

Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri
tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya. Penyakit ini seringkali terjadi
karena kebersihan tidak terjaga,baik karena kebersihan diri atau individu maupun kebersihan
masyarakat dan lingkungan.

2.2 PENYEBAB DISENTRI

Penyebab Disentri yang paling umum adalah tidak mencuci tangan setelah menggunakan
toilet umum atau tidak mencuci tangan sebelum makan. Cukup simple memang untuk
penyebab disentri sebagai kasus klasik, tapi itulah kenyataannya. Secara garis besar penyebab
penyakit disentri sangat erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan dan kebiasaan hidup
bersih.

Bakteri penyebab penyakit disentri antara lain kontak dengan bakteri Shigella dan beberapa
jenis Escherichia coli (E. coli). Penyebab lain bakteri yang kurang umum dari diare berdarah
termasuk infeksi Salmonella dan Campylobacter. Untuk jenis penyakit disentri amoeba,
disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica
Mikroorganisme penyebab disentri baik itu berupa bakteri maupun parasit menyebar dari
orang ke orang. Hal yang sering terjadi penderita menularkan anggota keluarga untuk
menyebarkannya ke seluruh anggota keluarga yang lainnya. Infeksi oleh mikroorganisme
penyebab disentri ini dapat bertahan dan menyebar untuk sekitar empat minggu.
Disentri juga dapat menyebar melalui makanan yang terkontaminasi. Negara miskin yang
memiliki sistem sanitasi yang tidak memadai menunjukkan angka yang tinggi untuk kejadian
kasus penyakit disentri. Frekuensi setiap patogen penyebab penyakit disentri bervariasi di
berbagai wilayah dunia. Sebagai contoh, Shigellosis yang paling umum di Amerika Latin
sementara Campylobacter adalah bakteri yang dominan di Asia Tenggara. Disentri jarang
disebabkan oleh iritasi kimia atau oleh cacing usus.
Mikroorganisme Penyebab Disentri
Disentri Amoeba (amoebiasis) disebabkan oleh parasit protozoa yang dikenal dengan nama
Entamoeba histolytica. Amuba bisa eksis untuk jangka waktu yang lama di usus besar (kolon).
Pada sebagian besar kasus, amoebiasis tidak menimbulkan gejala (hanya sekitar 10% dari
individu yang terinfeksi). Hal ini jarang kecuali di zona tropis dunia, di mana penyakit ini sangat
lazim. Orang dapat terinfeksi setelah menelan kotoran yang mengandung parasit kemudian di
ekskresikan seseorang.
Orang-orang berisiko tinggi tertular parasit melalui makanan dan air jika terkontaminasi atau
tercemar oleh limbah. Parasit juga dapat masuk melalui mulut ketika tangan di cuci dalam air
yang terkontaminasi. Jika orang mengabaikan untuk mencuci dengan benar sebelum menyiapkan
makanan, makanan dapat terkontaminasi. Buah-buahan dan sayuran bisa terkontaminasi jika
dicuci dalam air tercemar atau ditanam di tanah yang telah dipupuk oleh limbah manusia.
Untuk mikroorganisme penyebab disentri bakteri Shigella dan Campylobacter, merupakan
penyebab penyakit disentri bacilliary yang dapat ditemukan di seluruh dunia. Mereka menembus
lapisan usus, menyebabkan pembengkakan, ulserasi, dan diare parah yang mengandung darah
dan nanah. Kedua infeksi disebarkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi tinja dan air.
Jika orang tinggal atau melakukan perjalanan di wilayah di mana kemiskinan atau kepadatan
dapat mengganggu kebersihan dan sanitasi, mereka beresiko terkena bakteri invasif. Anak-anak
(usia 1 sampai 4) hidup dalam kemiskinan yang paling mungkin untuk kontak Shigellosis,
campylobakteriosis, atau salmonellosis.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, insidensi penyakit ini rendah. Setiap tahunnya kurang dari 500.000
kasus yang dilaporkan ke Centers for Disease Control (CDC). Di Bagian Penyakit
Dalam RSUP Palembang selama 3 tahun (1990-1992) tercatat dic a t a t a n m e d i s , d a r i 7 4 8
k a s u s ya n g d i r a w a t k a r e n a d i a r e a d a 1 6 k a s u s ya n g disebabkan oleh disentri
basiler. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Indonesia
dari Juni 1998 sampai dengan Nopember 1999, dari 3848 orang penderita diare berat, ditemukan
5% shigella. Prevalensi amebiasis sangat bervariasi, diperkirakan 10 persen
populasiterinfeksi. Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%). Manusia
merupakan host dan reservoir utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke
makanandanm i n u m a n , d e n g a n p e r a n t a r a l a l a t , k e c o a k , k o n t a k i n t e r p e r s o n a l ,
a t a u l e w a t hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek, penduduk yang padat
dan kurangnya sanitasi individual mempermudah penularannya.

2.4 ETIOLOGI
Etiologi dari disentri ada 2, yaitu :
1. Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella,s p.
Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella,
yaitu S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43 serotipe O
dariShigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai serotipe tunggal. Karena kekebalan
tubuh yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh
tipe yang berbeda. Genus ini memiliki kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan
menyebabkan infeksi dalam jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadang-kadang bersifat
ringan dan kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan
mudahnya penularan penyakit. Secara klinis mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir
dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus. Shigella sp merupakan penyebab
terbanyak dari diare invasif (disentri) dibandingkan dengan penyebab lainnya. Hal ini tergambar
dari penelitian yang dilakukan oleh Taylor dkk. di Thailand pada tahun 1984.
2. Disentri amoeba, disebabkan Entamoeba hystolitica.
E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme komensal
apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen
dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga
menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat
bergerak dan bentuk kista.
Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran < 10 mm) dan trofozoit
patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat dijumpai di lumen usus tanpa
menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare, maka trofozoit akan keluar bersama
tinja. Sementara trofozoit patogen yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus
(intraintestinal) maupun luar usus (ekstraintestinal) dapat mengakibatkan gejala disentri.
Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal dapat sampai 50 mm) dan mengandung
beberapa eritrosit di dalamnya. Hal ini dikarenakan trofozoit patogen sering menelan eritrosit
(haematophagous trophozoite). Bentuk trofozoit ini bertanggung jawab terhadap terjadinya
gejala penyakit namun cepat mati apabila berada di luar tubuh manusia. mempunyai tanda-tanda
berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus.
Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista dewasa. Bentuk kista hanya dijumpai
di lumen usus. Bentuk kista bertanggung jawab terhadap terjadinya penularan penyakit dan dapat
hidup lama di luar tubuh manusia serta tahan terhadap asam lambung dan kadar klor standard di
dalam sistem air minum. Diduga kekeringan akibat penyerapan air di sepanjang usus besar
menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista.

2.5 PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI


a. Disentri basiler Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu keadaan yang
ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, diserta ieksudat inflamasi yang
mengandung leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman Shigella secara genetik
bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan
secara oral melalui air,makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati
lambung dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak
didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileumterminalis
dapat juga terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerahsigmoid, sedang pada ilium hanya
hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatalditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal,
nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada
daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang
dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung
S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain ShET1, ShET2, dan
toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin
tersebut merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel eptitel
mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang
khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5cm sehingga
dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi perlekatan dengan
peritoneum.
b. Disentri Amuba Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus besar dapat
berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus danmenimbulkan ulkus. Akan
tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampaisaat ini belum diketahui secara pasti.
Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien,sifat keganasan (virulensi) amoeba, maupun
lingkungannya mempunyai peran.Amoeba yang ganas dapat memproduksi enzim
fosfoglukomutase danlisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan
dinding usus.Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapidi
lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya terjadiulkus di permukaan
mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yangminimal. Mukosa usus antara ulkus-
ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi disemua bagian usus besar, tetapi berdasarkan
frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks
dan ileum terminalis.
2.6 GEJALA KLINIS

Gejala-gejala disentri antara lain :


- Buang air besar dengan tinja berdarah
- Diare encer dengan volume sedikit
- Buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus)
- Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
Ciri-ciri saat jika terkena disentri adalah sebagai berikut :
- Panas tinggi (39,50°C – 40,0°C), appear toxic
- Muntah-muntah
- Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB
- Kadang disertai gejala serupa ensefalitis dan sepsis
- Diare disertai darah dan lendir dalam tinja
- Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit
- Sakit berut hebat (kolik)

Gejala Disentri Basiler


Disentri Basiler Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari sampai
4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare disertai demam yang
mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan lendir,
tenesmus, dan nafsu makan menurun.
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai yang berat.Sakit perut
terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran tinja sehingga mengakibatkan
perut menjadi cekung. Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan
olehS.dysentriae.
Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-berak seperti air denganlendir
dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi,renjatan septik dan
dapat meninggal bila tidak cepat ditolong. Akibatnya timbulrasa haus, kulit kering dan dingin,
turgor kulit berkurang karena dehidrasi. Mukamenjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin dan
viskositas darah meningkat (hemokonsentrasi).
Kadang-kadang gejalanya tidak khas,dapat berupa seperti gejala kolera atau keracunan makanan.
Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer, anuria dan koma uremik. Angka
kematian bergantung pada keadaan dan tindakan pengobatan.
Angka ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan darurat misalnya kelaparan.
Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat membaik secara perlahan-lahan tetapi memerlukan
waktu penyembuhan yang lama. Pada kasus yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja
biasanya lebih berbentuk, mungkin dapat mengandung sedikit darah/lendir. Sedangkan pada
kasus yang ringan, keluhan/gejala tersebut di atas lebih ringan. Berbeda dengan kasus yang
menahun, terdapat serangan seperti kasus akut secaramenahun. Kejadian ini jarang sekali bila
mendapat pengobatan yang baik.
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan
tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus.
Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja
meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus
disertai dengan “mengedan” dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut
bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah
kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat,
tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami
serangan penyakit berulang-ulang.Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk
antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak melindungi terhadap
reinfeksi
Gejala Disentri Amuba meliputi:
 diare berair, yang dapat berisi darah, lendir atau nanah,
 mual dan muntah,
 nyeri perut, dan
 demam dan menggigil.
Gejala-gejala disentri amuba biasanya berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa
minggu. Namun, tanpa pengobatan, bahkan jika gejala hilang, amuba dapat terus hidup di usus
selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Infeksi masih dapat ditularkan kepada orang
lain dan diare masih bisa kembali. Bahayanya penyakit desentri amuba dapat bersifat fatal bila
terjadi komplikasi antara lain usus berlubang (perforasi usus), infeksi selaput rongga perut
(peritonitis), abses di hati dan otak. Dan bila infeksi amuba ini tidak diobati secara tuntas, dapat
mengakibatkan kematian.
a) Carrier (Cyst Passer)
Pasien ini tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan karena amoeba yang
berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi kedinding usus.
b) Disentri amoeba ringan
Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan. Penderita biasanyamengeluh perut
kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang. Dapattimbul diare ringan, 4-5 kali
sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang juga tinja bercampur darah dan lendir. Terdapat
sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid, jarang nyeri di daerah epigastrium. Keadaan tersebut
bergantung pada lokasiulkusnya. Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau sedikit demam
ringan(subfebris). Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan.
c) Disentri amoeba sedang
Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berta dibanding disentri ringan,tetapi pasien masih mampu
melakukan aktivitas sehari-hari. Tinja biasanyadisertai lendir dan darah. Pasien mengeluh perut
kram, demam dan lemah badan disertai hepatomegali yang nyeri ringan.
d) Disentri amoeba berat
Keluhan dan gejala klinis lebih berta lagi. Penderita mengalami diaredisertai darah yang banyak,
lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi (400C – 40,5 0C) disertai mual dan anemia.
e) Disentri amoeba kronik
Gejalanya menyerupai disentri amoeba ringan, serangan-serangan diarediselingi dengan periode
normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Pasien biasanya menunjukkan gejala neurastenia. Serangan diare yang terjadi biasanya
dikarenakan kelelahan, demam atau makanan yang sulit dicerna.

2.7 PENCEGAHAN PENYAKIT DISENTRI

Disentri amoeba Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang memenuhi syarat
kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit yang sangat penting. Air minum sebaiknya
dimasak dahulu karena kista akan binasa bila air dipanaskan 500C selama 5 menit. Penting sekali
adanya jamban keluarga, isolasi dan pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja sebagai juru
masak atau segala pekerjaan yang berhubungan dengan makanan. Sampai saat ini belum ada
vaksin khusus untuk pencegahan. Pemberian kemoprofilaksis bagi wisatawan yang akan
mengunjungi daerah endemis tidak dianjurkan.
Disentri basiler Belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk Shigella. Penularan disentri
basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti
membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban
yang bersih
Dari program-program yang telah dibuat oleh pemerintah, terdapat cara-cara untuk mencegah
terjadinya disentri. Salah satunya dengan melakukan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) dari yang paling penting,yaitu mencuci tangan. Mencuci tangan sering dianggap sebagai
hal biasa di masyarakat. Ada yang tidak mencuci tangan sebelum makan,ada yang mencuci
tangan hanya sekedar dengan air. Padahal mencuci tangan merupakan pencegahan terjadinya
penyakit yang paling penting. Cara mencuci tangan yang paling benar yaitu dengan cara
memakai air bersih dan sabun atau antiseptik. Sabun dan antiseptik berguna untuk membersihkan
kuman atau bakteri yang ada di tangan. Mencuci tangan hingga steril menggunakan sembilan
langkah yang diterapkan dan dianjurkan oleh rumah sakit adalah cara mencuci tangan yang
paling benar. Mencuci tangan dilakukan setelah buang air besar,sebelum memasak atau
menjamah makanan,sebelum dan sesudah makan.
Langkah selanjutnya yaitu menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan. Ini bertujuan
agar makanan tidak berisi bakteri dan makanan menjadi makanan yang bersih dan sehat untuk
dikonsumsi. Dalam kehidupan sehari-hari,ada masyarakat yang kurang menjaga kebersihan.
Sehingga tidak jarang di dalam rumah atau ruangan mereka banyak terdapat serangga atau
binatang lain yang dapat menimbulkan penyakit seperti lalat, kecoak, tikus, nyamuk, dan
lainnya. Kebersihan alat-alat rumah tangga yang digunakan untuk membuat makanan juga harus
diperhatikan. Kita juga harus melindungi sumber air agar tetap bersih dan terhindar dari
kontaminasi tinja. Kamar mandi harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab dan ada sinar
matahari yang masuk ,karena bakteri dapat hidup di daerah yang lembab. Tinja dibuang secara
saniter dan teratur. Dalam menjalankan langkah-langkah pencegahan, sebaiknya masyarakat
saling bergotong-royong, sehingga setiap orang akan tahu bahaya dari penyakit ini. Dari
pengetahuan tersebut akan tercipta masyarakat yang harmonis, memiliki perilaku sehat,dan pola
hidup sehat teratur.
Dalam bidang pelayanan kesehatan, sudah banyak diterapkan program-program untuk
mencegah disentri.Masyarakat juga harus mencari informasi-informasi terkini terkait dengan
upaya meningkatkan kesejahteraan kesehatan. Banyak juga klinik-klinik atau rumah sakit
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang professional dengan memperbanyak program
sosialisasi dan penyuluhan ke masyarakat,sekolah-sekolah,di banjar,dan dimana saja.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang dapat
dicegah. Memang sulit untuk mengobati penyakit disentri ini. Namun,dengan adanya kesadaran
dari setiap individu,dan menerapkan pengetahuan yang didapat dari sosialisasi, edukasi,
pengalaman, kontak sosial, atau motivasi dari orang terdekat,niscaya penyakit ini setidaknya
dapat dicegah. Bersama-sama semua orang bergotong-royong menerapkan pola hidup sehat,
berolahraga, dan memakan makanan yang sehat dan teratur. Semua orang diharapkan dapat
menjadi role mode bagi orang-orang yang belum tahu. Semuanya harus dimulai dari diri sendiri.
Secara khusus sebagai berikut :
 Disentri tersebar karena kebersihan yang buruk. Untuk meminimalkan risiko terkena penyakit
ini, jaga selalu kebiasaan hidup bersih dan sehat.
 Cuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet atau sebelum dan sesudah makan, baik
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain/anak.
 Bila Anda bepergian, jangan minum air setempat kecuali telah direbus selama paling sedikit 10
menit. Atau gunakan air kemasan atau minuman bersoda dari kaleng atau botol yang masih
dalam kondisi bersegel.
 Jangan minum dari air mancur umum atau membersihkan gigi dengan air keran
 Jangan makan buah segar atau sayuran yang tidak bisa dikupas sebelum makan.
 Jangan makan atau minum produk susu, keju atau susu yang mungkin belum dipasteurisasi.
 Jangan makan atau minum apa pun yang dijual oleh PKL (kecuali minuman dari kaleng benar
disegel atau botol).

2.8 PENGOBATAN

Disentri basiler Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat,mencegah


atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika. Cairan dan
elektrolit Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral. Jika
frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi dan berat badan penderita turun.
Dalam keadaan ini perlu diberikancairan melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang.
Akan tetapi jika penderita tidak muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau pemberian
air kaldu atau oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan.
Diet Diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari 5kali/hari, kemudian
diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.
Pengobatan spesifik Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien
diobati dengan antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi
diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan,antibiotika diganti dengan jenis yang lain.
Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol dantetrasiklin hampir universal
terjadi. Kuman Shigella biasanya resisten terhadap ampisilin, namun apabila ternyata dalam uji
resistensi kuman Terhadap ampisilin masih peka, maka masih dapat digunakan dengan dosis4 x
500 mg/hari selama 5 hari. Begitu pula dengan trimetoprim-sulfametoksazol, dosis yang
diberikan 2 x 960 mg/hari selama 3-5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan
disentri basiler karenatidak efektif. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal
fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau makrolide azithromisin ternyata berhasil baik untuk
pengobatan disentri basiler. Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3
hari sedangkan azithromisin diberikan 1gram dosis tunggal dan sefiksim 400 mg/hari selama 5
hari. Pemberian Ciprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap anak-anak dan wanita hamil.
Di negara-negara berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae tipe 1 yang multiresisten
terhadap obat-obat, diberikan asam nalidiksik dengan dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Tidak
ada antibiotika yang dianjurkan dalam pengobatan stadium carrier disentri basiler.
Disentri amuba Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg tiga kali
perhari selama 20 hari.Amebiasis intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin 500 mg empat kali
selama 5 hari. Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mgtiga kali
sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama5 hari, dan emetin 1
mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari. Amebiasis ektraintestinal, menggunakan 3 obat : Metonidazol
750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram per hari selama 2 hari
dilanjutkan 500 mg/hari selama 4 minggu, dan emetin 1mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sya’roni A., Hoesadha Y., 2006. Disentri Basiler. Buku Ajar Penyakit Dalam.FKUI:Jakarta.
2. Hembing, 2006. Jangan Anggap Remeh Disentri. Diakses dari
http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed.
3. Buku Ajar Penyakit Dalam.FKUI:Jakarta.Hembing, 2006. Jangan Anggap Remeh Disentri.
Diakses dari http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed. Simanjuntak C. H., 1991.
4. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III . Fakultaskedokteran UI : Jakarta. Davis K., 2007.
5. Shigellosis. D i a k s e s d a r i http://www.emedicine.com/ med/topic2112.htm.
6. Davis K., 2007.Amebiasis. Diakses dari : http://www.emedicine.com/med/topic116.htm
7. Robbins dan Cotrans. 2002. Dasar Patologis Penyakit. Buku EGC Kedokteran : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai