Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS MENGWI II
Jl. Raya TumbakBayuh-Pererenan,Br. Gunungpande- Tumbakbayuh
Tlp. (0361) 8442063 , (0361) 9075411
Email: mengwidua@gmail.com,Website : http//dikes.badung.go.id/puskesmasmengwidua

PEDOMAN UPAYA KESEHATAN DBD

UPT. PUSKESMAS MENGWI II


TAHUN 2019
PEDOMAN UPAYA KESEHATAN DBD

Tanggal 20 Maret 2019

Menyetujui PJ Upaya Kesehatan Pelaksana


Masyarakat ( UKM ) Esensial Upaya Kesehatan DBD

dr.GedeEkaWijaya Delila Meliana Juliana Djami La


NIP.19730815 200501 1 010 NIP.19790525 200604 2 039

Mengetahui
Kepala UPT. Puskesmas Mengwi II

dr. I Putu Milantika,M.P.H


NIP. 19780121 20051 1 006

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat rahmat-Nya pedoman upaya kesehatan DBD dapat diselesaikan tepat pada
waktunya

Penyusunan pedoman ini merupakan sebagai pedoman kerja upaya kesehatan DBD UPT.
Puskesmas Mengwi II. Dari pedoman ini ini Diharapkan dapat dikaji hambatan-hambatan
ataupun permasalahan - permasalahan yang dihadapi sehingga dapat segera dicarikan upaya-
upaya pemecahannya supaya tidak terulang kembali dimasa yang akan datang.

Dengan menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan dan pelaksanaan


kegiatan selama ini, maka kami akan menerima setiap saran maupun kritik yang sifatnya
membangun untuk penyempurnaan dan kemajuan dimasa mendatang agar tercapai hasil yang
optimal.

Kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
penyusunan laporan ini, tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih.

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Penyakit Dengue Haemoragic fever (DHF) di Indonesia dikenal dengan istilah


Demam Berdarah Dengue. Penyakit ini mulai ditemukan pertama kalinya di Surabaya dan
Jakarta pada tahun 1968. Jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya
pun juga bertambah luas. Pada tahun 2010 penyakit DBD telah tersebar di seluruh propinsi
di Indonesia dan di sekitar 400 kab /kota.
Penyakit Demam Berdarah (DBD ) ialah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Di tandai dengan
Demam mendadak sakit kepala nyeri bola mata, mual dan manifestasi perdarahan seperti
rumple lead positif, ptekie, mimisan, gusi berdarah. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di
seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat ketinggian lebih dari 1000 metar diatas
permukaan air laut. Populasi nyamuk ini semakin meningkat pada musinm penghujan.
Upaya pengendalian DBD masih perlu di tingkatkan, mengingat daerah penyebaran saat ini
terus bertambah dan kejadian peningkatan kasus sering terjadi.

Sampai saat ini DBD masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dan
menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain
karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan
berkurangnya usia harapan hidup masyarakat. Dampak ekonomi langsung adalah biaya
pengobatan yang cukup mahal sedangkan dampak tidak langsung adalah kehilangan waktu
kerja dan biaya lain yg dkeluarkan selain pengobatan seperti transportasi dan akomodasi
selama perawatan di rumah sakit.
Jika pada awal masuknya DBD ke Indonesia angka kematian yang ditimbulkan
sangat tinggi, namun dengan berbagai kegiatan pengendalian yang talah dilakukan angka
kematian itu dapat di tekan hingga dibawah 1% sejak tahun 2009. namun demikian angka
kesakitan DBD tetap tinggi, jika pada tahun 2004 tercatat Insiden Rate ( IR )DBD sebesar
37,01 per 100,000 penduduk maka pada tahun 2009 menjadi 68,22 per 100,000
penduduk.IR tersebut cenderung meningkat tetapi pada tahun 2011 IR DBD menurun
sangat tajam menjadi 27,67 per 100,000 penduduk. Situasi ini diharapkan tetap
dipertahankan pada tahun 2012 dan ditahu-tahun mendatang dengan mengoptimalkan
segala daya dan upaya pengendalian DBD.
Gerakan 3M PLUS sangat memerlukan partisispasi seluruh lapisan masyarakat.
Karena tempat-tempat yang berpotensi untuk menjadi habitat nyamuk penular DBD ini
biasanya berada di sekitar tempat tinggal baik itu di dalam rumah maupun di luar rumah.
Nyamuk Aedes Aegypti mempunyai keistimewaan dari nyamuk lainnya, karena
berkembang biak di genangan air bersih. Oleh karena itu sarangnya vektor nyamuk ini
terutama di bejana- bejana yang berisi air jernih seperti bak mandi,drum penampung
air,kaleng bekas dan lain-lain
Dasar hukum :
 KEPMENKES Nomor 92 tahun 1994 tentang pemberantasan Demam
Berdarah yang dititik beratkan pada upaya pencegahan dan gerakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN)..
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat .
Berdasarkan laporan bulanan DBD UPT.Puskesmas Mengwi II tahun 2016
menyatakan bahwa penemuan kasus DBD Target 821 kasus pencapaian 590 kasus (71,9 %)
kesenjangan 231 kasus (28,1 %).

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Melakukan upaya untuk menurunkan angka kesakitan DBD di wulayah kerja UPT.
Puskesmas Mengwi II
2. Tujuan Khusus

Petugas dapat mengetahui faktor-faktor penyebab tingginya angka kesakitan
DBD di wilayah UPT. Puskesmas Mengwi II
 Petugas dapat mencari alternative pemecahan masalah dan prioritas pemecahan
masalah pada kasus DBD di wilayah UPT.Puskesmas Mengwi II
 Tersedianya buku panduan penyelenggaraan pelayanan kesehatan DBD
C. SASARAN PEDOMAN
Adapun sasaran pedoman ini adalah :
1. Dokter, perawat, Bidan
2. Pimpinan fasilitas kesehatan
3. Koordinator dan Petugas Jumantik
4. Masyarakat dan organisasi terkait

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari pedoman kesehatan DBD Puskesmas Mengwi II meliputi :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pendidikan dan pelatihan petugas
4. Pemantauan dan evaluasi
E. BATASAN OPERASIONAL
1 . Demem Berdarah Dengue ( DBD ) adalah penyakit yang di tandai dengan:
 Panas mendadak berlangsung terus menerus selam 2-7 hari tampa sebab yang jelas
 Tanda – tanda perdarahan ,sekurang - kurangnya uji tourniquet positif.
 Di sertai tanda – tanda pembesaran hati ( Hepatomegali )
 Trombositopenia ( Trombosit<_ 100.000/ul )
 Peningkatan Hematokrit >_ 20 %
2. Penderita DBD yang di tangani sesuai standar adalah
 Penderita DBD yang di diagnosis dan diobati / dirawat sesuai dengan standar
 Ditindaklanjuti dengan Penanggulangan Focus ( PF )
 Penanggulangan Fokus ( PF ) terdiri dari Penyelidikan Epidemiologi ( PE ) dan
penanggulangan seperlunya berdasarkan hasil PE tersebut.
 Penyelidikan Epidemiologi ( PE ) adalah kegiatan pencarian penderita DBD atau
tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di sekitar
tempat tinggal penderita termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang -
kurangnya 100 meter.
 Penanggulangan seperlunya yaitu: ( Lihat Rujukan )
 Diagnosis penderita DBD sesuai standar ( Lihat Rujukan )
3. Pengobatan / perawatan penderita DBD sesuai standar ( Lihat Rujukan )
4. Kasus infeksi Dengue adalah penderita DD,DBD,SSD,EDS.
 Demam Dengue ( DD ) ialah demam di sertai 2 atau lebih gejala seperti sakit
kepala,nyeri di belakang bola mata, pegal, nyeri sendi, ruam, adanya manifestasi
perdarahan, leucopenia ( <_ 5000 /mm ), jumlah trombosit <_ 150.000/mm, dan
peningkatan hematokrit 5 - 10 %.
 Demam Berdarah Dengue ( DBD ) ialah demem 2-7 hari disertai manifestasi
perdarahan, jumlah trombosit <_ 100.000/mm, adanya tanda - tanda kebocoran
plasma ( peningkatan hematokrit >_20 % dari nilai baseline, dan atau efusi pleura,
dan atau ascites, dan atau hypoproteinemia / albuminemia ).
 Sindrom Syok Dengue ( SSD ) ialah kasus DBD yang masuk dalam derajat III dan
IV dimana terjadi kegagalan sikulasi yang di tandai dengan denyut nadi yang cepat
dan lemah, menyempitnya tekanan nadi ( <_ 20 mmHg ) atau hipotensi yang
ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah sampai
terjadi syok / renjatan berat ( tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah ).
 Expanded Dengue Syndrome ( EDS ) adalah demam dengue yang di sertai
manifestasi klinis yang tidak biasa yang di tandai dangan kegagalan organ berat
seperti hati, ginjal, otak, dan jantung.
5. Kasus adalah penderita DD, DBD, SSD, EDS.
6. Kewaspadaan dini DBD ialah suatu kewaspadaan terhadap peningkatan kasus dan atau
faktor resiko DBD, seperti: adanya peningkatan populasi nyamuk, penurunan ABJ < 95
%, adanya perubahan cuaca, dan peningkatan tempat – tempat perindukan.
7. Laporan kewaspadaan dini DBD ialah laporan adanya peningkatan kasus dan
peningkatan faktor resiko DBD. Laporan kewaspadaan dini di maksudkan untuk
kegiatan pro aktif surveilans.

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Pengelola program kesehatan DBD adalah petugas yang telah mendapat pelatihan
program DBD, petugas pelaksanan program adalah pelaksana yang telah memenuhi
standar kualifikasi sebagai tenaga pelaksana dan telah mendapat pelatihan sesuai dengan
tugasnya.
No Nama Jabatan Kualifikasi formal Ket
1 Penanggungjawab Dokter
program UKM
2 Petugas program DBD Bidan
3 Petugas pelaksana Bidan Melaksanakan pelayanan
Perawat kesehatan DBD didalam gedung
Jumantik dan luar gedung
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Ketenagaan di bidang kesehatan didistribusikan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Badung
dan ditempatkan di Puskesmas Mengwi II
Pengaturan dan penjadwalan kegiatan pelayanan kesehatan DBD dikoordinir oleh
penanggung jawab program UKM dan pengelola program DBD di sesuaikan dengan
tugas dan penanggung jawab Desa.

C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan rutin dilakukan setiap hari secara terintegrasi dengan jadwal kegiatan lain
yang ada di Puskesmas Mengwi II dan kegiatan luar gedung.
n Kegiatan Ja Fe Ma Ap Me J J Ag S Ok No De
o b r r i u ul s e t p s
1 Pendataan sasaran √
2 Penemuan Kasus √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
DBD
3 Penyelidikan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Epidemiologi
4 Penyuluhan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kelompok
5 Monev Jumantik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 Penyegaran √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Jumantik

BAB III STANDAR FASILITAS


A. DENAH RUANG
Denah untuk kesehatan DBD terintegrasi dengan ruang layanan lain dalam denah
Puskesmas ( terlampir )

B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas diruang kesehatan DBD meliputi alkes dan non alkes.
Fasilitas yang dipakai pada pelayanan DBD adalah Bahan habis pakai dan alat
kesehatan seperti Alat APD.

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN


A. LINGKUP KEGIATAN
Tata laksana pelayanan unit kesehatan DBD meliputi semua kegiatan pelayanan di unit
kesehatan DBD di Puskesmas yaitu :
Pelayanan kesehatan pasien meliputi
a. Pelayanan kesehatan pasien esensial (pemeriksaan pasien di poli Umum,
MTBS, KIA )
b. Pemeriksaan Darah( pengambilan darah di laboratorium )
c. KIE kepada pasien dan keluarga
d. Pelayanan rujukan pasien.

B. METODE
Metode dalam melakukan pelayanan di unit kesehatan DBD :
1. Dalam gedung
 Mulai pendaftaran
 Pengkajian awal ( anamnesa )
 Pemeriksaan
 Pengobatan / tindakan
 Tindakan lebih lanjut/ rujukan
2. Luar gedung
 Kunjungan rumah
 Pelacakan Epidemiologi
 PSN 3 M Plus
 Pengasapan / Foging
C. LANGKAH KEGIATAN
a. Langkah- langkah pelayanan kerja kesehatan DBD
1. Pengumpulan data
Pengumpulan dan pengolahan data adalah kegiatan pokok dari PWS DBD. Data
yang dicatat perdesa atau kelurahan dan kemudian dikumpulkan ditingkat
puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi.
Jenis data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS DBD adalah
data sasaran :
● Jumlah seluruh kasus DBD
● Jumlah seluruh kasus DBD yang di tangani
● Jumlah ABJ Rumah
● Jumlah ABJ TTU
2. Data pelayanan
Koordinator Jumantik mencatat semua detail pelayanan DBD di dalam buku
Register DBD. Pencatatan harus dilakukan segera setelah bidan melakukan
pelayanan. Pencatatan tersebut diperlukan untuk memantau secara intensif dan
terus menerus kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada penderita di desa/
kelurahan.
3. Pencatatan
Pencatatan hasil kegiatan pelyanan anak secara umum di kelompokkan
● Register DBD
4. Pengolahan data
Setiap bulan desa menjumlah hasil kegiatan pelayanan DBD di Register sesuai
indicator program DBD. Data kumulatif indicator tersebut diolah dalam bentuk
PWS sehingga dapat dianalisa hasil pencapaian bulan lalu dibandingkan bulan ini,
selisih capaian dengan target, pencapaian tertinggi, pencapaian terendah dan rutin
dilakukan setiap bulannya.
5. Pembinaan melalui monev Jumantik
6. Melakukan kegiatan luar gedung
● Kunjungan rumah
● Pelacakan Epidemiologi
● Penyuluhan kelompok
BAB V. LOGISTIK
Logistik pada unit kesehatan DBD disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Badung. Proses mendapatkan losistik melalui tahap perencanaan dan pengajuan usulan
Dinas Kesehatan Kabupaten Badung. Tidak semua usulan bisa terpenuhi oleh Dinas
Kesehatan Badung, dalam kondisi seperti ini maka puskesmas akan menyesuaikan
dengan kondisi yang ada berdasarkan arahan Kepala Puskesmas Mengwi II.
Logistik yang diperlukan dalam pelayanan anak antara lain:
a. Bahan habis pakai
● APD : masker ,sarung tangan,jaket,topi
● Larvasida
b. Alat
● ATK
● Senter
BAB VI. KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM
Keselamatan pasien ( patien safety ) adalah suatu system dimana puskesmas
membuat asuhan keperawatan lebih aman. Hal ini termasuk asesman resiko, identifikasi
dan pengolahan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisa
insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya., implementasi solusi
untuk menekan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan kesalahan.Setiap kegiatan di unit kesehatan DBD harus meliputi aspek
keselamatan terhadap pasien . Adapun sasaran kegiatan/ program meliputi kunjungan
pasien sesuai standar Dalam hal ini juga dilakukan pencatatan, melaporkan serta
evaluasi terhadap program melalui laporan kunjungan berdasarkan register pasien.

BAB VII. KESELAMATAN KERJA


Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi. Petugas kesehatan dalam
menjalankan tugas dan kewajiban mempunyai resiko terinfeksi penyakit menular
dilingkungan kerjanya, untuk menghindari paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapakan prinsip Universal Precaution. Tindakan yang beresiko terpajan diantaranya
cuci tangan yang kurang benar dan APD yang tidak dipakai.

BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU


Indikator mutu digunakan pada pelayanan kesehatan DBD di UKP UPT
Puskesmas Mengwi II dalam memberikan pelayanan adalah dokter dengan jumlah hari
buka klinik yang dilayani dokter dalam 1 bulan dan jumlah seluruh hari buka klinik
dalam 1 bln.Indikator mutu akan dipantau oleh tim Mutu Puskesmas melalui monitoring
dan evaluasi pelaksanaan, pencapaian indicator mutu dibahas dalam pertemuan tinjauan
manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

BAB IX. PENUTUP


Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan kesehatan DBD difasilitas kesehatan, Pelayanan kesehatan dasar maupun
rujukan. Dalam proses penyusunan pedoman ini tidak menutup kemungkinan ketidak
sempurnaan sehingga dukungan dan saran yang membangun sangat kami harapkan.

Anda mungkin juga menyukai