0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
893 tayangan4 halaman
Dokumen ini memberikan panduan praktik klinis untuk penanganan intoksikasi minuman keras oplosan (methanol). Gejala intoksikasi methanol meliputi sakit kepala parah, penglihatan kabur, hiperventilasi, dan disorientasi. Diagnosis didasarkan pada riwayat konsumsi minuman oplosan dan gejala klinis seperti gangguan penglihatan dan hiperventilasi. Pengobatan utama adalah menghambat metabolisme methanol dengan pemberian ethanol atau fomep
Dokumen ini memberikan panduan praktik klinis untuk penanganan intoksikasi minuman keras oplosan (methanol). Gejala intoksikasi methanol meliputi sakit kepala parah, penglihatan kabur, hiperventilasi, dan disorientasi. Diagnosis didasarkan pada riwayat konsumsi minuman oplosan dan gejala klinis seperti gangguan penglihatan dan hiperventilasi. Pengobatan utama adalah menghambat metabolisme methanol dengan pemberian ethanol atau fomep
Dokumen ini memberikan panduan praktik klinis untuk penanganan intoksikasi minuman keras oplosan (methanol). Gejala intoksikasi methanol meliputi sakit kepala parah, penglihatan kabur, hiperventilasi, dan disorientasi. Diagnosis didasarkan pada riwayat konsumsi minuman oplosan dan gejala klinis seperti gangguan penglihatan dan hiperventilasi. Pengobatan utama adalah menghambat metabolisme methanol dengan pemberian ethanol atau fomep
Direktur Panduan 12 April 2017 Praktik Klinis dr Surti Patmini
No ICD 10 XIX SOO-T98
Pengertian Merupakan keracunan yang disebabkan oleh pencampuran atau pengoplosan minuman beralkohol dengan berbagai macam jenis minuman bersoda dan bahan-bahan lain yang mengandung methanol yang banyak dijumpai di masyaratkat seperti spiritus, bensin, tinner,dan bahan larutan fotokopi, bahan spray nyamuk, Anamnesis Sakit kepala yang parah, penglihatan kabur, napas yang cepat dan dalam (kusmaul), nyeri perut dan/ diare, muntah, kejang, mengantuk dan/atau disorientasi setelah meminum alkohol oplosan. Gejala awal mabuk alkohol dan diikuti dengan gejala berat: sakit kepala hebat, gejala mata kabur, hiperventilasi yang merupakan gejala cardinal Gejala terjadi pada 12 sampai 72 jam; biasanya 24 jam, namun tergantung dari apakah methanol diminum secara simultan (gejala mungkin akan nampak setelah 8 jam, dan bila gejala nampak lebih awal maka hal ini dapat disebabkan oleh hal lain) Pemeriksaan Klinik Inspeksi, observasi, palpasi, auskultasi, pemeriksaan neurologi, pemeriksaan ophthalmologi, hiting frekuensi respirasi Pemeriksaan Lab (Analisa gas darah merupakan kunci dari pemeriksaan Penunjang diagnostiknya, Urea, Creatinin, glukosa, elektrolit (Na, K,Cl), ophthalmoscopy (lihat adanya pseudopapilitis/ hyperemia papilla=diagnostic), S-formate bila tersedia, dan CT-scan bila diperlukan. Kriteria Diagnosis Diagnosis Klinis (ditegakkan di Faskes Tingkat Pertama ) a. Anamnesis : riwayat minum minuman oplosan dalam 24-72 jam, b. Pemeriksaan fisik: penurunan tajam penglihatan, mengeluhkan adanya gambaran kapas putih di depan mata (atau gangguan mata lainnya), sakit kepala hebat, muntah, (dehidrasi), hipotensi/ syok, hypotensi/ shock, hyperventilasi/ nafas Kusmaul, penurunan kesadaran (coma = prognosa buruk)
Diagnosis Pasti (ditegakkan di Faskes Tingkat Lanjutan):
- Diagnosis Klinis (diatas), - Kriteria klinis berikut: a. Fundoskopi tanda-tanda TON (Toxic Optic Neuropathy, Pseudipilitis/ hiperemi papila) b. Asidosis Metabolik, lakukan treatmen berikut, bila: a) Asymptomatic pasien, analisa gas darah normal: observasi b) pH > 7.2, HCO3 > 15: Berikan Bicarbonat, Observasi minimal 24 jam PENANGANAN INTOKSIKASI MINUMAN KERAS OPLOSAN (METHANOL)
d. CT Scan Kepala (lihat perdarahan pada basal ganglia) Diagnosis Banding Keracunan alkohol atau alcoholic ketoacidosis, keracunan ethylene glikol, diabetic ketoacidosis, septicemia, trauma/ cedera kepala. Konsultasi Spesialis - Opthalmology - Penyakit Tropik dan Infeksi (Interna) - Neurologi - Nephrologi Perawatan Emergency, Rawat Inap, Rawat jalan Rumah Sakit Terapi/ Tindakan 1. Prinsip utama pengobatan adalah menghambat metabolisme (ICD 9 CM) methanol dan menghambat proses toksisitas, dengan memberikan ethanol atau fomepizole. Mengingat Fomepizole sulit didapat dan sangat mahal, maka pemberian terapi ethanol dapat dilakukan karena terbukti merupakan pengobatan yang efektif dana man sejauh dosis pemberian dimonitor. Ethanol yang aman dikonsumsi ada pada, bir, vodka, gin, atau whiskey dan livesaving (lihat dosis pemberian) 2. Segera atasi asidosis metabolik dengan pemberian Natrium Bicarbonat: Berikan bicarbonat (NaHCO3) sesegera mungkin, bila memungkinkan Intravena, untuk koreksi penuh (0.3 x berat badan x base excess (BE) = mmol buffer (bicarbonate) Atau, a. 500 mmol/L: berikan 250-500mL atau lebih dalam 1-2 jam sampai hyperventilasi terkoreksi (RR ˂ 20/menit) b. 167 mmol/L: berikan 1000-1500 mL atau lebih dalam 1- 2 jam sampai hyperventilasi terkoreksi (RR ˂ 20/menit) Pemberian oral: tablet 500 mg (= 6 mmol bicarbonate), 6- 10 tablet setiap jam sampai asidosis/ hyperventilasi terkoreksi (RR ˂ 20/menit) Terapi/ Tindakan 1. Ethanol harus segera pada suspek keracunan methanol, efektif (ICD 9 CM) bila diberikan dalam waktu 3 jam sampai 72 jam. 2. Dosis pemberian ethanol: Lihat tabel 3. Bila tersedia alat analisis serum ethanol: hentikan pemberian bila PENANGANAN INTOKSIKASI MINUMAN KERAS OPLOSAN (METHANOL)
No Dokumen: No Revisi: 00 Halaman: 4 /4
SPO/C/001/IV/2017
kadar serum mencapai 100-150 mg/dL
4. Sebagai acuan lihat Tabel 1
5% ethanol 10% ethanol 20% ethanol 40% ethanol Dosis Awal 15mL/kg 7.5mL/kg 4mL/kg 2mL/kg Dosis (bukan peminum 2mL/kg/jam 1mL/kg/jam 0.5mL/kg/jam 0.25mL/kg/ja alcohol rutin) m Dosis (peminum 4mL/kg/jam 2mL/kg/jam 1mL/kg/jam 0.5mL/kg/jam akohol rutin) Dosis selama HD (bukan peminum 4mL/kg/jam 2mL/kg/jam 1mL/kg/jam 0.5mL/kg/jam alkohol rutin) Dosis selama HD (peminum 8mL/kg/jam 4mL/kg/jam 2mL/kg/jam 1mL/kg/jam alcohol rutin) (NB. Bir mengandung 5%; wine 12-14%; vodka, whisky dan Gin 40- 45% ethanol).
5. Apabila memungkinkan pemberian ethanol melalui oral atau
melalui Naso Gastric Tube (NGT) pada pasien tidak sadar atau tidak bisa menelan 6. Segera kirim pasien ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut untuk tindakan HEMODIALISIS 7. Pemberian ethanol dapat dilanjutkan selama proses hemodialysis (dosis dapat ditingkatkan dan akan dikeluarkan dari tubuh selama proses dialysis) Edukasi a. Efek samping pemberian ethanol : gangguan prilaku, sedasi, resiko aspirasi saat pemberian ethanol b. Bahaya minuman beralkohol yang di oplos dengan bahan maupun cairan lain c. Segera melakukan pertolongan pertama pada keracunan d. Segera minta pertolongan medis Prognosis Bila tidak terlambat datang dan segera mendapat pertolongan pertama maka prognosisnya baik. Keterlambatan dalam pengobatan menyebabkan kerusakan organ permanen pada penglihatan dan atau otak, dan menyebabkan kematian Kepustakaan 1. Hovda KE, McMartin K, Jacobsen D. Methanol and Formaldehyde Poisoning. In: Brent J, Burkhart K, Dargan P, Hatten B, Megarbane B, Palmer R, eds. Critical Care Toxicology. Cham: Springer International Publishing; 2016:1-18. 2. McMartin KE, Jacobsen D, Hovda KE. Antidotes for poisoning by alcohols that form toxic metabolites. Brit J Clin Pharmacol 2016;81:505-515. 3. Paasma R, Hovda KE, Hassanian-Moghaddam H, Brahmi N, PENANGANAN INTOKSIKASI MINUMAN KERAS OPLOSAN (METHANOL)
No Dokumen: No Revisi: 00 Halaman: 4 /4
SPO/C/001/IV/2017
Afshari R, Sandvik L, Jacobsen D. Risk factors related to poor
outcome after methanol poisoning and the relation between outcome and antidotes--a multicenter study. Clin Toxicol (Phila) 2012;50:823-831. 4. Rostrup M, Edwards JK, Abukalish M, Ezzabi M, Some D, Ritter H, Menge T, Abdelrahman A, Rootwelt R, Janssens B, Lind K, Paasma R, Hovda KE. The Methanol Poisoning Outbreaks in Libya 2013 and Kenya 2014. Plos One 2016;Accepted for publication. 5. Zakharov S, Pelclova D, Navratil T, Belacek J, Komarc M, Eddleston M, Hovda KE. Fomepizole versus ethanol in the treatment of acute methanol poisoning: Comparison of clinical effectiveness in a mass poisoning outbreak. Clin Toxicol (Phila) 2015;1-10. 6. Zakharov S, Pelclova D, Navratil T, Belacek J, Kurcova I, Komzak O, Salek T, Latta J, Turek R, Bocek R, Kucera C, Hubacek JA, Fenclova Z, Petrik V, Cermak M, Hovda KE. Intermittent hemodialysis is superior to continuous veno-venous hemodialysis/hemodiafiltration to eliminate methanol and formate during treatment for methanol poisoning. Kidney Int 2014;86:199- 207.