Komunikatif artinya mampu menyampaikan pesan dengan baik. Artinya, pesan yang diterima
oleh penerima (receiver) sama dengan maksud pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan
(sender). Yang dimaksud pesan (message) disini bukan hanya informasi, namun termasuk juga
pemikiran, keinginan dan perasaan.
Sesederhana itukah rahasia umur panjang pasutri yang bertemu pertama kali saat Ralph berusia 14
tahun?
Tentu saja tidak.
Dari buku Crystal Clear Communication (Kris Cole) yang membahas masalah komunikasi dengan
simple namun mengena, saya mendapatkan rahasia dibalik rahasia ’Komunikatif’ tersebut.
Bagaimana dan apa saja langkah yang diperlukan untuk menjadi ’komunikatif’?
1. Kata-kata itu penting, namun cara menyampaikan itu jauh lebih penting
Cara kita menyampaikan kata-kata sangat mempengaruhi pesan yang diterima. Perhatikan
nada (kasar, lembut, netral, naik, turun), tinggi-rendah suara dan volume (tinggi,
rendah, keras, lembut atau berubah-ubah), kecepatan (cepat, sedang, lambat) dan juga
tekanan pada kata yang kita ucapkan, agar maksud kita dapat tertangkap dengan baik (=
sama persis) oleh penerima pesan.
1. Empati
Komunikasi terkait dengan banyak hal. Soal pemahaman atau empati salah satunya. Empati
adalah kemampuan melihat suatu situasi dari sisi orang lain. Empati tidak berarti selalu
menyetujui sikap/komentar orang lain. Memiliki sikap sendiri yang beda juga termasuk
empati, asalkan kita bisa memahami cara pandang orang tersebut.
Hal ini berbeda dengan ’simpati’ yang mengikutsertakan perasaan kedekatan tertentu
sehingga kita memiliki perasaan yang sama dengan orang lain.
Dengan berempati, kita bisa memahami dan memperhitungkan cara pandang orang lain,
sehingga suatu saat ketika kita berkomunikasi kembali kita siap untuk mendengarkan.
Kalimat yang tidak menyimpang dari kaidah bahasa maksudnya adalah kalimat yang cermat
baik dari segi pemilihan kata dan bentukan kata maupun susunan kalimatnya memenuhi
aturan sintaksis yang benar. Sebaliknya, kalimat yang menyimpang dari kaidah bahasa,
susunan kalimatnya tidak sesuai dengan aturan sintaksis yang benar.
Contoh:
1.Pada jadwal di atas menunjukkan kereta eksekutif ArgoLawu berangkat pada
pukul 17.00 dari Gambir.
2.Bagi yang menitip sepeda motor harus dikunci.
3.Yang punya HP harus dimatikan.
Kalimat di atas meskipun dapat dipahami tapi terasa janggal didengar. Pada kalimat pertama
terasa ada yang kurang secara sintaksis. Jabatan subjeknya tidak ada karena penggunaan kata
tugas “pada”. Jika kata “pada” dihilangkan, akan terasa lebih tepat. Penggunaan kata tugas
“bagi” pada kalimat kedua juga tidak pada tempatnya dan tidak perlu sebab yang dimaksud
sesungguhnya adalah sepeda motor yang dititipkan bukan orangnya. Kalimat kedua
mengandung pengertian bahwa yang dititipkan adalah pemilik sepeda motor atau orangnya.
Demikian pula pada kalimat ketiga, yang dimatikan adalah HP bukan pemilik HP. Perbaikan
kalimat di atas ialah:
1.Jadwal di atas menunjukkan kereta api eksekutif Argo Lawu berangkat pada
pukul 17.00 dari Gambir.
2.Sepeda motor yang dititipkan harus dikunci.
3.Yang memiliki HP agar mematikan HP-nya.
Kalimat juga harus logis atau dapat dinalar oleh akal. Meskipun secara gramatikal sesuai
dengan kaidah namun jika tidak logis, kalimat tersebut tak akan dapat dipahami dengan baik
bila disampaikan kepada orang lain.
Contoh:
1.Anak-anak itu sedang asyik makan pohonan.
2.Ini adalah daerah bebas parkir.
3.Di sini tempat pendaftaran buta huruf.
Ketiga kalimat di atas salah nalar. Kalimat pertama jelas tidak masuk akal. Secara akal sehat,
tidak ada manusia yang memakan pohonan sebab pengertian pohonan adalah keseluruhan
pohon dari akar dan batang hingga daun. Kata pohonan juga dapat dimaknai banyak pohon.
Meskipun secara struktur kalimatnya benar karena ada subjek, predikat, dan objek, tapi
secara nalar tidak masuk akal. Kalimat kedua dan ketiga juga tidak tepat. Pengertian bebas
parkir harusnya sama dengan bebas narkoba, bebas becak, dan bebas bea yang artinya daerah
tersebut tidak ada lagi narkoba, becak, atau pungutan. Tapi arti bebas parkir mengapa jadi
boleh parkir tanpa bayar. Kalimat ketiga maksudnya bagi yang buta huruf agar mendaftar di
tempat ini untuk mendapatkan pengajaran. Pengertian pada kalimat di atas adalah orang
mendaftarkan diri agar jadi buta huruf.
Perbaikan kalimat-kalimat di atas, yaitu:
1.Anak-anak itu sedang asyik mengumpulkan pohonan.
2.Ini adalah daerah boleh parkir bebas atau parkir gratis.
3.Di sini tempat pendaftaran kursus paket A bagi yang buta huruf.
Kalimat yang baik juga harus mengandung pengertian yang jelas, tidak membingungkan serta
tidak menimbulkan penafsiran ganda atau ambigu. Tidak sedikit pula kita temui kalimat-
kalimat yang diucapkan oleh penutur bahasa mengandung pengertian ganda. Kalimat ini
selain dapat membingungkan juga menimbulkan respons atau tanggapan yang tak sesuai
karena tidak tersampaikannya pesan secara benar.
Contoh:
1.Saya melihat kelakuan anak itu bingung.
2.Mereka mengantar iring-iringan jenazah ke kuburan.
3.Semua mahasiswa fakultas yang baru agar berkumpul di ruang senat.
Ketiga kalimat di atas bermakna ganda. Kalimat pertama mengandung dua pengertian, dapat
anak yang bingung atau saya yang bingung. Jika anak yang bingung, kata bingung harus
mendapatkan imbuhan ke—an menjadi kebingungan. Jika saya yang bingung, kata bingung
harus berada setelah kata saya. Perbaikannya ada dua varian, yaitu:
1a. Saya bingung melihat kelakuan anak itu.
1b. Saya melihat anak itu kebingungan.
Kalimat kedua bermakna jenazah yang diantar banyak. Frasa iringiringan jenazah
mengandung pengertian jamak. Jadi pengertian kalimat kedua adalah mereka mengantarkan
banyak jenazah ke kuburan. Apa benar? Sebenarnya maksudnya kata iring-iringan bukan
ditujukan pada jenazah, tapi para pengiringnya sehingga makna sebenarnya adalah mereka
mengantar para pengiring jenazah ke kuburan. Dan lebih jelas lagi jika kata mengantar
dihilangkan. Perbaikannya ialah sebagai berikut:
2a. Mereka mengantar jenazah ke kuburan.
2b. Mereka mengiringi jenazah ke kuburan.
Kalimat ketiga dapat menimbulkan salah pengertian karena yang dimaksud adalah mahasiswa
baru atau mahasiswa fakultas yang baru. Predikat baru ditujukan kepada mahasiswa atau
pada fakultasnya. Perbaikannya ada dua varian, yaitu:
3a. Semua mahasiswa baru di fakultas itu agar berkumpul di ruang senat. atau
3b. Semua mahasiswa pada fakultas yang baru itu agar berkumpul di ruang senat.
1. Ketidaklengkapan unsur-unsurnya
Sebuah kalimat jika tidak lengkap unsur-unsurnya apalagi unsur tersebut seharusnya ada
menjadi tidak berarti. Di dalam kalimat, terdapat minimal dua unsur, yaitu subjek dan
predikat. Kalimat yang seharusnya memiliki unsur jabatan tersebut lalu secara tersurat tak
terungkap membuat kalimat menjadi rancu.
Contoh:
a.Dilengkapinya perpustakaan dengan koleksi buku remaja menjadikan
bertambahnya para pengunjung perpustakaan sekolah.
(Kalimat ini tidak menjelaskan siapa yang melengkapi perpustakaan. Artinya,
kalimat ini tidak menyertakan siapa pelakunya atau subjek kalimatnya.)
b.Dengan bersemangat Pak guru menceritakan kepada anak-anak muridnya agar
mereka dapat mengambil hikmah.
Kalimat ini tidak lengkap pada objeknya. Hal apa yang diceritakanoleh pelaku tidak tertera
atau dijelaskan. Jika pun strukturnya dipertahankan, supaya tidak rancu, kata menceritakan
yang merupakan verba transitif diubah menjadi intransitif bercerita). Perbaikan kalimatnya
ialah:
a.Dilengkapinya perpustakaan dengan koleksi buku remaja oleh kepala sekolah
menjadikan bertambahnya para pengunjung perpustakaan sekolah.
b.Dengan bersemangat Pak guru bercerita kepada murid-muridnya agar mereka
dapat mengambil hikmah.
Dua contoh kalimat di atas merupakan kalimat luas atau panjang karena terdapat klausa-
klausa perluasan subjek dan predikat. Uraian kalimat yang terlalu luas itu sulit dicerna jika
disampaikan secara lisan, dan juga harus dibaca lebih dari sekali untuk memahaminya dalam
bentuk tulisan. Kalimat dapat diperpendek agar lebih mudah dan cepat dipahami dalam
bentuk berikut ini.
a.Dalam kurikulum itu, bidang studi Bahasa Indonesia mendapat tempat teratas,
yaitu 8 jam pelajaran seminggu, sedangkan untuk bidang studi yang lain berkisar
2 sampai 6 jam seminggu. Karena itu, pelajaran Bahasa Indonesia dianggap
penting dalam rangka mencapai pendidikan nasional berdasarkan Pancasila,
yaitu untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian,
dan mempertebal semangat kebangsaan.
b.Bahasa Indonesia yang dalam sumpah Pemuda telah diakui sebagai bahasa
nasional dipakai di seluruh Indonesia yang memiliki keragaman bahasa, budaya,
suku, dan lapisan masyarakat yang berbeda-beda latar belakang pendidikannya.