Public Private Partnership PDF
Public Private Partnership PDF
Pemerintah
pusat/pemda
Loan
Sumber: Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 3, 2010
Peraturan
Peraturan KPS Terkait Non-
KPS
Peraturan Lintas Peraturan Sektor Peraturan Terkait Lain
Sektor
- Perpres 13/2010 - Jalan Tol (PP 15/2005) - PP 6/2006
- Perpres 67/2005 - Kereta Api (UU (Pengelolaan BMN/D) Perpres 54/2010
- Perpres 42/2005 23/2007) - PP 50/2007 (Tata Cara tentang
(KKPPI) - SPAM (PP 16/2005) Pelaksanaan Pengadaan
- PMK 38/2006 - Listrik (UU 15/1985) Kerjasama Daerah) Barang/Jasa
tentang (dukungan - Pelabuhan (UU - PP 1/2008 (Investasi Pemerintah
pemerintah) 17/2008 tentang Pemerintah) Keppres 80/2003
- Permenko 3/2006 Pelayanan) - PP 38/2007 tentang
(Tata Cara - Telekomunikasi (UU (Pembagian Urusan Pengadaan
Penyusunan Daftar 36/1999) Pemerintahan) Barang/Jasa
Prioritas Proyek) - Bandara (UU 1/2009) - Perpres 38/2005 Pemerintah
- Permenko 4/2006 diubah oleh perpres UU 17/2003
(Tata Cara Evaluasi 65/2006 dan Per Ka tentang Keuangan
Proyek yang BPN 3/2007 Negara
Membutuhkan duk. (Pengadaan Tanah) UU 25/2007
Pem) - Permendagri 22/2009 tentang
(Juknis Tata Cara Penanaman
Kerjasama Daerah) Modal
Peraturan
Peraturan KPS Terkait Non-
KPS
Peraturan Lintas Peraturan Sektor Peraturan Terkait Lain
Sektor
- Perpres 13/2010 - Jalan Tol (PP 15/2005) - PP 6/2006
- Perpres 67/2005 - Kereta Api (UU (Pengelolaan BMN/D) Perpres 54/2010
- Perpres 42/2005 23/2007) - PP 50/2007 (Tata Cara tentang
(KKPPI) - SPAM (PP 16/2005) Pelaksanaan Pengadaan
- PMK 38/2006 - Listrik (UU 15/1985) Kerjasama Daerah) Barang/Jasa
tentang (dukungan - Pelabuhan (UU - PP 1/2008 (Investasi Pemerintah
pemerintah) 17/2008 tentang Pemerintah) Keppres 80/2003
- Permenko 3/2006 Pelayanan) - PP 38/2007 tentang
(Tata Cara - Telekomunikasi (UU (Pembagian Urusan Pengadaan
Penyusunan Daftar 36/1999) Pemerintahan) Barang/Jasa
Prioritas Proyek) - Bandara (UU 1/2009) - Perpres 38/2005 Pemerintah
- Permenko 4/2006 diubah oleh perpres UU 17/2003
(Tata Cara Evaluasi 65/2006 dan Per Ka tentang Keuangan
Proyek yang BPN 3/2007 Negara
Membutuhkan duk. (Pengadaan Tanah) UU 25/2007
Pem) - Permendagri 22/2009 tentang
(Juknis Tata Cara Penanaman
Kerjasama Daerah) Modal
Dalam praktek PPP di Indonesia, banyak terdapat pembangunan fisik
diperuntukkan untuk fasilitas publik, yang dalam pengerjaannya menggunakan pola
PPP. Berbagai kendala juga terjadi selama implementasi kerjasama, antara lain
investor tidak mendapat profit seperti yang diharapkan, yang disebabkan tidak
stabilnya kondisi perekonomian di Indonesia. Terjadinya pemutusan kontrak oleh
investor sebelumnya yang telah menjalani masa konsesi selama jangka waktu tertentu,
dengan alasan tidak tercapainya tujuan investor juga terjadi. Namun hal itu belum
tercakup dalam klausul perjanjian kerjasama, sehingga aturan tambahan jika hal-hal
seperti tersebut diatas terjadi, belum ada klausul yang mengatur dan memerlukan
perjanjian tambahan. Dari fenomena tersebut, maka perlu kiranya diidentifikasi
faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pada pelaksanaan PPP sehingga dapat
menjadi pedoman bagi kontrak PPP selanjutnya.
5. Prinsip, Manfaat, dan Tujuan pelaksanaan PPP
Pelaksanaan PPP dilakukan diantaranya berdasarkan prinsip: adil, terbuka,
transparan, dan bersaing. Dengan adanya pengadaan yang mengedepankan
transparansi dan persaingan, manfaat yang dapat diraih adalah:
- Meningkatkan penerimaan publik terhadap proyek PPP.
- Mendorong kesanggupan lembaga keuangan untuk menyediakan pembiayaan
tanpa sovereign guarantees.
- Mengurangi risiko kegagalan proyek.
- Dapat membantu tertariknya bidders yang sangat berpengalaman dan berkualitas
tinggi.
- Mencegah aparat pemerintah dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
- Jaminan “harga pasar”, tol, retribusi, dan sebagainya yang terendah.
- Memperbaiki kemungkinan diterimanya proyek tersebut oleh masyarakat umum.
- Meningkatkan kesediaan lembaga keuangan untuk menyediakan pembiayaan,
sedapat mungkin tanpa jaminan pemerintah.
- Menurunkan biaya pendanaan.
- Mengurangi resiko kegagalan proyek.
- Meningkatkan kemudahan memperoleh perijinan untuk proyek.
- Membantu untuk menarik pihak swasta yang lebih berkualitas dan
berpengalaman.
- Melindungi pejabat pemerintah dari tuduhan melakukan “KKN”.
- Meningkatkan investasi dalam proyek infrastruktur dan menciptakan
pertumbuhan ekonomi.
k. Lease/Purchase
Bentuk kerjasama ini terjadi ketika pemerintah membuat kontrak dengan swasta
untuk merancang dan membiayai serta membangun prasarana publik, tetapi
setelah selesai dibangun prasarana tersebut menjadi milik pemerintah. Lalu pihak
swasta tersebut menyewa prasarana tersebut kepada pemerintah untuk
dioperasikan dalam periode waktu tersebut sesuai dengan perjanjian. Berdasarkan
perjanjian ini pengoperasian fasilitas dapat dilakukan oleh kedua belah pihak
(pemerintah-swasta) selama masa sewa. Lease/purchase sudah digunakan pada
General Service Administration pada pembangunan gedung kantor pemerintah
negara bagian dan pembangun gedung-gedung penjara di Amerika Serikat.
l. Sale/Leaseback
Sale/leaseback merupakan bentuk kerjasama pengaturan keuangan dimana
pemilik fasilitas menjual kepada pihak lain, dan setelah itu menyewa kembali dari
pemilik baru tersebut. Baik pemerintah maupun swasta dibolehkan ikut masuk
didalam pengaturan sale/leaseback meskipun dengan banyak pertimbangan.
Inovasi penggunaan bentuk kerjasama ini adalah penjualan fasilitas umum kepada
sektor publik atau perusahaan swasta dengan pertimbangan pembatasan
kewajiban dari pemerintah. Berdasarkan dari kesepakatan tersebut, pemerintah
yang menjual fasilitas menyewanya kembali dan melanjutkan pengoperasiannya.
m. Tax, Exempt Lease/Turnkey
Turnkey merupakan bentuk kerjasama dimana pemerintah membiyai suatu proyek
dan pihak swasta melaksanakan perancangan, pembangunan dan pengoperasian
dalam waktu yang telah disepakati bersama. Persyaratan standard dan untuk
Kinerja ditetapkan oleh pemerintah dan kepemilikan tetap ditangan pemerintah.
Bentuk-bentuk kerjasama PPP di atas dapat dibedakan antara satu dengan
yang lainnya dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
- Kepemilikan aset. Kepemilikan aset merupakan hak atas kepemilikan terhadap
aset yang dikerjasamakan, apakah aset itu berada ditangan pemerintah atau
swasta, selama jangka waktu tertentu. Semakin besar keterlibatan pihak swasta
dalam kepemilikan aset maka akan semakin menarik minat mereka
bekerjasama/berinvestasi. Kepemilikan aset dapat dibedakan apakah menjadi
milik pemerintah, milik swasta, atau milik pemerintah dan swasta (kepemilikan
bersama).
- Operasional dan pengelolaan asset. Operasional dan pengelolaan aset merupakan
kriteria yang mengindentifikasikan pendelegasian tanggung jawab untuk
mengelola aset yang dikerjasamakan selama kurun waktu tertentu. Pihak yang
mengelola berpeluang untuk memperoleh pendapatan dari aset kerjasama.
Operasional dan kepemilikan aset dapat dibedakan menjadi tanggung jawab
pemerintah, swasta, atau tanggung jawab bersama.
- Investasi modal atau penanam modal. Investasi modal merupakan kriteria
berkaitan dengan siapa yang akan menanamkan modal tersebut pada aset yang
akan dikerjasamakan. Investasi modal dapat dibedakan menjadi investasi
pemerintah, swasta, atau investasi dengan modal bersama.
- Resiko-resiko yang akan terjadi. Risiko komersial merupakan kriteria yang
berhubungan siapa yang akan dibebani dengan risiko-risiko komersial tersebut
yang nanti akan muncul selama pembangunan dan pengelolaan aset yang
dikerjasamakan. Risiko komersial yang akan terjadi dapat dibebankan kepada
pemerintah, swasta, atau menjadi beban bersama.
- Durasi kerjasama
Durasi kerjasama merupakan kriteria yang berkaitan dengan jangka waktu
kerjasama yang disepakati. Semakin lama jangka waktu kerjasama akan
memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembalian. Durasi kerjasama
dapat dibedakan menjadi jangka pendek, jangka menengah, atau jangka
Dari keseluruhan bentuk kerjasama PPP diatas, tidak semua bentuk kerjasama
dilakukan di Indonesia, berikut adalah kerjasama yang dilakukan di Indonesia:
a. BOT (Build, Operate, Transfer)
Swasta membangun, mengoperasikan fasilitas dan mengembalikannya ke
pemerintah setelah masa konsesi/kontrak berakhir.
- Jalan Tol
- Terminal Udara (Airports)
- Bendungan&bulk water supply
- Instalasi Pengolahan Air (water/wastewater treatment plant)
- Pelabuhan Laut (Sea Ports)
- Fasilitas IT (Information Technology)
- Pembangkit Listrik (Independent Power Producer/IPP)
b. BTO (Build, Transfer, Operate)
Swasta membangun, menyerahkan asetnya kepemerintah dan mengoperasikan
fasilitas sampai masa konsesi/kontrak berakhir.
c. ROT (Rehabilitate, Operate, Transfer)
Swasta memperbaiki, mengoperasikan fasilitas dan mengembalikannya ke
pemerintah setelah masa konsesi/kontrak berakhir.
d. BOO (Build, Own, Operate)
Swasta membangun dan memiliki fasilitas serta mengoperasikannya. Beberapa
contoh BOO adalah:
- Pelabuhan Udara (keseluruhan atau sebagian)
- Jalan Tol
- Pelabuhan Laut
- Penyediaan dan distribusi air bersih
- Rumah Sakit
- Fasilitas olahraga