Dan pada satu kesempatan dia menceritakan telah melewati CEKUNGAN BANDUNG. Dia
menyusuri lereng-lereng gunung yang mengelilingi daratan Bandung, yang pada waktu itu
diperkirakan masih berrawa-rawa (sisa-sisa danau Bandung Purba) dan berbahaya.
Menariknya, ketika sampai di Bukit Patenggang (diperkiraan di daerah Ngamprah dan Cilame
Padalarang), Legenda Sangkuriang Kesiangan disebut-sebut oleh Bujangga Manik. Rupanya,
legenda tersebut telah tekenal juga di akhir abad ke-15.
“Membaca Buku ini, kita seperti dituntun dalam melakukan perjalanan dan ‘petualangan’
menyusuri seluruh pelosok Dataran Tinggi Bandung dengan latar belakang sejarahnya.
Semuanya hampur tidak ada lagi yang tersisa. Buku ini selain memperkaya pengetahuan kita
tentang Cekungan Bandung, terutama sekali yang menyangkut ilmu kebumian dan
fenomenanya, juga enak dibaca dan memikat karena ditulis dengan gaya bahasa yang ringan
dan popular.”
“….Dibantu buku ini, kita bisa melihat sisi lain Bandung yang terlupa. Dan kali ini kita bisa
memilih untuk tidak lupa. Siapa tahu? Saat libur tiba, kemudian kendaraan kita bisa berbelok tak
hanya untuk belanja dan makan saja, tapi juga sejenak mengantarkan kita ke tempat-tempat
mengagumkan mencengangkan, dan juga membuat kita rendah hati di hadapan alam raya.
Sebuah perasaan langka dalam kehidupan modern yang serba cepat dan serba sibuk ini.
“…Saya menyambut baik penerbitan buku “Wisata Bumi Cekungan Bandung” buah karya
saudara Budi Brahmantyo dan T.Bachtiar, Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB).
Kehadiran buku kecil ini diharapkan dapat menjadi referensi wawasan yang berharga bagi
seluruh lapisan masyarakat mengenai Cekungan Bandung, sehingga masyarakat dapat
mengenali, mencintai dan melestarikan lingkungannya. Di samping itu, gambaran yang jelas
mengenai alam Cekungan Bandung yang ada dalam buku ini diharapkan dapat berguna sebagai
panduan bagi para wisatawan domestic maupun mancanegara yang hendak berwisata
menikmati keindahan dan keunikan Kota Bandung dan Jawa Barat pada umumnya.”