Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

Family Stress Coping and


Adaptation
Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh Kelompok V

Al-hikmah
Inayati Salsabila
Lilis Zuhriyah
Nika Sari S.C
Nur Triningtyas Putri
Runingga Andaminafa
Syahdah Dinuriah

4/29/2014

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan – Program Studi Ilmu Keperawatan – UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta : 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan Makalah dengan tema “Memahami Family Stress
Coping and Adaptation” tepat pada waktunya.

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga I
2014.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Karyadi selaku dosen Keperawatan
Keluarga I yang telah memberikan informasi dan bimbingan. Selain itu, penyusun juga berterima
kasih pada pihak-pihak lain yang terkait dalam penyelesaian pembuatan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca untuk
perbaikan dalam penyusunan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Ciputat , 29 April 2014

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4
2.1 Konsep Dasar Stress dan Koping ....................................................................... 4
2.2 Teori Stress Keluarga ......................................................................................... 7
2.3 Stressor dan Pengaruhnya .................................................................................. 10
2.4 Strategi Koping................................................................................................... 12
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Koping .................................................................. 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 18

2
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stres sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, stres merupakan salah satu gejala
psikologis yang dapat menyerang setiap orang. Stres dapat timbul karena adanya konflik dan
frustrasi. Sebagian besar orang beranggapan bahwa yang dimaksud stres adalah sesuatu yang
tidak menyenangkan dan membuat orang tersebut merasa tidak nyaman, bingung, mudah marah,
tekanan darah meningkat, detak jantung lebih cepat, gangguan pencernaan, dan sebagainya.
Sebagian besar stres dapat dipicu karena pengaruh eksternal dana da pula yang dipengaruhi oleh
faktor internal individu tersebut. Stres sebenarnyadapat dicegah dan diatasi dengan cara-cara
tertentu. Tapi melihat adanya hal-hal tersebut, tampaknya tidak banyak orang yang mengetahui
tentang stres, bagaimana mencegahnya, mengatasi, ataupun memanfaatkan stres tersebut sebagai
salah satu bagian dari hidup kita. Pemahaman yang baik terhadap stres akan membantu kita
dalam menghadapi stres ketika stres tersebut menyerang kita, melalui penanganan yang tepat
dengan adanya pemahaman yang baik mengenai stres, maka individu tidak akan terkena dampak
negatif dari stres tersebut. Untuk dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman akan stress
tersebut, maka saya susun makalah ini yang membahas tentang stres coping dan adaptasi lebih
lanjut dengan sumber-sumber yang berbeda.

3
BAB II

Tinjauan Teori

I. Konsep dasar stress


A. Pengertian stress

Stress merupakan suata respon adaptif individu terhadap situasi yang diterima seseorang
sebagai suatu tantangan atau ancaman keberadaannya.

Ada tiga aspek gangguan seseorang yang mengalami stress yaitu gangguan dari aspek fisik ,
aspek kognitif dan aspek emosi.

B. Hal-hal yang menimbulkan stress


1. External stressor
- Lingkungan fisik misalnya kebisingan , cahaya yang berlebihan , suhu udura yang panas
dan kondisi ruangan yang sempit
- Interaksi sosial misalnya tindakan kasar , korban sikap berkuasa , menerima tindakan
agrasif dari pihak lain dan mengalami kekerasan.
- Organisational , suatu organisasi yang dapat menimbulkan stress adalah adanya peraturan
yang terlalu , tekanan date line yang harus dipenuhi.
- Kecerobohan kehidupan sehari hari
2. Internal stressor
- Stressor internal dapat disebabkan adanya pemilihan terhadap gaya hidup yang diwarnai
dengan kecanduaan minum minuman yang mengandung kafein , kurang tidur dan jadwal
yang terlalu padat.
- Pembicaraan pribadi yang negative , hal ini ditandai dengan pemikiran yang pemisimis ,
sering , mengkritik diri sendiri.
- Jebakan pemikiran , misalnya harapan yang tidak realistis .
C. Tingkat stress
a. Eustress

Adalah stress positif yang terjadi ketika tingkatan stress cukup tinggi untuk memotivasi agar
bertindak untuk mencapai sesuatu. Contoh latihan fisik atau mencapai promosi.

b. Distress (negative)

Terjadi ketika stress terlalu tinggi atau terlalu rendah dan tubuh serta pikiran mulai menanggapi
stresor dengan negative. Stress ini merupakan stress menganggu kesehatan dan sering
menyebabkan ketidakseimbangan antara tuntutan stress dan kemampuan untuk memenuhi
tuntutan.

D. Tahapan stress

4
Tahap alarm stage

Saat dimana mulai mengalami kejadian yang menyebabkan stress atau sesuatu yang
menyebabkan perubahan psikologi pada tubuh. Pengalaman dan persepsi ini mengganggu
keseimbangan badan dan tubuh merespon stressor dengan segera dan seefketif mungkin.

Tahap resistensi

Tahap ini tubuh mencoba untuk menyesuaikan dengan stressor dengan memulai proses dan
memperbaiki keruskan yang diakibatkan oleh streossre. Indikator perilaku dari tahap ini adalah
kurang perhatian terhadap keluarga, sekolah , kehidupan , perubahan kebisaan makan , insomnia
, kemarahan dan fatigue. Indikator kognitif meliputi kesulitan memecahkan masalah , bingung ,
mimpi buruk. Indikator emosi adalah kesedihan , ketakutan , kecemasan , panik , qulit.

Tahap exhaustion

Selama tahap ini stressor tidak diatur dengan efektif , tubuh dan pikiran tidak mampu untuk
memperbaiki kerusakan.

II. Konsep koping

A. Pengertian koping

Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikanm masalah, menyesuaikan
diri dengan perubahan, respons terhadap situasi yang mengancam. Upaya individu dapat berupa
perubahan cara berfikir ( kognitif ) perubahan perilaku atau peruba han lingkungan yang
bertujuan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi. Koping yang efektif akan menghasilkan
adaptasi.

Koping juga dapat diartikan sebagai respon terhadap stres, yaitu apa yang dirasakan,
dipikirkan dan dilakukan oleh individu untuk mengontrol, mentolerir dan mengurangi efek
negatif dari situasi yang dihadapi ( Fleming dkk, 1984 )

B. Penggolongan koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen,
1995) yaitu :

a. Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain,
memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.

b. Mekanisme koping maladaptif Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi,
memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.

5
Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial
(Lazarus dan Folkman, 1985; Stuart dan Sundeen, 1995; Townsend, 1996; Herawati, 1999;
Keliat, 1999) yaitu :

1. Reaksi Orientasi Tugas

Berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress secara realistis, dapat
berupa konstruktif atau destruktif. Misal :

a) Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk
memuaskan kebutuhan.

b) Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara
fisik atau psikologis.

c) Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau
memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.

2. Mekanisme pertahanan diri, yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan


mental. Adapun mekanisme pertahanan diri adalah sebagai berikut :

a) Kompensasi

Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas
menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.

b)Penyangkalan (denial)

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.


Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.

c) Pemindahan (displacement)

Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain yang biasanya netral
atau lebih sedikit mengancam dirinya.

d) Disosiasi

Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.

e)Identifikasi

6
MODEL STRESS KELUARGA

1. Model stress keluarga dari Hill (1945) dalam Friedman(2003) adalah model yang
mengambarkan faktor-faktor yang menghasilkan krisis atau non-krisis dalam keluarga.
Berdasarkan riset ari Hill, tentang perpisahan akibat perang dan reuni, ia
mengembangkan teori stress keluarga yang disebut ABCX, dimana ia
mengidentifikasikan satu set variable utama dan hubungannya yang menimbulkan krisis
keluarga. Secara teoritis, ia mengambarkan determinan-determinan krisis keluarga, yaitu :
“ faktor A (kejadian atau stressor) yang berinteraksi dengan B (sumber-sumber koping
keluarga), selanjutnya berinteraksi dengan C (persepsi keluarga terhadap kejadian), yang
akhirnya menghasilkan X (krisis).

2. Model ABCX dari McCubbin dan Pattreson (1980) dalam Friedman (2003)
merupakan bentuk pengembangan dari teori ABCX-nya Hill meliputi variable-variabel
krisis, teori McCubbin dan Patterson menjelaskan perbedaan dalam adaptasi keluarga
pasca krisis. Setiap variable asli (ABCX) diuji kembali dan definisi-definisinya
dimodifikasi.

3. Model stress keluarga dari Boss (1983) dalam Friedman (2003). Ia telah
mengembangkan teori stress dari Hill untuk menerangkan pengaruh konteks keluarga.
Keluarga tidak hidup dalam isolasi tetapi mereka merupakan bagian dari konteks yang
lebih besar yang mempengaruhi variabel-variabel model dari Hill. Dua konteks berbeda
yang menjadi media bagi stress keluarga adalah konteks internal dan eksternal. Konteks
eksternal dari keluarga adalah konteks yang tidak dikontrol oleh keluarga. Konteks
tersebut termasuk lingkungan dimana keluarga berada, terdiri dari batas-batas genetik dan
perkembangan, dan konteks “tempat dan waktu” (sejarah, ilmu, ekonomi, kebudayaan).
Konteks internal keluarga terdiri dari tiga elemen yang dikontrol oleh keluarga dan dapat
7
diubah. Ada elemen-elemen psikologis, struktural dan filosofis. Elemen-elemen
struktural sama dengan dimensi-dimensi struktural, tanpa memasukkan nilai-nilai
keluarga: konteks psikososial merujuk pada definisi dari keluarga tentang
kejadian/stressor; konteks filosofis merujuk pada keyakinan dan nilai-nilai dari keluarga.
Model dari Boss didasarkan pada konteks yang digambarkan sebagai dua lingkaran
konsentrik yang mengelilingi model ABCX. Lingkaran paling luar adalah konteks
eksternal, dan lingkaran paling dalam adalah konteks internal.

Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.

f) Intelektualisasi

Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.

g) Rasionalisasi

8
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk
menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.

h). Sublimasi

Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu
dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.

i). Supresi

Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya


merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan
dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya.

j). Represi

Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang menyakitkan
atau bertentangan, dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer yang
cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.

C. Jenis jenis koping

a. Emotional focus Coping, digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres.
Pengaturan ini melalaui perilaku individu, seperti: penggunaan alcohol, bagaimana meniadakan
fakta - fakta yang tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu
mengubah kondisi yang ‘ stresfull ’individu akan cenderung untuk mengatur emosinya.

b.Problem focus Coping, digunakan untuk mengurangi stressor, individu akan menagtasi
dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. Individu akan
cenderung menggunakan strategi ini, bila yakin akan dapat menubah situasi.

D. Karasteristik koping tidak efektif

Beberapa koping yang tidak efektif antara lain

a. Menyatakan tidak mampu.

b. Tidak mampu menyelesaikan masalah secara efektif.

c. Perasaan cemas, takut, marah, tegang, gangguan psikologis seperti sindrom pramenstruasi,
dan adanya stres kehidupan.

d. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, perilaku merusak.

9
Stressor dan Pengaruh nya.
Stres tidak sama dengan kegelisahan atau ketegangan. Kegelisahan adalah reaksi
rasa takut atas berbagai sebab yang tak di ketahui, respon pertama dari tubuh kitalah yang
sering kali merespon perubahan yang mendadak. Ketegangan di sisi lain , adalah
kontraksi teganganya berbagai otot, suka atau tidak.
Berbagai respon terhadap ketakutan, marah dan khawatir terkait dengan reaksi
tubuh yang kita asosiasikan sebagai stress. Beberapa faktor penyebab stress terkadang
positif, sebuah contoh faktor penyebab stress yang positif ; adalah bersiap-siap untuk
menikah. Sedangkan contoh faktor penyebab stress yang negative adalah kematian di
dalam keluarga. Dalam setiap kasus, kita harus melakukan berbagai adaptasi. Sewaktu
kita sedang menandai suatu situasi sebagai “problem” , pada kenyataannya kita sedang
memproduksi faktor-faktor penyebab stress yang tak menyenangkan. Setiap kali kita
bereaksi terhadap faktor penyebab stress, senang atau tak senang, kita sedang beradaptasi
dengan berbagai perubahan. Karena itu, stress adalah sejumlah perubahan yang
diadaptasikan oleh tubuh kita untuk membantu kita beradaptasi dengan berbagai
perubahan lingkungan atau situasi. Ini mirio dengan perubahan temperature, kita
merespon panas sebagaimana kita merespon dingin. Dengan cara yang sama, kita
merespon berbagai tuntutan positif dan negative.
Hans Selye, seorang ahli dibidang stress, menjelaskan bagaimana temuanya
tentang stress berasal dari sejumlah observasi yang sangat sederhana. Sebagai seorang
mahasiswa medis, ia mencatat pada umumnya orang mulai menampakan kelelahan
tertentu dan ketidaknyamanan ketika mereka sakit; di samping itu, keadaan umumini
barangkali muncul bukan hanya selama sakit, tapi juga setelah peristiwa fisikal atau
emosional yang menekan. Didorong oleh berbagai observasi awal ini, Selye mulai
meneliti untuk mengidentifikasikan respon fisik yang konsisten ini terhadap keadaan-
keadaan yang menekan.
Dia menemukan bahwa perubahan temperature yang mendadak, infeksi bakteri,
suara berisik atau kejutan , seluruhnya bisa memicu berbagai system pertahanan tubuh
yang sama.Selye menyebut ini sebagai reaksi (tubuh) nonspesifik ( yang berlaku umum
bagi hampir semua orang) terhadap berbagai keadaan stress yang menekan. Kapan pun
sebuah peristiwa memicu reaksi ini, peristiwa itu disebut faktor penyebab stress.

10
Syndrom Adaptasi Umum (SAU), istilah medis dari Selye untuk stress, berkembang
dalam tiga tahap; reaksi peringatan (the alarm reaction), tahap resistensi dan tahap
kelealahan ( kehabisan energy). Reaksi peringatan awal di bangkitkan oleh system saraf
simpatik dan parasimpatik yang berfungsi serempak. Subsistem ini mengadaptasi fungsi-
fungsi tubuh unutk memenuhi tekanan stress. Sistem simpatik merangsang kelenjar
adrenalin untuk memproduksi adrenalin. Secara bersamaan hipotalamus menggerakan
hormone untuk bebar dari kelenjar di bawah otak. Melalui sinyal-sinyal hormonya,
kelenjar induk ini mengatur pertahanan jasmaniah (somatic) umum bagi reaksi adaptasi.
Dengan menolak penyakit atau bahaya.Selama fase kedua Syndrom Adaptasi Umum
(SAU) berbagai reaksi saraf tubuh dan kelenjar endokrin terus berlangsung sampai situasi
stress mereda.
Pengeluaran energy dan berbagai potensi vital tubuh lainya, dalam dua tahap
pertama stress, kemudian akan membawa pada tahap ketiga stress, yakni kelelahan.
Kelelahan ini terus berlangsung sampai tubuh bisa memperoleh istirahat yang banyak dan
memulihkan diri sendiri. Jjika tubuh tidak menerima istirahat yang cukup untuk
memperbaiki keseimbangan. Stress menjadi kondisi kronis secara gradual akan merusak
kesehatan tubuh dan emosi.
Tidak hanya tekanan-tekanan fisik tapi juga emosi tinggi bisa meningkatkan
produksi adrenalin. Organisme mengalami keadaan peringatan ini sebagai persiapan
untuk bertarung atau menghindar (fight or flight). Meski komponen-komponen perilaku
dari “syndrome bertarung atau menghindar” ini barangkali ditekan atau diubah, namun
seseorang tidak dapat menekan akibat-akibat biokimia yang terjadi.
Perubahan-perubahan biokimia dari reaksi peringatan “bertarung atau
menghindar””, meliputi hilangnya endapan-endapan lemak pada tubuh karena zat-zat
asam lemak dipakai sebagai bahan bakar untuk mengeluarkan energy. Meningkatnya
sejumlah lemak yang terkandung dalam aliran darah menyebabkan penyakit serangan
jantung. Konsentrasi zat asam lemak yang tinggi di dalam darah diasosiasikan dengan
tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan stroke. Hipertensi, suatu kondisi kronis
dimana tekanan-tekanan fisik secara mencolok sangat berpengaruh.
Berbagai reaksi negative stress yang paling umum terjadi berfungsi sebagai tanda-
tanda peringatan awal akan perusakan terhadap tubuh. Reaksi-reaksi itu meliputi sesak di

11
dada, detak jantung yang keras atau cepat, sifat gampang marah, susah tidur, kurang
konsentrasi, lupa , perut melilit , tegang di leher dan bahu, sakit kepala yang membandel,
mulut kering, telapak tangan berkeringat, rahang kaku, sakit punggung dan sakit bagian
tubuh lainya. Dalam keadaan ini, yakni ketika menghadapi krisis seseorang bukanya
mampu berfikir jernih malah cendrung panic.
Ketika stress terus meningkat, berbagai tanda kerusakan semakin tampak;
kurangnya kesabaran, sakit perut , jantung berdebar. Ketika berbagai dampak stress telah
berakumulasi dalam waktu yang amat panjang, maka berbagai dampak itu pada ahirnya
menguras suplai energy-adaptif. Dampaknya yang biasa adalah kesakitan, sakitnya
berupa sakit kepala, tekanan darah tinggi, alkoholisme,kecanduan obat, asma dan
penyakit jantung.

Strategi Koping Keluarga

Koping keluarga didefinisikan sebagai respons aktif yang positif, sesuai dengan masalah,
afektif, persepsi, dan respon prilaku yang digunakan keluarga dan subsistemnya untuk
memecahkan suatu masalah atau mengurangi stress yang diakibatkan oleh masalah atau
peristiwa. Dengan mengubah dari tingkat koping individu menjadi koping keluarga, koping
menjadi lebih rumit. Respons-respons atau prilaku koping keluarga merupakan tindakan-
tindakan pengenalan yang digunakan keluarga sedangkan pola-pola dan strategi koping adalah
respon-respons sama yang membentuk set-set homogeny.

Respons-respons koping keluarga meliputi tipe strategi koping internal dan eksternal.

1. Strategi koping internal


a. Mengandalkan kelompok keluarga.
Dalam mengatasi masalah atau stressor yang dihadapi oleh keluarga, keluarga
seringkali melakukan upaya untuk menggali dan mengandalkan sumber-sumber
mereka sendiri. Keluarga melakukan ini dengan membuat struktur dan organisasi
yang lebih besar dalam keluarga, yakni dengan membuat jadwal dan tugas
rutinitasyang dipikul oleh setiap anggota keluarga yang lebih ketat. Dalam kondisi ini
keluarga dapat mengontrolnya, jika berhasil maka akan mencapai integrasi dan ikatan

12
yang lebih kuat. Strategi koping yang khas adalah disiplin diri dikalangan anggota
keluarga yang mengalami stress, mereka harus memelihara ketenangan dan dapat
memecahkan masalah karena mereka yang bertanggungjaab terhadap diri sendiri dan
anak-anaknya.
b. Penggunaan humor.
Menunjukkan bahwa perasaan humor merupakan aset yang penting dalam keluarga
karena dapat memberikan perubahan bagi sikap-sikap keluarga terhadap masalah-
masalah dan perawatan kesehatan. Humor juga diakui sebagai suatu cara bagi
individu dan kelompk untuk menghilangkan rasa cemas dan stress atau tegang.
c. Pengungkpan bersama yang semakin meningkat ( memelihara ikatan keluarga).
Suatu cara untuk membawa keluarga lebih dekat satu sama lain dan memelihara serta
mengatasi tingkat stress dan pikiran, ikut serta dengan aktivitas setiap anggota
keluarga merupakan cara untuk menghasilkan suatu ikatan yang kuat dalam sebuah
keluarga. Cara untuk mengatasi masalah dalam keluarga adalah : adanya waktu untuk
makan bersama-sama dalam keluarga, saling mengenal, membahas masalah bersama,
makan malam bersama, adanya kegiatan yang menantang bersama keluarga,
beribadah bersama, dan lain-lain.
d. Mengontrol arti atau makna dari masalah.
Pembentukan kembali kognitif dan penilaian pasif. Salah satu cara untuk menemukan
koping efektif adalah menggunakan mekanisme mental dengan mengartikan dengan
mengartikan masalah yang dapat mengurangi atau menetralisisr secara kognitif
ragsang berbahaya yang dialami dalam hidup. Menambah pengetahuan keluarga
merupakan cara yang paling efektif untuk mengetahui stressor yaitu dengan
keyakinan yang optimis dan penilaian yang positif. Keluarga menggunakan strategi
ini cenderung melihat segi positif dari kejadian yang menyebabkan stress.
e. Pemecahan masalah keluarga secara bersama-sama.
Pemecahan masalah bersama dikalangan anggota keluarga merupakan strategi koping
keluarga yang telah dipelajari melalui riset oleh sekelompo peneliti keluarga.
Pemecahan masalah bersama dapat digambarkan sebagai suatu situasi dimana
keluarga mendiskusikan masalah yang ada secara bersama-sama oleh keluarga

13
dengan mengupayakan mencari solusi atau jalan keluar atas dasar logika, persepsi dan
usulan dari anggota keluarga yang berbeda.
f. Fleksibilitas peran.
Adanya perubahan dalam kondisi dan situasi dalam keluarga yang setiap saat dapat
berubah, fleksibilitas peran merupakan suatu strategi koping yang kokoh untuk
mengatasi suatu masalah dalam keluarga. Pada keluarga yang berduka, fleksibilitas
peran adalah sebuha strategi koping fungsional yang penting untuk membedakan
tingkat berfungsinya sebuah keluarga.
g. Normalisasi.
Salah satu strategi koping keluarga yang lain adalah kecenderungan keluarga
menormalkan keadan sehingga keluarga dapat melakukan koping terhadap sebuah
stresor jangka panjang yang dapat merusak kehidupan keluarga dan kegatan rumah
tangga. Normalisasi merupakan cara untuk mengkonseptualisasikan bagaimana
keluarga mengelola ketidakmampuan seorang anggota keluarga, sehingga dapat
menggambarkan respons keluarga terhadap sakit atau kecacatan. Bila anak dalam
keluarga sakit, maka keluarga dapat menormalkan situsai dengan meminimalkan
situasi abnormalitas dalam penampilan anak, berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
biasa dan terus memelihara ikatan sosial.

2. Strategi koping eksternal


a. Mencari informasi.
Keluarga yang mengalami stres memberikan respon secara kognitif dengan mencari
pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan stresor. Ini berfungsi untuk
menambahrasa memiliki control terhadap situasi dan mengurangi perasaan takut
terhadap orang yang tidak dikenal dan membantu keluaga menilai stresor secara lebih
akurat.
b. Memelihara hubungan aktif dengan komunitas.
Kategori ini berbeda dengan koping yang menggunakan sistem dukungan sosial
dimana kategori ini merupakan suatu koping keluarga yang berkesinambungan,
jangka panjang dan bersifat umum, bukan sebuah kategori yang dapat meningkatkan

14
stresor spesifik tertentu. Dalam hal ini anggota keluarga adalah pemimpin dalam
suatu kelompok, organisasi dan kelompok komunitas.
c. Mencari dukungan sosial.
Mencari sistem pendukung sosial dalam jaringan sosial keluarga merupakan koping
keluarga eksternal yang utama. Sistem pendukung sosial ini dapat diperoleh dari
sistem kekerabatan keluarga, kelompok professional, para tokoh masyarakat dan lain-
lain yang didasarkan pada kepentingan bersama. Terdapat tiga sumber umum
dukungan sosial, yaitu:
1. Penggunaan jaringan dukungan sosial informal
Dukungan sosial ini biasanya diberikan oleh kerabat dekat atau tetangga dekat
atau tokoh masyarakat. Strategi ini memiliki dua tujuan utama koping, yaitu :
pertama, sistem ini memberikan dukungan pemeliharaan dan emosional bagi
keluarga. Kedua, bantuan yang berorientasi pada tugas yang biasa dilakukan
keluarga, misalnya bantuan perawatan, melakukan tugas-tugas rumah tangga,
bantuan praktis pada saat kritis.
2. Penggunaan sistem sosial formal
Sistem sosial formal dilakukan ketika keluarga gagal untuk menangani
masalahnya sendiri, maka keluarga harus dipersiapkan untuk beralih kepada
profesional bayaran untuk memecahkan masalah.
3. Penggunaan kelompok-kelompok mandiri
Penggunaan kelompok mandiri sebagai bentuk dukungan sosial dilakuakn melalui
organisasi yang luas seperti perkumpulan yang berorientasi pada penyembuhan
penyakit misalnya perkumpulan penyakit asma, jantung, dan lain-lain.
d. Mencari dukungan spiritual
Beberapa studi mengatakan keluarga berusaha mencari dan mengandalkan dukungan
spiritual anggota keluarga sebagai cara keluarga untuk mengatasi masalah.
Kepercayaan kepada Tuhan dan berdoa diidentifikasikan oleh anggota keluarga
sebagai cara paling penting bagi keluarga dalam mengatasi suatu stresor.

15
Factor Yang Mempengaruhi Strategi Koping

Menurut Stuart dan Laraia (2005), cara individu menangani situasi yang mengandung
tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi lesehatan fisik / energy,
keterampilan memecahkan masalah, keterampilan social dan dukungan social dan materi.

a) Kesehatan fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stress
individu dituntut untuk dapat mengerahkan tenaga yang cukup besar.
b) Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan
nasib yang mengarahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan yang akan
menurunkan kemampuan strategi koping.
c) Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternative tindakan,
kemudian mempertimbangkan alternative tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin
dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan
yang tepat.
d) Keterampilan social
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan
cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai social yang berlaku di masyarakat.
e) Dukungan social
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada
diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan
lingkungan masyarakat sekitarnya.
f) Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan yang
biasanya dapat dibeli.

16
BAB III

Kesimpulan

Ada tiga aspek gangguan seseorang yang mengalami stress yaitu gangguan dari aspek fisik ,
aspek kognitif dan aspek emosi. Pada saat seseorang mengalami Stress maka dibutuhkan
mekanisme koping, Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikanm
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respons terhadap situasi yang mengancam.

Koping juga dapat diartikan sebagai respon terhadap stres, yaitu apa yang dirasakan,
dipikirkan dan dilakukan oleh individu untuk mengontrol, mentolerir dan mengurangi efek
negatif dari situasi yang dihadapi

Saat mengalami stress maka tubuh berusaha untuk beradaptasi. Maka ditemukan respon
adaptasi yaitu Syndrom Adaptasi Umum (SAU), istilah medis dari Selye untuk stress,
berkembang dalam tiga tahap; reaksi peringatan (the alarm reaction), tahap resistensi dan tahap
kelealahan ( kehabisan energy).

Dalam mengatasi masalah atau stressor yang dihadapi oleh keluarga, keluarga seringkali
melakukan upaya untuk menggali dan mengandalkan sumber-sumber mereka sendiri dalam
meningkatkan koping, maka dibuatlah strategi koping keluarga.

Dan cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya
individu yang meliputi lesehatan fisik / energy, keterampilan memecahkan masalah,
keterampilan social dan dukungan social dan materi.

17
BAB III

Daftar Pusataka

Ramli,cecep.2007.Fit from within.Jakarta: Serambi ilmu semesta

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312091/bab2.pdf diunduh pada 29 April


2014 pukul 16:42

18

Anda mungkin juga menyukai