Anda di halaman 1dari 4

PERAWATAN ORTODONTIK PADA MASA KEHAMILAN

ABSTRAK

Kehamilan merupakan suatu masa khusus dalam kehidupan wanita yang berhubungan dengan
restrukturisasi tubuh akibat gestasi.
Masa ini merupakan suatu masa kultivasi aktif wanita saat ia berpikir tentang penampilannya.
Akibatnya masa kehamilan seringkali bertepatan dengan masa perawatan ortodontik aktif wanita
mengandung, di mana persentasenya relatif tinggi pada kohort pasien. Dari hal di atas, dapat kita
simpulkan bahwa masa kehamilan dan masa perawatan ortodontik seringkali berlangsung
bersamaan.
Seberapa layak pelaksanaan perawatan ortodontik pada masa kehamilan? Dokter maupun
pasien perlu menjawabnya sekarang.

Kata kunci : kehamilan; perawatan ortodontik; penyejajar

Pendahuluan

Selama masa gestasi, wanita hamil harus menemui dokter giginya tiga kali. Rongga mulut
yang bersih merupakan salah satu kriteria wanita sehat pada umumnya, dan kondisi ini
khususnya wajib dipenuhi dalam kunjungan perawatan ortodontik. Selama masa pemeliharaan
kehamilan itu sendiri, hal ini menjadi lebih menantang mengingat di masa tersebut tubuh wanita
banyak mengalami perubahan.
Perubahan sistem kekebalan dan fluktuasi hormonal akibat kehamilan berpengaruh
terhadap perkembangan infeksi dalam rongga mulut wanita hamil. Karenanya telah terbukti
bahwa wanita hamil berpenyakit gusi(gingivitis) mengalami peningkatan resiko kelahiran
prematur.
Pada masa kehamilan, dalam rongga mulut dapat terjadi apa yang disebut “granuloma
kehamilan” atau “tumor kehamilan”. Kondisi ini merupakan kondisi pertumbuhan tunggal gusi
seperti tumor yang dapat merubah kondisi gigi-geligi dan siklus perdarahan. Kondisi ini seringkali
disebabkan oleh kurangnya kebersihan mulut. Pertumbuhan ini normalnya menghilang setelah
masa kehamilan berakhir, tetapi dalam beberapa kasus harus dikeluarkan dengan pembedahan.
Mobilitas gigi merupakan penyakit lain pada rongga mulut yang dapat terjadi di masa
kehamilan dan seringkali berhubungan dengan penyakit gusi periodontitis, yaitu penyakit pada
jaringan-jaringan di sekitar akar gigi. Para peneliti juga telah melaporkan hubungan periodontitis
wanita hamil dengan potensi bahaya kelahiran dini anak.
Xerostomia fisiologis (mulut kering) merupakan salah satu keluhan umum pada masa
kehamilan. Kondisi ini seringkali merupakan efek samping beberapa jenis obat seperti
antidepresan, antihistamin dan lain-lain. Xerostomia dapat pula terjadi saat tidur.
Masa kehamilan meningkatkan kejadian bruxism, yaitu kompresi rahang yang terjadi
secara serentak dan tidak terkontrol hingga menimbulkan bunyi gertakan gigi. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor; pertama, kehamilan itu sendiri menyebabkan ketegangan pada tubuh
wanita, di mana pasien yang mengalami reaktivitas tak-stabil rentan terhadap kondisi ini, yaitu
saat tubuh tidak mampu dengan cepat dan baik mengimbangi perubahan-perubahan yang terjadi
di dalamnya akibat rangsangan luar maupun dalam, dan setelah mengembalikannya secara cepat
ke status awal. Kedua, perubahan-perubahan fisiologis pada tubuh wanita menyulitkan
perawatan kebersihan mulut, sehingga pada waktunya akan mengakibatkan penyakit gigi yang
dapat menjadi salah satu faktor penyebab bruxism.
Perubahan komposisi saliva pada akhir masa kehamilan dan pada masa menyusui dapat
mempredisposisi erosi dan karies gigi untuk sementara waktu.
Hal-hal di atas terbukti meningkatkan kebutuhan akan rehabilitasi rongga mulut wanita
sebelum menjalani perawatan ortodontik. Hal-hal ini perlu dipertimbangkan mengingat
beberapa jenis perawatan tersebut mungkin menjadi kontraindikasi pada masa kehamilan.
Dalam hal ini, perawatan ortodontik sebaiknya dijadikan pula sebagai bahan pertimbangan dalam
perencanaan kehamilan.
Apa penyebab utama timbulnya dampak negatif perawatan gigi terhadap wanita hamil?
 stres psikoemosional akibat kunjungan ke dokter gigi, menunggu nyeri itu datang, nyeri akibat
penyakit dan/atau perawatan gigi.
 posisi horizontal di atas kursi praktek gigi, khususnya pada tahap-tahap akhir kehamilan
 durasi prosedur perawatan dokter gigi, penggunaan obat-obatan pada perawatan gigi
(anestetik lokal, penenang, antiperadangan nonsteroid, antibiotik sistemik dan lain-lain).
Tindakan terhadap beberapa kondisi mendasar perlu mempertimbangkan fisiologi
kehamilan, dan akan kita bahas di bawah ini.
Pada pasien hamil yang telah melewati enam minggu masa gestasi, sirkulasi hiper dinamik
termodifikasi yang bermanifestasi klinis dapat meningkatkan denyut jantung dan seringkali
menurunkan tekanan darah (BP) pada trimester-P disertai peningkatan tekanan nadi; dalam
perkembangan masa kehamilan normal, kelainan irama jantung dalam bentuk BP ekstrasistol
dapat timbul pada m-II dan trimester-III sebagai manifestasi hipertensi masa pertengahan kedua
kehamilan. Secara klinis, perawatan gigi di masa ini dapat menyebabkan:
 peningkatan resiko pingsan sinkop sebagai manifestasi kolaps ortostatik simtomatik
 aritmia jantung dalam bentuk ekstrasistol, biasanya tidak membutuhkan perawatan medis
 peningkatan resiko hipertensi pada pertengahan kedua masa kehamilan hingga eklamsi.
Fungsi ginjal selama masa kehamilan secara khusus sensitif terhadap perubahan posisi tubuh.
Fungsi ini menguat pada posisi hamil, dan berbaring pada posisi lateral sepertinya penting
bagi urinasi.
Pada minggu ke-30 hingga -32, 10% wanita yang berbaring horizontal di atas alas kaku
akan mengalami sindroma kompresi vena kava inferior. Pembesaran uterus hingga menekan
vena kava inferior memperlambat aliran darah ke jantung, sehingga menyebabkan peningkatan
resistensi perifer, penurunan tekanan darah, dan gangguan aliran darah uteroplasental.
Peningkatan tekanan intraabdominal bersama dengan relaksasi otot-otot polos saluran
gastrointestinal menyebabkan dan memperparah penyakit gastroesophageal reflux yang
bermanifestasi klinis sebagai jantung terbakar, mual, muntah dan terkadang nyeri pada sternum.
Posisi horizontal memperparah kemunculan gejala. Karenanya dengan mempertimbangkan
perubahan-perubahan pada sistem kardivaskuler, gastrointestinal dan ginjal, perawatan wanita
hamil di atas kursi praktek hanya boleh dilakukan hingga pada posisi semi-duduk. Dalam
merencanakan beberapa perawatan gigi tertentu pada wanita hamil, dokter gigi harus menyadari
bahwa perjalanan proses reparasi, remodeling struktur tulang, dan perlindungan rahang
terhadap bakteri yang berlangsung pada wanita hamil berbeda dengan norma umumnya. Hal ini
disebabkan oleh karena pertama, kehamilan menyebabkan kesetimbangan besi yang negatif,
sehingga meningkatkan kebutuhan karena adanya janin dan plasenta karena proses pemberian
makan yang membutuhkan banyak besi. Kedua, kehamilan menyebabkan defisiensi kalsium,
khususnya pada kehamilan pertama; meskipun tidak berakibat terlalu fatal jika dibandingkan
dengan osteopenia maupun osteoporosis di kemudian hari, kondisi ini benar-benar
mempengaruhi status jaringan keras gigi-geligi ibu dan proses remodeling dalam kondisi
terganggunya integritas struktur-struktur rahang. Dan yang terakhir berhubungan dengan status
kekebalan wanita hamil dan penurunan fungsi limfosit T dan B. Peningkatan kadar dan aktivitas
supresor T dibutuhkan untuk menekan respon kekebalan terhadap aloantigen janin. Keasingan
antigenik tingkat sedang antara ibu dan janin dibutuhkan untuk mengendalikan konflik antara
keduanya, demi memicu proses pembentukan plasenta. Pada batas antara jaringan-jaringan ibu
dan janin, terjadi reaksi anafilaktik yang menyebabkan pembentukan mikrotrombus pelindung
antigen-antigen janin terhadap sistem kekebalan ibu. Sensitivitas ibu hamil terhadap obat
berbeda dengan wanita tak-hamil. Wanita hamil dapat mengalami syok anafilaktik dan intoksikasi
obat dalam situasi-situasi yang sebaliknya mungkin tidak berlaku pada wanita tak-hamil. Menurut
Yoshimura, kasus kematian ibu hamil akibat penggunaan obat harus dipertimbangkan saat
wanita hamil tengah berada dalam status pra-syok karena perubahan-perubahan fisiologis
termodinamika dan status hormonal serta peningkatan metabolisme selama masa kehamilan
dapat menyebabkan perkembangan hipersensitivitas terhadap obat-obatan. Jadi perubahan
status psikofisiologis beragam tipe homeostasis (kekebalan, hormon, metabolisme kalsium
maupun besi dan lain-lain) yang terjadi selama masa kehamilan dan beberapa hari setelah
persalinan benar-benar membuat wanita menjadi rentan terhadap dampak negatif perlakuan-
perlakuan tertentu, antara lain perawatan gigi.
Perawatan gigi harus dilakukan pada trimester kedua masa kehamilan, atau lebih baik lagi
jika dilakukan saat kehamilan direncanakan. Pada awal trimester kedua, janin telah membentuk
sistem dan organ, sehingga peluang perawatan untuk membahayakan janin menjadi kecil.
Perawatan pada trimester pertama bulan terakhir kehamilan merupakan kontraindikasi. Masalah
penting lainnya yang dihadapi oleh seorang ahli ortodonsi sebelum menjalankan perawatan
adalah metode pemeriksaan apa yang dapat digunakan? Metode yang paling pertama dan sering
digunakan dalam hal ini adalah pemeriksaan sinar-X. Apakah metode tersebut baik sementara
kehamilan merupakan kontraindikasinya? Dalam ilmu kedokteran gigi moderen, pemeriksaan
semacam ini dilakukan dengan bantuan mesin sinar-X yang menggunakan dosis radiasi minimal
(pemaparan beberapa milidetik saja); untuk melindungi janin, wanita menggunakan apron
khusus yang melindungi dada, perut dan pelvis.
 Teleroentgenografi merupakan metode yang digunakan untuk memeriksa status akar.
Gambarannya memiliki resolusi yang tinggi sehingga memungkinkan ahli untuk melihat
gambaran total rongga mulut.
 Ortopantomografi memungkinkan pengambilan gambar dari arah depan.
Gambaran terbaik dihasilkan dari tomograf, yang menampilkan gambaran status akar gigi
dan jaringan. Untuk memaksimalkan perlindungan, pemeriksaan sinar-X harus dilakukan pada
trimester kedua; bulan pertama dan terakhir kehamilan merupakan masa terlarang karena
merupakan masa-masa penting pengorganan janin. Pada pemeriksaan gigi, daerah-daerah yang
boleh terkena radiasi sangat terbatas pada kedua sisi rahang, jadi sinar-X harus diarahkan tepat
dan tidak boleh menyebar. Di samping itu sebagai pendukung keamanan, dada dan perut wanita
dilindungi dengan apron dari bahan timah, yang tidak menghantarkan sinar-X. Metode
pemeriksaan terbaik untuk masa kehamilan adalah MRI karena pemeriksaan ini secara total
mencakup semua tipe sinar-X. Pada trimester pertama masa kehamilan, pemeriksaan MRI di
kontraindikasikan karena membahayakan otak wanita hamil, sebagaimana halnya dalam kasus
penggunaan pacemakers, pin logam, jarum dan implan inhaler.
Terkadang timbul kebutuhan untuk menggunakan alat ultrasonik pada jaringan lunak
wajah dan leher, tetapi versi moderen alat ini sudah tidak lagi membutuhkan pelacak atau
pemindai ultrasonik khusus dan dapat digunakan pada perlengkapan pemeriksa struktur perifer;
pelacak linier tingkat sedang 5 frekuensi osilasi 0-7, 5-9, 0 MHz. Gambaran-gambaran tersebut
harus dipertimbangkan saat mempersiapkan pasien hamil untuk menjalani perawatan
ortodontik. Di saat yang sama, ahli ortodonsi harus mengikuti anjuran-anjuran ahli kandungan.
Jika hal ini terpenuhi, maka ahli ortodonsi dijamin akan berhasil dalam perawatannya.

Kesimpulan
Dalam artikel kali ini, terbukti bahwa penyejajar lebih baik untuk digunakan pada masa
kehamilan jika dibandingkan dengan kawat.

Anda mungkin juga menyukai