Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional, sesuai dengan yang tertulis dalam Undang-undang no. 23 tahun 1992
tentang kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Sedangkan dalam Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia
(WHO) tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya adalah suatu hak yang fundamental bagi
setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat
sosial ekonominya.
Masalah kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut berbagai
aspek kehidupan. Masalah kesehatan masyarakat, dapat dipandang sebagai
problem akibat dari berbagai kebijakan atau kondisi masyarakat. Sebaliknya
masalah kesehatan sebagai salah satu unsur kualitas sumber daya manusia,
merupakan penentu berbagai kebijakan pembangunan (Santoso, 2007).
Perkembangan zaman saat ini menuntut setiap orang untuk melakukan
segala hal secara tepat dan efisien. Hal ini mempengaruhi gaya hidup dan pola
kebiasaan sehari-hari. Misalnya kebiasaan minum yang kurang dari kebutuhan
tubuh perharinya. Masukan cairan yang tidak adekuat dapat berdampak pada
ginjal seperti pembentukan batu buli (Tripod, 2007).
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan
zaman Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada
kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di
seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian
penyakit ini tidak sama diberbagai belahan bumi. Di negara-negara
berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju
lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas, hal ini karena
adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari.
Batu buli-buli merupakan penyakit yang sering di klinik urologi di
Indonesia. Angka kejadian Batu buli-buli di Indonesia tahun 2014 berdasarkan

1
data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah 37.636
kasus baru, dengan jumlah kunjungan 58.959 penderita. Sedangkan jumlah
pasien yang dirawat adalah 19.018 penderita, dengan jumlah kematian 378
penderita.
Menghindari terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan, perlu
hendaknya dilakukan penanganan yang baik. Dalam hal ini perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan perlu hendaknya meningkatkan mutu asuhan
keperawatan yang akan diberikan dengan memperhatikan aspek biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
A. Definisi
1. Vesikolitiasis atau batu buli-buli adalah penyumbatan saluran kemih
khususnya pada vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini
juga disebut batu kandung kemih. (Smeltzer and Bare, 2000).
2. Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran
kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya
pada vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian
besar mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat (Prof. Dr. Arjatm T.
Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2001).
3. Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat
penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar
secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri
(Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1998:1027).
4. Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis adalah batu kandung
kemih yang merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih, batu ini
mengandung komponen kristal dan matriks organik (Sjabani dalam
Soeparman, 2001:377).
5. Batu buli-buli atau vesikolitiasis adalah masa yang berbentuk kristal yang
terbentuk atas material mineral dan protein yang terdapat pada urin. Batu
saluran kemih pada dasarnya dapat terbentuk pada setiap bagian tetapi
lebih banyak pada saluran penampung terakhir. Pada orang dewasa batu
saluran kencing banyak mengenai sistem bagian atas (ginjal, pyelum)
sedang pada anak-anak sering pada sistem bagian bawah (buli-buli).

B. Etiologi

3
Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih
disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang
lambat dan perubahan metabolisme kalsium).
Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut Soeparman (2001:378)
batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan
tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,
sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,
khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I
(lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan
masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan
jus anggur.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini
disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium
intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang
mengganggu absorbsi garam empedu.

7. Ginjal Spongiosa Medula

4
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak
dijumpai predisposisi metabolik).
8. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan
hiperurikosuria (primer dan sekunder).
9. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan
organisme yang memproduksi urease.

C. Fisiologi
Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot
detrusor yang saling beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot longitudinal,
di tengah merupakan otot sirkuler, dan yang paling luar adalah longitudinal
mukosa vesika terdiri dari sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa
pelvis renalis, ureter dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara
ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut
trigonum buli-buli. Secara anatomis buli-buli terdiri dari tiga permukaan, yaitu
(1) permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum (2)
permukaan inferoinferior dan (3) permukaan posterior.

Gambar 2. Anatomi Buli-buli

5
Buli-buli berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme berkemih. Dalam
menampung urin, buli-buli mempunyai kapasitas yang maksimal, yang
volumenya untuk orang dewasa kurang lebih adalah 300-450 ml, sedangkan
kapasitas buli-buli pada anak menurut formula dari koff adalah:

Kapasitas buli- buli = ( umur(tahun)+ 2 )x 30

Pada saat kosong, buli-buli terdapat di belakang simpisis pubis dan


pada saat penuh berada pada atas simpisis pubis sehingga dapat dipalpasi atau
di perkusi. Buli-buli yang terasa penuh memberikan rangsangan pada saraf
afferen dan menyebabkan aktivasi miksi di medulla spinalis segmen sacral S 2-
4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-
buli dan relaksasi spingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.
D. Patofisiologi
Pada umumnya batu buli-buli terbentuk dalam buli-buli, tetapi pada
beberapa kasus batu buli terbentuk di ginjal lalu turun menuju buli-buli,
kemudian terjadi penambahan deposisi batu untuk berkembang menjadi besar.
Batu buli yang turun dari ginjal pada umumnya berukuran kecil sehingga
dapat melalui ureter dan dapat dikeluarkan spontan melalui uretra.

Gambar 3.
Batu Buli-buli
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama
pada tampat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis

6
urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan
pada pelvikalises (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika
kronis seperti pada hyperplasia prostate benigna, striktura, dan buli-buli
neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-
bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal
tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine
jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya
presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi
membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi,
dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum
cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel
pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-
bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup
besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel dipengaruhi oleh
pH larutan, adanya koloid di dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine,
laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam
saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Lebih dari 80% batu saluran
kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupan
dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan
sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu
infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun
patogenesis pembentukan batu-batu diatas hampir sama, tetapi suasana
didalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak
sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam asam,
sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat
basa.
Pada penderita yang berusia tua atau dewasa biasanya komposisi batu
merupakan batu asam urat yaitu lebih dari 50% dan batu paling banyak
berlokasi di vesika. Batu yang terdiri dari calsium oksalat biasanya berasal

7
dari ginjal. Pada batu yang ditemukan pada anak umumnya ditemukan pada
daerah yang endemik dan terdiri dari asam ammonium material, calsium
oksalat, atau campuran keduanya. Hal itu disebabkan karena susu bayi yang
berasal dari ibu yang banyak mengandung zat tersebut. Makanan yang
mengandung rendah pospor menunjang tingginya ekskresi amonia. Anak-anak
yang sering makan makanan yang kaya oksalat seperti sayur akan
meningkatkan kristal urin dan protein hewan (diet rendah sitrat).
Batu buli-buli juga dapat terjadi pada pasien dengan trauma vertebra/
spinal injury, adapun kandungan batu tersebut adalah batu struvit/Ca fosfat.
Batu buli-buli dapat bersifat single atau multiple dan sering berlokasi pada
divertikel dari ventrikel buli-buli dan biasanya berukuran besar atau kecil
sehingga menggangu kerja dari vesika. Gambaran fisik batu dapat halus
maupun keras. Batu pada vesika umumnya mobile, tetapi ada batu yang
melekat pada dinding vesika yaitu batu yang berasal dari adanya infeksi dari
luka jahitan dan tumor intra vesika.

E. Manifestasi Klinis
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi
dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi
obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa
menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam
kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah,
nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).
 Dapat tanpa keluhan
 Sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing)
 Lokasi sakit terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian dijalarkan ke
ujung penis (pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita).
 Terdapat hematuri pada akhir kencing
 Disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing walaupun
VU belum penuh).
 Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra interna.

8
 Bila batu mneyumbat muara ureter  hidrouereter  hidronefrosis  gagal ginjal

Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka


gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya
penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut)
biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah
antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika
penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya
tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan
tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain adalah:
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen/ nyeri tekan suprapubik
8. Disuria.
9. Menggigil.

F. Pemeriksaan Penunjang

1.Laboratorium

9
 Urinalisa
a.Warna kuning, coklat atau gelap.
b.pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat
berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan
pengendapan batu asam urat.
c.Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu,
bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
d.Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam
proses pembentukan batu saluran kemih.
e.Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.

 Darah Lengkap
a. Hb - akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b. Lekosit - untuk menilai infeksi.
c. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d. Kalsium, fosfat dan asam urat.

2. Radiologis
a. Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan
atau tidak.
b. USG (Ultra Sono Grafi)
c. PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih
d. Sistokopi : Untuk menegakkan diagnosis batu kandung kencing.
e. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
f. IVP ( intra venous pylografi ) :
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat
obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal
otot kandung kemih.
g. Pielogram retrograd

10
G. Terapi
1. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Memberikan minum yang
berlebihan disertai diuretik. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak
diharapkan dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih. Pengobatan
simptomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik, yang terjadi
menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dan berolahraga secara
teratur.
Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih,
karena itu diberikan antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi
dapat dicegah pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan
pengasaman urin dan pemberian antiurease, seperti Acetohidroxamic acid.
Ini untuk menghambat bakteri urease dan menurunkan kadar ammonium
urin.
Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam
urat pada saluran kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam yang
terbentuk akan dilarutkan. Pelarutan batu akan terjadi apabila pH urin
menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2. Sehingga dengan pemberian
bikarbonas natrikus disertai dengan makanan alkalis, batu asam urat
diharapkan larut. Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada dosis 60
mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian digunakan untuk terapi pilihan.
Tetapi terapi yang berlebihan menggunakan sediaan ini akan memicu
terbentuknya deposit calsium pospat pada permukaan batu sehingga
membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha menurunkan
produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan bantuan alopurinol,
usaha ini cukup memberi hasil yang baik. Dengan dosis awal 300 mg
perhari, baik diberikan setelah makan.
2. Litotripsi

11
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara buta, tetapi
dengan kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat
langsung. Untuk batu kandung kemih, batu dipecahkan dengan litotriptor
secara mekanis melalui sistoskop atau dengan memakai gelombang
ultrasonic atau elektrohidrolik. Makin sering dipakainya gelombang kejut
luar tubuh (ESWL = Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang dapat
memecahkan batu tanpa perlukaan ditubuh sama sekali. Gelombang kejut
dialirkan melalui air ke tubuh dan dipusatkan di batu yang akan
dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan keluar bersama
kemih.
3. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat gelombang
kejut atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun demikian kita
harus memerlukan suatu indikasi. Misalnya apabila batu kandung kemih
selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga perlu diadakan
tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu memecahkan batu
dalam batas ukuran 3 cm kebawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani
dengan batu kejut atau sistolitotomi.
a. Transurethral Cystolitholapaxy: tehnik ini dilakukan setelah adanya
batu ditunjukkan dengan sistoskopi, kemudian diberikan energi untuk
membuat nya menjadi fragmen yang akan dipindahkan dari dalam buli
dengan alat sistoskopi. Energi yang digunakan dapat berupa energi
mekanik (pneumatic jack hummer), ultrasonic dan elektrohidraulik dan
laser.
b. Percutaneus Suprapubic cystolithopaxy: tehnik ini selain digunakan
untuk dewasa juga digunakan untuk anak- anak, tehnik percutaneus
menggunakan endoskopi untuk membuat fragmen batu lebih cepat
hancur lalu dievakuasi.sering tehnik ini digunalan bersama tehnik yang
pertama dengan tujuan stabilisasi batu dan mencegah irigasi yang
ditimbulkan oleh debris pada batu.

12
c. Suprapubic Cystostomy: tehnik ini digunakan untuk memindah batu
dengan ukuran besar, juga di indikasikan untuk membuang prostate,
dan diverculotomy. Pengambilkan prostate secara terbuka
diindikasikan jika beratnya kira- kira 80-100gr. Keuntungan tehnik ini
adalah cepat, lebih mudah untuk memindahkan batu dalam jumlah
banyak, memindah batu yang melekat pada mukosa buli dan
kemampuannya untuk memindah batu yang besar dengan sisi kasar.
Tetapi kerugian penggunaan tehnik ini adalah pasien merasa nyeri post
operasi, lebih lama dirawat di rumah sakit, lebih lama menggunakan
kateter.

13
Gambar. Suprapubic Cystostomy

H. Prognosis
Prognosis batu pada saluran kemih dan ginjal tergantung dari faktor-
faktor ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta adanya obstruksi. Makin
besar ukuran suatu batu, makin jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat
menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar
kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat
menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek. (1)
Maka itu diperlukan pencegahan terjadinya pembentukan batu kembali dengan
memperbaiki diet serta asupan cairan dan mengedukasi pasien agar tidak
menahan miksi sehingga tidak menimbulkan stasis urine.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Batu buli-buli atau vesikolitiasis adalah masa yang berbentuk kristal
yang terbentuk atas material mineral dan protein yang terdapat pada urin. Batu
saluran kemih pada dasarnya dapat terbentuk pada setiap bagian tetapi lebih
banyak pada saluran penampung terakhir.
Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih
disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang
lambat dan perubahan metabolisme kalsium).
Batu buli-buli dapat bersifat single atau multiple dan sering berlokasi
pada divertikel dari ventrikel buli-buli dan biasanya berukuran besar atau kecil
sehingga menggangu kerja dari vesika.

15
DAFTAR PUSTAKA

De Jong, W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC

Purnomo, B. B. 2007. Dasar-dasar Urologi. Malang: Fakultas Kedokteran


Universitas Brawijaya.

Reksoprojo, S. 1995. Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara

Sjamsulhidajat, de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2012. h.
872-9

Smeltzer,C. Suzanne. 2002. Buku bAjar Keperawat Medikal Bedah Edisi 8.


Jakarta.EGC

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., dan Setiati, S. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

16
17

Anda mungkin juga menyukai