AKS Tugas 2
AKS Tugas 2
Kebutuhan akan Akuntansi Islam Menurut Berbagai Ahli: Harahap, Hamid, Wan Ismail
Demikian halnya dengan konstruksi akuntansi konvensional menjadi akuntansi islam (syariah)
yang lahir dari nilai-nilai budaya masyarakat dan ajaran syariah Islam yang dipraktikan dalam
kehidupan social-ekonomi (Hammed: 1997)
Akuntansi syariah dapat dipandang sebagai konstruksi social masyarakat Islam guna
menerapkan ekonomi Islam dalam kegiatan ekonomi.
Seyogyanya suatu masyarakat melahirkan teori dan praktik ekonomi sesuai dengan
ideologinya. Apabila ideology yang dianut sebagaian besar masyarakat adalah islam, maka
aturan yang dipakai seharusnya berakar pada syariat islam. Islam memiliki syariah yang
dipahami semua umatnya, maka wajarah islam memiliki sistem ekonomi dan sistem akuntansi
yang sesuai syariah.
Akuntansi sebagai aspek penting dalam dunia bisnis dianggap telah kehilangan jati dirinya. Ia
menajdi tidak berdaya dan … tidak mau tergilas oleh kapitalis. Akrena meskipun pada awal
kemunculan akuntansi terbentuk oleh lingkungan, namun ia punya potensi untuk dapat bula
berbalik mempengaruhi lingkungan. (harahap menuju perumusan teori akuntansi islam, pustaka
quantum, Jakarta, 2001, hal 38)
Ini jelas sangat berbahaya bagi masa depan akuntansi dan peradaban manusia. Akuntansi
dapat dijadikan sebuah kapasitas bahwa akuntansi bukanlah suatu bentuk ilmu pengetahuan
dan praktik yang tidak bebas nilai (non-value free) tetapi sebaliknya ia adalah disiplin ilmu yang
bebas nilai (value free)
Kebutuhan akan akuntansi syariah disebabkan oleh factor pendorong (push factor) dan factor
penarik (pull factor). Factor pendorong terdiri dari norma-norma atau nilai-nilai yang dianut oleh
akuntansi konvensional yang tentunya bertentangan dengan prisnip islam. Sedangkan factor
penarik adalah factor yang muncul sebagai akibar adanya permintaan suatu sistem akuntansi
yang berbeda di berbagai belahan dunia.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahw akuntansi konvensional memiliki kelemahan-
kelemahan yang dianggap tidak sejalan dengan prinsip islam
Adanya pergeseran-pergeseran nilai dalam sistem konvensional dicurigai telah kehilangan nilai-
nilai seperti yang dikatakan harahap.
Sehingga dibutuhkan sistem baru dalam masyarakat yang mencerminkan budaya dan
ideologinya, harahap dan hameed sepakat atas hal ini. Jadi jelaslah kebutuhan akan akuntansi
syariah disebabkan dua factor pokok.
Materi Midah
Wan Ismail Wan Yusoh (2001 dalam Harahap, 2001:212) mengemukakan beberapa syarat
sebagai dasar-dasar akuntansi syari’ah, sebagai berikut: 1) benar (truth) dan sah (valid), 2) adil
(justice), yang berarti menempatkan sesuatu sesuai dengan peruntukannya, diterapkan
terhadap semua situasi dan tidak bias, harus dapat memenuhi kebutuhan minimum yang harus
dimiliki oleh seseorang, 3) kebaikan (benevolence/ihsan), harus dapat melakukan hal-hal yang
lebih baik dari standar dan kebiasaan. Sebenarnya prinsip-prinsip akuntansi konvensional telah
memasukkan aspek-aspek seperti yang diutarakan di atas hanya saja prinsip conservatism
yang selalu membela kepentingan pemilik modal menjadi tidak sejalan dengan prinsip-prinsip
akuntansi syari’ah (Adnan, 1997 dalam Harahap, 2001:213).
Materi Tika
1. Entitas, akuntansi konvensional mengakui adanya pemisahan antara entitas bisnis dan
pemilik, dalam akuntansi syari’ah entitas tidak memiliki kewajiban yang terpisah dari
pemilik.
http://muyesaro.blogspot.co.id/2017/05/konsep-entitas-akuntansi-islam.html
2. Going concern, bisnis terus beroperasi sampai dengan tujuan tercapai (akuntansi
konvensional), kelangsungan usaha tergantung pada kontrak dan kesepakatan yang
didasari oleh saling ridha (akuntans isyari’ah).
3. Periode akuntansi, meskipun ada kesamaan dalam menentukan periode akuntansi selama
12 bulan (satu tahun) namun akuntansi konvensional periode dimaksudkan mengukur
kesuksesan kegiatan perusahaan, sedangkan dalam akuntans isyari’ah periodisasi
bertujuan untuk penghitungan kewajiban zakat.
4. Unit pengukuran, akuntansi konvensional menggunakan unit moneter sebagai unit
pengukuran, akuntansi syari’ah menggunakan harga pasar untuk barang persediaan, dan
emas sebagai alat ukur dalam penghitungan zakat.
5. Pengungkapan penuh (menyeluruh), pengungkapan ini ditujukan sebagai alat dalam
pengambilan keputusan, dalam akuntansi syari’ah pengungkapan penuh ditujukan untuk
memenuhi kewajiban kepada Allah swt., kewajiban sosial, dan kewajiban individu.
6. Obyektivitas, bebas dari bias subyektif, dalam akuntans isyari’ah obyektivitas dimaknai
dengan konsep ketakwaan, yaitu pengeluaran materi maupun non-materi untuk memenuhi
kewajiban,
7. Meterialitas, ukuran materialitas dihubungkan dengan kepentingan relative mengenai
informasi terhadap pengambilan keputusan, sedangkan akuntansi syari’ah mengakui
materialitas berkaitan dengan pengukuran yang adil dan pemenuhan kewajiban kepada
Allah, sosial, dan individu.
8. Konsistensi, yang dimaksudkan adalah pencatatan dan pelaporan secara konsisten sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima oleh umum, dalam akuntansi syari’ah
konsistensi dimaknai dengan pencatatan dan pelaporan secara konsisten sesuai dengan
prinsip syari’ah.
9. Konservatisme, akuntansi konvensional memilih teknik akuntansi yang paling memberikan
pengaruh kecil terhadap pemilik, sedangkan akuntans isyari’ah memilih teknik akuntansi
yang paling menguntungkan (berdampak posistif) bagi masyarakat. Secara jelas
perbandingan dapat diamati dalam table berikut.
http://agusarwani.blogspot.co.id/2009/10/konsep-akuntansi-syariah.html
Perbedaan Postulat Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syari'ah
Tabel 3.2
Akuntansi Akuntansi
No. Karakteristik Konvensional Syari’ah
Prinsip
2
Akuntansi Sekuler Syari’ah
Individualis Kepentingan umat
Memaksimalkan
keuntungan Keuntungan yang wajar
Penekanan pada
proses Rahmatan li al-‘alamin
Sunnah
ketuhan informasi
Terbatas keuangan yang
lam memanfaatkan
modal sumberdaya).