Anda di halaman 1dari 8

AMDAL Pertambangan H.

Bambang Soelasmoro

AMDAL PERTAMBANGAN

I. UMUM

Pembangunan yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan


kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Proses pelaksanaan pembangunan di satu pihak
menghadapi permasalahan jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertambahan yang
tinggi, tetapi dilain pihak ketersediaan sumber daya alam bersifat terbatas. Kegiatan
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan meningkatkan permintaan atas
sumber daya alam, sehingga timbul tekanan terhadap sumber daya alam. Oleh karena itu,
pendayagunaan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan harus disertai dengan upaya pelestarian fungsi
lingkungan hidup.

Dengan demikian, pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup


generasi masa kini dan generasi masa depan adalah pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup. Terlestarikannya fungsi lingkungan hidup yang merupakan
tujuan pengelolaan lingkungan hidup menjadi tumpuan terlanjutkannya pembangunan
berkelanjutan. Oleh karena itu, sejak awal perencanaan usaha dan/atau kegiatan sudah harus
diperkirakan perubahan rona lingkungan hidup akibat pembentukan suatu kondisi lingkungan
hidup yang baru, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, yang timbul sebagai
akibat diselenggarakannya usaha dan/atau kegiatan pembangunan. Pasal 15 Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap
rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

Dengan dimasukkannya analisis mengenai dampak lingkungan hidup ke dalam proses


perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan, maka pengambil keputusan akan memperoleh
pandangan yang lebih luas dan mendalam mengenai berbagai aspek usaha dan/atau kegiatan
tersebut, sehingga dapat diambil keputusan optimal dari berbagai alternatif yang tersedia.
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan salah satu alat bagi pengambil
keputusan untuk mempertimbangkan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup guna mempersiapkan langkah untuk
menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif. Terlestarikannya fungsi
lingkungan hidup yang menjadi tumpuan terlanjutkannya pembangunan merupakan

Diklat Perencanaan Tambang 1


Unisba, 30 Agustus – 07 September 2004
AMDAL Pertambangan H. Bambang Soelasmoro

kepentingan seluruh masyarakat. Diselenggarakannya usaha dan/atau kegiatan akan


mengubah rona lingkungan hidup, sedangkan perubahan ini pada gilirannya akan menimbulkan
dampak terhadap masyarakat. Oleh karena itu, keterlibatan warga masyarakat yang akan
terkena dampak menjadi penting dalam proses analisis mengenai dampak lingkungan hidup.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan
hak setiap orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Peran
masyarakat itu meliputi peran dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini berarti bahwa
warga masyarakat wajib dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan atas analisis
mengenai dampak lingkungan hidup. Keterlibatan warga masyarakat itu merupakan
pelaksanaan asas keterbukaan.

Dengan keterlibatan warga masyarakat itu akan membantu dalam mengidentifikasi


persoalan dampak lingkungan hidup secara dini dan lengkap, menampung aspirasi dan
kearifan pengetahuan lokal dari masyarakat yang seringkali justru menjadi kunci penyelesaian
persoalan dampak lingkungan yang timbul. Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang
kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup. Sebagai bagian dari studi kelayakan
untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, analisis mengenai dampak
lingkungan hidup merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan
usaha dan/atau kegiatan. Hal itu merupakan konsekuensi dari kewajiban setiap orang untuk
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan

menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Konsekuensinya adalah bahwa


syarat dan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam rencana pengelolaan lingkungan hidup
dan rencana pemantauan lingkungan hidup harus dicantumkan sebagai ketentuan dalam izin
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan. Hasil analisis mengenai dampak
lingkungan hidup dapat digunakan sebagai masukan bagi penyusunan kebijaksanaan
pengelolaan lingkungan hidup, di samping dapat digunakan sebagai masukan bagi
perencanaan pembangunan wilayah. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup khususnya
dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup
juga merupakan dasar dalam sistem manajemen lingkungan (Environmental Management
System) usaha dan/atau kegiatan.

Diklat Perencanaan Tambang 2


Unisba, 30 Agustus – 07 September 2004
AMDAL Pertambangan H. Bambang Soelasmoro

II. Analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal)

Peraturan perundangan mengenai dampak lingkungan berkembang sejak


diundangkannya Undang-Undang No. 4/1982. Pengalaman dalam melaksanakan Undang-
undang tersebut menjadikan masukan dalam peraturan perundangan yang baru, yaitu UU No.
23/1997. Salah satu peraturan pengelolaan lingkungan hidup dalam bidang pertambangan
adalah Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 396K/008/MPE/1995 tentang
Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL).

Berkenaan dengan pengelolaan lingkungan, sebelum memulai sesuatu kegiatan harus


dibuat suatu studi atau telaah mengenai lingkungan, dikenal sebagai Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (disingkat AMDAL). Analisis ini mencakup kegiatan Penyajian Informasi
Lingkungan (PIL), Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL), Kerangka Acuan (KA) untuk
penyusunan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), dan Kerangka Acuan (KA) untuk Studi
Evaluasi Lingkungan. Setahap demi setahap dokumen ini harus disetujui oleh pemerintah, dan
dalam bidang pertambangan ada Komisi Amdal yang dipimpin oleh Sekertaris Jenderal. Di
daerah terdapat pula Komisi Amdal Tingkat Daerah. Sesudah kerangka acuan disetujui, studi
dapat dilanjutkan ke tingkat Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) atau Studi Evaluasi
Lingkungan (SEL). Dapat juga dokumen ini berbentuk Studi dan Evaluasi Mengenai Dampak
Lingkungan (SEMDAL). Dengan keluarnya PP No. 51/1993, tata caranya menjadi setiap
rencana proyek harus membuat Penyajian Informasi Lingkungan yang mencantumkan dampak
penting yang akan terjadi. Bila terdapat dampak penting, tahap berikutnya adalah penyusunan
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Bilamana
dalam PIL itu ternyata terdapat dampak negatif yang penting, studi perlu dilanjutkan dengan
penyusunan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL). Kemudian, ANDAL ini diikuti dengan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Bagi proyek yang sudah berjalan ketika PP No. 51/1993 itu dikeluarkan, perlu dibuat
Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL) yang mencantumkan dampak penting dari kegiatan
tersebut. Jika tidak ada dampak penting, tahap berikutnya adalah penyusunan RKL dan RPL.
Jika terdapat dampak negatif yang penting, tindakan selanjutnya adalah melakukkan Studi
Evaluasi Lingkungan (SEL), yang diikuti dengan penyusunan RKL dan RPL.

Untuk menyederhanakan prosedur, Pemerintah membuat daftar proyekyang sudah


berjalan atau disebut listing yang didasarkan pada luas jangkauan proyek dan skala
produksinya. Semua proyek yang termasuk dalam daftar diharuskan membuat UKL dan UPL.
Proyek yang termasuk dalam daftar dinamakan Kelompok I. Kelompok yang harus menyusun
AMDAL adalah kKelompok II, yaitu proyek yang berada dilokasi yang sensitive terhadap

Diklat Perencanaan Tambang 3


Unisba, 30 Agustus – 07 September 2004
AMDAL Pertambangan H. Bambang Soelasmoro

lingkungan, seperti hutan lindung, daerah cagar budaya, dan cagar alam. Dalam UU No.
11/1967 mengenai pertambangan telah tercantumkan pula daerah yang tidak diperkenankan
untuk dijadikan ajang kegiatan pertambangan, antara lain; kuburan, cagar budaya, bangunan
penting, seperti jembatan, instalasi militer dan sebagainya.

Penyusunan RPL dan RKL saling berkaitan, karena sering dampak suatu kegiatan baru
dapat dirasakan sesudah kegiatan itu berlangsung beberapa waktu lamanya. Karena itulah
pemantauan diperlukan dan perilaku lingkungan harus diikuti, sehingga pencegahan untuk
mengurangi kerusakan lingkungan dapat segera dilakukan.

Perlu dikemukan bahwa karena penambangan bahan galian golongan c menggunakan


teknologi sederhana dengan modal yang terbatas dan pada umumnya dilakukan oleh
masyarakat banyak, maka kegiatan penambangan tersebut cukup dilengkapi dengan
Penyajian Informasi Lingkungan (PIL). Penelaahan dan persetujuannya dilakukan oleh
Pemerintah Daerah Tingkat I sesuai dengan persyaratan untuk mendapatkan Surat Izin
Pertambangan Daerah (SIPD).

Materi umum mengenai AMDAL mencakup rencana proyek, rencana penambangan


(lokasi, luas daerah, keadaan cebakan, hasil tambang, limbah, bahan berbahaya), literature,
survei sebelumnya, serta rona lingkungan yang menyangkut iklim, fisiografi, hidrologi, tubuh
tanah, biologi, sosial budaya, flora, dan fauna. Kemudian, bahasan mengenai perkiraan
dampak baik dampak fisik, kimia maupun sosial budaya.

Dapat ditambahkan bahwa dokumen Amdal harus disusun oleh Tim yang diketuai oleh
seorang ahli yang harus bersertifikat minimal sertifikat Amdal B dengan para anggota yang ahli
dibidang ilmunya masing-masing. Hal-hal yang harus dicakup dalam dokumen Amdal adalah
jumlah manusia yang mungkin terkena dampak, luas yang terpengaruh, lamanya dampak, dan
intensitas dampak, jumlah komponen yang terkena dampak seperti air, tetumbuhan, dan tubuh
tanah, efek kumulatif dari dampak, dan kemampuan alam untuk memulihkan dirinya. Efek
kumulatif sangat besar dampaknya jika komponen saling berpengaruh secara sinergik. Selain
itu, perlu pula diperhitungkan besaran (magnitude) dan tingkat pentingnya suatu dampak.
Dampak terhadap keselamatan manusia dianggap yang paling penting, tanpa pandang bulu.
Dampak terhadap flora atau fauna langka atau hampir punah akan sangat tinggi tingkat
kepentingannya dibandingkan dengan dampak terhadap flora atau fauna yang masih banyak
populasinya, walaupun besaran dari dampak itu mungkin sama.

Perlu dikemukan bahwa kursus untuk mendapatkan sertifikat Amdal ada 3 macam, yaitu
kursus A mengenai dasar-dasar Amdal; kursus B memberi kemampuan untuk menyusun Amdal
sampai dengan matriks RKL dan RPL, dan kursus C untuk para evaluator.

Diklat Perencanaan Tambang 4


Unisba, 30 Agustus – 07 September 2004
AMDAL Pertambangan H. Bambang Soelasmoro

III. UPL dan UKL

Hal-hal yang perlu untuk dicantumkan dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah pertama-tama, keterangan mengenai latar
berlakang penyusunan dokumen tersebut. Dalam bab pendahuluan dicantumkan pemprakarsa,
nama penanggung jawab, latar belakang, maksud dan tujuan, acuan dan dan dasar hukum.
Pada bab berikutnya diuraikan rencana kegiatan. Di sini harus dicantumkan jenis dan lamamya
kegiatan, rencana kegiatan itu sendiri, jumlah tenaga, peralatan, bahan baku, limbah yang
ditimbulkan, dan peralatan penanganan limbah.

Bab berikutnya membahas dampak yang diperkirakan akan terjadi, baik pada tahap
persiapan, tahap operasi, maupum tahap pasca-operasi. Selanjutnya, uraikan bab mengenai
komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak. Pada akhirnya, dikemukan
uraian tentang upaya pengelolaan lingkungan, baik upaya yang akan dilakukan sesuai dengan
perkiraan dampak, maupun teknis pelaksanaannya yang menyangkut lokasi, pengawas, dan
intalasi terkait. Upaya pemantauana lingkungan merupakan bab tersendiri sebagai kelanjutan
UKL, yang menerangkan cara , lokasi, waktu, tolak ukur, serta pengawas kegiatan pemantauan
yang akan dilakukan.

RKL harus mencantumkan rencana untuk mengoptimalkan dampak yang positif dan
mengurangi, menghilangkan, dan meminimumkan (mitigasi) dampak negatif sampai dengan
tingkat yang diperbolehkan (tolerable). Ruang gerak yang diperbolehkan ini adalah di bawah ini
nilai batas ambang atau nilai baku mutu (NBM). Pemantauan melalui RKL akan memperlihatkan
tingkat pencemaran suatu kegiatan.

Hal yang juga penting dicantumkan adalah surat pernyataan, yang menyatakan
kewajuban pengelola proyek untuk melaksanakan rencana yang sudah disetujui pemerintah.
Selain itu, dicantumkan pula matriks UKL dan UPL, yang dengan matriks ini seorang evaluator
melakukan auditing atau memeriksa pelaksanaan semua rencana.

Matriks UKL dan UPL menggambarkan hubungan antara komponen lingkungan seperti
fisiografi, geologi, hidrologi, biologi, sosial, budaya, dan ekonomi dengan setiap tahap kegiatan.
Kegiatan dibagi dalam 4 tahapan, yaitu sebelum kontruksi, masa konstruksi, masa operasi, dan
pasca-operasi.

Diklat Perencanaan Tambang 5


Unisba, 30 Agustus – 07 September 2004
AMDAL Pertambangan H. Bambang Soelasmoro

IV. Daftar kegiatan pertambangan yang wajib Amdal

Diklat Perencanaan Tambang 6


Unisba, 30 Agustus – 07 September 2004
AMDAL Pertambangan H. Bambang Soelasmoro

Diklat Perencanaan Tambang 7


Unisba, 30 Agustus – 07 September 2004
AMDAL Pertambangan H. Bambang Soelasmoro

Diklat Perencanaan Tambang 8


Unisba, 30 Agustus – 07 September 2004

Anda mungkin juga menyukai