Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ENSEFALITIS

KEPERAWATAN ANAK 2

Disusun Oleh :

Al Hikma
Azmi Hanifa
Diza Liane Syahputri
Jessita Putri Dhiary
Laila Muthoharoh
Malihatus Syafiah
Miftahul Millah Wijaya
Mustafiqotun Nimah
Rifka Triasari
Rizal Khoerul Haq
Pretty Angelina Brillianti

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2014

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Ensefalitis untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak Semester
Enam.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu MaulinaHandayani yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini, dan pihak-pihak lain yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya kami menemui beberapa kendala diantaranya
keterbatasan referensi, sulitnya menyatukan waktu anggota untuk pengerjaan makalah ini, dan
keterbatasan kami dalam manajemen waktu.

Namun kendala-kendala tersebut tidak mengurangi semangat kami dalam menyelesaikan


makalah ini, dan akan kami jadikan pelajaran menjadi lebih baik.

Tim penulis tentunya memiliki kekurangan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu kami
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun.

Tangerang, 28 April 2014

Tim Penulis

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


ii
DAFTAR ISI

Halaman cover……………………………………………………………………………………..i

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………ii

Daftar Isi …………………………………………………………………………………………iii

BAB I. Pendahuluan ……………………………………………………………………………...1

Latar belakang …………………………………………………………………………………….1

Rumusan masalah ………………………………………………………………………………...1

Tujuan …………………………………………………………………………………………….2

BAB II. Pembahasan ……………………………………………………………………………...3

Definisi ensefalitis ………………………………………………………………………………..3

Etiologi ensefalitis ………………………………………………………………………………..3

Tanda dan gejala ensefalitis ………………………………………………………………………3

Patofisiologi ensefalitis …………………………………………………………………………...3

Pemeriksaan penunjang ensefalitis ……………………………………………………………….3

Komplikasi ensefalitis …………………………………………………………………………….4

Penatalaksanaan ensefalitis ……………………………………………………………………….6

NCP ensefalitis ……………………………………………………………………………………8

BAB III. Penutup ………………………………………………………………………………..13

Kesimpulan ……………………………………………………………………………………...13

Saran …………………………………………………………………………………………….13

Daftar pustaka …………………………………………………………………………………...14

Lampiran ………………………………………………………………………………………...15

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


iii
BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Ensefalitis merupakan peradangan pada jaringan otak, epidemiologi ensefalitis sangat bervariasi
sesuai dengan faktor resiko yang mempengaruhi masing-masing individu. Penyebab ensefalitis
sendiri sangat banyak, dari mulai virus , bakteri, jamur sampai dengan yang penyebabnya tidak
diketahui secara pasti. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan, penyebab ensefalitis
terbanyak di Indonesia yaitu virus Japanese B ensefalitis.

Sebagaimana telah dilaporkan pada tahun 1998 hingga 1999 wabah ensefalitis pada manusia
telah terjadi di Malaysia. Hasil identifikasi CDC menunjukkan bahwa kasus ensefalitis ini
disebabkan oleh Japanese B encephalitis. Di Indonesia, kasus ensefalitis pada manusia telah
banyak dilaporkan, tetapi penyebab ensefalitis tersebut masih belum banyak terungkap karena
sulitnya diagnosis dan keterbatasan perangkat diagnostic yang dapat mendiagnosa antigen dan
antibody virus yang menyebabkan ensefalitis pada manusia. Sementara itu, penyakit ensefalitis
di Indonesia sangat dikaitkan erat dengan infeksi virus Japanese B encephalitis .

Di Indonesia Japanese B encephalitis telah banyak dilaporkan, baik secara klinis, serologis,
maupun isolasi virus. Gejala ensefalitis tidak dipengaruhi oleh jenis kuman penyebab, karena
semua mmanifestasi penyakit yang ditimbulkan oleh berbagai kuman adalah sama. Hanya dapat
dibedakan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan.

Terapi ensefalitis sendiri dilakukan secara suportif dan didasarkan atas hasil pemeriksaan
laboraturium yang dilakukan. Enam puluh persen penyebab ensefalitis tidak diketahui, dari
penyebab yang diketahui tersebut kira-kira 67% berhubungan dengan penyakit infeksi pada anak.

Ensefalitis mempunyai komplikasi yang sangat kompleks dapat berupa retardasi mental, iritabel,
emosi tidak stabil, halusinasi bahkan epilepsi. Komplikasi yang terjadi tidak dapat diketahui
dengan pasti kapan akan bermanifestasi.

I.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi ensefalitis?


2. Apa etiologi ensefalitis?
3. Apa tanda dan gejala ensefalitis?
4. Bagaimana patofisiologi ensefalitis?
5. Apa pemeriksaan penunjang ensefalitis?
6. Apa komplikasi ensefalitis?
7. Bagaimana penatalaksanaan ensefalitis?
8. Bagaimana NCP ensefalitis?

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


iv
I.3. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak dan mengetahui gambaran umum tentang
ensefalitis dan nursing care plans ensefalitis.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui definisi ensefalitis


b) Mengetahui etiologi ensefalitis
c) Mengetahui tanda dan gejala ensefalitis
d) Memahami patofisiologi ensefalitis
e) Mengetahu pemeriksaan penunjang ensefalitis
f) Mengetahui komplikasi ensefalitis
g) Mengetahui penatalaksanaan ensefalitis
h) Memahami nursing care plans pada pasien ensefalitis.

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


v
BAB II. PEMBAHASAN

II.1. Definisi Ensefalitis

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh virus
atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. (Muttaqin,2008)

II.2. Etiologi Ensefalitis

Penyebab tersering ensefalitis dalah virus herpes simpleks, arbovirus dan jarang terjadi
disebabkan oleh enterovirus, gondongan dan adenovirus. Ensefalitis bisa juga terjadi pada pasca
infeksi campak, influenza, varisella, dan pasca vaksinasi pertusis. (Muttaqin,2008)

II.3. Tanda dan Gejala Ensefalitis

Pasien dengan ensefalitis menunjukan gejala prodromal berupa demam, malaise, sakit kepala,
mual dan muntah yang berlanjut hingga perubahan tingkah laku, bingung, kejang, dan koma.
Deficit neurologic fokal (hemiparesis, neuropati cranial, kehilangan lapangan pandang, afasia,
dan kejang fokal) lebih sering terjadi pada ensefalitis karena HSV (80%) daripada ensefalitis
epidemic (20%). (Schwartz, William, 2004)

II.4. Patofisiologi (terlampir)

II.5. Pemeriksaan Penunjang Ensefalitis

a. Pemeriksaan fungsi lumbal

Fungsi lumbal harus dilakukan secepat mungkin pada semua penderita yang dicurigai meningitis.
Catat tekanan cairan serebrospinal awal fungsi lumbal (opening pressure). Bila terdapat gejala
neurologis fokal yang dipertimbangkan akibat suatu abses, lakukan dahulu pemeriksaan CT-Scan
atau MRI tanpa menunda penatalaksanaan penderita ensefalitis, karena untuk melihat ada
kemungkinan lesi massa dan menunjukkan edema otak. Sebagai tambahan, perhatikan beberapa
hal tentang meningitis dan ensefalitis.

1. Tekanan cairan serebrospinal biasanya meningkat pada meningitis bakterialis ( 200-300


mm H2O) dan meningkat ringkan pada meningitis virus atau ensefalitis

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


vi
2. Kadar glukosa cairan serebrospinalis pada meningitis bakterialis atau meningitis
tuberkulosa dibawah 40mg/100 ml (kurang dari 60% kadar glukosa darah yang diambil
dalam waktu bersamaan), sedang pada meningitis virus atau ensefalitis normal sedikit
menurun.
3. Protein cairan serebrospinalis pada meningitis bakterialis meningkat hingga diatas
100mg/100 ml. Peningkatan ringan 50-100 mg/ 100 ml terjadi pada meningitis virus atau
ensefalitis.

b. Pemeriksaan laboratorium rutin dapat membantu mengarahkan diagnosis.peningkatan leukosit


ringan terjadi pada ensefalitis

c. Periksa adanya hiponatremia akibat SIADH sebagai komplikasi meningitis dengan


peningkatan letargia

d. Foto polos toraks dapat menunjukkan sumber infeksi susunan saraf pusat

e. EEG pada ensefalitis biasanya normal atau sedikit terjadi perlambatan, tetapi kadang
menunjukan adanya fokalisasi seperti pada abses otak, dan cetusan gelombang pada lobus
temporalis pada penderita ensefalitis herpes simplek.

II.6. Komplikasi Ensefalitis

1. Akut

a. Edema otak

 Keadaan patologis terjadinya akumulasi cairan di dalam jaringan otak sehingga


meningkatkan volume otak. Dapat terjadi peningkatan volume intraseluler (lebih banyak
di daerah substansia grisea) maupun ekstraseluler (daerah substansia alba), yang
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial.
 Edema otak dapat muncul pada kondisi neurologis dan nonneurologis

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


vii
1. Kondisi neurologis : stroke iskemik dan perdarahan intraserebral, trauma kepala,
infeksi
otak.
2. Kondisi non neurologis: ensefalopati, ketoasidosis diabetikum, koma asidosis
laktat,
hipertensi maligna

b. SIADH (syndrome of inapropiate secretion of anti diuretic hormone)

 SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh
ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang berasal
dari hipofisis posterior (Barbara K. Tiimby).
 Menurut oengertian lain, SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH
yang berlebihan dari lobus posterior dan dari sumber ektopik yang lain (Black dan
Matassarin Jacob). Sedangkan penjelasan lainya adalah gangguan yang berhubungan
dengan peningkatan jumlah ADH akibat ketidakseimbangan cairan (Corwin)

c. Cerebral Palsy

 Didefinisikan sebagai Laserasi perpindahan yang abnormal atau fungsi otak yang muncul
karena kerusakan , luka, atau penyakit pada jaringan syaraf yang terkandung dalam
rongga tengkorak.
 Definisi lain menyatakan Cerebral Palsy mencakup keadaan klinis yang disebabkan oleh
luka pada otak. Salah satu komponennya merupakan gangguan otak.
 Dengan demikian, cerebral palsy dapat digambarkan sebagai kondisi keropos, bermula
saat kanak-kanak, dicirikan dengan paralysis, kelemahan, kurang kordinasi atau
penyimpangan fungsi gerak lainnya yang disebabkan penyakit pada pusat pengendali
gerak pada otak. Disamping disfungsi gerak tersebut, cerebral palsy bisa mencakup
kesulitan belajar, gangguan psikologis, kerusakan sensory, penyakit kejang dan
behavioral pada origin organik ( United Cerebral Palsy Research and Educational
Foundation, 1985).

d. Status Konvulsivus

 Status kejang umum (generalized tonic clonic status)


 Keadaan klinik yang ditandai oleh serangan kejang terus menerus atau berulang dengan
frekuensi sedemikian sering tanpa ada episode pulih diantara serangan.

2. Kronis

a. Cerebral Palsy

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


viii
 Didefinisikan sebagai Laserasi perpindahan yang abnormal atau fungsi otak yang muncul
karena kerusakan , luka, atau penyakit pada jaringan syaraf yang terkandung dalam
rongga tengkorak.
 Definisi lain menyatakan Cerebral Palsy mencakup keadaan klinis yang disebabkan oleh
luka pada otak. Salah satu komponennya merupakan gangguan otak.
 Dengan demikian, cerebral palsy dapat digambarkan sebagai kondisi keropos, bermula
saat kanak-kanak, dicirikan dengan paralysis, kelemahan, kurang kordinasi atau
penyimpangan fungsi gerak lainnya yang disebabkan penyakit pada pusat pengendali
gerak pada otak. Disamping disfungsi gerak tersebut, cerebral palsy bisa mencakup
kesulitan belajar, gangguan psikologis, kerusakan sensory, penyakit kejang dan
behavioral pada origin organik ( United Cerebral Palsy Research and Educational
Foundation, 1985).

b. Epilepsi

 Yun = Serangan atau penyakit ayan adalah suatu gangguan saraf yang timbul secara tiba-
tiba dan berkala, biasanya dengan perubahan kesadaran.
 Penyebabnya adalah aksi serentak dan mendadak dari sekelompok besar sel-sel saraf di
otak.
 Aksi ini disertai pelepasan muatan listrik yang berlebihan dari neuron-neuron tersebut.
Lazimnya pelepasan muatan listrik ini terjadi secara teratur dan terbatas dalam kelompok
kecil, yang memberikan ritme normal pada elektroencefalogram.
 Jenis epilepsi : Bentuk serangan luas ( Grand mal) dan serangan parsial ( sebagian)

c. Gangguan Visus dan pendengaran.

II.7. Penatalaksanaan Enchepalitis

1. Pengobatan penyebab

Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis: Adenosine arabinose 15 mg/Kg
BB/hari selama 5 hari.

2. Pengobatan suportif

Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan nonspesifik yang bertujuan


mempertahankan fungsi organ tubuh. Pengobatan tersebut antara lain :

a. ABC (Airway, breathing, circulation) harus dipertahankan sebaik-baiknya.


b. Pemberian makan secara adequate baik secara internal maupun parenteral dengan
memperhatikan jumlah kalori, protein, keseimbangan cairan elektrolit dan vitamin.

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


ix
c. Obat-obatan yang lain apabila diperlukan agar keadaan umum penderita tidak bertambah
jelek.

3. Penatalaksanaan Pengobatan

Pengobatan untuk kasus-kasus ringan terutama terdiri dari:

 Istirahat di tempat tidur


 Banyak cairan
 Obat anti-inflamasi - seperti acetaminophen (Tylenol, others), ibuprofen (Advil, Motrin,
others) dan naproxen (Aleve, orang lain) - untuk meredakan sakit kepala dan demam.

a. Obat antivirus

Kasus yang lebih serius ensefalitis biasanya membutuhkan pengobatan antivirus yang agresif.
Obat antivirus biasa digunakan untuk mengobati ensefalitis meliputi:

 Acyclovir (Zovirax)
 Gansiklovir (Cytovene)

Beberapa virus, seperti virus yang ditularkan serangga, tidak merespon pengobatan ini. Namun,
karena virus tertentu yang menyebabkan infeksi tidak dapat diidentifikasi segera atau sama
sekali, pengobatan dengan asiklovir sering dimulai segera. Obat ini bisa efektif melawan virus
herpes simpleks, yang dapat mengakibatkan komplikasi yang signifikan atau kematian jika tidak
segera diobati.

Efek samping dari obat antivirus mungkin termasuk mual, muntah, diare, kehilangan nafsu
makan, dan otot atau nyeri sendi atau sakit. Masalah serius yang jarang mungkin termasuk
kelainan pada ginjal atau fungsi hati atau penekanan aktivitas sumsum tulang. Tes yang sesuai
digunakan untuk memantau efek samping yang serius.

b. Perawatan Suportif

Perawatan suportif tambahan juga diperlukan di rumah sakit untuk orang dengan ensefalitis
berat. Perawatan mungkin termasuk:

 Pernapasan bantuan, serta pemantauan yang cermat pernapasan dan fungsi jantung
 Cairan intravena untuk memastikan hidrasi yang tepat dan tingkat yang tepat dari mineral
penting
 Obat anti-inflamasi, seperti kortikosteroid, untuk membantu mengurangi pembengkakan
dan tekanan di dalam tengkorak
 Obat antikonvulsan, seperti phenytoin (Dilantin), untuk menghentikan atau mencegah
kejang.

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


x
c. Terapi Tindak lanjut

Setelah penyakit awal, mungkin perlu untuk menerima terapi tambahan tergantung pada jenis
dan tingkat keparahan komplikasi. Terapi ini dapat mencakup:

 Terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi dan


mobilitas motorik
 Terapi okupasi untuk mengembangkan keterampilan sehari-hari dan untuk menggunakan
produk adaptif yang membantu kegiatan sehari-hari
 Terapi wicara untuk mempelajari kembali kontrol otot dan koordinasi untuk
menghasilkan pidato
 Psikoterapi untuk belajar strategi mengatasi dan keterampilan perilaku baru untuk
meningkatkan gangguan mood atau alamat perubahan kepribadian - dengan manajemen
obat jika diperlukan.

II.8. Nursing Care Plans Ensefalitis

1. Pemeriksaan Fisik

Pengkajian Ensefalitis meliputi anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan


diagnostic, dan pengkajian psikososial (pada anak perlu dikaji dampak hospitalisasi).

2. Anamnesis

Keluhan utama yang sering menjadi alasan orang tua membawa anaknya untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah kejang disertai penurunan tingkat kesadaran

3. Riwayat Penyakit

Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman
penyebab. Di sini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai
serangan, sembuh, atau tambah buruk. Pada pengkajian klien ensefalitis biasanya didapatkan
keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan gejala awal
yang sering adalah sakit kepala dan demam. Sakit kepala disebabkan ensefalitis yang berat dan
sebagai akibat iritasi selaput otak. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan
penyakit.

Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam,
bagaimana sifat timbulnya kejang, dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya
menurunkan kejang tersebut.

Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan ensefalitis bakteri.
Disorientasi dangan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


xi
yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respon individu terhadap proses
fisiologis. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat
terjadi letargi, tidak responsive dan koma.

Pengkajian pada anak didapatkan keadaan anak menjadi lesu atau terjadi kelemahan secara
umum, nyeri ekstermitas, rewel, demam (39-41oc), nafsu makan menurun, muntah-muntah, nyeri
kepala, nyeri tenggorokan, pucat dan gelisah.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang menjadi predisposisi keluhan sekarang
meliputi pernah kah klien mengalami campak, cacar air, herpes, dan bronco pneumonia.
Pengkajian pada anak mungkin didapatkan riwayat menderita penyakit yang disebabkan oleh
virus influenza, varicocella, adenovirus, kokssakie, ekbovirus atau parainfluenza, infeksi bakteri,
parastsatusel, cacing, fungus, riketsia.

5. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

Pengkajian psikologis ensefalitis meliputi beberapa penilaian yang memungkinkan perawat


untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai emosi, kognitif, dan prilaku klien. Pengkajian
mekanisme koping juga digunakan selama masa stress. Karena klien harus dirawat di rumah
sakit apakah keadaan ini member dampak status ekonomi. Perawat juga harus memasukkan
pengkajian terjadi pada gaya hidup klien. Prespektif keperawatan dalam mengkaji terdiri dari dua
masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh deficit neurologis dalam hubungannya peran
social klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi padagan gangguan neurologis
di dalam sistem dukungan individu.

6. Diagnosa – Intervensi - Outcome

ENSEFALITIS

DS : - DO : Bayi menangis terus, tidak dapat tidur


nyenyak.
DiagnosaKeperawatan Nyeri akut b.d. Agen Cedera biologis

Definisi Pengalaman sensori dan emosional yang tidak


menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan yang actual dan potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa;
awitan yang tiba-tiba atau lambat dan intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung< 6
bulan.

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


xii
Goal Menunjukkan/menggunakan perilaku untuk
mengurangi kekambuhan

NIC NIC

Pain Management Pain Level—2102

1. Lakukan pengkajian secara komprehensif Merintih dan menangis…


pada nyeri termasuk lokasi, karakteristik, Ekspresi wajah saat nyeri…
serangan/durasi, frekuensi, kualitas, Kegelisahan…
intensitas atau kehebatan nyeri dan faktor
Meringis…
presipitasi.
2. Observasi ketidaknyamanan nonverbal Pucat…
3. Berikan bayi perawatan analgesic dengan Kehilangan nafsu makan…
baik.
4. Membantu keluarga untuk mendapatkan dan Skalapengukuran :
memberikan dukungan. 1 = Severe
5. Ketidaknyamanan pasien (seperti suhu 2 = Substantial
ruangan, cahaya, dan kebisingan).
3 = Moderate
6. Telusuri metode penggunaan obat yang
untuk mengatasi nyeri yang digunakan oleh 4 = Mild
bayi. 5 = None

Analgesic Administration
Laju pernapasan…
1. Menentukan lokasi nyeri, karakteristik,
Denyut nadi radial…
kualitas, dan keparahan sebelum member
obat bayi. Tekanan darah…
2. Cek resep obat, dosis, dan frekuensi
analgesic. Skala pengukuran :
3. Cek terhadap adanya alergi obat. 1 = Severe deviation from normal range
4. Urus kebutuhan nyaman dan aktivitas lain 2 = Substantial deviation from normal range
yang dapat membuat pasien relaksasi untuk 3 = Moderate deviation from normal range
melihat respon terhadap analgesic.
5. Dokumentasikan respon terhadap analgesic 4 = Mild deviation from normal range
dan beberapa efek yang kurang baik. 5 = No deviation from normal range
6. Ajarkan tentang penggunaan analgesik,
strategi untuk menurunkan efek samping,
dan harapan untuk mengurangi nyeri.

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


xiii
ENSEFALITIS

DO : - DS :Berat Badan 20% atau lebih di bawah


berat badan ideal

Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari


Kebutuhan Tubuh

Definisi Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi


kebutuhan metabolik.

Goal Menunjukkan peningkatan berat badan menuju


tujuan yang tepat dalam 5x24 jam.

NIC NOC

Feeding Weight: Body Mass—1006

1. Mengidentifikasi adanya refleks menelan, Berat badan…


jika diperlukan. Persentase tinggi badan…
2. Catat masukan makan jika dibutuhkan. Persentase berat badan…
3. Makan jangan terlalu cepat/lambat.

Nutrition Therapy Skala pengukuran :


1 = Severe deviation from normal range
1. Lengkapi pengkajian nutrisi, secara tepat. 2 = Substantial deviation from normal range
2. Monitor makanan/cairan yang dicerna dan 3 = Moderate deviation from normal range
hitung masukan kalori harian, secara tepat 4 = Mild deviation from normal range
3. Menentukan pemberian makan melalui
5 = No deviation from normal range
selang makan.
4. Kelola pemberian makan melalui selang
makan.

Nutrition Management

1. Tanyakan jika pasien memiliki alergi


makanan.
2. Timbang BB pasien secara rutin.

Swallowing Therapy

1. Monitor BB.
2. Monitor hidrasi tubuh (masukan, keluaran,
turgor kulit, membrane mukus).
3. Lakukan perawatan mulut sesuai kebutuhan

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


xiv
ENSEFALITIS

Diagnosa Ansietas

Definisi Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang


samar disertai respons autonom (sumber sering
kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu); perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.

Tujuan Setelah dilakukan perawatan, ansietas pasien


berkurang atau tidak ada

NIC NOC

Anxiety Reduction Anxiety Level

1. Gunakan pendekatan yang tenang dan - Kegelisahan...


meyakinkan - Ungkapan kecemasan (rewel)...
2. Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami selama prosedur
3. Berikan informasi faktual mengenai Skala pengukuran:
diagnosis, pengobatan, dan prognosis 1= severe
4. Dampingi pasien untuk meningkatkan 2= substantial
keamanan dan mengurangi rasa takut 3= moderate
5. Dorong keluarga untuk mendampingi pasien 4= mild
6. Jaga peralatan perawatan jauh dari 5= none
pandangan pasien
7. Dengarkan penuh perhatian
8. Identifikasi ketika tingkat kecemasan
berubah
9. Nilai tanda-tanda verbal dan nonverbal
kecemasan
 Calming Technique

1. Bicara dengan lembut pada bayi atau anak


2. Dampingi pasien
3. Kurangi atau hilangkan rangsangan yang
menciptakan ketakutan atau kecemasan

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


xv
BAB III. PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Ensefalitis adalah radang pada jaringan otak. Ensefalitis disebabkan oleh mikroorganisme
(bakteri,virus). Klasifikasi ensefalitis: ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus.
Pemeriksaan penunjang antara lain : pemeriksaan cairan serebrospinal. Penatalaksaan sesuai
dengan penyebab antara lain ; pemberian antibiotik,antifungi, antiparasit,antivirus dan
pengobatan symptomatis berupa pemberian analgetik-antipiretik serta antikonvulsi. Diagnosa
keperawatan yang dapat ditegakkan adalah nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dan ansietas.

III.2. Saran

Encephalitis ini harus sudah didiagnosis sejak dini, penting bagi orang tua untuk peduli terhadap
keseatan anak terutama jika anak menderita penyakit ensefalitis. Segera konsultasikan kepada
tenaga kesehatan (dokter/ perawat) jika terjadi gejala-gejala ensefalitis. Untuk menghindari
resiko akibat penyakit ecephalitis, perlu adanya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan bebas
dari virus-virus terutama virus yang menyebabkan encephalitis.

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


xvi
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC) ed.5. USA: MOSBY
Elsiever

Carpenito-Monyet, Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC

http://www.healthcommunities.com/encephalitis/overview.shtml (oleh : Stanley J. Swierzewski,


III, M.D. diakses pada 24 April 2014)

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klarifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC

Kari K, Liu W, Gautama K, et al. 2006. A hospital-based surveillance for Japanese encephalitis
in Bali, Indonesia. BMC Medicine 4(8): 1-7.

Moorhead, Sue, dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) ed.4. USA: MOSBY
Elsiever

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta. Penerbit Salemba

Schwartz, M.William. 2005. Clinical Handbook of Pediatrics. Jakarta. EGC

Williams and Wilkins. 1995. Buku Saku Neurologi. Jakarta: EGC

Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes: Neurology edisi delapan. Jakarta: Erlangga

Tjay, Tan Hoan . Obat-obat Penting: Khasiat , Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta:
Gramedia.

Keperawatan anak 2 - Ensefalitis


xvii

Anda mungkin juga menyukai