Makalah Esenfalitis
Makalah Esenfalitis
KEPERAWATAN ANAK 2
Disusun Oleh :
Al Hikma
Azmi Hanifa
Diza Liane Syahputri
Jessita Putri Dhiary
Laila Muthoharoh
Malihatus Syafiah
Miftahul Millah Wijaya
Mustafiqotun Nimah
Rifka Triasari
Rizal Khoerul Haq
Pretty Angelina Brillianti
2014
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Ensefalitis untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak Semester
Enam.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu MaulinaHandayani yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini, dan pihak-pihak lain yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya kami menemui beberapa kendala diantaranya
keterbatasan referensi, sulitnya menyatukan waktu anggota untuk pengerjaan makalah ini, dan
keterbatasan kami dalam manajemen waktu.
Tim penulis tentunya memiliki kekurangan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu kami
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun.
Tim Penulis
Halaman cover……………………………………………………………………………………..i
Tujuan …………………………………………………………………………………………….2
Kesimpulan ……………………………………………………………………………………...13
Saran …………………………………………………………………………………………….13
Lampiran ………………………………………………………………………………………...15
Ensefalitis merupakan peradangan pada jaringan otak, epidemiologi ensefalitis sangat bervariasi
sesuai dengan faktor resiko yang mempengaruhi masing-masing individu. Penyebab ensefalitis
sendiri sangat banyak, dari mulai virus , bakteri, jamur sampai dengan yang penyebabnya tidak
diketahui secara pasti. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan, penyebab ensefalitis
terbanyak di Indonesia yaitu virus Japanese B ensefalitis.
Sebagaimana telah dilaporkan pada tahun 1998 hingga 1999 wabah ensefalitis pada manusia
telah terjadi di Malaysia. Hasil identifikasi CDC menunjukkan bahwa kasus ensefalitis ini
disebabkan oleh Japanese B encephalitis. Di Indonesia, kasus ensefalitis pada manusia telah
banyak dilaporkan, tetapi penyebab ensefalitis tersebut masih belum banyak terungkap karena
sulitnya diagnosis dan keterbatasan perangkat diagnostic yang dapat mendiagnosa antigen dan
antibody virus yang menyebabkan ensefalitis pada manusia. Sementara itu, penyakit ensefalitis
di Indonesia sangat dikaitkan erat dengan infeksi virus Japanese B encephalitis .
Di Indonesia Japanese B encephalitis telah banyak dilaporkan, baik secara klinis, serologis,
maupun isolasi virus. Gejala ensefalitis tidak dipengaruhi oleh jenis kuman penyebab, karena
semua mmanifestasi penyakit yang ditimbulkan oleh berbagai kuman adalah sama. Hanya dapat
dibedakan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan.
Terapi ensefalitis sendiri dilakukan secara suportif dan didasarkan atas hasil pemeriksaan
laboraturium yang dilakukan. Enam puluh persen penyebab ensefalitis tidak diketahui, dari
penyebab yang diketahui tersebut kira-kira 67% berhubungan dengan penyakit infeksi pada anak.
Ensefalitis mempunyai komplikasi yang sangat kompleks dapat berupa retardasi mental, iritabel,
emosi tidak stabil, halusinasi bahkan epilepsi. Komplikasi yang terjadi tidak dapat diketahui
dengan pasti kapan akan bermanifestasi.
1. Tujuan Umum
Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak dan mengetahui gambaran umum tentang
ensefalitis dan nursing care plans ensefalitis.
2. Tujuan Khusus
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh virus
atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. (Muttaqin,2008)
Penyebab tersering ensefalitis dalah virus herpes simpleks, arbovirus dan jarang terjadi
disebabkan oleh enterovirus, gondongan dan adenovirus. Ensefalitis bisa juga terjadi pada pasca
infeksi campak, influenza, varisella, dan pasca vaksinasi pertusis. (Muttaqin,2008)
Pasien dengan ensefalitis menunjukan gejala prodromal berupa demam, malaise, sakit kepala,
mual dan muntah yang berlanjut hingga perubahan tingkah laku, bingung, kejang, dan koma.
Deficit neurologic fokal (hemiparesis, neuropati cranial, kehilangan lapangan pandang, afasia,
dan kejang fokal) lebih sering terjadi pada ensefalitis karena HSV (80%) daripada ensefalitis
epidemic (20%). (Schwartz, William, 2004)
Fungsi lumbal harus dilakukan secepat mungkin pada semua penderita yang dicurigai meningitis.
Catat tekanan cairan serebrospinal awal fungsi lumbal (opening pressure). Bila terdapat gejala
neurologis fokal yang dipertimbangkan akibat suatu abses, lakukan dahulu pemeriksaan CT-Scan
atau MRI tanpa menunda penatalaksanaan penderita ensefalitis, karena untuk melihat ada
kemungkinan lesi massa dan menunjukkan edema otak. Sebagai tambahan, perhatikan beberapa
hal tentang meningitis dan ensefalitis.
d. Foto polos toraks dapat menunjukkan sumber infeksi susunan saraf pusat
e. EEG pada ensefalitis biasanya normal atau sedikit terjadi perlambatan, tetapi kadang
menunjukan adanya fokalisasi seperti pada abses otak, dan cetusan gelombang pada lobus
temporalis pada penderita ensefalitis herpes simplek.
1. Akut
a. Edema otak
SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh
ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang berasal
dari hipofisis posterior (Barbara K. Tiimby).
Menurut oengertian lain, SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH
yang berlebihan dari lobus posterior dan dari sumber ektopik yang lain (Black dan
Matassarin Jacob). Sedangkan penjelasan lainya adalah gangguan yang berhubungan
dengan peningkatan jumlah ADH akibat ketidakseimbangan cairan (Corwin)
c. Cerebral Palsy
Didefinisikan sebagai Laserasi perpindahan yang abnormal atau fungsi otak yang muncul
karena kerusakan , luka, atau penyakit pada jaringan syaraf yang terkandung dalam
rongga tengkorak.
Definisi lain menyatakan Cerebral Palsy mencakup keadaan klinis yang disebabkan oleh
luka pada otak. Salah satu komponennya merupakan gangguan otak.
Dengan demikian, cerebral palsy dapat digambarkan sebagai kondisi keropos, bermula
saat kanak-kanak, dicirikan dengan paralysis, kelemahan, kurang kordinasi atau
penyimpangan fungsi gerak lainnya yang disebabkan penyakit pada pusat pengendali
gerak pada otak. Disamping disfungsi gerak tersebut, cerebral palsy bisa mencakup
kesulitan belajar, gangguan psikologis, kerusakan sensory, penyakit kejang dan
behavioral pada origin organik ( United Cerebral Palsy Research and Educational
Foundation, 1985).
d. Status Konvulsivus
2. Kronis
a. Cerebral Palsy
b. Epilepsi
Yun = Serangan atau penyakit ayan adalah suatu gangguan saraf yang timbul secara tiba-
tiba dan berkala, biasanya dengan perubahan kesadaran.
Penyebabnya adalah aksi serentak dan mendadak dari sekelompok besar sel-sel saraf di
otak.
Aksi ini disertai pelepasan muatan listrik yang berlebihan dari neuron-neuron tersebut.
Lazimnya pelepasan muatan listrik ini terjadi secara teratur dan terbatas dalam kelompok
kecil, yang memberikan ritme normal pada elektroencefalogram.
Jenis epilepsi : Bentuk serangan luas ( Grand mal) dan serangan parsial ( sebagian)
1. Pengobatan penyebab
Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis: Adenosine arabinose 15 mg/Kg
BB/hari selama 5 hari.
2. Pengobatan suportif
3. Penatalaksanaan Pengobatan
a. Obat antivirus
Kasus yang lebih serius ensefalitis biasanya membutuhkan pengobatan antivirus yang agresif.
Obat antivirus biasa digunakan untuk mengobati ensefalitis meliputi:
Acyclovir (Zovirax)
Gansiklovir (Cytovene)
Beberapa virus, seperti virus yang ditularkan serangga, tidak merespon pengobatan ini. Namun,
karena virus tertentu yang menyebabkan infeksi tidak dapat diidentifikasi segera atau sama
sekali, pengobatan dengan asiklovir sering dimulai segera. Obat ini bisa efektif melawan virus
herpes simpleks, yang dapat mengakibatkan komplikasi yang signifikan atau kematian jika tidak
segera diobati.
Efek samping dari obat antivirus mungkin termasuk mual, muntah, diare, kehilangan nafsu
makan, dan otot atau nyeri sendi atau sakit. Masalah serius yang jarang mungkin termasuk
kelainan pada ginjal atau fungsi hati atau penekanan aktivitas sumsum tulang. Tes yang sesuai
digunakan untuk memantau efek samping yang serius.
b. Perawatan Suportif
Perawatan suportif tambahan juga diperlukan di rumah sakit untuk orang dengan ensefalitis
berat. Perawatan mungkin termasuk:
Pernapasan bantuan, serta pemantauan yang cermat pernapasan dan fungsi jantung
Cairan intravena untuk memastikan hidrasi yang tepat dan tingkat yang tepat dari mineral
penting
Obat anti-inflamasi, seperti kortikosteroid, untuk membantu mengurangi pembengkakan
dan tekanan di dalam tengkorak
Obat antikonvulsan, seperti phenytoin (Dilantin), untuk menghentikan atau mencegah
kejang.
Setelah penyakit awal, mungkin perlu untuk menerima terapi tambahan tergantung pada jenis
dan tingkat keparahan komplikasi. Terapi ini dapat mencakup:
1. Pemeriksaan Fisik
2. Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan orang tua membawa anaknya untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah kejang disertai penurunan tingkat kesadaran
3. Riwayat Penyakit
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman
penyebab. Di sini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai
serangan, sembuh, atau tambah buruk. Pada pengkajian klien ensefalitis biasanya didapatkan
keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan gejala awal
yang sering adalah sakit kepala dan demam. Sakit kepala disebabkan ensefalitis yang berat dan
sebagai akibat iritasi selaput otak. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan
penyakit.
Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam,
bagaimana sifat timbulnya kejang, dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya
menurunkan kejang tersebut.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan ensefalitis bakteri.
Disorientasi dangan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan
Pengkajian pada anak didapatkan keadaan anak menjadi lesu atau terjadi kelemahan secara
umum, nyeri ekstermitas, rewel, demam (39-41oc), nafsu makan menurun, muntah-muntah, nyeri
kepala, nyeri tenggorokan, pucat dan gelisah.
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang menjadi predisposisi keluhan sekarang
meliputi pernah kah klien mengalami campak, cacar air, herpes, dan bronco pneumonia.
Pengkajian pada anak mungkin didapatkan riwayat menderita penyakit yang disebabkan oleh
virus influenza, varicocella, adenovirus, kokssakie, ekbovirus atau parainfluenza, infeksi bakteri,
parastsatusel, cacing, fungus, riketsia.
5. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
ENSEFALITIS
NIC NIC
Analgesic Administration
Laju pernapasan…
1. Menentukan lokasi nyeri, karakteristik,
Denyut nadi radial…
kualitas, dan keparahan sebelum member
obat bayi. Tekanan darah…
2. Cek resep obat, dosis, dan frekuensi
analgesic. Skala pengukuran :
3. Cek terhadap adanya alergi obat. 1 = Severe deviation from normal range
4. Urus kebutuhan nyaman dan aktivitas lain 2 = Substantial deviation from normal range
yang dapat membuat pasien relaksasi untuk 3 = Moderate deviation from normal range
melihat respon terhadap analgesic.
5. Dokumentasikan respon terhadap analgesic 4 = Mild deviation from normal range
dan beberapa efek yang kurang baik. 5 = No deviation from normal range
6. Ajarkan tentang penggunaan analgesik,
strategi untuk menurunkan efek samping,
dan harapan untuk mengurangi nyeri.
NIC NOC
Nutrition Management
Swallowing Therapy
1. Monitor BB.
2. Monitor hidrasi tubuh (masukan, keluaran,
turgor kulit, membrane mukus).
3. Lakukan perawatan mulut sesuai kebutuhan
Diagnosa Ansietas
NIC NOC
III.1. Kesimpulan
Ensefalitis adalah radang pada jaringan otak. Ensefalitis disebabkan oleh mikroorganisme
(bakteri,virus). Klasifikasi ensefalitis: ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus.
Pemeriksaan penunjang antara lain : pemeriksaan cairan serebrospinal. Penatalaksaan sesuai
dengan penyebab antara lain ; pemberian antibiotik,antifungi, antiparasit,antivirus dan
pengobatan symptomatis berupa pemberian analgetik-antipiretik serta antikonvulsi. Diagnosa
keperawatan yang dapat ditegakkan adalah nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dan ansietas.
III.2. Saran
Encephalitis ini harus sudah didiagnosis sejak dini, penting bagi orang tua untuk peduli terhadap
keseatan anak terutama jika anak menderita penyakit ensefalitis. Segera konsultasikan kepada
tenaga kesehatan (dokter/ perawat) jika terjadi gejala-gejala ensefalitis. Untuk menghindari
resiko akibat penyakit ecephalitis, perlu adanya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan bebas
dari virus-virus terutama virus yang menyebabkan encephalitis.
Bulechek, Gloria M, dkk. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC) ed.5. USA: MOSBY
Elsiever
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC
Kari K, Liu W, Gautama K, et al. 2006. A hospital-based surveillance for Japanese encephalitis
in Bali, Indonesia. BMC Medicine 4(8): 1-7.
Moorhead, Sue, dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) ed.4. USA: MOSBY
Elsiever
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta. Penerbit Salemba
Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes: Neurology edisi delapan. Jakarta: Erlangga
Tjay, Tan Hoan . Obat-obat Penting: Khasiat , Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta:
Gramedia.