Anda di halaman 1dari 63

Laporan Family Oriented Medical Education

KEGIATAN FAMILY-ORIENTED MEDICAL EDUCATION (FOME)


UPAYA PENDEKATAN KELUARGA DALAM MENANGANI
PERMASALAHAN IBU HAMIL DENGAN KEKURANGAN ENERGI
KRONIK (KEK), KURANGNYA PENGETAHUAN DAN KESADARAN
MENGENAI GIZI, KESEHATAN DAN RELIGI

Kelompok 555 C
Anggota Kelompok:
Indhah Meilani S S G99172091
Sitaresmi Raras Nirmala G99162127
Sarah Azzahro G99172150
Kevin Deva Candra N G99162126
Evan Permana Putra G99172071
Ni’matul Mufidah G99162124

Pembimbing :
dr. Balgis, M.Sc, CM-FM, AIFM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER TAHAP PROFESI

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT-KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2018
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING PUSKESMAS

Laporan Kegiatan Kelompok dengan Judul :

KEGIATAN FAMILY-ORIENTED MEDICAL EDUCATION (FOME)


UPAYA PENDEKATAN KELUARGA DALAM MENANGANI
PERMASALAHAN IBU HAMIL DENGAN KEKURANGAN ENERGI
KRONIK (KEK), KURANGNYA PENGETAHUAN DAN KESADARAN
MENGENAI GIZI, KESEHATAN DAN RELIGI

Yang disusun oleh :


KELOMPOK 555 C
Indhah Meilani S S G99172091
Sitaresmi Raras Nirmala G99162127
Sarah Azzahro G99172150
Kevin Deva Candra N G99162126
Evan Permana Putra G99172071
Ni’matul Mufidah G99162124
Telah diperiksa, disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Kepala dan Pembimbing FOME UPTD
Puskesmas Jumapolo
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar

dr. Sulistyo Wibowo, M. PH


NIP. 19760103 200604 1 014

ii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING FAKULTAS

Laporan Kegiatan Kelompok dengan Judul :

KEGIATAN FAMILY-ORIENTED MEDICAL EDUCATION (FOME)


UPAYA PENDEKATAN KELUARGA DALAM MENANGANI
PERMASALAHAN IBU HAMIL DENGAN KEKURANGAN ENERGI
KRONIK (KEK), KURANGNYA PENGETAHUAN DAN KESADARAN
MENGENAI GIZI, KESEHATAN DAN RELIGI

Yang disusun oleh :


KELOMPOK 555 C
Indhah Meilani S S G99172091
Sitaresmi Raras Nirmala G99162127
Sarah Azzahro G99172150
Kevin Deva Candra N G99162126
Evan Permana Putra G99172071
Ni’matul Mufidah G99162124

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan pada :

Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Kepala Bagian IKM-KP FKUNS Pembimbing FOME-IKM FK UNS

Dr. Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M.Pd Balgis, dr., M.Sc., CM.FM, AIFM
NIP. 19750311 200212 2 002 NIP.19640719 199903 2 003

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang selalu diberikan kepada
penulis sehingga dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di Puskesmas
Jumapolo, serta dapat menyelesaikan laporan kelompok kepaniteraan klinik
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) dengan judul “Kegiatan Family-
Oriented Medical Education (FOME) di Wilayah Kerja Puskesmas Jumapolo
Karanganyar”.

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh


kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran UNS.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapat banyak sekali bantuan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M.Pd, selaku Kepala Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Balgis, dr., M.Sc., CM.FM, AIFM, selaku pembimbing FOME kelompok
kami.
4. Sulistyo Wibowo, dr., M. PH, selaku Kepala Puskesmas Jumapolo, Kabupaten
Karanganyar.
5. Seluruh staf di Puskesmas Jumapolo dan seluruh staf bagian IKM FK UNS.

Surakarta, Mei 2018

Kelompok 555 C IKM/FK UNS

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………..........……....……....… i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………... ii
KATA PENGANTAR ……………………………..……………………. iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………..……... v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. viii
BAB I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA ………… 1
A. Anggota Keluarga........................................…..……........ 1
B. Identifikasi Aspek Personal..............................……........ 2
BAB II. STATUS PASIEN……………….……………...…....……... 3
A. Identitas Pasien……………............………….………... 3
B. Anamnesis………………………….......……..………… 3
C. Pemeriksaan Fisik.………………………........…….…... 10
D. Pemeriksaan Penunjang......................……...................... 12
E. Diagnosis.......................................…….......…………… 13
F. Penatalaksanaan............................................................... 13
G. Resume…………………………………………………. 13
BAB III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA…..……... 14
A. Fungsi Holistik ………………………………............…. 14
B. Fungsi Fisiologis …………………………….............…. 18
C. Fungsi Patologis ………………………..............………. 21
D. Genogram ……………………………............................. 22
` E. Pola Interaksi Keluarga…………...................................... 24
F. Siklus Kehidupan Keluarga................................................. 25
G. Faktor-Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan .... 26
H. Faktor-Faktor Non Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan ...... 27
I. Identifikasi Indoor dan Outdoor ......................................... 29
BAB IV. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ .... 30
A. Kekurangan Energi Kronik ................................................ 30
v
B. Gizi pada Ibu hamil ......................................................... ... 40
BAB V. DIAGNOSIS HOLISTIK ............................................................ 42
BAB VI. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF ………….......…44
Saran Komprehensif…...............….…………….………. ......... 44
BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN……….…….……….....…............. 49
A. Simpulan .......................................... 49
B. Saran .................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 51
LAMPIRAN................................................................................................... 53

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Hidup Satu Rumah .................................... 1
Tabel 2.1 Hasil Food Recall selama 1 minggu ............................................................ 8
Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Kuesioner DASS 42 Keluarga Ny. I ............................. 15
Tabel 3.2 APGAR Anggota Keluarga Ny. I ................................................................ 20
Tabel 3.3 SCREEM Keluarga Ny. I ............................................................................ 21
Tabel 3.4 Delapan Tahap Siklus Kehidupan Keluarga .............................................. 25
Tabel 3.5 Keadaan Rumah Ny. I ................................................................................. 28

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Ny. I....................................................................... 22


Gambar 3.2 Pola Interaksi Keluarga Ny. I ................................................................. 24
Gambar 3.3 Denah Rumah Ny. I ................................................................................ 29

viii
TAHAP I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

A. Anggota Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. B
Alamat : Ketro RT 01 RW II Desa Jatirejo,
Kecamatan Jumapolo, Kabupaten
Karanganyar
Agama / Suku : Islam / Jawa
Bentuk Keluarga : Extended family
Struktur Komposisi Keluarga :

A.
Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Hidup Satu Rumah (Data Primer, 2018)
Pendidikan
Nama Kedudukan JK Umur Terakhir Pekerjaan Keterangan
Kepala
Tn. B L 60 th SMP Petani Ayah pasien
keluarga
Tinggal di
Ny. SM Istri P 37 th SMP Buruh pabrik
Jakarta
Suami
Tn. M Menantu L 27 th SD Buruh kayu
pasien
Ibu rumah
Ny. I Anak P 22 th SMP Pasien
tangga
SMP tetapi
An. MI Anak L 18 th Buruh pabrik Adik pasien
tidak lulus
An. SM Anak P 6 th Belum sekolah - Adik pasien
An.
Anak P 4 th Belum sekolah - Adik pasien
NM
Anak pasien
dari suami
An. A Cucu L 2,5 th Belum sekolah -
pertama

B. Simpulan
Keluarga pasien merupakan extended family yang terdiri dari ayah (Tn. B),
ibu (Ny. SM), anak, (Ny. I), suami (Tn. M), anak (An. A), dan ketiga adiknya
(An. MI, SM, dan NM). Ny. I bekerja sebagai ibu rumah tangga yang
mengurus anak dan ketiga adiknya, suami (Tn. M) bekerja sebagai buruh

1
kayu, ayah bekerja sebagai petani, dan ibu bekerja sebagai buruh pabrik di
Jakarta yang pulang setahun sekali
Ny. I mempunyai anak dari suami yang pertama yang saat ini berumur 2,5
tahun. Kemudian, pasien menikah dengan Tn. M dan sekarang Ny. I sedang
hamil anak pertama hasil pernikahannya dengan Tn. M
Tingkat pendidikan keluarga secara umum masih kurang. Tn. B
menempuh pendidikan sampai SMP, Ny. SM menempuh pendidikan sampai
SD, Ny. I menempuh pendidikan sampai SMP, An. MI menempuh pendidikan
sampai SMP kelas VIII saja. An. A, An. SM, dan An. NM semuanya belum
sekolah

2
TAHAP II
STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 22 tahun
Alamat : Ketro RT 01 RW II Desa Jatirejo, Kecamatan
Jumapolo, Kabupaten Karanganyar
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status perkawinan : Menikah
Berat badan : 47 kg per tanggal 5 April 2018
Tinggi badan : 157 cm
Paritas : G2P1A0
HPMT : 25 Agustus 2017
HPL : 1 Juni 2018
Umur kehamilan : 34 minggu per tanggal 20 April 2018
Tanggal pemeriksaan : Jumat, 20 April 2018

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Hamil dengan berat badan kurang.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang perempuan umur 22 tahun G2P1A0 dengan umur kehamilan
34 minggu datang ke bidan untuk pemeriksaan antenatal. Dari
pemeriksaan, didapatkan berat badan adalah 49 kg per tanggal 5 April
2018 dan berat badan sebelum hamil adalah 40 kg. Pasien tampak kurus
dan lingkar lengan atas 20 cm yang menunjukkan bahwa pasien
mengalami kekurangan energi kronis (KEK). Dari anamnesis, diketahui
bahwa pasien jarang makan nasi dan sayur selama hamil. Pasien makan
nasi sehari sekali dengan porsi 1 centong yang diselingi dengan roti,
3
biskuit ibu hamil, dan Energen®. Selain itu, pasien juga rutin
mengonsumsi susu ibu hamil, vitamin, dan tablet besi. Keluhan mual,
muntah, demam, pendarahan selama kehamilan semuanya disangkal.
Gerakan janin semakin lama semakin aktif tetapi belum mengalami
kenceng – kenceng
Pasien pernah mengalami keputihan sejak umur kehamilan 4 bulan
yang semakin berat pada umur kehamilan 6 bulan. Keputihan berwarna
kuning kental, tidak gatal tetapi terasa nyeri. Setelah itu, pasien berobat ke
dokter spesialis kebidanan dan kandungan kemudian mendapatkan
vitamin, amoksisilin, dan tablet vagina yang tidak diketahui namanya.
Pasien rutin mengonsumsi obat tersebut dan sekarang keputihannya sudah
hilang
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : Pada kehamilan pertama, pasien juga
tidak mau makan nasi dan sayur
Riwayat tekanan darah tinggi : Disangkal
Riwayat kencing manis : Disangkal
Riwayat penyakit jantung : Disangkal
Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat lainnya : Flour Albus sejak umur kehamilan 4
bulan tetapi saat ini sudah hilang

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluhan serupa : Disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : Disangkal
Riwayat kencing manis : Disangkal
Riwayat penyakit jantung : Disangkal
Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal

4
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat lainnya : Bapak pasien pernah mengalami TB
sampai dirawat di rumah sakit dan sudah
dinyatakan sembuh sejak tahun 2013.
Sekarang Bapak pasien kembali
mengalami batuk kering yang bersifat
hilang-timbul tetapi belum diperiksakan
ke Puskesmas.
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan Sekarang
Pasien G2P1A0 umur kehamilan 34 minggu (per tanggal 20 April
2018) sudah periksa kehamilan ke bidan sebanyak 3 kali dan ke dokter
spesialis kebidanan dan kandungan sebanyak 1 kali. Keluhan mual,
muntah, demam, pendarahan selama kehamilan semuanya disangkal.
Pasien mengeluhkan nafsu makan terhadap nasi dan lauk yang
berkurang. Gerakan janin semakin lama semakin aktif tetapi belum
mengalami tanda – tanda dalam persalinan.
b. Riwayat Menstruasi dan Kontrasepsi
Menarche : SMP kelas VII
Siklus menstruasi : 28 hari teratur
Penggunaan kontrasepsi : Minum pil KB secara rutin setelah
melahirkan anak pertama sampai kehamilan
kedua trimester pertama. Saat itu, pasien
belum mengetahui bahwa dirinya sedang
hamil

c. Riwayat Kehamilan Sebelumnya


Pada kehamilan pertama, pasien mengalami anemia (Hb=9mg/dL)
sehingga pasien di rujuk ke RSUD Karanganyar untuk persalinan.
Pasien mengalami anemia karena pasien tidak pernah makan nasi
maupun lauk. Pasien hanya memakan buah dan susu. Pasien juga
hanya sekali melakukan pemeriksaan selama kehamilan.
5
Dua hari setelah periksa ke bidan, anak pertama lahir normal per
vaginam di RSUD Karanganyar pada tanggal 10 September 2015 dan
umur kehamilan 40 minggu. Berat badan saat lahir adalah 3 kg dengan
panjang badan 49 cm. Tidak terdapat penyulit apapun selama
melahirkan dan bayi menangis spontan setelah lahir. Anak pertama
rutin ke posyandu untuk pemeriksaan balita. Dari hasil pemeriksaan,
berat badan anak sesuai dengan garis pertumbuhan dan tidak
ditemukan gangguan perkembangan
6. Identifikasi Aspek Personal
a. Alasan Kedatangan Pasien
Pasien datang ke bidan desa untuk melakukan pemeriksaan antenatal.
b. Persepsi Pasien terhadap Penyakit
Pasien belum mengerti tentang kondisi yang dialaminya saat ini
dan merasa tidak memiliki masalah apa pun, kecuali nafsu makan
terhadap nasi dan lauk-pauk berkurang saat hamil. Tubuh yang kurus
dianggap sebagai faktor keturunan karena anggota keluarganya juga
memiliki tubuh yang kurus. Meskipun demikian, pasien rutin
mengonsumsi biskuit dan susu ibu hamil yang diberikan oleh bidan.
c. Kekhawatiran Pasien
Pasien tidak khawatir terhadap kondisinya karena anak pertama
lahir normal tanpa penyulit apa pun meskipun saat hamil dahulu,
pasien juga kurus dan memiliki kadar Hb rendah. Pasien belum
mengetahui secara jelas tentang komplikasi dan dampak jangka
panjang dari kekurangan energi kronis (KEK) saat hamil.
d. Harapan Pasien
Pasien berharap bahwa dirinya sehat dan bayinya dapat lahir normal.
7. Riwayat Kebiasaan
04.30 – 05.00 WIB : Bangun pagi dan Sholat Subuh
05.00 – 06.00 WIB : Memasak sarapan untuk keluarga
06.00 – 07.00 WIB : Menyapu dan membersihkan rumah
07.00 – 11.30 WIB : Mengasuh anak dan menonton TV

6
12.00 – 12.30 WIB : Sholat Zuhur
12.30 – 14.00 WIB : Tidur siang
14.00 – 18.00 WIB : Menonton TV
18.00 – 18.30 WIB : Sholat Maghrib
18.30 – 04.30 WIB : Tidur malam
Riwayat olahraga : Jarang olahraga
Riwayat merokok : Pasien tidak merokok tetapi bapak pasien dan
suami merokok sekitar 12 – 24 batang/hari. Saat
merokok, keduanya selalu keluar dari dalam
rumah serta menjauh dari anak dan istrinya
Riwayat alkohol : Disangkal

8. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan ibu rumah tangga dengan sumber pendapatan dari
suami, Ibu, dan Bapaknya. Pendapatan dari Ibu sebesar Rp
2.000.000,00/bulan, pendapatan dari suami sekitar Rp 1.000.000/bulan,
dan pendapatan dari Bapak tidak menentu. Pendapatan total yang
diperoleh cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Adik pasien
juga memiliki pendapatan sebesar Rp 75.000,00 – Rp 150.000,00/hari
tetapi pendapatan tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi
9. Riwayat Gizi
Selama hamil, pasien jarang makan nasi dan sayur karena merasa tidak
nafsu makan. Makanan yang dikonsumsi sehari – hari adalah roti bungkus,
roti tawar, biskuit ibu hamil, susu ibu hamil, buah, dan nasi satu centong
dengan sedikit lauk tanpa sayur. Selain itu, pasien juga rutin minum teh
sebanyak 1 cangkir sedang dan air putih sekitar 600 ml. Hasil food recall
selama satu minggu dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 2.1 Hasil food recall selama 1 minggu
Tanggal Waktu Jenis Makanan Porsi Kalori (kkal)
Rabu, 25 05.00 WIB Biskuit ibu hamil 3 keping 312
April 2018 Teh manis 1 cangkir 55

7
05.30 WIB Roti semir 1 bungkus 250
07.00 WIB Richeese ® 2 bungkus 45
Nabati Keju
09.30 WIB Susu Prenagen® 1 gelas 180
12.00 WIB Nasih putih 1 centong 65
Sayur bayam 1 mangkok 75
Tempe 1 potong 40
14.00 WIB Pisang 1 buah 50
Biskuit ibu hamil 3 keping 312
Total kalori 1384
Kamis, 26 05.00 WIB Biskuit ibu hamil 3 keping 312
April 2018 Teh manis 1 cangkir 55
06.00 WIB Roti tawar 2 lembar 200
07.00 WIB Energen® 1 bungkus 130
09.00 WIB Susu Prenagen® 1 gelas 180
10.30 WIB Roma® sari 2 keping 100
gandum coklat
12.30 WIB Mie ayam 1 mangkok 421
15.00 WIB Jeruk 1 buah 25
Total kalori 1423
Jumat, 27 05.00 WIB Biskuit ibu hamil 3 keping 312
April 2018 06.30 WIB Roti pisang 1 bungkus 240
08.00 WIB Susu Prenagen ® 1 gelas 180
10.00 WIB Roma® sari 2 keping 100
gandum coklat
12.00 WIB Nasi putih 1 centong 65
Sayur sop 1 mangkok 72
Bakso 5 biji 37
Tahu 1 potong 40
15.30 WIB Roma® sari 2 keping 100
gandum

8
Total kalori 1146
Sabtu, 28 05.00 WIB Biskuit ibu hamil 3 keping 312
April 2018 Teh manis 1 cangkir 55
06.00 WIB Roti tawar 2 lembar 200
08.30 WIB Susu Prenagen® 1 gelas 180
10.00 WIB Nissin® wafer 3 keping 140
13.00 WIB Nasi goreng 2 centong 130
Telur ceplok 1 butir 201
14.00 WIB Jeruk 1 buah 25
Total kalori 1243
Minggu, 29 05.00 WIB Biskuit ibu hamil 3 keping 312
April 2018 06.00 WIB Roti semir 1 bungkus 250
08.00 WIB Nissin® wafer 3 keping 140
10.00 WIB Susu Prenagen® 1 gelas 180
13.00 WIB Indomie® goreng 1 bungkus 380
Pepaya 1/2 potong 25
Total kalori 1287
Senin, 30 05.30 WIB Biskuit ibu hamil 3 keping 312
April 2018 Teh manis 1 cangkir 55
07.00 WIB Roti tawar 2 lembar 200
09.00 WIB Susu Prenagen ® 1 gelas 180
10.00 WIB Richeese ® 1 bungkus 45
Nabati keju
13.00 WIB Nasi putih 1 centong 65
Ikan lele 1 ekor 150
Tempe 1 potong 40
15.00 WIB Richeese ® 1 bungkus 45
Nabati Keju
16.00 WIB Pisang 1 buah 50
Total kalori 1142
Selasa, 1 05.00 WIB Biskuit ibu hamil 3 keping 312

9
Mei 2018 Teh 1 cangkir 55
06.00 WIB Roti tawar 2 lembar 200
07.00 WIB Energen® 1 bungkus 130
09.00 WIB Susu Prenagen® 1 gelas 180
13.00 WIB Nasi putih 1 centong 65
Ayam bakar 1 potong 50
14.00 WIB Jambu air 2 buah 110
Nissin® crackers 10 keping 75
Total kalori 1177
Rabu, 2 Mei 05.00 WIB Biskuit ibu hamil 3 keping 312
2018 06.30 WIB Nasi 1 centong 65
Telur ceplok 1 butir 201
08.00 WIB Susu Prenagen® 1 gelas 180
11.00 WIB Nissin® wafer 3 keping 140
14.00 WIB Indomie goreng 1 bungkus 380
15.00 WIB Pisang 1 buah 50
Total kalori 1328
Rata – rata kalori per hari 1266,25

C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
a. Kondisi umum : Baik, composmentis, gizi kesan kurang
b. Tanda vital
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Denyut nadi : 78 kali/menit
Frekuensi napas : 18 kali/menit
Suhu tubuh : 36,60C
c. Kepala dan Leher
Bentuk kepala : Mesocephalus
Mata : Konjunctiva anemis (-/-), sklera icterus (-/-)
eksoftalmus (-/-)

10
Bibir : Pucat (-), sianosis (-)
Telinga : Gangguan pendengaran (-), tinitus (-), otorrhea (-)
Tenggorokan : Pembesaran tonsil (-), orofaring hiperemis (-),
sariawan (-), kelainan gigi dan gusi (-)
Wajah : Edema (-)
Leher : Struma (-), distensi v. jugularis (-), limfadenopati
(-)
d. Thoraks
Bentuk thoraks : Normothoraks
Glandula mamae : Dalam batas normal, areola hiperpigmentasi (+)
e. Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, regular, bising (-)
f. Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada simetris
Palpasi : Fremitus taktil normal, pengembangan dada
simetris
Perkusi : Sonor
Auskulasi : Suara dasar vesikular (+/+), suara tambahan (-/-)
g. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, distended gravid
(+), striae gravidarum (+), luka bekas operasi (-)
Auskultasi : Bising usus 16 kali/menit, suara tambahan (-)
Palpasi : Teraba janin tunggal intrauterine, membujur,
punggung di kiri, presentasi kepala, kepala belum
masuk panggul
h. Organ Genital
Lendir darah (-), air ketuban (-)

11
i. Ekstremitas dan Vertebrae
Superior : Akral dingin (-/-), edema (-/-), eritema (-/-)
Inferior : Akral dingin (-/-), edema (-/-), eritema (-/-)
Vertebrae : Lordosis (-), kifosis (-), scoliosis (-)
2. Status Obsteri
Tinggi fundus uteri : 32 cm (di antara processus xyphoideus dan
umbilicus) sesuai dengan umur kehamilan
Pemeriksaan Leopold I : Teraba bagian bulat dan lunak, kesan bokong
Pemeriksaan Leopold II : Teraba punggung di sebelah kiri dan bagian –
bagian kecil di sebelah kanan
Pemeriksaan Leopold III : Teraba bagian bulat dan keras, kesan kepala
Pemeriksaan Leopold IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
Denyut jantung janin : 143 kali/menit
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 11 gram/dL
HBsAg : Negatif
HIV : Non reaktif
Proteinuria : Negatif
2. Pemeriksaan Ultrasonografi
BPD (Biparietal Diameter) : 75 mm ≈ 30 minggu 1 hari
AC (Abdominal Circumference) : 259 mm ≈ 30 minggu
Estimated Fetal Weight : 1,49 kg ≈ 29 minggu 5 hari
Kesan : Sesuai usia kehamilan
E. Diagnosis
G2P1A0 usia kehamilan 32 minggu belum dalam persalinan dengan
Kekurangan Energi Kronis (KEK)
F. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
a) FeSO4 200 mg/24 jam
b) Kalsium laktat 500mg/24 jam

12
2. Non Medikamentosa
Pasien diberikan PMT Pemulihan berupa biskuit ibu hamil dan susu
Prenagen®. Selain itu, pasien juga diberikan saran untuk meningkatkan
asupan makanan saat hamil.
G. Resume
Keluarga Ny. I termasuk dalam extended family. Masalah kesehatan yang
dialami Ny. I adalah kekurangan energi kronis saat hamil. Dari anamnesis,
pasien mengeluh bahwa nafsu makannya turun sehingga hanya makan nasi
dan lauk dengan porsi sedikit. Hasil pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan
fisik obstetri, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan ultrasonografi
menunjukkan hasil dalam batas normal. Saat ini, pasien mendapatkan tablet
besi, kalsium laktat dan PMT Pemulihan dari Puskesmas berupa biskuit ibu
hamil dan susu Prenagen®. Selain itu, pasien juga diberikan edukasi tentang
kondisi yang dialami dan bagaimana cara mengatasinya.

13
TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis dan Klinis
Keluarga Ny. I memiliki bentuk extended family yang terdiri dari
bapaknya yaitu Tn. B, suaminya yaitu Tn. M, adik-adiknya yaitu Tn. MI,
An. SM, An. NM, dan anaknya yaitu An. A. Ny. I dalam kondisi hamil
dengan status kehamilan G2P1A0. Ny. I memiliki berat badan 47 kg (BB
sebelum kehamilan 40 kg) dan lingkar lengan atas 20 cm yang
menunjukkan kurang dari normal dan mengindikasikan bahwa pasien
mengalami Kurang Energi Kronik (KEK). Adapun riwayat penyakit
menurun (herediter) pada keluarga Ny. I berupa hipertensi yang diderita
oleh ibu Ny. I.
2. Fungsi Psikologis
Fungsi psikologis pada keluarga Ny. I diukur menggunakan kuesioner
Depression Anxiety Stress Scale-42 (DASS 42) pada tabel 3.1. Adapun
sistem skoring pada kuesinoner ini adalah:
0 : Tidak ada atau tidak pernah
1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-
kadang
2 : Sering
3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat.
Kuesioner DASS 42 terdapat tiga skala yang terbagi menjadi:

1) Skala depresi : 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31,34, 37, 38, 42.
2) Skala kecemasan : 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30,36, 40, 41.
3) Skala stres : 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39.

14
Hasil dari pengukuran dengan kuesioner DASS 42, yaitu:
Tingkat Depresi Kecemasan Stres
Normal 0–9 0–7 0 – 14
Ringan 10 – 13 8–9 15 – 18
Sedang 14 – 20 10 – 14 19 – 25
Parah 21 – 27 15 – 19 26 – 33
Sangat parah > 28 > 20 > 34

Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Kuesioner DASS 42 Keluarga Ny. I


Tn. An.
No. Aspek Penilaian Tn. B Ny. I
M MI
Menjadi marah karena hal-hal 0 0 0 0
1.
kecil/sepele
2. Mulut terasa kering 0 0 0 0
Tidak dapat melihat hal yang 0 0 0 0
3.
positif dari suatu kejadian
Merasakan gangguan dalam
4. bernapas (napas cepat, sulit 0 0 0 0
bernapas)
Merasa sepertinya tidak kuat
5. lagi untuk melakukan suatu 0 0 0 0
kegiatan
Cenderung bereaksi 0 0 0 0
6.
berlebihan pada situasi
Kelemahan pada anggota 0 0 0 0
7.
tubuh
Kesulitan untuk 0 0 0 0
8.
relaksasi/bersantai
Cemas yang berlebihan dalam
9. suatu situasi namun bisa lega 0 0 0 0
jika hal/situasi itu berakhir
10. Pesimis 1 1 0 0

11. Mudah merasa kesal 0 0 1 0


Merasa banyak
12. menghabiskan energi karena 0 0 0 0
cemas
13. Merasa sedih dan depresi 0 0 0 0

14. Tidak sabaran 0 0 1 0

15. Kelelahan 0 1 0 0
Kehilangan minat pada
16. banyak hal (misal: makan, 0 1 0 0
ambulasi, sosialisasi)

15
17. Merasa diri tidak layak 0 0 0 0

18. Mudah tersinggung 0 0 1 0


Berkeringat (misal: tangan
berkeringat) tanpa stimulasi 0 0 0 0
19.
oleh cuaca maupun latihan
fisik
Ketakutan tanpa alasan yang 0 0 0 0
20.
jelas
21. Merasa hidup tidak berharga 0 0 0 0

22. Sulit untuk beristirahat 0 0 0 0

23. Kesulitan dalam menelan 0 0 0 0


Tidak dapat menikmati hal- 0 0 0 0
24.
hal yang saya lakukan
Perubahan kegiatan jantung
25. dan denyut nadi tanpa 0 0 0 0
stimulasi oleh latihan fisik
Merasa hilang harapan dan 0 0 0 0
26.
putus asa
27. Mudah marah 0 0 1 0

28. Mudah panik 0 0 0 0


Kesulitan untuk tenang
29. setelah sesuatu yang 0 0 0 0
mengganggu
Takut diri terhambat oleh
30. tugas-tugas yang tidak biasa 0 0 0 0
dilakukan
Sulit untuk antusias pada 0 0 0 0
31.
banyak hal
Sulit mentoleransi gangguan-
32. gangguan terhadap hal yang 0 0 0 0
sedang dilakukan
33. Berada pada keadaan tegang 0 0 0 0

34. Merasa tidak berharga 0 0 0 0


Tidak dapat memaklumi hal
apa pun yang menghalangi 0 0 0 0
35.
anda untuk menyelesaikan hal
yang sedang Anda lakukan
36. Ketakutan 0 0 0 0
Tidak ada harapan untuk 0 0 0 0
37.
masa depan
38. Merasa hidup tidak berarti 0 0 0 0

16
39. Mudah gelisah 0 0 0 0
Khawatir dengan situasi saat
diri Anda mungkin menjadi 0 0 0 0
40.
panik dan mempermalukan
diri sendiri
41. Gemetar 0 0 0 0
Sulit untuk meningkatkan
42. inisiatif dalam melakukan 0 0 0 0
sesuatu
Total Depresi 1 2 0 0

Kecemasan 0 1 0 0

Stres 0 0 4 0
Sumber : Data primer, April 2018

Kesimpulan :
Hasil pengukuran fungsi psikologis menggunakan kuesioner DASS 42,
tidak ditemukan adanya gangguan pada fungsi psikologis seperti depresi,
kecemasan, dan stres pada anggota keluarga Ny. I.
3. Fungsi Sosial
Pasien tidak memiliki kedudukan tertentu dalam masyarakat, hanya
sebagai anggota masyarakat biasa. Pasien juga aktif mengikuti kegiatan di
masyarakat seperti PKK dan Posyandu. Pasien tidak sungkan untuk ikut
turut serta dalam kegiatan apa pun yang diadakan di lingkup RT, RW,
dukuh, dan dusun. Seluruh anggota keluarga aktif bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar dan hubungan di antara mereka terjalin dengan baik.
4. Fungsi Ekonomi
Pasien adalah ibu rumah tangga yang mengurus segala keperluan
keluarga. Kebutuhan keluarga dipenuhi oleh pendapatan yang dihasilkan
oleh suami Ny. I dan ibu Ny. I dengan total pendapatan Rp 2.400.000,- per
bulan. Pasien merasa pendapatan yang didapatkan oleh keluarganya dapat
cukup memenuhi seluruh kebutuhan sehari-hari dari keluarga.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Pasien mampu memecahkan masalah sehari-hari dalam keluarga
dengan bantuan dan saran dari Bapak Ny. I. Sehari-hari, pasien mengurus
17
segala keperluan rumah baik itu dalam hal memasak, membersihkan
rumah dan mengurus adik-adik serta anaknya yang masih kecil. Sedangkan
ketika ada masalah keluarga pengambilan keputusan tetap dari Bapak Ny.
I meskipun masalah yang dipecahkan adalah keputusan bersama.
B. Fungsi Fisiologis
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain.
A. Adaptation
Adaptation menunjukkan kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi
dengan anggota keluarga yang lain, penerimaan, dukungan, dan saran dari
anggota keluarga yang lain. Adaptation juga menunjukkan bagaimana keluarga
menjadi tempat utama anggota keluarga kembali jika dia menghadapi masalah.
Fungsi ini dalam keluarga Ny. I sedikit terganggu pada suami Ny. I dimana jika
ada masalah pada suami, suami Ny. I tidak mendiskusikan hal tersebut dengan
keluarga sehingga Ny. I juga jika terdapat masalah maka hanya
mendiskusikannya dengan anggota keluarga yang lain terutama Bapak Ny. I.
Namun, sampai saat ini segala masalah keluarga dapat teratasi dengan baik.
B. Partnership
Partnership menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut, bagaimana sebuah keluarga membagi masalah dan membahasnya
bersama-sama. Sesuai dengan yang telah dipaparkan sebelumnya, suami pasien
tidak terbuka pada seluruh anggota keluarga termasuk istrinya. Suami pasien
tidak berkomunikasi dan membagi masalahnya dengan baik kepada anggota
keluarga yang lain sehingga pasien merasa kurang puas dengan komunikasi
yang terjalin dengan suaminya.
C. Growth
Growth menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut. Dalam keluarga tidak pernah ada bagian

18
keluarga yang mengatakan tidak setuju tanpa alasan yang jelas dan tanpa solusi
dalam menyelesaikan masalahnya. Seluruh anggota keluarga sangat mendukung
ketika ada anggota keluarga yang sakit seperti saat bapak Ny. I harus menjalani
pengobatan TB dan saat Ny. I harus menjalani pengobatan untuk keputihan
dengan mengingatkan untuk minum obat teratur dan melakukan kontrol rutin.
Saat ini pun seluruh anggota keluarga mendukung untuk dapat memenuhi
kebutuhan energinya selama kehamilan.
D. Affection
Affection menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota keluarga, di dalam keluarga terdapat rasa saling menyayangi satu sama
lain dan saling memberi dukungan serta mengekspresikan kasih sayangnya.
Menurut pasien, orang tua dan suaminya serta anggota keluarga yang lain
menyayangi dirinya. Anggota keluarga saling menyayangi dan mendukung satu
sama lain. Pasien pun juga menyayangi seluruh anggota keluarganya.
E. Resolve
Resolve menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan
dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Dalam keluarga
Ny. I kebersamaan yang terjalin kurang baik karena banyak anggota keluarga
yang bekerja dan pulang larut malam, sehingga sehari-hari pasien hanya berada
di rumah dengan adik-adik dan anaknya yang masih kecil.
Adapun sistem skor untuk APGAR ini yaitu :

1) Selalu/sering : 2 poin

2) Kadang-kadang : 1 poin

3) Jarang/tidak pernah : 0 poin

Dan penggolongan nilai total APGAR ini adalah :

1) 8-10 : baik

2) 6-7 : cukup

3) 1-5 : buruk
Penilaian fungsi fisiologis keluarga Ny. I dapat dilihat pada tabel 3.2.

19
Tabel 3.2 APGAR Anggota Keluarga Ny. I
Tn. Tn. Tn.
KODE APGAR KELUARGA Ny. I MI
B M

Saya puas bila saya dapat


kembali ke keluarga saya
A 2 2 2 2
bila saya menghadapi
masalah

Saya puas dengan keluarga


saya membahas dan
P 2 2 1 2
membagi masalah dengan
saya

Saya puas dengan cara


keluarga saya menerima dan
mendukung keinginan saya
G 2 1 2 2
untuk melakukan kegiatan
baru atau arah hidup yang
baru

Saya puas dengan cara


keluarga saya
mengekspresikan kasih
A 2 1 1 2
sayangnya dan merespon
emosi saya seperti
kemarahan, perhatian, dll.

Saya puas dengan cara


keluarga saya dan saya
R 1 2 2 1
membagi waktu bersama-
sama

Total 9 8 8 9
Sumber : Data primer, April 2018

Kesimpulan :
Fungsi fisiologis keluarga Ny. I tergolong cukup baik. Hal ini terlihat dari
skor individu dalam keluarga yang berkisar antara 8 sampai 10 dimana
skor ini termasuk dalam kategori baik.

20
C. Fungsi Patologis
Fungsi patologis menilai setiap sumber daya yang dapat digunakan oleh
keluarga ketika keluarga Ny. I menghadapi permasalahan. Fungsi patologis
keluarga Ny. I dapat diamati pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 SCREEM Keluarga Ny. I


Sumber Patologi Ket.
Interaksi sosial antara keluarga maupun
dengan tetangga sekitar tergolong baik. -
SOCIAL
Anggota keluarga aktif dalam kegiatan rutin
kemasyarakatan di wilayahnya.

Keluarga Ny. I menerapkan adat-istiadat


Jawa dalam kehidupannya, mereka menjaga
nilai-nilai kesopanan dan interaksinya.
Bahasa yang digunakan untuk komunikasi
CULTURAL sehari-hari adalah Bahasa Jawa. Keluarga -
pasien juga tidak terlalu percaya dengan
mitos-mitos di masyarakat mengenai
kesehatan dan lebih percaya terhadap
saran/pendapat dari dokter.

Ny. I kurang rajin dalam beribadah dan


melanggar norma-norma yang ada dalam
RELIGION agama Islam, yaitu hamil diluar nikah.
Suaminya, Tn. M, juga tidak menerapkan +
dan menjaga nilai-nilai kerohanian Islam
dalam hidupnya.Tn. M dalam menjalankan
ibadah sering ditinggalkan.

Penghasilan keluarga Ny. I cukup untuk -


ECONOMY
memenuhi kebutuhan dalam keluarganya.

Bapak (Tn. B) dan ibu Ny. I (Ny. SM) hanya


EDUCATION tamat SD. Suami, anak kedua Tn. B, serta +
Ny. I hanya tamat SMP.

Apabila ada masalah kesehatan, keluarga


Ny. I tidak selalu berobat ke Puskesmas
Jumapolo yang tidak sulit untuk dijangkau +
MEDICAL dengan kendaraan bermotor yang dimiliki
keluarga Ny. I. Bapak Ny. I hanya
mendatangi jasa urut dan pijat untuk
mengatasi masalah kesehatan akibat

21
kecelakaan yang dialami sebelumnya. Ny. I
juga belum mendapatkan KIS meskipun
sudah mendaftarkan untuk pengajuan kartu
KIS tersebut. Riwayat ANC kehamilan
sebelumnya juga tidak teratur, Ny. I
memeriksakan kehamilan pertamanya mulai
pada umur kehamilan 8 bulan.

Sumber : Data primer, April 2018

Kesimpulan:
Fungsi patologis keluarga Ny. I mengalami gangguan pada area religi,
pendidikan, dan kesehatan.

D. Genogram

Tn. P, 65 th Ny. SB Ny. LM Tn. K

BP

Tn. T, 40 th Ny. SM, 37 th Tn. B, 57 th Ny. N, 53 th Tn. H, 49 th

Tn. X, 24 th Ny. I, 22 th Tn. M, 27 th Tn. MI, 18 th An. SM, 6 th An. N, 4 th

An. A, 2,5 th

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Ny. I

Sumber: Data primer, April 2018

22
Keterangan :

: Anggota keluarga yang


tinggal serumah
: Pasien

// : Bercerai
: Laki – laki yang masih hidup

: Perempuan yang masih hidup X : Meninggal

Analisis Genogram :
Keluarga Ny. I memiliki faktor risiko penyakit hipertensi yang diturunkan
dari ibu pasien.

E. Pola Interaksi Keluarga

Gambar 3.2 Pola Interaksi Keluarga Ny. I

Sumber: Data primer, April 2018

23
Keterangan:

Simpulan:
Keluarga Ny. I memiliki hubungan yang dekat dan cukup harmonis satu sama
lain. Selain itu, Ny. I juga merupakan caretaker (pengasuh/pengurus)
terhadap kedua adik terakhirnya, An. SM dan An. N serta anaknya, An. A.

F. Siklus Kehidupan Keluarga


Dalam siklus kehidupan keluarga, terdapat tahapan-tahapan yang dapat
diprediksi. Seperti tahap pertumbuhan dan perkembangan individu yang
berturut-turut, keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahapan
perkembangan yang berturut-turut.
Tabel 3.4 Delapan Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Tahapan Deskripsi
Tahap I Keluarga pemula (menuju pasangan menikah atau tahap
pernikahan)
Tahap II Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi
sampai umur 30 bulan)
Tahap III Keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2
hingga 6 tahun)
Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6
hingga 13 tahun)
Tahap V Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga
25 tahun)

24
Tahap VI Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda meninggalkan
rumah
Tahap VII Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan)
Tahap VIII Keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga menunjuk
kepada anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun)
Sumber: Duvall dan Evelyn, 1977
Simpulan:
Berdasarkan siklus hidup keluarga di atas, keluarga Ny. I masuk dalam tahap
II yang terdiri atas Ny. I dan suaminya, Tn. M, serta anaknya yang berusia 2,5
tahun.

G. Faktor-Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan

A. Pengetahuan
Anggota keluarga Ny. I mempunyai jenjang pendidikan yang rendah,
dimulai dari Ny. I, Tn. M, Tn. IM yang hanya tamat SMP, kemudian Tn. B
dan Ny. SM yang hanya tamat SD. Rendahnya tingkat pendidikan formal
yang dienyam oleh anggota keluarga Ny. I menyebabkan keluarga Ny. I
kurang mengetahui beberapa aspek mengenai kesehatan keluarga, yaitu (1)
Ny. I dan keluarganya tidak menjadikan masalah serius mengenai
kurangnya energi pada Ny. I selama kehamilan dan menganggap bahwa
LILA yang di bawah normal merupakan dampak dari keturunan, lalu (2)
keluarga Ny. I juga tidak mempermasalahkan kondisi kesehatan Bapak
Ny. I, Tn. B, yang kakinya sakit karena kecelakaan beberapa bulan yang
lalu padahal sakit dirasakan sampai sekarang, dan (3) Ibu Ny. I juga
kurang memahami tentang masalah kesehatan yang dialaminya, sehingga
dia jarang kontrol dan meminum obat.
B. Sikap
Ny. I secara pribadi bersikap kurang peduli terhadap kesehatan diri maupun
keluarganya. Ny. I hanya akan pergi berobat apabila sakit yang dirasakan sudah
sangat mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Hal ini ditunjukkan dengan
kesehariannya yang enggan untuk menjaga asupan nutrisi dan kalorinya selama

25
kehamilan. Namun, ketika mengalami keputihan yang sangat mengganggu dan
terasa sangat sakit maka Ny. I menuju dokter Sp.OG untuk memeriksakan
kondisinya. Ny. I juga datang kembali untuk kedua kalinya ke dokter Sp.OG
untuk kontrol tentang sakit yang dideritanya dan obat yang diberikan oleh dokter
juga diminum secara teratur. Biskuit, susu, tablet penambah darah yang diberikan
oleh bidan untuk meningkatkan nutrisi pada Ny. I juga dikonsumsi rutin oleh Ny.
I. Pasien, Ny. I, juga menyarankan untuk membawa Bapak Ny. I untuk cedera
pada kaki saat kecelakaan ke puskesmas namun Bapak Ny. I, Tn. B, menolak
dengan alasan sudah diurut oleh tukang urut dan menganggap bahwa cederanya
akan segera sembuh.

H. Faktor-Faktor Non Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan

A. Lingkungan
Keadaan rumah pasien yang tergambar pada tabel 3.5.

B. Keturunan
Keluarga Ny. I memiliki faktor risiko penyakit hipertensi yang berasal dari
ibunya.

C. Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sudah cukup, namun
minimnya kesadaran yang dimiliki oleh keluarga Ny. I tentang kesehatan. Bapak
pasien, Tn. B, hanya mengunjungi praktik urut dan pijat ketika mengalami
kecelakaan beberapa waktu yang lalu dan enggan menuju pelayanan kesehatan
terdekat untuk memeriksakan kakinya yang sakit sampai sekarang. Ibu pasien,
Ny. SM, juga tidak pernah meminum obat anti hipertensi secara teratur dan tidak
pernah kontrol rutin. Pada kehamilan pertama, pasien melakukan ANC pada umur
kehamilan 8 bulan dan tidak pernah mengonsumsi suplemen untuk ibu hamil. Hal
ini dimungkinkan karena tingkat pendidikan yang rendah. Keluarga juga
terkendala mengenai minimnya informasi dan pengetahuan untuk mendapatkan
jaminan kesehatan, dalam hal ini yaitu kartu BPJS/KIS/JKN. Ny. I sendiri belum

26
memiliki kartu KIS dikarenakan kartu yang sebelumnya didapat terdapat kesalahan
informasi data diri sehingga tidak bisa dipakai.

Tabel 3.5 Keadaan Rumah Ny. I


Lingkungan Ny. I Keterangan
Status kepemilikan Milik sendiri
Daerah perumahan Desa
Jarak antar rumah 4m (depan), 7m (samping)
Kondisi rumah bangunan lama yang
tampak beberapa bagian telah
Kondisi umum rumah
direnovasi dan tampak rapi dan
bersih.
Luas tanah LT: 2000m2, LB : 182m2
Halaman rumah Ada
Jumlah penghuni 7 orang
Jumlah lantai 1 lantai
Di luar rumah bagian belakang terdapat
Tempat pembuangan sampah tempat sampah dan tempat pembakaran
sampah.
Sumber ketersediaan air bersih Sumur
Pencahayaan Cukup
Ventilasi Cukup
Lantai rumah Lantai keramik kecuali bagian dapur
Dinding rumah Tembok bata diplester, dicat
Kamar tidur Ada (4)
Kamar mandi Ada (1)
Dapur Ada (1)
Ruang keluarga Ada (1)
Ruang penyimpanan/gudang Ada (1)
Sumber : Data primer, April 2018

27
Kesimpulan:
Kondisi rumah Ny. I dalam keadaan baik, rumah tertata rapi dan bersih,
ventilasi dan pencahayaan rumah cukup baik.

I. Identifikasi Indoor dan Outdoor


A. Lingkungan Indoor Rumah

Gambar 3.3 Denah Rumah Ny. I


Sumber : Data primer, April 2018

Keterangan:
1) = Pintu
2) KM = Kamar Mandi

3) Luas rumah 182m2, lantai berupa keramik kecuali bagian dapur,


dinding tembok diplester dan dicat, sirkulasi udara dan pencahayaan
alami di dalam rumah cukup baik.
4) Penggunaan air sumur untuk mandi, mencuci, dan memasak. Jarak
sumur dan jamban > 10 m.
5) Keadaan dalam rumah rapi, bersih, dan terawat.

28
B. Lingkungan Outdoor

1) Terdapat pagar pada bagian depan dan terdapat kebun pribadi di


samping kanan dan kiri rumah.

2) Jarak ke rumah warga sekitar tidak terlalu jauh.

3) Terdapat tempat pembuangan sampah yang besar dan memiliki batas


seperti bak namun tanpa penutup. Sampah biasanya dibakar.

29
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kekurangan Energi Kronik


1. Pengertian
KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi, malnutrisi adalah
keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative atau
absolut satu atau lebih zat gizi (Supriasa et al., 2012).
KEK adalah keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan
gizi (kalori dan protein ) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan
ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan
LILA-nya kurang dari 23,5 cm (Hasanah et al., 2013)
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi.
Kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama hehamilan.
Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, serta
perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan
zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin
tumbuh tidak sempurna. Kekurangan energi kronis atau yang selanjutnya
disebut dengan KEK merupakan suatu keadaan dimana status gizi
seseorang buruk yang disebabkan kurangnya konsumsi pangan sumber
energi yang mengandung zat gizi makro. Kebutuhan wanita akan
meningkat dari biasanya jika pertukaran dari hampir semua bahan itu
terjadi sangat aktif terutama pada trimester III. Peningkatan jumlah
konsumsi makan perlu ditambah terutama konsumsi pangan sumber energi
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin, maka kurang mengkonsumsi
kalori akan menyebabkan malnutrisi.
Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan,
kesehatan dan ekonomi. Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan
status gizi masyarakat yang dapat digambarkan terutama pada status gizi
anak balita dan ibu hamil. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat

30
dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan selama hamil. Jika zat gizi
yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan
mempunyai konsekuensi yang kurang menguntungkan dalam kehidupan
berikutnya (Supriasa et al., 2012). Golongan yang paling rentan terhadap
kekurangan gizi adalah bayi, balita, dan ibu hamil. Ibu hamil yang
menderita KEK dan anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar
terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil
normal. Akibatnya ibu hamil mempunyai resiko lebih besar untuk
melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, perdarahan,
persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan
kesehatan (Hasanah et al., 2013).
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi
Dari penelitian Surasih (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi
KEK antara lain : jumlah asupan energi, umur, beban kerja ibu hamil,
penyakit/infeksi, pengetahuan ibu tentang gizi dan pendapatan keluarga.
Adapun penjelasannya :
a. Jumlah asupan makanan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada
kebutuhan wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat
yang baik atau optimal dimulai dengan penyedian pangan yang cukup.
Penyediaan pangan dalam negeri yaitu : upaya pertanian dalam
menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-
buahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini
dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang
menyebabkan malnutrisi.
b. Umur
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang
hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.
Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan
pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi

31
dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur tua
perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang melemah dan
diharuskan untuk bekerja maksimal, maka memerlukan tambahan
energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20
tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil
akan lebih baik.
c. Beban kerja/Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan
gerak yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada
mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan
energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi
yang dibutuhkan juga semakin banyak. Namun pada seorang ibu
hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang dikonsumsi
selain untuk aktifitas/ kerja zat-zat gizi juga digunakan untuk
perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut.
Kebutuhan energi rata-rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar
203 sampai 263 kkal/hari, yang mengasumsi pertambahan berat badan
10-12 kg dan tidak ada perubahan tingkat kegiatan.
d. Penyakit /infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan
juga infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat
malnutrisi, mekanismenya yaitu
1) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya
absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
2) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual,
muntah dan perdarahan yang terus menerus.
3) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat
sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.

32
e. Pengetahuan ibu tentang Gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh
pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku
pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan.
Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai
asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi
makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika
tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan
praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan
yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang
mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih
bergizi dari pada yang kurang bergizi.
f. Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan
kuantitas makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah,
sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari pendapatan riilnya
dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut
70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan
penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energi
lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang meningkat akan
menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya
pengeluaran untuk pangan.
Sedangkan Menurut Rossi AC (2016), penyebab dari KEK dapat
dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Penyebab Langsung
Penyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau pola
konsumsi dan infeksi.
b. Penyebab Tidak Langsung
1) Hambatan utilitas zat-zat gizi Hambatan utilitas zat-zat gizi ialah
hambatan penggunaan zat-zat gizi karena susunan asam amino

33
didalam tubuh tidak seimbang yang dapat menyababkan penurunan
nafsu makan dan penurunan konsumsi makan.
2) Hambatan absorbsi karena penyakit infeksi atau infeksi cacing.
3) Ekonomi yang kurang.
4) Pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang.
5) Produksi pangan yang kurang mencukupi kubutuhan.
6) Kondisi hygiene yang kurang baik.
7) Jumlah anak yang terlalu banyak.
8) Penghasilan rendah.
9) Perdagangan dan distribusi yang tidak lancar dan tidak merata.
Penyebab tidak langsung dari KEK banyak, maka penyakit ini disebut
penyakit dengan causa multi factorial dan antara hubungan
menggambarkan interaksi antara faktor dan menuju titik pusat kekurangan
energi kronis
3. Epidemiologi
Kejadian KEK pada Ibu Hamil Ibu hamil yang beresiko KEK
adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran lingkar lengan atas (LILA)
kurang dari 23,5 cm. Selain itu adanya masalah gizi timbul karena adanya
perilaku gizi yang salah. Perilaku gizi yang salah adalah
ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan kecukupan gizi. Jika
seseorang mengkonsumsi zat gizi kurang dari kebutuhan gizinya, maka
orang itu akan mengalami gizi kurang (Anwar dan Khomsan, 2009).
Di Indonesia terdapat 45% ibu hamil mengalami masalah gizi,
khususnya gizi kurang. Hal tersebut akan mengakibatkan ibu hamil
menderita anemia dan KEK. Prevalensi anemia pada ibu di Indonesia
adalah 70% atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia. KEK dijumpai
pada WUS usia 15-49 tahun yang ditandai dengan proporsi LILA < 23,5
cm. Di Indonesia angka kejadian KEK pada tahun 2007 menunjukkan 5
daerah dengan prevalensi terbesar yaitu terjadi di Provinsi Nusa Tenggara
Timur: 24,6%, Papua : 23,1%, Yogyakarta : 20,2%, Papua Barat 19,6%
dan Jawa Tengah 17,2% (Hasanah et al., 2013). Laporan hasil Riset

34
Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Tengah 2009, di Provinsi Jawa Tengah
sendiri ada 5 Kabupaten yang memiliki angka kejadian KEK tertinggi
yaitu Kabupaten Tegal (27,6%), Kabupaten Batang (27,5%), Kabupaten
Kudus (25,4%), Kabupaten Demak (25,3%), dan Kabupaten Wonosobo
(21,5%). Angka kejadian anemia pada ibu hamil di Jawa Tengah pada
tahun 2012 adalah 9,39%. Tercatat bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat
1,074 yang mengalami anemia kehamilan (Hasanah et al., 2013).
4. Patogenesis
Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan
dan faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi,
maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi
kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpan zat gizi
akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan.
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala adalah berat badan kurang dari 40 kg atau tampak
kurus dan LILA kurang dari 23,5cm (Supriasa et al., 2012).
a. Ukuran Lingkar Lengan Atas
1) Pengertian
Menurut Depkes RI (1994) didalam buku Supriasa et al.,
(2012) pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur (WUS)
adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan
masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko KEK.
Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. LILA adalah
suatu cara untuk mengetahui resiko KEK.
2) Tujuan
Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS
baik pada ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan
peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :
a) Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon
ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan
bayi berat lahir rendah.

35
b) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
c) Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.
d) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran
WUS yang menderita KEK.
e) Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang
menderita KEK.
3) Ambang Batas
Ambang batas LILA pada WUS dengan resiko KEK di
Indonesia adalah 23,5cm, apabila ukuran LILA kurang dari 23,5cm
atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai
resiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir
rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, kurang gizi,
gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak
(Supriasa et al., 2012)
4) Cara Mengukur LILA
Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan–urutan yang telah
ditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LILA (Supriasa et al., 2012)
yaitu:
a) Tetapkan posisi bahu dan siku.
b) Letakkan pita antara bahu dan siku.
c) Tentukan titik tengah lengan.
d) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan.
e) Pita jangan terlalu dekat.
f) Pita jangan terlalu longgar
5) Cara pembacaan skala yang benar
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA
adalah pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku
lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan

36
harus posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan
tidak tegang atau kencang dan alat ukur dalam keadaan baik.
6. Komplikasi
Kurang energi kronik pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibu
maupun pada janin yang dikandungnya (Naeye RL, 2010).
a. Terhadap ibu : dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara lain :
anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan
terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan angka kematian
ibu
b. Terhadap persalinan : pengaruhnya pada persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya (premature), perdarahan post partum, serta persalinan
dengan tindakan operasi caesar cenderung meningkat
c. Terhadap janin : mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
menimbulkan keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR)
7. Pencegahan
Pencegahan KEK Menurut van der Spuy (2010), ada beberapa cara
untuk mencegah terjadinya KEK, antara lain :
a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, yaitu :
1) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan
makanan nabati (sayur berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
tempe).
2) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin C (seperti daun katuk, daun singkong, bayam, jambu,
tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan
penyerapan zat besi dalam usus.
b. Menambah pemasukan zat besi dalam tubuh dengan meminum tablet
penambah darah. Guna mencegah terjadinya resiko KEK pada ibu

37
hamil sebelum kehamilan (WUS) sudah harus mempunyai gizi yang
baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23.5 cm. Beberapa
kriteria ibu KEK adalah berat badan ibu sebelum hamil < 17,00 dan
ibu menderita anemia (Hb)
8. Tatalaksana
Penatalaksanaan ibu hamil dengan dengan KEK menurut Depkes
RI (2012) yaitu dengan cara:
a. Konseling
Konseling/edukasi gizi Konseling gizi dilakukan dengan tujuan
membantu ibu hamil KEK dalam memperbaiki status gizinya melalui
penyediaan makanan yang optimal agar tercapai berat badan standar.
Selain itu juga perlu disampaikan perlunya menambah waktu istirahat
dengan berbaring 1 jam, pada siang hari, mengatur dan memotivasi
kunjungan ulang secara berkala ke pelayanan kesehatan. Jika sebelum
waktu kunjungan ulang tiba ibu ada keluhan/permasalahan yang terkait
dengan pemberian makan ibu hamil dapat menghubungi tenaga
gizi/tenaga kesehatan terdekat.
b. PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
Bentuk penambahan energi 500 kkal dapat berupa Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) pada ibu hamil KEK sebesar 500 kkal.
PMT dapat berupa pangan lokal atau pabrikan dan minuman padat
gizi.
c. Bila anemia minum Tablet Tambah Darah (TTD)
d. Monitoring-Evaluasi
Tujuan monitoring evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan kemajuan status gizi ibu hamil KEK dalam
melaksanakan praktek pemberian makan ibu hamil. Indikator
monitoring evaluasi meliputi kenaikan BB, perbaikan nilai
laboratrium, perbaikan tanda klinis, asupan makanan termasuk asupan
makanan dari PMT.

38
B. Gizi Pada Ibu Hamil
1. Pengertian
Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi
secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Kramer et al.,
2011) Gizi ibu hamil adalah makanan atau zat-zat gizi (baik makro
maupun mikro) yang dibutuhkan oleh seorang ibu hamil baik pada
trimester I, trimester II dan trimester III serta harus cukup jumlah, mutu
yang dapat dipenuhi dari kebutuhan makan sehari-hari sehingga janin yang
dikandungnya dapat tumbuh dengan baik serta tidak mengalami gangguan
dan masalah.
2. Kebutuhan gizi ibu hamil
Nutrisi selama kemilan adalah salah satu faktor penting dalam
menentukan pertumbuhan janin. Dampaknya adalah berat badan lahir,
status nutrisi dari ibu yang sedang hamil juga mempengaruhi angka
kematian perinatal, keadaan kesehatan neonatal, dan pertumbuhan bayi
setelah kelahiran. Selain itu, kesehatan dan banyaknya ibu reproduksi
mungkin mempengaruhi status gizi ibu selama hamil, secara signifikan
berhubungan dengan outcome kehamilan (Almatsier S, 2002). Kebutuhan
gizi ibu hamil menurut Depkes RI (2012) adalah: cukup kalori, protein
yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral dan cairan untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi ibu, janin serta plasenta.
a. Makan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh
tetapi bukan lemak.
b. Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat badan
selama hamil.
c. Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk
memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat

39
menjalani kehamilan dengan aman dan berhasil, melahirkan bayi
dengan potensi fisik dan mental yang baik.
d. Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi
yang tidak diinginkan seperti mual dan muntah.
e. Perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit yang terjadi
selama kehamilan misalnya diabetes mellitus, hipertensi.
f. Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan
kebiasaan makan yang baik (gizi seimbang). Bagi ibu hamil, pada
dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali
menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral
seperti zat besi dan kalsium
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan yaitu
diantaranya kebutuhan selama hamil yang berbeda-beda untuk setiap
individu dan juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi
sebelumnya, kekurangan asupan pada salah satu zat akan mengakibatkan
kebutuhan terhadap sesuatu nutrisi terganggu dan kebutuhan nutrisi tidak
konstan selama kehamilan. (Depkes RI, 2012)
Berikut adalah kebutuhan energi dan zat gizi ibu hamil KEK (Depkes
RI, 2012)
Energi dan Zat Gizi Kebutuhan
Energi 30-35 kkal/kgBB/hari, disesuaikan
dengan aktifitas
Protein 12 – 15 %, diutamakan sumber
protein dari ikan terutama ikan
laut.
Lemak 30 %, diutamakan berasal dari
lemak tidak jenuh tunggal maupun
ganda
Karbohidrat 55-58 %
Serat 28 g/hari
Asam Folat 600 mcg/hari

40
Vitamin A 300-350 mcg/hari
Vitamin B2 0.3 mg/hari
Vitamin B3 4 mg/hari
Vitamin B6 0.4 mghari
Vitamin C 85 mg/hari
Kalsium 1000 mg/hari
Zink 1-4 mg/hari
Iodium 70mcg/hari
Zat besi 27 mg/hari
Air Minimal 2 liter/hari
Gambar 3.1 Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Ibu Hamil KEK

41
BAB V
DIAGNOSIS HOLISTIK

A. Aspek I : Personal

Pasien Ny.I berusia 22 tahun G2P1A0 dengan usia kehamilan 28 minggu


dalam extended family dengan diagnosa KEK (Kekurangan Energi Kronis).
Penilaian aspek personal, didapatkan hasil pasien tidak menyadari tentang
kondisi yang dialami, didapatkan pasien tidak mengalami keterbatasan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Fungsi psikologis pasien tidak mengalami
depresi, anxietas maupun stres. Pasien menganggap postur tubuhnya normal
dan tidak ada keluhan yang berarti pada fisiknya. Pasien tidak memiliki
kekhawatiran mengenai penyakitnya dikarenakan tidak ada masalah pada
kehamilan sebelumnya.

B. Aspek II : Klinis

Pasien didiagnosis KEK (Kekurangan Energi Kronis).

C. Aspek III : Faktor internal

Pasien Ny.I berusia 22 tahun G2P1A0 dengan usia kehamilan 28 minggu,


merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Tingkat pendidikan terakhir
pasien yaitu tamatan SMP. Pasien makan hanya satu kali sehari dengan porsi
nasi satu centong dengan lauk ayam atau tahu tempe dan sayur. Terkadang
pasien juga mengonsumsi buah-buahan. Pasien rutin mengonsumsi susu
hamil sekali setiap hari. Keluarga pasien sudah mendaftarkan sebagai peserta
jaminan kesehatan tetapi belum mendapatkan kartu jaminan kesehatan. Pasien
menikah dengan usia yang cukup muda. Selama ini pasien telah berganti
pasangan sebanyak dua kali. Segi keagamaan pasien terutama ibadah sholat
masih sering tidak 5 waktu.

42
D. Aspek IV : Faktor eksternal

Pasien merupakan ibu rumah tangga. Kondisi perekonomian pasien


cukup, sumber penghasilan didapatkan dari suami yang bermata pencaharian
sebagai buruh kayu, ayahnya sebagai buruh tani dan ibu sebagai karyawan
toko serta adik lali-lakinya sebagai buruh pabrik. Pasien kurang mendapatkan
pendidikan mengenai kecukupan gizi. Ayah pasien memiliki riwayat
pengobatan TB meskipun sudah sudah dinyatakan sembuh akan tetapi akhir-
akhir ini ayah pasien sempat batuk dan belum ada niatan dari dirinya maupun
keluarga untuk memeriksakan lagi. Selain itu, belum dilakukan penjaringan
TB di anggota keluarga pasien sehingga belum dapat disingkirkan kecurigaan
penyakit infeksi yang dapat menjadi salah satu penyebab kondisi KEK pada
pasien.

E. Aspek V : Derajat Fungsional

Kategori derajat fungsional :

1 : SEHAT tidak butuh bantuan

2 : sakit ringan ( aktivitas berat dikurangi )

3 : sakit sedang

4 : Sakit berat ( aktivitas ringan saja yang bisa )

5 : 100 % Active Daily Life (ADL) butuh orang lain

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, Ny. I memiliki


derajat fungsional 1. Pasien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari
selayaknya orang dewasa pada umumnya.

43
BAB VI
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

A. Saran Komprehensif
1. Berdasarkan permasalahan kurangnya pengetahuan mengenai gizi, maka
langkah yang dapat diambil yaitu:
a. Promotif
1) Puskesmas lebih aktif mempromosikan informasi mengenai gizi
untuk ibu hamil
2) Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi Ny. I
agar keluarga mendukung Ny. I untuk lebih memperhatikan
asupan gizi pasien. Memberdayakan anggota keluarga pasien Ny.
I yang paling dekat hubungannya yaitu Ayah Ny. I untuk selalu
mengingatkan jadwal makan Ny. I dan memastikan Ny. I
memenuhi intervensi gizi yang diberikan. Suami Ny. I untuk
meluangkan waktunya untuk menemani Ny.I kontrol rutin ANC
ke Puskesmas. Dan adik Ny. I untuk mengingatkan Ny.I agar
cukup istirahat dan tidak melakukan kegiatan yang banyak
menguras energi.
3) Ny. I harus lebih menerapkan pola makan yang baik sesuai
kebutuhan ibu hamil dengan cara menambah frekuensi makanan,
mengonsumsi buah dan vitamin secara teratur. Ny. I dapat
mengganti nasi dengan arem-arem apabila memang kurang nafsu
makan apabila dalam bentuk nasi
4) Meningkatkan kesadaran pada masyarakat untuk deteksi dini
KEK
b. Preventif
1) Menjaga pola makan 3 kali sehari dengan diselingi 2 kali snack
diantaranya dengan kebutuhan mikro dan makronutrien yang

44
dibutuhkan ibu hamil dapat diberikan dengan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT)
2) Memberikan edukasi kepada Ny. I mengenai kondisi KEK itu
sendiri, hubungan KEK terhadap komplikasi saat persalinan dan
dampaknya terhadap tumbuh kembang janin
3) Memberikan edukasi terhadap Ny. I mengenai pentingnya asupan
gizi yang baik terutama pada kondisi kehamilan.
4) Meminta bantuan pemuka setempat yang berpengaruh, bidan desa
setempat, dan petugas gizi di puskesmas untuk memberikan
konseling kepada Ny. I dan keluarga
2. Berdasarkan permasalahan religi pada pasien maka saran yang dapat
diambil:
a. Memberikan pendampingan agama secara personal kepada keluarga
pasien
b. Mengajak masyarakat untuk lebih aktif beribadah di masjid dan
mengedukasi tetangga terdekat atau pemuka agama setempat untuk
mengajak Ny. I dan keluarga agar berperan aktif dalam membangun
lingkungan yang agamis
c. Mengajak pasien untuk memerdalam ilmu agama salah satunya
dengan mengikuti pengajian yang ada di lingkungan sekitarnya.

3. Berdasarkan permasalahan kesehatan


a. Promotif
1) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap pentingnya
kesehatan dan segera memeriksakan diri apabila ada keluhan
mengenai kesehatan
2) Memberikan edukasi kepada Ny. I dan keluarganya agar aktif
mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan Puskesmas
sehingga persepsi kesehatan dan kesadaran untuk berobat
meningkat
b. Preventif

45
1) Menyarankan agar Ny. I melakukan pemeriksaan IVA test
rutin di puskesmas untuk skrining sesuai indikasi IVA test
yaitu wanita usia produktif yang sudah menikah.
2) Mengusulkan pemeriksaan TB pada Ny. I untuk mengetahui
apakah yang mendasari kondisi KEK ini adalah infeksi

Berdasarkan pengukuran LILA Ny. I tergolong dalam


KEK. Diperlukan pengaturan diet khusus pada ibu hamil sebagai
berikut:

Contoh menu sehari:

Pagi =

1. Nasi atau arem-arem


2. Ayam goreng
3. Oseng-oseng jagung muda + wortel
4. Susu

Jam 10.00 = Bubur kacang hijau

Siang =

1. Nasi atau arem-arem


2. Sop sayuran
3. Kripik tempe
4. Jeruk

Jam 16.00 = Selada buah

Malam =

1. Nasi atau arem-arem


2. Telur
3. Perkedel tahu
4. Tumis tauge + baso

46
5. Pisang

Tabel 6.1 Pengaturan Makanan Sehari untuk Ibu Hamil

Trisemester
Bahan Makanan Trisemester I
II dan III

Nasi/penukar 3 ¼ gelas 3 ½ gelas

Daging/penukar 2 ½ potong 2 ½ potong

Tempe/penukar 5 potong 5 potong


Sayur 3 gelas 3 gelas
Buah 2 potong 2 potong
Minyak 2 sdm 2 sdm
Kacang hijau 2 ½ sdm 2 ½ sdm
Susu 2 ½ sdm 2 ½ sdm
Tepung saridele - 4 sdm
Gula 1 sdm 1 sdm
Nilai Gizi
Energi: Energi:
2095,8 kal 2164,5 kal

Protein: Protein
79,5 gram 82,5 gram

Lemak: Lemak:
57 gram 65 gram

K.H: K.H:
273,8 gram 275 gram

Vit. C: Vit. C:
70 mg 70 mg
Zat besi: Zat besi:
31 mg 31 mg
(Kemenkes RI, 2011)

Selain itu, penatalaksanaan ibu hamil dengan KEK


diperlukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam bentuk

47
penambahan energi 500 kkal dapat berupa pangan lokal atau
pabrikan dan minuman padat gizi dapat dipilihkan salah satu dari
rekomendasi ini.

1. PMT yang dibuat berbasis pangan lokal dapat berupa


makanan selingan padat, sebagai contoh:
a. 200 gr pempek kapal selam+es kacang merah
b. 1 porsi siomay lengkap+jus jeruk
c. 1 porsi bubur kacang ijo+2 iris roti tawar
d. 1 porsi bubur sagu kenari
e. 3 buah lontong/arem-arem+4 potong tahu goreng
2. PMT bumil pabrikan 500 kkal, 15 gr protein, diberikan 90
hari. Biskuit lapis (100 gr)
3. Minuman padat gizi dapat berupa formula susu dan formula
non susu
a. Formula susu (1,5 kkal/mL) terdiri dari
susu+gula+minyak+mineral mix
b. Formula non susu (1,5 kkal/mL) yang terdiri dari
kacang+telur+gula+minyak

Setelah tatalaksana bumil dengan KEK diberikan 1 bulan


dimonitoring kemudian dievaluasi. Di rujuk apabila Hb < 10
g/dL, kenaikan BB < 1 kg/ (T1) dan < 2 kg (T2 dan 3).

48
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, Ny. I mengalami


Kurang Energi Kronis (KEK). Deraja fungsional pasien 1, tanpa adanya
keterbatasan aktivitas seperti selayaknya orang dewasa pada umumnya.

2. Ny. I tinggal di rumah dengan bapaknya, suaminya, adik-adiknya dan


anaknya. Ibunya di rumah hanya ketika libur saja. Secara umum fungsi
holistic cukup baik. Hal ini didapat karena fungsi psikologis (APGAR
skor:8), fungsi sosial, fungsi ekonomii, fungsi penguasaan masalah dan
kemampuan beradaptasi pada Ny. I cukup baik. Hubungan antar anggota
keluarga cukup baik, tetapi memang tetap ada konflik-konflik ringan.

3. Fungsi patologis keluarga Ny. I mengalami gangguan pada spiritualitas,


pendidikan dan kesehatan.

B. Saran

1. Penyakit yang diderita Ny. I membutuhkan penanganan yang


komprehensif. Pola makan pasien harus diperbaiki dengan menambah
porsi makan pasien. Susu untuk ibu hamil juga harus diminum secara
teratur.

2. Keluarga Ny. I disarankan mendukung penanganan yang diberikan pada


Ny.I. Keluarga harus memotivasi Ny. I agar makan lebih banyak dan
mengatur pola makannya. Keluarga disarankan meringankan pekerjaan
dari Ny. I sehingga Ny.I bisa istirahat dengan baik. Keluarga disarankan
perhatian dengan keadaan Ny. I seperti saat akan persalinan. Keluarga
disarankan mendukung Ny.I agar tidak terlalu memikirkan hal-hal yang
berat sehingga Ny.I tidak stress.

49
3. Ny. I disarankan menjaga kebersihan terutama kebersihan pada area alat
kelaminnya. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi keputihan kembali dan
agar tidak memengaruhi keeadaan janin pasien.

4. Bapak dan suaminya disarankan berhenti merokok atau paling tidak


merokok di luar rumah. Asap rokok tersebut tidak baik untuk kesehatan
Ny. I dan janinnya.

5. Puskesmas hendaknya meningkatakan upaya promotif, preventif, kuratif


dan rehabilitative dengan memaksimalkan kerjasama lintas sektoral pada
pasien penyakit infeksi maupun non infeksi terutama pada penyakit KEK
di daerah kerja puskesmas.

6. Kegiatan home visit sebaiknya tetpa dilaksanakan secara berkelanjutan


untuk dapat melihat permasalah kesehatan pasien secara lebih
komprehensif

50
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S (2002). Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi. Mineral Mikro. Jakarta :


Gramedia Pustaka

Anwar F, Khomsan A (2009). Makanan Tepat Badan Sehat. Jakarta: Hikmah.

Depkes RI (2012). Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun


2013.Jakarta : Direktorat Bina Gizi

Depkes RI (2012). Pedoman Penanggulangan Kekurangan Energi Kronik (KEK)


pada Ibu Hamil. Jakarta : Direktorat Bina Gizi

Hasanah DN, Febrianti F, Minsarnawati M (2013). Kebiasaan makan menjadi


salah satu penyebab kekurangan energi kronis (kek) pada ibu hamil di poli
kebidanan RSI&A lestari Cirendeu Tangerang Selatan. Jurnal Kesehatan
Reproduksi; 4(2)

Kramer MS, Coates AL, Michoud MC, Dagenais S, Hamilton EF, Papageorgiou
A (2011) Maternal anthropometry and idiopathic preterm labor. Obstet
Gynecol; 29(5)

Naeye RL (2010) Weight gain and the outcome of pregnancy. American Journal
of Obstetrics and Gynecology 135(1)

Rossi AC (2016). Underweight and pregnancy. Obstetrics and Gynecology


Journal; 123(12)

Supariasa DN, Bakri B, Fajar I (2002). Penilaian Status Gizi Edisi 2. Jakarta:
EGC.

Surasih, H. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keadaan Kekurangan


Energi Kronik (KEK) pada Ibu hamil di Kabupaten Banjar Negara.
Semarang : Tesis IKM Universitas Negeri Semarang

51
Van der Spuy ZM, Steer PJ, McCusker M, Steele SJ, Jacobs HS (2010). Outcome
of pregnancy in underweight women after spontaneous and induced
ovulation. BMJ; 296(6)

52
LAMPIRAN

Gambar 1. Kegiatan Home Visit (Kunjungan 1)

Gambar 2. Buku catatan KIA Ny. I

53
Gambar 3. Foto hasil USG Ny. I

Gambar 4. Hasil tes Lab Ny. I

54
Gambar 5. Kegiatan kunjungan ulang

55

Anda mungkin juga menyukai