Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memahami latar belakang historis dan konseptual Pancasiladan UUD 1945 merupakan
suatu kewajiban bagi setiap warga negara sebelum melaksanakan nilai-nilainya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kewajiban tersebut merupakan
konsekuensi formal dan konsekuensi logis dalam kedudukan kita sebagai warga negara.
Karena kedudukan Pancasila sebagai dasar negara (filsafat negara), maka setiap warga negara
wajib loyal kepada dasar negaranya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengajak masyarakat untuk lebih memahami nilai-nilai pancasila?
2. Bagaimana menerapkan nilai-nilai pancasila sebagai ideologi terbuka kepada kehidupan
masyarakat?

C. Tujuan
 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ideologi
 Untuk mengetahui dan memahami pancasila sebagai ideologi terbuka bagi bangsa kita.

1 Pancasila sebagai idiologi terbuka


BAB II
PEMBAHASAN / ISI

A. Ideologi
a. Pengertian Ideologi
Kata ideologi berasal dari bahasa Latin (idea; daya cipta sebagai hasil kesadaran
manusia dan logos; ilmu). Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan gagasan,
pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.
Dalam pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya dengan cita-cita.
b. Peran Ideologi
Cita-cita yang menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan
bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya suatu ideologi memiliki peranan sebagai berikut.
a) Sebagai jawaban atas kebutuhan akan citra atau jati diri suatu kelompok sosial, komunitas,
organisasi atau bahasa
b) Untuk menjembatani founding fathers dan para generasi penerus
c) Menanamkan keyakinan akan kebenaran perjuangan kelompok yang berpegang pada
ideology
d) Sebagai keyakinan para pendiri yang menguasai, mempengaruhi seluruh kegiatan sosial.
c. Fungsi Ideologi
Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan Surbakti (1999) ada dua,
yaitu:
a) Sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu masyarakat
b) Sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian konflik yang
terjadi dalam masyarakat.
d. Sifat Ideologi
Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan dimensi
fleksibilitas.
a) Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul
merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama.
Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.
b) Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicapai dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan saja memenuhi
dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas.
c) Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan memperkuat
relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis, demokrastis. Pancasila
memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuat relevansinya dari masa ke
masa.
B. Ideologi Pancasila
Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa Ideologi pancasila besifat
aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan
zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dinamika perkembangan aspirasi
masyarakat. Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka secara structural Pancasila
memiliki tiga dimensi sebagai berikut:
1. Dimensi idealis. Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat sistematis
dan rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila : Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

2 Pancasila sebagai idiologi terbuka


2. Dimensi normatif. Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan
dalam suatu sistem normatif, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang
memilki kedudukan tinggi yang di dalamnya memuat Pancasila dalam alinea IV.
3. Dimensi realitas. Merupakan suatu Ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup
dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu, selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal
dan normative, pancasila juga harus mampu dijabarkan dalam kehidupan bermasyarakat
secara nyata, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan Negara.
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh pancasila sebagai Ideologi terbuka, maka sifat
Ideologi pancasila tidak bersifat “utopis”, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang
jauh dari kehidupan sehari-hari secara nyata. Pancasila juga bukan merupakan Ideologi
“pragmatis” yang hanya menekankan segi praktisi belaka tanpa adanya aspek
idealisme.Ideologi Pancasila yang bersifat terbuka hakikatnya nilai-nilai dasar yang bersifat
unviversal dan tetap. Adapun penjabaran dan realisasinya senantiasa dieksplisitkan secara
dinamis-reformatif yang senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai dengan dinamika
aspirasi masyarakat.
C. Sejarah Ideologi Pancasila
Pancasila adalah falsafah Negara Kesatuan Republik Inonesia. Pancasila merupakan
ideologi Bangsa Indonesia yang berisikan LIMA SILA:
1. KETOEHANAN JANG MAHA ESA
2. KEMANOESIAAN JANG ADIL DAN BERADAB
3. PERSATOEAN INDONESIA
4. KERAKJATAN JANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIDJAKSANAAN, DALAM
PERMUSJAWARATAN PERWAKILAN
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELOEROEH RAKJAT INDONESIA
Sejarah Pancasila dibagi menjadi beberapa tahap dimana pada setiap tahapnya terdapat
beberapa faktor dan peristiwa penting yang tentu saja tercatat dalam sejarah Pancasila itu
sendiri. Berikut ini akan dijelaskan sejarah Pancasila dalam 6 tahap yang pernah dilalui.
1. Masa Pra Kemerdekaan
Ini berkaitan dengan beberapa peristiwa penting yang terjadi sebelum kemerdekaan.
Presiden RI pertama, Soekarno berkali kali menegaskan bahwa beliau bukanlah pencipta
Pancasila namun beliu berperan sebagai penggali Pancasila dari khasanah sejarah bangsa
Indonesia. Peristiwa Piagam Jakarta lah yang pada akhirnya berhasil merumuskan Pancasila
yang kemudian ditetapkan oleh Sidang Pleno BPUPK pada 10 Juli 1945. Sore hari setelah
peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945, Bung Hatta mendapatkan laporan bahwa masyarakat
Indonesia di bagian timur keberatan dengan isi pembukaan Undang - Undang Dasar 1945
yang mengandung kata Syari'at Islam. Demi menjaga keutuhan negara kesatuan Republik
Indonesia, akhirnya pada keesokan harinya diputuskan untuk menghilangkan kalimat tersebut
demi menyatukan seluruh warga negara Indonesia. Sehingga Pancasila yang dirumuskan
pada 18 Agustus 1945 adalah rumusan Pancasila yang definitive.

2. Masa Revolusi
Pancasila yang dirumuskan pada 18 Agustus 1945 adalah rumusan Pancasila yang
definitif
3. Masa Mempertahankan Pancasila
Pancasila mendapatkan perlawanan secara fisik atau kekerasan yang dimulai dari
peristiwa Muso di Madiun tahun 1948 dan Islam radikal Kartosuwiryo tahun 1949 - 1963
kemudian disusul oleh pemberontakan - pemberontakan yang lain. Selain mendapatkan
perlawanan secara fisik, Pancasila juga mendapatkan perlawanan secara ideologis dimana
pada saat itu Belanda pada tahun 1949 mengakui kedaulatan Indonesia yang berbentuk RIS.
3 Pancasila sebagai idiologi terbuka
4. Masa Demokrasi Terpimpin
Ini terjadi pada kurun waktu 1959 hingga 1966. Penyelewengan pelaksanaan UUD
1945 membuat Pancasila dan UUD 1945 tidak lagi bercorak normatif.
5. Masa Orde Baru
Masa ini dimulai pada tahun 1966 dimana secara bertahap fungsi dan peran UUD 1945
dan Pancasila diterapkan dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Namun secara pelan
dan pasti pada kenyataannya banyak penyelewengan dari pelaksanaan UUD 1945 dan
Pancasila yang terbukti dari meningkkatnya jumlah koruptor sehingga pada akhirnya malah
menjadikan Pancasila sebagai slogan omong kosong belaka.
6. Masa Reformasi
Masa reformasi dimulai sejak tahun 1998. Pada masa ini, Pancasila yang telah
kehilangan daya pikatnya karena banyak diselewengkan pada masa order, mulai
dikembalikan lagi seperti fungsi awalnya sehingga Pancasila mampu menjadi menjadi
ideologi negara dan sebagai sumber dari segala sumber hukum yang ada di Indonesia.yang
secara teori mampu menjadi ideologi
D. Kedudukan Pancasila sebagai Ideologi
1. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Secara formal pancasila dapat dikatakan sebagai sebagai dasar negara. Dasar negara
merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu memberikan kekuatan
kepada berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu
landasan atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar negara,
merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk di
dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan rakyat. Pancasila dalam
kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan
seluruh kehidupan negara Republik Indonesia.
Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tanpa dasar negara yang kuat dan
tidak dapat mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tanpa Pandangan
Hidup. Dengan adanya Dasar Negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam
menghadapi permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar. Pancasila Sebagai Dasar
Negara tentunya memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi Pancasila Adalahsebagai
berikut:
Ø Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, artinya Pancasila lahir bersama dengan lahirnya
bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun
tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain.
Ø Perjanjian Luhur artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara
tanggal 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia).
Ø Sumber dari segala sumber tertib hukum artinya; bahwa segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia harus bersumberkan Pancasila atau tidak bertentangan
dengan Pancasila.
Ø Cita- cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur
yang merata materiil dan spiritual yang berdasarkan Pancasila.
2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan Negara
Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup adalah
suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-
nilai luhur. Pandangan hidup berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur hubungan manusia
dengan sesama, lingkungan dan mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya.
Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari, dengan kata
lain Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup di segala
bidang. Tingkah laku dan tindakan perbuatan setiap warga negara Indonesia harus dilandasi

4 Pancasila sebagai idiologi terbuka


dari semua sila Pancasila, karena Pancasila adalah satu kesatuan dan tidak dapat dilepas-
pisahkan dari yang satu dengan yang lain.
Pancasila yang harus dihayati dan dijadikan pandangan hidup bangsa dan negara
adalah Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, dengan demikian
jiwa beragama (sila pertama), jiwa berperikemanusiaan (sila kedua), jiwa berkebangsaan (sila
ketiga), jiwa berkerakyatan (sila keempat), dan jiwa yang menjunjung tinggi keadaan sosial
(sila kelima).
3. Pancasila sebagai Ideologi Negara
Yang dimaksud dengan istilah Ideologi Negara adalah kesatuan gagasan-gagasan dasar
yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya baik individual maupun
sosial dalam kehidupan kenegaraan. Ideologi negara menyatakan suatu cita-cita yang ingin
dicapai sebagai titik tekanannya dan mencakup nilai-nilai yang menjadi dasar serta pedoman
negara dan kehidupannya.
Pancasila sebagai ideologi negara dengan tujuan segala sesuatu dalam bidang
pemerintahan ataupun semua yang behubungan dengan hidup kenegaraan harus dilandasi
dalam hal titik tolak pelaksanaannya, dan diarahkan dalam mencapai tujuannya dengan
pancasila. Dengan menyatukan cita-cita yang ingin dicapai ini maka dasarnya adalah sila
kelima, ingin mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang dijiwai oleh
sila-sila yang lainnya sebagai kesatuan.
Di dalam Pancasila telah tertuang cita-cita, ide-ide, gagasan-gagasan yang ingin dicapai
bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila dijadikan Ideologi Bangsa.
4. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
Ideologi Terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka sedangkan ideologi
tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup.
Ciri khas Ideologi tertutup :
a. ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita satu
kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan membaharui
masyarakat. Hal ini berarti demi ideologi masyarakat harus berkorban untuk menilai
kepercayaan ideologi dan kesetiaannya sebagai warga masyarakat.
b. Isinya bukan hanya berupa nilai-nilai dan cita-cita tertentu melainkan terdiri dari tuntutan-
tuntutan konkret dan operasional yang keras.
Ciri khas ideologi terbuka :
a. Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari
suatu kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
b. Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah.
c. Tidak diciptakan oleh negara melainkan digali dan ditemukan masyarakat itu sendiri.
d. Isinya tidak operasional. Menjadi operasional ketika sudah dijabarkan ke dalam perangkat
peraturan perundangan.
Jadi ideologi terbuka adalah milik seluruh rakyat dan masyarakat dalam menemukan
dirinya, kepribadiannya di dalam ideologi tersebut.
E. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka maksudnya adalah Pancasila bersifat aktual,
dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman.
Sebagai suatu ideologi terbuka, Pancasila memiliki dimensi :
1. Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila yang bersifat
sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila.
2. Dimensi normatif, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu
sistem norma, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

5 Pancasila sebagai idiologi terbuka


3. Dimensi realistis, harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat. Oleh karena itu Pancasila harus dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
bersifat realistis artinya mampu dijabarkan dalam kehidupan nyata dalam berbagai bidang.
Keterbukaan Pancasila dibuktikan dengan keterbukaan dalam menerima budaya asing
masuk ke Indonesia selama budaya asing itu tidak melanggar nilai-nilai yang terkandung
dalam lima sila Pancasila. Misalnya masuknya budaya India, Islam, barat dan sebagainya.
F. Pancasila sebagai Pemersatuan Bangsa
Dalam kehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam adat dan budaya, pada
dasarnya setiap adat budaya telah mengamalkan juga kelima unsur Pancasila sehingga dapat
dinyatakan berpancasila dalam adat budaya. Di samping itu, di dalam kehidupan
beragamapun telah mengamalkan juga kelima unsur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap agama di Indonesia pada dasarnya mengajarkan berketuhanan, mengajarkan juga
tentang kemanusiaan dan menumbuhkan rasa persatuan dan keadilan. Jadi semua bentuk
agama apapun di Indonesia telah mengamalkan Pancasila sehingga dalam kehidupan
beragama ada rasa persatuan dan saling menghormati antar umat beragama.
Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam-macam suku pun bukan menjadi
suatu pembeda bagi warga negara Indonesia, justru ini dijadikan nilai positif bagi Indonesia
sebagai negara yang beragam suku dan budaya. Semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya
walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua adalah prinsip kuat bangsa Indonesia walaupun
Indonesia adalah bangsa majemuk yang multi agama, multi bahasa, multi budaya dan multi
ras.
G. Pancasila sebagai Sumber Nilai
Bagi bangsa Indonesia, sumber nilai dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa bernegara adalah Pancasila. Semua tolok ukur tentang baik buruk dan benar
salahnya sikap perbuatan serta tingkah laku bangsa Indonesia adalah nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai intrinsik yang kebenarannya dapat dibuktikan secara
objektif. Pancasilamengandung nilai-nilai universal, serta nilai subjektif yang menjadi dasar
pedoman hidup dengan dimensi waktu dan ruang.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermanfaat, berguna bagi manusia. Selain itu nilai
juga berarti standar ukurantentang sesuatu berkualitas atau tidak berkualitas, bermanfaat atau
tidak bermanfaat. Nilai dapat dikelompokkan menjadi nilai materiil yaitu berguna atau
tidaknya bagi unsur jasmani maupun Nilai vital yaitu sesuatu yang berguna untuk aktivitas.
Nilai kerohanian yaitu sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Berdasarkan uraian di atas, maka esensi pembahasan pada Pancasila sebagai sumber
bukan mengarah pada nilai material atau vital, melainkan berkaitan dengan nilai kerohanian
& tetap mengakui adanya keseimbangan antara nilai kerohanian, material, dan nilai vital.
Secara yuridis konstitusional Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yang
menjadidasar Negara Republik Indonesia adalah digali dari realitas nilai tata nilai budaya
masyarakat Indonesia. Nilai-nilai dasar tersebut telah hidup dan berkembang sejak awal
peradaban terutama meliputi berikut ini :
1. Nilai religius, yang terdapat dalam sila ke-l Pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, terkandung nilai pengakuan dan martabat
manusia perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.
3. Dalam sila Persatuan Indonesia, memuat nila mengakui keberagaman masyarakat
Indonesia tidak mendeskriditkan perbudaan suku, agama, ras, maupun golengan,
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan memuat nilal kedaulatan rakyat, semua warga negara Indonesia memiliki
kedudukan, hak kewajiban yang sama.

6 Pancasila sebagai idiologi terbuka


5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, nilai yang terkandung dalam nilai ini
meliputi keseimbangan antara hak dan kewajiban, keadilan bagi masyarakat dan
rakyat Indonesia.
H. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar Pancasila secara normatif
menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang
dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa
Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Hal ini sesuai pula
dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia, sedangkan negara
adalah organisasi atau persekutuan hidup manusia, maka tidak berlebihan apabila Pancasila
menjadi landasan dan tolok ukur penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan
pembangunan.
Paradigma memiliki arti sebagaimana diungkapkan Prof. Dr. H. A. R Tilaar, M.Sc.Ed
bahwa paradigma adalah suatu model penelitian, atau model berpikir oleh sekelompok
manusia apakah pemimpin, kelompok ilmuwan di dalam melihat perkembangan. Pengertian
pembangunan secara sederhana adalah serangkaian kegiatan yang mengarah pada perubahan
yang tata nilai yang lebih baik atau lebih maju. Pada dasarnya perubahan-perubahan yang
diinginkan bagi bangsa Indonesia adalah perubahan yang mengarah pada keselarasan.
keserasian, dan keseimbangan antara kemajuan lahir dan batin, jasmani, dan rohani atau
dunia dan akhirat. Dengan demikian, bangsa Indonesia menghendaki keselarasan, keserasian,
dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara manusia dengan
sesama, manusia dengan lingkunganya, serta cita-cita kehidupan dunia dan akhirat. Untuk
mencapai ini semua perlu menghayati dan mengamalkan Pancasila.
I. Sikap Positif Terhadap Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Sikap pos'tif warga negara terhadap Pancasila didasari oleh fungsi Pancasila. Dalam
bentuknya yang sekarang, Pancasila berfungsi sebagai dasar negara yang statis karena
merupakan landasan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, tuntutan yang dinamis
karena Pancasila bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan dengan perubahan zaman (inilah
mengapa Pancasila dimaknai sebagai ideologi terbuka), serta alat pemersatu bangsa.
Sikap positifterhadap Pancasila pada dasarnya adalah sejauh mana kita memaknai nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila, untuk selanjutnya diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Kita sering mendengar bahwa Pancasila perlu diamalkan dalarn kehidupan
bermasyarakat. berbangsa. dan bernegara. Pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara
dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut.
1. Pengalaman secara Objektif
2. Pengamalan secara Subjektif
J. Perilaku Konstitusional dalam Hidup Berbangsa dan Bernegara yang Sesuai dengan
Nilai-nilai Pancasila.
Konstitusi merniliki arti sama dengan UUD, maka perilaku konstitusional dapat
diartikan perilaku yang sesuai akan berlandaskan UUD. Khusus di Indonesia UUD yang sah
dan dipakai adalah UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agutustus 1945, serta
yang telah di amandemen. Sehingga perilaku konstitusional dalam hidup berbangsa dan
bernegara memuat suatu makna perilaku yang sesuai dan berlandaskan UUD 1945 yang
berlaku sekarang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mengingat UUD 1945 merupakan salah satu sumber hukum di negara Republik
Indonesia maka UUD 1945 perlu adanya penyempurnaan-penyempurnaan terhadap
kelemahan-kelemahan yang ada yaitu melalui proses amandemen. Selanjutnya kita harus
memahami bahwa sebaik apapun sesuatu UUD tanpa dimanfaatkan atau dipergunakan
sebagaimana mestinya pasti tidak mempunyai arti apa-apa. Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia merupakan Undang-Undang Dasar yang sesuai dengan dasar negara Indonesia.
7 Pancasila sebagai idiologi terbuka
Dewasa ini undang-undang tersebut telah mengalami empat kali perubahan dan memerlukan
biaya yang cukup besar, tetapi yang penting perubahan dewasa ini sudah merupakansemangat
reformasi dan sesuai dengan aspirasi masyarakat Indonesia.
K. Sikap Selektif terhadap Pancasila
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
Sikap positif
a) Menjalankan ibadah secara taat sesuai kepercayaan yang dianut, karena Indonesia mengakui
adanya lima agama dan menjunjung tinggi kepercayaan Ketuhanan bukan lagi dinamisme
b) Selalu menghormati orang yang sedang melaksanakan ibadah
c) Memberikan kebebasan orang lain memeluk agama dan keyakinan
d) Tidak menghina pemeluk agama dan keyakinan orang lain
e) Tidak melakukan penistaan agama (melecehkan, merendahkan, dsb)
f) Toleransi dalam kehidupan beragama
Sikap negatif
a) Menganggap agam lain rendah, sehingga cenderung melecehkan, bahkan dalam skala
ekstream menganggap agama lain kotor hanya agamanya sendiri yang suci dan agama lain
layak untuk di singkirkan
b) Hanya mau bergaul dengan orang yang seagama
c) Memisahkan atau meminoritaskan orang yang berbeda kepercayaan
d) Menganggap sesat orang yang bereda keyakinan
e) Tidak mau menerima pemberian bentuk apapun dari orang yang berbeda agama
2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Sikap positif
a) Mengakui dan menghargai keberadaan orang lain, bermasyarakat secara adil tanpa
membedakan golongan
b) Menghargai harkat dan martabat manusia yang sederajat
c) Keluhuran budi, sopan santun dan susila
d) Tata pergaulan dunia yang universal, ini sesuai dengan nilai kesetaraan artinya setiap manusia
memiliki kesejahteraan, tanpa membedakan suku, ras dan agama
Sikap negatif
a) Acuh terhadap tetangga yang kesusahan, menutup telinga dan tidak mau tahu urusan mereka
yang kesusahan dan sentiasa bersombong diri
b) Memilih-milih dalam bergaul, hanya mau bergau dan bermasyarakan dengan orang-orang
yang dianggap sederajat sepangkat
3. PERSATUAN INDONESIA
Sikap positif
a) Saling ketergantungan satu sama lain, tolong menolong, bekerja sama dengan orang demi
kesejahteraan bersama
b) Menunjukkan kehidupan kebangsaan yang bebas, tidak memaksakan kehendak
c) Cinta tanah air dan bangsa, menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan, tidak melakukan
pemborosan, tidak merusak lingkungan, tidak mengambil hak orang lain (mencuri), ikut
usaha pembelaan negara sesuai profesi masing-masing
d) Pengakuan dan kebersamaan dalam keberagaman, tidak memaksakan agama lain, merasa
senasib sepenanggungan
e) Keseimbangan antara kepentingan pribadi dan golongan, kerja keras untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga orang lain
Sikap negatif
a) Hanya mementingkan suatu suku atau golongannya sendiri
b) Tidak memiliki rasa prihatin terhadap perpecahan bahkan menganggap acuh terhadap
masalah atau konlfik yang sedang terjadi di Indonesia
8 Pancasila sebagai idiologi terbuka
c) Meremehkan suku atau golongan lain dan menganggap dirinya yang paling benar serta
pantas di sanjung
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
Sikap positif
a) Kedaulatan rakyat, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
b) Hikmah kebijaksanaan melalui pikiran yang sehat, memusyawarahkan kepentingan bersama
dan tidak memihak
c) Tanggung jawab berdasarkan hati nurani, ikhlas, dan amanah menjadi pejabat, pelayan
publik
d) Mufakat atas kehendak rakyat bersama
e) Asas kekeluargaan dalam musyawarah, selalu musyawarah dalam menyelesaikan masalah,
mengutamakan kepentingan bersama
Sikap negatif
a) Otoriter dalam memimpin, selalu memandang buluh dan memihak terhadap suatu golongan
b) Mementingkan kepentingan golongan atau pribadi
c) Pengambilan keputusan sepihak, tanpa membahas secara musyawarah
d) Menganggap yang mayoritas yang memenangkan segalanya tanpa memandang pendapat
golongan lain dan bersikap acuh
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Sikap positif
a) Perlakuan yang adil dalam berbagai kehidupan atau tidak diskriminasi
b) Menghilangkan politik dinasti (kekuasaan turun menurun; dari orang tua ke anaknya)
c) Kamakmuran masyarakat yang berkeadilan, meratakan keadilan tanpa memandang status dan
kepentingan
d) Keseimbangan yang adil dalam antara kehidpan pribadi dan masyarakat
e) Keseimbangan yang adil antara kebutuhan jasmani dan rohani, materi dan spiritual
Sikap negatif
a) Membedakan fasilitas umum antara pejabat dan rakyat biasa
b) Keadilan hanya untuk golongan tertentu, dalam artian menindak suatu permasalahan selalu
tebang pilih dan menguntungkan pihak yang seharusnya salah
c) Membeda-bedakan perhatian antar suku

9 Pancasila sebagai idiologi terbuka


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata ideology berasal dari bahasa latin yaitu idea yang berati daya cipta sebagagai hasil
keseadaran manusia dan logos yang berarti ilmu. Bahwa suatu ideology pada umumnya
menunjukan pandangan khas tentang pentingnya kerja sama antar manusia dalam kerja,
hubungan manusian dengan kekuasaan dan tingkat kesederajatan antar manusia.
Suatu ideology pada dasarnya merupakan hasil refleksi manusia atas kemampuanya
mengadakan distansi ( menjaga jarak ) dengan dunia kehidupannya. Dan pancasila
merupakan dasar negara Indonesia dan juga merupakan ideologi bangsa indonesia.
Sebagai ideologi nasional, pancasila telah tumbuh dan berkembang dari sosial – budaya
masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi terbuka, pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara
dinamis. Nilai – nilai pancasila tidak boleh diubah , namun pelaksanaannya kita sesuaikan
dengan tantngan nyata yang kita hadapi.
Pancasila dalam dimensi ideologinya telah memenuhi syarat sebagai ideologi
terbukayang didalamnya mengandung dimensi realita, dimensi idealisme, dimensi
fleksibelitas. Sedangkan dalam perujudannya sebagai ideologi terbuka, pancasila
mengandung nilai dasar, nilai instrumental, nilai praksis.

10 Pancasila sebagai idiologi terbuka


DAFTAR PUSTAKA

Budianto. “ pendidikan Kewarga Negaraan Untuk SMA Kelas XII” Jakarta, Penerbit
Erlannga”, 2006.
Anonimous. “Pancasila Sebagai Ideologi Negara.”
http://ahmadrocklee.blogspot.com/2007/08/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html (diakses
tanggal 11 Desember 2012)
Anonimous. “Pancasila Sebagai Ideologi.”
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pendidikan_pancasila/bab4-
pancasila_sebagai_ideologi.pdf (diakses tanggal 11 desember 2012)
http://sabynuzbunyw.blogspot.com/2012/10/fungsi-dan-kedudukan-pancasila.html
http://fb-tgs.blogspot.com/2013/06/makalah-pancasila-sebagai-sumber-nilai.html
http://aldilah-bagas-d.blog.ugm.ac.id/2012/06/17/pancasila-sebagai-sumber-nilai/

11 Pancasila sebagai idiologi terbuka

Anda mungkin juga menyukai