Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume
rerata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari 3 jenis elemen
selular khusus, eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit
(keping darah), yang membentuk suspensi dalam cairan kompleks plasma.
Eritrosit dan Leukosit adalah sel darah utuh, sedangkan trombosit adalah fragmen/
potongan sel.1

Transfusi darah dari hewan ke hewan pertama kali dilakukan di Oxford


pada tahun 1665 oleh Richard Lower, diikuti oleh transfusi darah hewan-ke-
manusia pertama pada tahun 1667 oleh Jean Denis. Transfusi darah manusia-ke-
manusia pertama dilakukan oleh James Blundell pada tahun 1818. Pada tahun
1900, sistem pengelompokan darah ABO diklasifikasikan oleh Landsteiner dan,
berdasarkan hal ini, pertandingan silang pretransfusi pertama dilakukan oleh
Ottenberg pada tahun 1907. Sistem penyaringan Rh ditemukan oleh Landsteiner
dan Wiener pada tahun 1940. Setelah ini, ada penemuan besar di abad ke-20 dan
itu membuat terapi komponen menjadi mungkin, misalnya penemuan larutan
antikoagulan dan pengawet, pendinginan, kantong darah plastik, administrasi
komponen, uji penyakit menular, skrining donor berisiko tinggi, dll.2

Transfusi darah harus dilakukan atas dasar indikasi, pemilihan dan jenis
volume darah atau komponen darah, serta waktu transfusi yang tepat. Permintaan
yang berlebihan dapat menyebabkan menurunnya stok darah sehingga pasien
yang benar-benar membutuhkan tidak mendapatkan darah dan meningkatnya
biaya pengganti pelayanan darah yang harus diganti oleh pasien atau penjamin.
Pemberian darah yang berlebihan juga dapat meningkatkan
risiko reaksi transfusi.3

Berbagai strategi intervensi dan algoritma transfusi yang komprehensif


telah dikaitkan dengan pengurangan terapi komponen darah yang tidak tepat.
Komponen selular yang paling dikenal termasuk sel darah merah dikemas

1
(PRBC), dicuci PRBC, leukoreduced PRBC dan pooled or aphaeresis trombosit.
Produk plasma seperti FFP atau cryoprecipitate antihemophilic factor (CRYO).2

Dalam beberapa situasi klinis, transfusi mungkin satu-satunya cara untuk


menyelamatkan hidup atau cepat memperbaiki kondisi serius. Namun, sebelum
meresepkan darah atau Produk darah untuk pasien, selalu penting untuk
menimbang risiko transfusi terhadap risiko tidak melakukan transfusi.
Penggunaan darah yang sesuai. Transfusi produk sel merah membawa risiko
serius reaksi transfusi hemolitik. Produk darah dapat menularkan agen infeksius,
termasuk HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, malaria dan penyakit Chagas
ke penerima. Setiap produk darah dapat terkontaminasi bakteri dan bakteri
sangat berbahaya jika diproduksi atau disimpan dengan tidak benar.4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Tranfusi darah adalah suatu rangkain proses pemindahan darah donor ke


dalam sirkulasi dari resipien sebagai upaya pengobatan. Bahkan sebagai upaya
untuk menyelamatkan kehidupan. Berdasarkan asal darah yang diberikan
tranfusi dikenal 1. Homologous tranfusi (berasal dari darah orang lain), 2.
Autologous tranfusi (berasal dari diri sendiri).5

Tujuan tranfusi darah adalah :

a. Mengembalikan dan mempertahankan volume yang normal peredaran


darah
b. Menggantikan kekurangan komponen seluler atau kimia darah
c. Meningkatkan oksigenasi jaringan
d. Memperbaiki fungsi homeostasis
e. Tindakan terapi khusus

II. PRINSIP KLINIK TRANSFUSI


1. Transfusi hanya satu bagian dari manajemen pasien.
2. Perumusan harus didasarkan pada pedoman nasional tentang penggunaan
klinis darah, mempertimbangkan kebutuhan pasien secara individu.
3. Kehilangan darah harus diminimalkan untuk mengurangi kebutuhan
pasien transfusi.
4. Pasien dengan kehilangan darah akut harus menerima resusitasi yang
efektif (cairan pengganti intravena, oksigen, dll) sedangkan kebutuhan
akan transfusi sedang dinilai
5. Nilai hemoglobin pasien, walaupun penting, seharusnya tidak menjadi
satu-satunya faktor penentu dalam memulai transfusi. Keputusan ini
seharusnya didukung oleh kebutuhan untuk meringankan tanda dan gejala
klinis dan mencegah morbiditas atau mortalitas yang signifikan.

3
6. Dokter harus menyadari risiko transfusi-menular infeksi dalam produk
darah yang tersedia untuk individu sabar.
7. Transfusi harus diresepkan hanya bila bermanfaat bagi pasien
cenderung lebih besar daripada risikonya.
8. Dokter harus mencatat alasan transfusi dengan jelas.
9. Orang yang terlatih harus memantau pasien yang ditransfusikan dan
meresponsnya segera jika ada efek samping yang terjadi.4

III. INDIKASI DAN JENIS TRANSFUSI DARAH

A. Darah lengkap/whole blood (WB)


Pemberian transfusi WB pada umumnya dilakukan sebagai pengganti sel
darah merah pada keadaan perdarahan akut atau masif yang disertai dengan
hipovolemia, atau pada pelaksanaan transfusi tukar. Di dalam WB, masih
terdapat seluruh komponen darah manusia, termasuk faktor pembekuan,
sehingga dapat digunakan pada kasus perdarahan masif.6
Banyaknya volume darah yang diberikan sesuai dengan banyaknya darah
yang hilang. Diberikan apabila kehilangan darah 15-20% TBV (Ex : Syok
Hipovolemik) pada anak besar dan orang dewasa. Pada bayi transfusi harus
segera diberikan bila kehilangan 10% TBV. Darah lengkap diberikan untuk
memperbaiki kemampuan transportasi zat asam oleh eritrosit (seperti anemia)
dan memperbaiki jumlah darah yang beredar seperti perdarahan hebat.
Darah lengkap ada 3 macam yaitu :

a) Darah Segar : Yaitu darah yang baru di ambil dari donor sampai 6 jam
sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar yaitu faktor
pembekuannya lengkap termasuk faktor pembekuan labil (V, VIII) dan
fugsi eritrosit relatif masih baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu
tepat dan penularan penyakit relatif banyak.
b) Darah Baru : Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari
sesudah diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis
dan juga dapat meningkat kadar kalium, amonia, asam laktat.

4
c) Darah Simpan : Darah yang disimpan lebih dari 6 hari. Keuntungan
penggunaannya mudah (setiap saat tersedia), bahaya penularan
cytomegalovirus hilang, sedangkan kerugiannya yaitu faktor pembekuan
terutama faktor V dan VIII sudah hampir habis. Kemampuan transportasi
O2 oleh eritrosit berubah (afinitas Hb terhadap O2 tinggi), sedangkan O2
sukar dilepas di jaringan karena penurunan kadar 2,3 DPG
(Difosfogliserat), Kadar kalium, amonia, asam laktat tinggi. 2
1. Deskripsi :
Volume 350 ml WB mengandung :
– 350 ml darah donor
– 63 ml larutan pengawet antikoagulan
– Hb ± 12 g/dl; Hct 35-45%3
2. Indikasi :
– Perdarahan akut dengan hipovolemia
– Transfusi Tukar (Exchange transfusion)
– Pengganti darah merah endap (packed red cell) saat memerlukan
transfusi sel darah merah
3. Kontraindikasi :
– Resiko overload cairan misalnya pada anemia kronik & gagal jantung.3

Rumus kebutuhan whole blood


6 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Ket :
Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
Hb pasien : Hb pasien saat ini
4. Resiko Infeksi :
 Tidak steril
 Dapat menularkan infeksi pada eritrosit atau plasma yang tidak terdeteksi
pemeriksaan rutin (HIV-1 dan HIV-2, hepatitis B dan C, virus hepatitis
lain, syphilis, malaria, TORCH dan Chagas disease)).

5
5. Penyimpanan :
 Suhu +2° hingga +6°C, dapat terjadi perubahan komposisi akibat
metabolisme sel darah merah.
 Maksimal penyimpanan WB di Bank Darah 3 minggu
 Harus segera ditransfusikan 30 menit setelah keluar dari tempat
penyimpanan
6. Perhatian :
 Golongan darah harus sesuai (ABO dan RhD compatible)
 Dilarang memasukkan obat-obatan ke dalam kantong darah
 Waktu transfusi maksimal 4 jam.4

B. Transfusi sel darah merah


Sekitar 12.000.000 unit sel darah merah ditransfusikan setiap tahun di
Amerika Serikat, tujuan transfusi RBC adalah untuk memperbaiki
penghantaran oksigen ke jaringan.2

a) Sel Darah Merah pekat/packed red cells (PRC)


Sel darah merah dari unit donor memiliki konsentrasi hematokrit sekitar 75% dan
volumenya dibuat sampai 200 ml. Penyimpanan sel darah merah (yang tepat di atas
titik beku) memungkinkan bertahan hidup selama 42 hari, akan tetapi
menyebabkan 2,3 DFG menurun dan merusak trombosit dan neutrofil. Satu unit
darah utuh atau sel darah merah yang dikemas akan menaikkan hematokrit sebesar
3% dan hemoglobin 1 gm/dl.2

Kebutuhan darah (ml) :


3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah:
1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit

6
2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan
overload berkurang
4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain
1. Deskripsi :
 Volume 150-250 ml eritrosit dengan jumlah plasma yang minimal
 Hb ± 20 g/100 dl ( ≥ 45 g/unit)
 Hct 55-75%,
 Daya angkut oksigen 2x lebih besar dari 1 unit WB
2. Indikasi :
 Pengganti sel darah merah pada anemia
 Anemia karena perdarahan akut (setelah resusitasi cairan kristaloid atau
koloid)
 Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
 Hemoglobin <8 gr/dl.
 Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya
empisema, atau penyakit jantung iskemik)
 Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.3,4
3. Perhatian :
 Resiko infeksi dan cara penyimpanan sama dengan WB
 Pemberian sama dengan WB
 Penambahan infus cairan NS 50-100 ml dengan infus set-Y memperbaiki
aliran transfusi
 Waktu transfusi maksimal 4 jam kecuali pasien dengan Congestive Heart
Failure, AKI (Acute Kidney Injury dan Chronic Kidney Disease.3
Dapat disebutkan bahwa :
Hb sekitar 5 adalah CRITICAL
Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE
Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL

7
Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan
setelah mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL.

b) Washed Erytrhrocyte/ Darah Merah Cuci


Washed Erytrhrocyte diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali
dengan saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak
bisa diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi
sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6
jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia
dan exchange transfusion.2,5
1. Deskripsi :
– Volume 150-200 ml
– Hct 50-70%
– leukosit < 1x108
– Plasma < 0,2 ml
2. Indikasi :
– Transfusi masif pada neonatus sampai usia < 1 tahun
– Transfusi intrauterin
– Penderita dengan anti-IgA atau defisiensi IgA dengan riwayat alergi
transfusi berat
– Riwayat reaksi transfusi berat yang tidak membaik dengan pemberian
premedikasi
3. Kontraindikasi :
– Defisiensi IgA yang belum pernah mendapat transfusi komponen darah
(eritrosit, plasma, trombosit)
– Defisiensi IgA yang tidak pernah mengalami reaksi alergi terhadap
komponen darah sebelumnya
– Belum diketahui mempunyai antibodi anti-IgA
– Tidak pernah mengalami reaksi transfusi berat terhadap eritrosit.4

8
c. Leukoreduced red cells (“filtered” and/or “washed” red cells)
Sel darah merah yang dikemas dari 99,9% dari sel darah putih yang di
saring ( Sebelum atau sesudah penyimpanan) atau dikeluarkan dengan cara
pembekuan/ pencairan/ pencucian. Penggunaan “Leuko Poor Filters”
menjadi sangat populer, hal ini mengurangi (tapi tidak menghilangkan)
risiko infeksi sitomegalovirus (CMV), Epstein-Barr, Infeksi Virus T-
Lymphotropic (HTLV) dan reaksi demam.2 Kandungan utama eritrosit,
suhu simpan 4°±2°C, berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit pada
pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah ini
untuk mengurangi reaksi panas dan alergi.4

Tabel 1 Storage and expiration requirements of RBC components7

C. Platelet Concentrated (Suspensi Trombosit)

Komponen ini didapat dari darah segar dengan metode pemutaran dengan
waktu tertentu, sehingga akhirnya didapat platelet concentration yang
volumenya 25-40 ml/unit yang berisi minimal 5,5 x 1010 platelet dan beberapa
sel darah merah tercampur di dalamnya bersama plasma untuk
mempertahankan pH di atas 6 selama waktu penyimpanan.

9
Rekomendasi ASA :

 Profilaksis trombosit tidak efektif dan jarang diidentifikasikan jika


trombositopeni disebabkan oleh destruksi trombosit (mis ITP).
 Pasien bedah dan Obstetrik dengan perdarahan mikrovaksuler jika
trombosit <50.000/mm3 perlu transfusi trombosit
 Persalinan pervaginam dan operasi yang ringan dengan trombosit
<50.000/mm3 tidak perlu transfusi
 Indikasi transfusi trombosit jika terbukti jumlah trombosit cukup tapi
terdapat disfungsi trombosit dan perdarahan mikrovaskuler.2
1. Deskripsi :
Setiap 50-60 ml plasma yang dipisahkan dari WB mengandung :
• Trombosit minimal 55 x 109
• Eritrosit < 1,2 x 109
• Leukosit < 0,12 x 109
2. Indikasi :
 Perdarahan akibat trombositopenia atau gangguan fungsi trombosit
 Pencegahan perdarahan karena trombositopenia (gangguan sumsum
tulang) kurang dari 10.000 /micro liter
 Profilaksis perdarahan pada pre operatif dengan trombosit kurang atau
sama dengan 50.000 /microliter, kecuali operasi trepanasi dan
cardiovaskuler kurang atau sama dengan 100.000 micro liter
3. Kontraindikasi :
 ITP (Idiopatic autoimmune thrombocytopenic purpura) tanpa perdarahan
 TTP (Thrombotic thrombocytopenic purpura) tanpa perdarahan
 DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) yang tidak diterapi
 Trombositopenia terkait sepsis, hingga terapi definitif dimulai atau pada
hipersplenisme
4. Dosis : 1 unit TC/ 10 kgBB
 Pada dewasa 60-70 kg, 1 unit platelet (dari 4-6 donor) mengandung 240 x
109 trombosit meningkatkan tormbosit 20- 40 x 109/L

10
 Peningkatan trombosit kurang efektif bila terdapat kondisi-kondisi seperti :
splenomegali, DIC dan sepsis.4
5. Komplikasi :
FNHTR (febrile non haemolytic) dan reaksi alergi urtikaria jarang terjadi.4

Tabel 2 Storage and expiration requirements of platelet components7

D. Transfusi Plasma
Komponen ini dibuat dari pemisahan Packed Red Cells dari darah lengkap
melalui metode pemutaran atau sedimentasi. Berdasarkan umur dari darah
lengkap yang dipisahkan untuk pembuatan plasma dan isi plasma maka
komponen plasma dibedakan :
1) Plasma Biasa Didapat dari darah lengkap yang telah mengalami
penyimpanan, mengandung faktor-faktor pembekuan stabil, tapi masih
mengandung faktor stabil fibrinogen, albumin dan globulin.

11
2) Plasma Segar (Fresh Frozen Plasma). Didapat dari darah lengkap yang
kurang dari 6 jam dalam penyimpanan, faktor pembekuan masih utuh dan
belum rusak serta stabil faktor pembekuan masih lengkap.
a) Plasma Biasa ( Plasma Simpan)
1. Deskripsi :
 Mengandung fk. Stabil fibrinogen, albumin dan globulin
 Di dapat dari darah lengkap yang telah mengalami penyimpanan
 Dari 250 cc darah lengkap diperoleh 125 plasma
 Dapat bertahan selama 2 bulan pada suhu 4 derajat C
2. Indikasi :
 Untuk mengatasi syok sebelum darah datang
 Memperbaiki volume sirkulasi darah
 Mengganti protein plasma yang hilang pada luka bakar luas
 Mengganti dan menambah jumlah faktor faktor tertentu yang hilang
misalnya fibrinogen, albumin, dan globulin
Indikasi ini sekarang tidak dianjurkan lagi karena lebih aman menggunakan
larutan koloid atau albumin yang bebas resiko transfusi penyakitnya.2
b) Fresh Frozen Plasma
Sekitar 2.000.000 unit FFP ditransfusikan setiap tahun di Amerika Serikat.
FFP digunakan terutama untuk memberikan faktor koagulasi pengganti. Satu
ml dari FFP mengandung kira-kira satu unit aktivitas faktor koagulasi.2
Didapat dari pemisahan darah segar (darah donor kurang dari 6 jam) dengan
metode pemutaran kemudian dibekukan dan disimpan pada temperatur -30°C.
Karena dibuat dari darah segar maka hampir semua faktor-faktor pembekuan
(labil faktor) masih utuh, selama penyimpanan pada temperatur -30°C. Tapi
bila disimpan pada temperatur 4°C maka semua faktor pembekuan yang labil
itu akan rusak menjadi plasma biasa.2

Rekomendasi ASA untuk pemberian FFP:2

 Segera setelah terapi warfarin

12
 Untuk koreksi defisiensi fk. Koagulasi dimana fk. Yang diperlukan tidak
tersedia.
 Untuk koreksi perdarahan dengan peningkatan PT atau APTT >1,5 kali
nilai normal
 Untuk koreksi perdarahan akibat defisiensi fk. Koagulasi akibat transfusi
darah masih dan jika pemeriksaan PT dan APTT tidak dapat dilakukan
pada saat itu.
 FFP sebaiknya diberikan dalam dosis yang diperhitungkan mencapai
konsentrasi plasma minimum 30% (biasanya tercapai dengan pemberian
10-15 ml/kgBB). Setelah pemberian warfarin dosis 5-8 ml/kgBB biasanya
cukup.
 FFP dikontraindikasikan untuk terapi peningkatan volume plasma atau
konsentrasi albumin
 FFP tidak boleh digunakan untuk menyusun kembali menjadi RBC
 FFP tidak boleh digunakan sebagai sumber protein atau secara rutin
setelah bypass cardiopulmoner.
1. Deskripsi :
 Plasma dipisahkan dari satu kantong WB (maksimal 6 jam) dibekukan
pada -
 25°C atau lebih
 Terdiri dari faktor pembekuan stabil, albumin dan imunoglobulin; F VIII
minimal
 70% dari kadar plasma segar normal
 Volume 60-180 ml
2. Indikasi :
 Defisiensi faktor koagulasi (penyakit hati, overdosis antikoagulan-
warfarin, kehilangan faktor koagulasi pada penerima transfusi dalam
jumlah besar)
 DIC
 TTP

13
 Penderita yang mengalami perdarahan dengan defisiensi faktor-faktor
pembekuan misalnya penyakit hati dengan hematemesis dan melena.
 Hemofilia
 Defisiensi faktor V.
3. Dosis : awal 10 -15 ml/kgBB
4. Perhatian :
 Reaksi alergi akut dapat terjadi dengan pemberian cepat
 Jarang terjadi reaksi anafilatik berat
 Hipovolemia bukan suatu indikasi
 ABO kompatibel untuk menghindari resiko hemolisis
 Diberikan segera setelah thawing dengan alat transfusi darah standar
 Faktor koagulasi labil, cepat terdegradasi, berikan maksimal 30 menit
setelah thawing
5. Penyimpanan :
 Pada -25°C atau lebih bertahan hingga 1 tahun
 Sebelum digunakan harus di thawing dalam air 30-37°C di bank darah,
suhu yang lebih tinggi akan merusak faktor pembekuan dan protein. Sekali
thawing harus disimpan pada suhu +2°C hingga +6°C.4
Tabel 3 Storage and expiration requirements of plasma components7

14
Tabel 4. Various plasma products and their indications7

E. Cryoprecipitat
Hampir 1.000.000 unit kriopresipitat ditransfusikan setiap tahun di
Amerika Serikat. Kriopresipitat dari satu donor biasanya mengandung 100 unit
antihemofilik (AHU) dan 250 mg fibrinogen; dicairkan pada suhu 37 ° C dan
diberikan melalui saringan darah standar. Komponen ini didapat dari
pemisahan plasma segar atau fresh frozen plasma yang dicairkan pada
temperatur 4°C melalui metode pemutaran yang tertentu sehingga akhirnya
didapat supernatannya yang volumenya hanya 30 – 40 ml.5
Criopresipitat, mengandung faktor VIII, fibrinogen, fibronektin, faktor von
Willebrand (vWF) dan faktor XIII, digunakan untuk koreksi koagulopati yang
diturunkan dan diperoleh. Penggunaannya dalam operatif didasarkan pada
asumsi bahwa: (i) pasien dengan defisiensi faktor koagulasi ini berisiko tinggi
mengalami komplikasi perdarahan dan (ii) penggantian faktor pembekuan
efektif dalam menurunkan risiko ini.2

15
Rekomendasi untuk penggunaan Cryoprecipitate berdasarkan ASA:
 Profilaksis pada pasien perioperatif tanpa perdarahan atau pasien
peripartum dengan defisiensi fibrinogen bawaan atau penyakit von
Willebrand tidak responsif terhadap vasopresin 1-desamino-8-D-arginin
(DDAVP).
 Pendarahan pasien dengan penyakit von Willebrand
 Koreksi pendarahan mikrovaskuler pada pasien transfusi besar dengan
konsentrasi fibrinogen kurang dari 80-100 mg / dl (atau bila konsentrasi
fibrinogen tidak dapat diukur pada saat itu).2
1. Indikasi :
 Hemophilia A (defisiensi faktor VIII)
 Von Willebrand’s disease
 Hypofibrinogenemia
 Acquired Defisiensi faktor VIII (DIC dan dilution in massive transfusion),
Defisiensi faktor XIII.4
2. Perhatian :
Berikan segera setelah thawing, dengan set transfusi darah standar,
maksimal 30 menit setelah thawing (pencairan).
3. Cara pemberian
Suntikkan secara langsung melalui intravena, tidak melalui tetesan infus,
pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak
tahan pada suhu kamar. 5
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :

0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

16
IV. KOMPLIKASI TRANFUSI DARAH

A. Reaksi Transfusi Akut ( Acute Transfusion Reaction)


Ketika reaksi akut pertama terjadi, mungkin sulit untuk memutuskannya
jenis dan tingkat keparahan karena tanda dan gejala awalnya mungkin tidak
spesifik atau diagnostik. Namun, dengan pengecualian alergi urtikaria dan
demam Reaksi non-hemolitik, semuanya berpotensi fatal dan membutuhkan
urgensi pengobatan. 4
Pada pasien yang tidak disadari atau teruji, hipotensi dan tidak terkontrol
perdarahan mungkin satu-satunya tanda adanya transfusi yang tidak sesuai.
Pada pasien yang sadar menjalani reaksi transfusi hemolitik berat,
Tanda dan gejala bisa muncul dalam hitungan menit setelah infus hanya 5-10
ml darah. Observasi jarak dekat pada awal infus masing-masing unit adalah
penting. 4
Jika terjadi reaksi transfusi akut, pertama periksa label kemasan darah
dan identitas pasien. Jika ada perbedaan, hentikan transfusi
segera dan konsultasikan dengan bank darah. Untuk menyingkirkan
kemungkinan kesalahan identifikasi di area klinis atau bank darah, hentikan
semua transfusi di bangsal atau ruang operasi yang sama sampai mereka
diperiksa dengan seksama. Selain itu, minta darahnya bank untuk berhenti
mengeluarkan darah untuk transfusi sampai penyebabnya Reaksi telah
diselidiki sepenuhnya dan untuk memeriksa apakah ada yang lain
Pasien menerima transfusi, terutama di bangsal atau operasi yang sama
kamar, atau pada saat bersamaan.4
1. Reaksi Hemolitik Akut (Acute Haemolytic transfusion reactions)
Frekuensi 1:12.000 – 1: 100.000, onset dalam 24 jam, biasanya terjadi
dengan segera Reaksi transfusi hemolitik akut (RTHA) terjadi hampir selalu
karena ketidakcocokan golongan darah ABO (antibodi jenis IgM yang beredar)
dan sekitar 90%-nya terjadi karena kesalahan dalam mencatat identifikasi
pasien atau unit darah yang akan diberikan.8,9

17
Hemolisis komplement mediated intravaskular dapat menyebabkan DIC
dan cedera ginjal akut. Kematian dapat terjadi sekitar 10%. Tanda dan gejala
biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah memulai transfusi. Pasien bisa
mengalami beberapa atau semua gejala seperti : Unexplained fever >1oC,
Chills, rigors, Pain up arm, Chest, abdominal or low back pain, Dyspnoea,
Tachycardia, Hypotension, shock, Haemoglobinaemia and haemoglobinuria,
Oliguria with dark urine or anuria, Nausea, vomiting, Diarrhoea, Pallor,
jaundice, Bleeding (due to DIC).9
2. Reaksi Anaphylaxis
Komplikasi jarang tetapi mengancam nyawa, pada saat awal transfusi.
Disebabkan pemberian plasma terlalu cepat. Gejala berupa sesak, nyeri dada,
nyeri abdomen dan mual. Klinis dapat terjadi hipotensi, bronkospasme, edema
periorbital dan laryngeal, eritema, urtikaria dan konjungtivitis Antibodi yang
terlibat diantaranya IgE, IgG, atau IgA (anafilaksis lebih berat). Bila diperlukan
transfusi berulang.8,9

18
3. Febrile non- haemolytic reactions
Ini telah menjadi jauh lebih jarang terjadi sejak diperkenalkannya
leucodepletion universal darah. Mereka disebabkan oleh antibodi anti HLA
atau leukosit pada penerima terhadap sel yang disumbangkan. Demam (>
1,5°C diatas suhu normal) dapat disertai menggigil atau tidak enak seluruh
badan yang terjadi saat transfusi (sel darah merah atau platelet), dapat
terjadi akhir transfusi atau > 2 jam setelahnya.

19
4. Transfusion- associated circulatory overload (TACO)

5. Bacterial contamination

20
6. Transfusion-associated lung injury (TRALI)

B. Reaksi Transfusi Lambat (Delayed Transfusion Reactions)


1. Reaksi Transfusi Hemolitik Lambat (Delayed haemolytical
transfusion reactions)

21
2. Transfusion-associated graft versus host disease (TA-GVHD)

3. Post- Transfusion Purpura

22
4. Iron Overload
Tidak ada mekanisme fisiologis untuk menghilangkan kelebihan
zat besi dan dengan demikian Pasien yang bergantung pada transfusi
dapat, dalam jangka waktu yang lama, Akumulasi besi dalam tubuh
sehingga terjadi hemosiderosis.

Tanda dan gejala : Kegagalan Organ terutama jantung dan hati.

Manajemen dan pencegahan

 Agen pengikat besi, seperti desferrioxamine, banyak digunakan


untuk meminimalkan akumulasi zat besi dalam ketergantungan
transfusi pasien
 Tujuan untuk menjaga kadar feritin serum pada <2000 mg / liter.

23
24
BAB III

KESIMPULAN

Transfusi darah manusia-ke-manusia pertama dilakukan oleh James


Blundell pada tahun 1818. Pada tahun 1900, sistem pengelompokan darah ABO
diklasifikasikan oleh Landsteiner dan, berdasarkan hal ini, pertandingan silang
pretransfusi pertama dilakukan oleh Ottenberg pada tahun 1907. Sistem
penyaringan Rh ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940.

Transfusi darah harus dilakukan atas dasar indikasi, pemilihan dan jenis
volume darah atau komponen darah, serta waktu transfusi yang tepat. Jenis
transfusi darah WB, PCR, TC, Plasma, FFP, Cryoprecipitat memiliki cara
penyimpanan yang berbeda-beda sehingga untuk mendapatkan hasil yang baik
penyimpanan jenis transfusi darah harus di perhatikan.

Transfusi darah memiliki komplikasi yang segera terjadi Reaksi Transfusi


Akut ( Acute Transfusion Reaction) dan Reaksi transfusi Lambat (delayed
transfusion reaction) biasaya terjadi sekitar 5-7 hari setelah transfusi. Jika
terdapat reaksi transfusi pertama periksa label kemasan darah
dan identitas pasien. Jika ada perbedaan, hentikan transfusi
segera dan konsultasikan dengan bank darah.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem ed. 8. Jakarta: EGC.


2014. H 416

2. Arya Rajesh C, Wander GS, dan Gupta Pankaj. Blood Component therapy
:Which, When, and how much. Journal of Anaesthesiology Clinical
Pharmacology. 2011.
3. Menteri Kesehatan RI. PMK No. 91 tahun 2015 Tentang Standar
Pelayanan Transfusi Darah.2015
4. World Health Organization. "The clinical use of blood: Handbook." The
Clinical use of blood: handbook. 2001. 219-219
5. Latief, Said. Suaryadi,Kartini. Dachlan, Ruswan. Anestesiologi edisi
kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2002
6. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Panduan pelayanan transfusi darah.
Jakarta; 2015

7. Basu D, Kulkarni R. Overview of blood components and their preparation.


Indian Journal of Anaesthesia. 2014
8. Leach R, Moore K, Bell D. Oxford Desk Reference : Acute Medicine.
Oxford university press. 2016. P 631
9. Faed J.Guidelines for management of adverse transfusion reactions.
Nzblood. 2014.

26

Anda mungkin juga menyukai