Anda di halaman 1dari 14

Viskositas Zat Cair

Tujuan Percobaan

Menentukan viskositas zat cair dengan viscometer Oswald

Landasan Teori

Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang
bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya gesekan ini biasa juga
disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas zat cair, maka semakin susah
benda padat bergerak didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya
kohesi antar partikel zat cair (Anonim, 2009).
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara
molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat
dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan
memiliki viskositas yang tinggi (Anonim, 2009).
Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya tahan dalam fluida terhadap
gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas rendah, misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap
gesekan yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viskositas yang lebih besar
(Anonim, 2010).
Gejala ini dapat dianalisis dengan mengintrodusir suatu besaran yang disebut kekentalan atau viskositas
(viscosity). Oleh karena itu, viskositas berkaitan dengan gerak relatif antar bagian-bagian fluida, maka
besaran ini dapat dipandang sebagai ukuran tingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar
kekentalan suatu fluida makin sulit fluida itu mengalir (Anonim, 2010).

Adanya zat terlarut makromolekul akan menaikkan viskositas larutan. Bahkan pada konsentrasi
rendahpun, efeknya besar karena molekul besar mempengaruhi aliran fluida pada jarak yang jauh.
Viskositas intrinsik [] merupakan analog dari koefisien virial (dan mempunyai dimensi 1/konsentrasi),
(Atkins, 1996: 242).
Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Viskositas dapat
diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan
salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas (Bird, 1987:
57).
Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang pertama adalah aliran “laminar” atau aliran
kental, yang secara umum menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah
kecil. Aliran yang lain adalah aliran “turbulen”, yang menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa
dengan diameter yang lebih besar (Dogra, 1990: 209).
Koefisien viskositas secara umum diukur dengan dua metode, yaitu viskometer Oswald : waktu yang
dibutuhkan untuk mengalirnya sejumlah tertentucairan dicatat, dan  dihitung dengan hubungan
 = (" " (ΔP) R^4 t)/8Vl
Umumnya koefisien viskositas dihitung dengan membandingkan laju cairan dengan laju aliran yang
koefisien viskositasnya diketahui. Hubungan itu adalah
_1/_2 = (d_1 t_1)/(d_2 t_2 )
(Dogra, 1990: 211).
Viskositas diukur dengan beberapa cara. Dalam “viskometer Oswald”, waktu yang diperlukan oleh
larutan untuk melewati pipa dicatat, dan dibandingkan dengan sampel standar. Metode ini cocok untuk
penentuan (), karena perbandingan viskositas larutan dan pelarut murni, sebanding dengan waktu
pengaliran t dan t* setelah dikoreksi untuk perbedaan rapatan ρ dan ρ*
/= t/t^* x ρ/ρ^*
(Atkins, 1996: 242).
Dalam menafsirkan pengukuran viskositas, banyak terdapat kerumitan.kebanyakan pengukuran (tidak
semuanya) didasarkan pada pengamatan empiris, dan penentuan massa molar biasanya didasarkan
pada pembandingan dengan sampel standar (Atkins, 1996: 242).
Salah satu kerumitan dalam pengukuran dalam pengukuran intensitas adalah: dalam beberapa kasus,
ternyata fluida itu bersifat non-Newtonian, yaitu viskositasnya berubah saat laju aliran bertambah.
Penurunan viskositas dengan bertambahnya laju aliran menunjukkan adanya molekul seperti batang
panjang, yang terorientasi oleh aliran itu, sehingga saling meluncur melewati satu sama lain dengan
lebih bebas. Dalam beberapa kasus, tekanan yang disebabkan oleh aliran menjadi sangat besar,
sehingga molekul panjang terputus-putus. Ini membawa konsekuensi lebih lanjut pada viskositas
(Atkins, 1996: 242).
Pada viskometer Oswald, yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tertentu cairan
untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada
percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada ukuran
viskometer) dipipet ke dalam viskometer. Cairan kemudian diisap melalui labu pengukur dari viskometer
sampai permukaan cairan lebih tinggi dari batas “a”. Cairan kemudian dibiarkan turun. Ketika
permukaan cairan turun melewati batas “a”, stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati
batas “b”, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara “a” dan
“b” dapat ditentukan. Tekanan P merupakan perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa U dan
besarnya diasumsikan sebanding dengan berat jenis cairan (Bird, 1987: 57).
Menurut Anonim (2010), alat yang dipakai untuk menentukan Viskositas dinamakanViskometer. Ada
beberapa jenis viskometer, yaitu :
Viscometer Ostwald
Viscometer Lehman
Viscometer bola jatuh dari Stokes

Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik


dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk fluida), viskositas
adalah "Ketebalan" atau "pergesekan internal". Oleh karena itu, air yang "tipis", memiliki viskositas
lebih rendah, sedangkanmadu yang "tebal", memiliki viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya,
semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut.. [1]

Viskositas menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir dan mungkin dapat dipikirkan
sebagai pengukuran dari pergeseran fluida. Sebagai contoh, viskositas yang tinggi dari magma akan
menciptakan statovolcano yang tinggi dan curam, karena tidak dapat mengalir terlalu jauh sebelum
mendingin, sedangkan viskositas yang lebih rendah dari lava akan menciptakan volcano yang rendah
dan lebar. Seluruh fluida (kecuali superfluida) memiliki ketahanan dari tekanan dan oleh karena itu
disebut kental, tetapi fluida yang tidak memiliki ketahanan tekanan dan tegangan disebut fluide
ideal.

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH


Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya
gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut.
Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat
cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan
suatu zat cair. Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan
bentuk sudut fluida yang tertentu maka tegangan geser berbanding lurus dengan
viskositas.
Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang
dimasukkan kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa
gesekan antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh,
apabila kita memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu
tersebut mula-mula turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya sampai
didasar zat cair. Bola kecil tersebut pada saat tertentu mengalami sejumlah
perlambatan hingga mencapai gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil
menjelaskan bahwa adanya suatu kemampuan yang dimiliki suatu zat cair sehingga
kecepatan bola berubah. Mula-mula akan mengalami percepatan yang dikarenakan
gaya beratnya tetapi dengan sifat kekentalan cairan maka besarnya percepatannya
akan semakin berkurang dan akhirnya nol. Pada saat tersebut kecepatan bola tetap
dan disebut kecepatan terminal. Hambatan-hambatan dinamakan sebagai
kekentalan (viskositas). Akibaat viskositas zat cair itulah yang menyebabkan
terjadinya perubahan yang cukup drastic terhadap kecepatan batu.
Aliran viskos, dalam berbagai masalah keteknikan pengaruh viskositas pada
aliran adalah kecil, dan dengan demikian diabaikan. Cairan kemudian dinyatakan
sebagai tidak kental (invicid) atau seringkali ideal dan diambil sebesar nol. Tetapi
jika istilah aliran viskos dipakai, ini berarti bahwa viskositas tidak diabaikan.
Untuk benda homoogen yang dicelupkan kedalam zat cair ada tiga
kemungkinan yaitu, tenggelam, melayang, dan terapung.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari viskositas?
2. Bagaimana konsep viskositas?
3. Bagaimana cara mengukur viskositas?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas?
5. Bagaimana pengaplikasian viskositas dalam kehidupan sehari-hari?
III. TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui pengertian dari viskositas secara umum dan mater-materi yang
dikandungnya.
2. Mengetahui konsep viskositas.
3. Mengetahui cara mengukur viskositas.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas.
5. Mengetahui penerapan atau pengaplikasian viskositas dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
LANDASAN TEORI
I. VISKOSITAS
Viskositas adalah ukuran hambatan aliran yang ditimbulkan fluida bila fuida
tersebut mengalami tegangan geser. Biasanya diterima sebagai "kekentalan", atau
penolakan terhadap penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluida
kepada aliran dan dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan
fluida. Air memiliki viskositas rendah, sedangkan minyak sayur memiliki viskositas
tinggi.
Besar gaya F yang diperlukan untuk menggerakkan suatu
lapisan fluida dengan kelajuan tetap v untuk luas A dan letaknya pada jarak y dari
suatu permukaan yang tidak bergerak dinyatakan oleh penurunan rumus :

F=ηA
Keterangan :
η = koefisien viskositas
Av = besar gaya F yang diperlukan untuk menggerakkan suatu lapisan fluida
y = letak sesuatu dari permukaan yang tidak bergerak
Satuannya kg m-1 s-1.
Catatan pada viskositas :
1. Aliran viskositas (viscous flow). Dalam berbagai masalah keteknikan
pengaruh dari viskositas pada aliran adalah kecil, dan dengan demikian diabaikan.
Cairan kemudian dinyatakan sebagai tidak kental(invicid) atau,
seringkali, ideal, dan µ diambil sebesar nol. Tetapi kalau istilah aliran viskos dipakai,
ini berarti bahwa viskositas tidak diabaikan.
2. Kecepatan (velocity). Dalam aliran viskos hokum dasarnya adalah bahwa
kecepatan fluida pada tepi batas harus sama dengan kecepatan dari tepi batas itu.
Sebaliknya, ada gradient kecepatan sangat kecil di sebelah tepi batas dan, karena

R = µA , suatu tegangan geseran tak hingga.


3. Tegangan geser (shear strength). Telah diketahui benar bahwa cairan yang
tidak bergerak tidak memiliki tegangan geser, karena dalam keseluruhan mereka
berubah bentuk untuk mengisi tempatnya, bagaimanapun juga bentuknya. Akan
tetapi, ketika sedang bergerak, mereka mempunyai tegangan geser, karena
kalau R adalah hambatan viskosnya yang terjadi meliputi luas A tegangan geser
adalah

=µ .

4. Dimensi-dimensi dariµ. Karena hambatan viskos, R = µA , µmempunyai

dimensi-dimensi dari tegangan dibagi dengan gradient kecepatan yaitu:


(MT-2L-1) ÷ (LT-1/L) = ML-1T-1
Cara lain untuk melukiskan satuan-satuan ini didapatkan dengan

menyatakan µ dalam bentuk µ = , darimana mereka dapat didefinisikan


2
sebagai NS/m , yaitu :
1kg/ms = 1 Ns/m2
Dalam system c.g.s. satuan-satuan dari µ adalah poise, yang sama dengan1 g/(cm
detik). Jadi:
1 kg/ms = 10 poise = 1000 centipoise.

5. Koefisien viskositas kinematis (Coeficient of kinematic viscosity), v(nu),

didefinisikan sebagai v = . V diukur dengan m2/s atau dalam Stokes, 1 Stoke


adalah 1 cm2/s, dan hubungan antara keduasatuanini:
1 centistoke (cSt) = 10-6 m2/s
Dimana1 Stoke = 100 centistokes.

6. Hambatanviskos (viscos drag). RumusR = µA dapat dipakai pada gerak


relative dua silinder konsentris (dengan cairan diantaranya) dari diameter yang
hamper sama . Ini mirip dengan rencana keteknikan biasa , yang terdapat misalnya,
pada poros, dilumasi dengan minyak, berputar di dalam bantalannya.

II. KONSEP VISKOSITAS


Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya
gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul
yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida fluida tersebut
mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya
tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas
disebabkan oleh tumbukan antara molekul (Bird, 1993).
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air.
Sebaliknya, fluida yang lebih kental biasanya lebih sulit mengalir, contohnya minyak
goreng, oli, madu, dan lain-lain. Hal ini bias dibuktikan dengan menuangkan air dan
minyak goreng diatas lanyai yang permukaannya miring. Pasti hasilnya air lebih
cepat mengalir dari pada minya goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida
juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat
cair tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng ikan di dapur, minyak goreng yang
awalnya kental, berubah menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin
tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut.
Perlu diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida rill
(rill = nyata). Fluida rill / nyata adalah fluida yang kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari, seperti air sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida rill berbeda
dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari.
Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis
aliran fluida (fluida ideal ini yang kita pakai dalam pokok bahasan fluida dinamis)
(Bird, 1993).
Satuan system internasional (SI) untuk koifisien viskositas adalah Ns/m 2 =
Pa.S (pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk SI koifisien
viskositas adalah dyn.s/cm2 = poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam
sentipolse (cp). 1 cp = 1/1000 p. satuan poise digunakan untuk mengenang seorang
Ilmuwan Prancis, almarhum Jean Louis Marie Poiseuille.
1 poise = 1 dyn. s/cm2 = 10-1 N.s/m2
Fluida adalah gugusan molukel yang jarak pisahnya besar, dan kecil untuk zat
cair. Jarak antar molukelnya itu besar jika dibandingkan dengan garis tengah
molukel itu. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi, melainkan saling
bergerak bebas terhadap satu sama lain. Jadi kecepatan fluida atau massanya
kecapatan volume tidak mempunyai makna yang tepat sebab jumlah molekul yang
menempati volume tertentu terus menerus berubah (while, 1988).
Fluida dapat digolongkan kedalam cairan atau gas. Perbedaan-perbedaan
utama antara cair dan gas adalah :
a. Cairan praktis tidak kompersible, sedangkan gas kompersible dan seringkali harus
diperlakukan demikian.
b. Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan-permukaan bebas,
sedangkan agar dengan massa tertentu mengembang sampai mengisi seluruh
bagian wadah tempatnya (While, 1988).

III. PENGUKURAN VISKOSITAS


Peralatan untuk mengukur viskositas disebut viscometer. Terdapat berbagai
jenis viscometer yang berbeda, tetapi, karena sasaran makalah ini adalah untuk
membuktikan prinsip-prinsip tertentu dari hidrolika, bukan untuk menjelaskan
permesinan hidrolik dan peralatannya, makahal ini dapat dicari pada sumber lain.
Untuk mempermudah, disebutkan tiga cara untuk menentukan µ, yaitu:
a. Dengan viscometer torsi

Rumus R = µA dipakai pada silinder konsentris.


b. Dengan viscometer Ostwald
Pada viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah
tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada ukuran viscometer) dipipet
kedalam viscometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur dari viscometer
sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas a. cairan kemudian dibiarkan
turun ketika permukaan cairan turun melewati batas a, stopwatch mulai dinyalakan
dan ketika cairan melewati tanda batas b, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang
dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b dapat ditentukan. Tekanan ρ
merupakan perbedaan antara kedua ujung pipa U dan besarnya disesuaikan
sebanding dengan berat jenis cairan (Respati,1981).
Berdasarkan hokum Heagen Poisuille :
Dimana :
p= tekanan hidrostatis
r = jari-jari kapiler
t = waktu aliran zat cair sebanyak volume V dengan beda tinggi h
L= panjang kapiler

Untuk air :
Ŋair = πρr4 . ta . pa.g.h / ( 8VL)

Secara umum berlaku :


Ŋx = πρr4 . tx . px.g.h / ( 8VL)

Jika air digunakan sebagai pembanding, maka :


Ŋx / ŋair = tx.ρx / taρa

c. Dengan hokum stokes untuk bola jatuh.

Rumus Stokes:

Dimana F adalah hambatan yang dialami oleh bola sangat kecil dengan jari-
jari r yang jatuh bebas melalui cairan yang viskositasnya µ dengan keceptan v.
Rumus Stokes hanya berlaku bila Reynolds untuk aliran kurang dari (sekitar) 1,
bilangan Reynolds didefinisikan sebagai :

Dimana d adalah diameter dari bola. Dengan kata lain, rumus Stokes hanya
berlaku pada kecepatan sangat kecil, tetapi bagaimana kecilnya juga tergantung
pada v dan d.
Arti dari bilangan Reynolds kritis Re = 1 , adalah bahwa Re 1 aliran melalui
bola adalah viskos dan hambatan pada gerakan adalah hambatan viskos, dimana
pada Re 1 aliran melalui bola adalah turbulen dan hambatan pada gerakan adalah
campuran dari gesekan dan hambatan bentuk akibat aliran turbulen.
d. Viscometer cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar Bob dan
dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah. Kelemahan
viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang tinggi
disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penemuan konsentrasi.
Penurunan konsentrasi ini menyebebkan bagian tengah zat yang ditekan keluar
memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Bird, 1993).

e. Viscometer Cone dan Plate


Cara pemakaiannya adalah sampek yang ditempatkan di tengah-tengah
papan, kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh
motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit
antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Bird, 1993).

f. Viscometer hoppler
Pada viscometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah
bola logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya
gravitasi akan jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya),
dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum.
Kecepatan maksimum akan tercapai bila gravitasi sama dengan fictional resistance
medium (Bird,1993).
Berdasarkan hokum stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi
keseimbangan sehingga : gaya gesek = gaya berat, gaya Archimedes :
6πrVmax = 4/3 r3 (ρbola – ρcair) g
Ŋ = { 2/g r3 (ρbola – ρcair) g } / Vmax
Vmax = h / t

Dimana :
t = waktu jatuh bola pada ketinggian h

Dalam percobaan ini dipakai cara relative terhadap air, harganya :


Ŋa = [ 2/g r2 (ρa – ρ1) g ta ] / h
Ŋx = [ 2/g r2 (ρx– ρ1) g tx ] / h
Ŋx/ Ŋa = [ (ρx – ρ1) g tx ] / [ (ρa – ρ1) g ta ]

IV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VISKOSITAS


Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas :
1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan
turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-
partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun
kekentalannya.
2. Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula.
3. Berat molekul solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya
solute yang berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan
sehingga manaikkan viskositas.

4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.

V. VISKOSITAS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


1. Teori Dasar Viskositas merupakan suatu sifat fluida yang mendasari
diberikannya tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Viskositas
sering diartikan sebagai kekentalan. Viskositas sebenarnya disebabkan oleh kohesi
dan pertukaran momentum molekuler di antara lapisan-lapisan fluida dan pada
waktu berlangsungnya aliran, efek ini terlihat sebagai tegangan tangensial atau
tegangan geser di antara lapisan yang bergerak. Akibat adanya gradien kecepatan,
akan menyebabkan lapisan fluida yang lebih dekat pada plat yang bergerak, dan
akan diperoleh kecepatan yang lebih besar dari lapisan yang lebih jauh. Cairan yang
mempunyai viskositas lebih tinggi akan lebih lambat mengalir didalam pipa
dibandingkan cairan yang viskositasnya lebih rendah. Sebuah benda yang bergerak
dalam fluida yang punya viskositas lebih tinggi mengalami gaya gesek viskositas
yang lebih besar daripada jika benda tersebut bergerak didalam fluida yang
viskositasnya lebih rendah. Tujuan mempelajari viskositas ini adalah memahami
bahwa benda yang bergerak di dalam fluida akan mendapatkan gesekan yang
disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut. Selain itu, dapat menentukan koefisien
kekentalan dari fluida. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas antara lain
adalah koefisien kekentalan zat cair itu sendiri, massa jenis dari fluida tersebut,
bentuk atau besar dari partikel fluida tersebut, karena cairan yang partikelnya besar
dan berbentuk tak teratur lebih tinggi dari pada yang partikelnya kecil dan bentuknya
teratur. Selain itu juga suhu, semakin tinggi suhu cairan semakin kecil viskositasnya,
semakin rendah suhunya maka semakin besar viskositasnya.
2. Aplikasi Teori Aplikasi dari viskositas adalah pelumas mesin. Pelumas
mesin ini biasanya kita kenal dengan nama oli. Oli merupakan bahan penting bagi
kendaraan bermotor. Oli yang dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin kendaraan berbeda-
beda karena setiap tipe mesin kendaraan membutuhkan kekentalan yang berbeda-
beda. Kekentalan ini adalah bagian yang sangat penting sekali karena berkaitan
dengan ketebalan oli atau seberapa besar resistensinya untuk mengalir. Sehingga
sebelum menggunakan oli merek tertentu harus diperhatikan terlebih dahulu
koefisien kekentalan oli sesuai atau tidak dengan tipe mesin. Memilih dan
menggunakan oli yang baik dan benar untuk kendaraan bermotor merupakan
langkah tepat untuk merawat mesin dan peralatan kendaraan agar tidak cepat rusak
dan mencegah pemborosan. Masyarakat umum beranggapan bahwa fungsi utama
oli hanyalah sebagai pelumas mesin. Padahal oli memiliki fungsi lain, yakni sebagai
pendingin, pelindung karat, pembersih dan penutup celah pada dinding mesin.
Sebagai pelumas mesin oli akan membuat gesekan antar komponen didalam mesin
bergerak lebih halus dengan cara masuk kedalam celah-celah mesin, sehingga
memudahkan mesin untuk mencapai suhu kerja yang ideal. Viskositas dari oli
sangat diperhitungkan untuk meminimalisir gaya gesek yang ditimbulkan oleh mesin
yang bergerak dan terkontak satu terhadap yang lain sehingga mencegah terjadinya
keausan. Pada permesinan bagian yang paling sering bergesekan adalah piston,
ada banyak bagian lain namun gesekannya tak sebesar yang dialami piston.
Disinilah kegunaan oli. Oli memisahkan kedua permukaan yang berhubungan
sehingga gesekan pada piston diperkecil. Selain itu, oli juga bertindak sebagai fluida
yang memindahkan panas ruang bakar yang mencapai 1000-1600 derajat celcius ke
bagian lain mesin yang lebih dingin, sehingga mesin tidak over heat (sebagai
pendingin). Pembersih mesin dari sisa pembakaran dan deposit senyawa karbon
yang masuk dalam ruang bakar supaya tidak muncul endapan lumpur. Teknologi
mesin yang terus berkembang menuntut kerja pelumas semakin lengkap, seperti
penambahan anti karat dan anti foam. Semakin kental oli, maka lapisan yang
ditimbulkan menjadi lebih kental. Lapisan halus pada oli kental memberi kemampuan
ekstra menyapu atau membersihkan permukaan logam yang terlumasi. Sebaliknya
oli yang terlalu tebal akan memberi resitensi berlebih mengalirkan oli pada
temperatur rendah sehingga mengganggu jalannya pelumasan ke komponen yang
dibutuhkan. Untuk itu, oli harus memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur
tertinggi atau temperatur terendah ketika mesin dioperasikan karena nilai viskositas
masing-masing oli akan berkurang jika suhu cairan dinaikkan. Suhu semakin tinggi
diikuti makin rendahnya viskositas oli atau sebaliknya.
Beberapa kriteria yang penting yang harus dipenuhi oleh oli antara lain :
1. Viskositas harus cukup kental untuk menahan agar bagian peralatan yang bergerak
relatif terpisah, tetapi juga harus mencegah kebocoran dari segel.
2. Fluida harus cukup pada saat awal yaitu pada saat peralatan masih dingin.
3. Dapat membentuk film yang cukup kuat untuk pelumasan perbatasan.
4. Tahan terhadap oksidasi suhu tinggi.
5. Mengandung deterjen dan dispersan cukup untuk menyerap endapan atau lumpur
yanga terbentuk.
6. Tidak membentuk emulsi dengan air yang masuk dari segel yang bocor.
Dengan tingkat kekentalan yang disesuaikan dengan kapasitas volume
maupun kebutuhan mesin. Maka semakin kental oli, tingkat kebocoran akan
semakin kecil, namun disisi lain mengakibatkan bertambahnya beban kerja bagi
pompa oli. Oleh sebab itu, peruntukkan bagi mesin kendaraan Baru (dan/atau relatif
baru berumur dibawah 3 tahun) direkomendasikan untuk menggunakan oli dengan
tingkat kekentalan minimum SAE10W. Sebab seluruh komponen mesin baru
(dengan teknologi terakhir) memiliki lubang atau celah dinding yang sangat kecil,
sehingga akan sulit dimasuki oleh oli yang memiliki kekentalan tinggi.
Selain itu kandungan aditif dalam oli, akan membuat lapisan film pada dinding
silinder guna melindungi mesin pada saat start. Sekaligus mencegah timbulnya
karat, sekalipun kendaraan tidak dipergunakan dalam waktu yang lama. Disamping
itu pula kandungan aditif deterjen dalam pelumas berfungsi sebagai pelarut kotoran
hasil sisa pembakaran agar terbuang saat pergantian oli. Oli jenis mesin diesel ini
memerlukan tambahan aditif dispersant dan detergent untuk menjaga oli tetap bersih
karena menghasilkan kontaminasi jelaga sisa pembakaran yang tinggi. Sedangkan
bila oli yang digunakan sudah tipe sintetik maka tidak perlu lagi diberikan bahan
aditif lain karena justru akan mengurangi kireja mesin bahkan merusaknya. Tingkat
kekentalan oli disebut Viscosity Grade, yaitu ukuran kekentalan dan kemampuan oli
untuk mengalir pada temperatur tertentu menjadi prioritas terpenting dalam memilih
oli. Kode pengenal oli adalah berupa huruf SAE yang merupakan singkatan dari
Society of Automotive Engineers.
Selanjutnya angka yang mengikuti dibelakangnya, menunjukkan tingkat
kekentalan oli tersebut. Misalnya oli yang bertuliskan SAE 15W-50, berarti oli
tersebut memiliki tingkat kekentalan SAE 10 untuk kondisi suhu dingin dan SAE 50
pada kondisi suhu panas. Semakin besar angka yang mengikuti kode oli
menandakan semakin kentalnya oli tersebut. Sedangkan huruf W yang terdapat
dibelakang angka awal, merupakan singkatan dari Winter. Dengan kondisi seperti
ini, oli akan memberikan perlindungan optimal saat mesin start pada kondisi ekstrim
sekalipun. Sementara itu dalam kondisi panas normal, idealnya oli akan bekerja
pada kisaran angka kekentalan 40-50 menurut standar SAE.
Dalam penggunaan sehari-hari, viskositas dikenal sebagai ukuran ketahanan
oli untuk mengalir dalam mesin kendaraan. Zat cair dan gas memiliki viskositas,
hanya saja zat cair lebih kental (viscous) daripada gas. Viskositas oli didefinisikan
dengan nomor SAE’S (Society of Automotive Engineer’s). Contoh pada sebuah
pelumas tertulis :
PENDAHULUAN
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar
lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir.
Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul
terlarut (Atkins,2006). Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik
menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan
antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan
antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir,
dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir
dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo, 2009).
Zat cair maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental (viscous) daripada
gas, dalam merumuskan persamaan-persamaan dasar mengenai aliran yang kental akan jelas nanti,
bahwa masalahnya mirip dengan masalah tegangan dan regangan luncur di dalam zat padat. Salah
satu macam alat untuk mengukur viscositas zat-cair adalah viscometer (Chang,2007). Cairan yang
mudah mengalir, misalnya air atau minyak tanah, tegangan luncur itu relatif kecil untuk cepat
perubahan regangan luncur tertentu, dan viskositasnya juga relatif kecil, dan begitu pula
sebaliknya (Lutfy, 2007).
Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan pada zat cair
kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang sama dengan dinding. Bagian
yang menempel pada dinding luar dalam keadaan diam dan yang menempel pada dinding dalam
akan bergerak bersama dinding tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding bergerak dengan
kecepatan yang berubah secara linier sampai V. Aliran ini disebut aliran laminer. Aliran zat cair akan
bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu cepat (Sudarjo, 2008).

B. Tujuan
Untuk mengetahui laju viskositas pada fluida.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:1) Aqua kosong, 2) Bulb, 3) Canon
scan sky, 4) Stopwatch, 5) Tabung ostwald, 6)Viscotester.
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut: 1) Air dan 2) Minyak goreng.

D. CARA KERJA
Cara kerja pada praktikum pengukuran laju viskositas adalah sebagai berikut:
A. Menggunakan botol Aqua kosong
a) Air
1. Aqua kosong dilobangi setiap 5 cm
2. Semua lobang dituttup dengan jari tangan
3. Botol Aqua diisi dengan air sampai 20 cm
4. Jari dilepaskan dari lobang
5. Setiap jarak lempar/jatuhnya air dari lobang dihitung dan dicatat
6. Hitung waktu yang dibutuhkan air sampai habis setiap 5 cm
b) Minyak goreng
1. Aqua kosong dilobangi setiap 5 cm
2. Semua lobang ditutup dengan jari tangan
3. Botol diisi minyak goreng sampai 20 cm
4. Jari dilepaskan dari lobang
5. Setiap jarak lempar/jatuhnya air dari lobang dihitung dan di catat
6. Hitung waktu yang dibutuhkan minyak goreng sampai habis setiap 5 cm
B. Viscometer Ostwald
1. Air dimasukkan kedalam viscometer ostwaald dengan bault
2. Cairan ditarik sampai batas atas
3. Hitung berapa lama cairan sampai kebatas bawah

C. Viscometer cannon van ski


1. Minyak dimasukkan kedalam viscometer cannon van ski dengan bault
2. Hitung berapa lama cairan sampai dari batas bawah ke batas aas

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel hasil dari praktikum ini adalah :
Bahan Botol
Waktu (t) Jarak (cm)
Air 10,79 s 13 cm
Minyak 12,26 s 8 cm
Air 31 s 15 cm
Minyak 33,48 s 13 cm
Air 91,45 s 21 cm
Minyak 106,46 s 18 cm

Bahan Viscometer
Ostwalt Cannon
Air 9,40 sec
10,88 sec
11,23sec
Minyak 94 sec
61 sec
89 sec

Praktikum mengenai viskositas atau pengukuran kekentalan suatu cairan. Bahan yang
digunakan yaitu Air dan minyak goreng. Alat yang kita gunakan didalam pengukuran kekentalan
suatu sample pada praktikum ini yaitu Viskometer ostwald dan viscometer cannon van
ski. Kekentalan suatu cairan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar
molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya
kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat tumbukan
antara molekul gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang
disebut koefisien viskositas.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa cairan yang memiliki viskositas lebih besar memiliki
daya tembak/lempar lebih kecil daripada cairan yang memiliki viskositas yang lebih kecil. Begitu juga
dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan cairan dari dalam botol aqua, waktu yang
dibutuhkan air lebih sedikit daripada waktu yang dibutuhkan minyak karena perbedaan viskositas
tersebut sebab viskositas minyak lebih tinggi daripada air.
Viskositas kinematik merupakan ukuran ketahanan fluida untuk tidak mengalir dibawah
pengaruh gaya gravitasinya sendiri pada suhu tertentu (tandar internasional 400C dan 1000C)
dinyatakan satuan centi Stoke (cSt) atau dalam unit SI dengan cm 2/s sama dengan 100 Cst. Satuan
lain viskositas kinematik adalah Saybolt Univeral Seconds (SUS) dan Saybolt Furol Seconds (SFS)
namun sudah tidak dipakai. Viskositas dinamik yaitu merupakan hasil kali dari viskositas kinematik
dengan density dari fluida tersebut, dan dinyatakan dengan centi pois (cP) atau dalam unit Si dengan
miliPascal (mPa-s) dimana cP = mPa-s. Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau
pascal sekon (Pa s). Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koofisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.s
(pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk si koofisien viskositas adalah dyn.s/cm2
= poise (P). Untuk fluida yang kental seperti minyak, diperlukan gaya yang lebih besar, sedangkan
untuk fluida yang kurang kental (viskositasnya kecil), seperti air, diperlukan gaya yang lebih kecil
F. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kita lakukan, dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu fluida, karena adanya
viskositas ini maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida diatasnya lapisan lain haruslah
dikerjakan gaya.
2. Kekentalan suatu zat dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi, tekanan, dan berat molekul.
3. Semakin kental suatu larutan yang digunakan, maka semakin kecil daya tembak/lemparnya.
4. Setiap larutan memiliki viskositas (kekentalan) yang berbeda-beda.
5. Sample yang memiliki viskositas yang paling besar yaitu terdapat pada minyak goreng.

Anda mungkin juga menyukai